• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria Perancangan Perkerasan Jalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kriteria Perancangan Perkerasan Jalan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA AJARAN PERANCANGAN STRUKTUR

TUGAS MATA AJARAN PERANCANGAN STRUKTUR PEKERASAAN

PEKERASAAN

Kriteria Perancangan Perkerasaan Jalan

Kriteria Perancangan Perkerasaan Jalan

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

Desy

Desy Evriyani

Evriyani

:

: 1106139191

1106139191

Julian

Julian Cipta

Cipta Nadri

Nadri

:

: 1106139456

1106139456

Rizka

Rizka Yuliani

Yuliani

:

: 1106139

1106139

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

2012

(2)

KRITERIA PERANCANGAN PERKERASAN JALAN

Dalam perancangan perkerasan, dengan menggunakan metode manapun, selalu ada 3 (tiga) parameter desain, yaitu:

1. Pembebanan lalu lintas. 2. Umur rencana.

Umur rencana ditetapkan sesuai dengan program penanganan jalan yang direncanakan, misalnya:

a. Pembangunan Jalan Baru, untuk masa layan 20 tahun. b. Peningkatan Jalan, untuk masa layan 10 tahun dan c. Pemeliharaan Jalan, untuk jangka 5 tahun.

3. Standard kelas jalan

Klansifikasi Jalan menurut Kelas Jalan dapat dilihat pada Tabel 1.1a (untuk jalan antar kota) dan Tabel 1.1b. (untuk jalan perkotaan) dan Tabel 1.1.c. (untuk jalan Kabupaten).

Parameter Perancangan Perkerasaan Jalan 1. Klasifikai kendaraan

Pengelompokkan kendaraan untuk keperluan desain struktur perkerasan jalan, dibagi atas:

Tabel 1.1a. Kualifikasi Kelas Jalan Antar Kota (Sumber:TPGJAK-No.038/T/BM/1997)

FUNGSI KELAS MUATAN SUMBU TERBERAT

(MST

 – 

ton) Arteri I II IIIA > 10 10 8 Kolektor IIIA IIIB 8 Lokal IIIC 8

(3)

Tabel 1.1.b. Klasifikasi Jalan Perkotaan Jalan Tipe I (Penganturan Jalan Masuk : Penuh)

FUNGSI KELAS PRIMER: * Arteri * Kolektor I II SEKUNDER : * Arteri II

Jalan Tipe II (Penganturan Jalan Masuk : Sebagian atau tanpa pengaturan)

FUNGSI KELAS MUATAN SUMBU TERBERAT

(MST

 – 

ton) PRIMER: * Arteri * Kolektor -> 10.000 < 10.000 I I II PRIMER: * Arteri * Kolektor * Jalan Lokal > 20.000 < 20.000 > 6.000 < 6.000 > 500 < 500 I II II III III IV

Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan - 1988

Tabel 1.1.c. Klasifikasi Jalan Kabupaten

FUNGSI VOLUME LALU LINTAS (Dalam SMP) KELAS KECEPATAN ( km/jam) MEDAN D B G SEKUDER : *Jalan Lokal > 500 201 – 500 50 – 200 < 50 III A III B1 IIIB2 IIIC 50 40 40 30 40 30 30 30 30 30 30 20

(4)

Penampang Jalan

Potongan melintang Jalan terdiri dari:

a. Bagian Jalan yang merupakan daerah penguasaan jalan terdiri dari: i. DAMAJA, daerah manfaat jalan, dibatasi oleh:

* Lebar antara batas ambang pengaman jalan dikedua sisi jalan. - Tinggi 5,00 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan. - Kedalaman ruang bebas 1,5 meter dibawah muka jalan.

ii. DAMIJA, daerah milik jalan, dibatasi oleh:

* Lebar yang sama dengan DAMAJA ditambah dengan ambang pengaman  jalan, dengan tinggi 5,0 meter dan kedalaman 1,5 m.

iii. DAWASJA, daerah pengawasan jalan, daerah ruang sepanjang jalan, diluar DAMAJA, dibatasi oleh:

- tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan, sebagai berikut: 1. Jalan Arteri minimum 20,000 meter.

2. Jalan Kolektor minimum 15, 00 meter. 3. Jalan Lokal minimum 10,00 meter.

- Didaerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang bebas.

Ketentuan mengenai Bagian Jalan, DAMAJA, DAMIJA, DAWASJA, dan peruntukan penempatan utilitas dan fasilitas yang dibolehkan, diatur pada Peraturan Pemerintah RI no. 26/1985 pasal 21.

b. Elemen jalan:  Jalur lalu lintas

 Median dan jalur tepian (kalau ada)  Bahu Jalan

 Jalur perjalan kaki (trotoar)  Jalur hijau

 Ambang pembatas (frontage road)  Jalur parker

 Batas luar Jalan (outer separation)  Selokan dan lereng

c. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan (carrage way, traffic lane), secara fisik berupa perkearsan jalan.

(5)

 Median,

 Pulau jalan (island)  Bahu

 Separator, atau trotoar.  Jalur lalulintas dapat terdiri dari:

 1 jalur : 2 lajur – 2 arah (2/2 TB)  1 jalur : 2 lajur – 1 arah (2/1 TB)  2 jalur : 4 lajur – 2 arah (4/2 B)  2 jalur : n lajur – 2 arah (n/2 B) Dimana: n = jumlah lajur

TB = tidak terbagi B = terbagi

d. Median, bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalulintas yang berlawanan arah, berfungsi untuk:

- Memisahkan dua aliran lalulintas yang berlawanan arah, - Ruang lapak tunggu penyeberang jalan.

- Penempatan fasilitas jalan,

- Tempat prasarana kerja sementara, - Penghijauan,

- Tempat berhenti darurat (jika cukup luas), - Cadangan berhenti darurat (jika cukup luas),

- Cadangan lajur (untuk pengembangan jumlah lajur)

- Perlindungann terhadap silau lampu kendaraan berlawanan.

Jalan dua arah dengan empat lajur atau lebih perlu dilengkapi median, dibedakan menjadi:

- Median yang direndahkan : jalur tepian dan bangunan.

- Pemisah jalur yang direndahkan. Lebar minimum median yang direndahkan 7,00 m. - Median yang ditinggikan. Lebar minimum median yang ditinggikan 2,00 m.

(6)

Tabel 1.2. Lebar Median

Klasifikasi Jalan Lebar Min. Median (m)

Laber jalur tepian

Arteri Primer (Full Access Control) Kolektor Primer / Arteri Sekunder

(Partai atau Non Access Control) Arteri Primer / kolektor primer / arteri sekunder (partai atau non-access control)

Kolektor Primer / Arteri Sekunder /  Kolektor

Sekunder (Partai atau Non-assess control) Kolektor Sekunder / Lokal Sekunder

(Partai atau Non-assess control)

2,50 2,00 2,00 2,00 1,50 0,75 0,50 0,50 0,25 0,25 Sumber: Standar Perecanaan Geometrik Jalan Perkotaan

Ruang Bebas Kendaraan

Didalam ruang bebas kendaraan tidak diperkenankan adanya bangunan, fasilitas utilitas, pohon dan benda-benda yang tidak bergerak. Penempatan utilitas didaerah penguasaan jalan ditetapkan berdasarkan PP.No.26/1985

Kelompok Struktur Jalan Lentur

Struktur perkerasan jalan lentur dibuat secara berlapis terdiri dari elemen perkerasan: lapisan pondasi bawah (sub base coure)  –  lapisan pondasi atas (base coure)  –  lapisan permukaan (surface course) yang dihampar pada tanag dasar (sub grade).

Masing-masing elemen lapisan diatas termasuk tanah dasar secara bersama-sama memikul beban lalu – lintas. Tebal struktur perkerasan dibuat sedemikian rupa sampai batas kemampuan tanah dasar memikul beban lalu  – lintas, atau dapat dikatakan tebal struktur perkerasan sangat tergantung pada kondisi atau daya dukung d asar.

(7)

Elemen Tanah Dasar (Sub Grade)

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanag dasar.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanent) dari macam tanah tertentu akibat beban. b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanag yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.

d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas dari macam tanah tertentu.

e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.

Tidak semua jenis tanah dapat digunakan sebagai tanah dasar pendukung badan jalan secara baik, karena harus dipertimbangkan beberapa sifat yang penting untuk kepentingan struktur jalan, seperti:

- Daya dukung dan kestabilan tanah yang cukup. - Komposisi dan gradasi butiran tanah.

- Sifat kembang susut (swelling) tanah. - Kemudahan untuk dipadatkan.

- Kemudahan meluluskan air (drainase) - Plastisitas dari tanag.

- Sifat ekspansive tanah dan lain-lain.

Pemilihan jenis tanah yang dapat dijadikan tanah dasar melalui penyelidikan tanah menjadi penting karena tanah dasar akan sangat menentukan tebal lapis perkerasan diatasnya, sifat fisik perkerasan dikemudian hari dan kelakuan perkerasan seperti deformasi permukaan dan lain sebagainya.

Para perancang dan pelaksaan harus menganti betul bagaimana sifat dan karakteristik  tanah dari bahan material tanah dasar. Disiplin ilmu mekanika tanah dan geoteknik sangat membantu untuk mengantisipasi perilaku dari tanah dasar, sebelum benar-benar dipilih sebagai subgrade (pertimbangan perancangan) dan sebelum dilaksanakan pengerjaannya sebagai struktur perkerasan yang paling bawah (pertimbangan pelaksanaan).

(8)

Elemen Lapis Pondasi Bawah (Sub-Base Coure)

Lapis pondasi bawah (subbase) adalah suatu lapisan perkerasan jalan yang terletak  antara tanah dasar dan lapis pondasi “atas” (base), yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban diatasnya, dan selanjutnya menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis tanah dasar.

Lapis pondasi bawah dibuat diatas tanah dasar yang berfungsi diantaranya sebagai: a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan

beban roda.

b. Menjaga efisiensi penggunaan material yang relative murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).

c. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi. d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam material setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relative lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.

Ada berbagai jenis lapis pondasi bawah yang sering dilaksanakan yaitu: a.Pondasi bawah yang menggunakan batu pecah, dengan balas pasir.

b.Pondasi bawah yang menggunakan sirtu yang mengandung sedikit tanah. c.Pondasi bawah yang menggunakan tanah pasir.

d.Pondasi bawah yang menggunakan aggregate.

e.Pondasi bawah yang menggunakan material ATSB (Asphalt Treated Sub-Base) atau disebut Leston Bawah (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah).

f. Pondasi bawah menggunakan stabilitas tanah.

Elemen Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Lapis pondasi atas (LPA) adalah suatu lapisan perkerasan jalan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi “bawah” (subbase), yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang mendukung lapis permukaan dan beban-beban roda yang bekerja diatasnya dan menyebarkan tegangan yang terjadi ke lapis pondasi bawah, kemudian ke lapis tanah dasar.

(9)

Lapis pondasi atas dibuat diatas lapis pondasi bawah yang berfungsi diantaranya: a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.

b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

c. Meneruskan limpahan gaya lalu lintas ke lapis pondasi bawah.

Bahan-bahan untuk pondasi atas, umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai lapis pondasi atas, hendaknya dilakukan penyeledikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik yang ada.

Bermacam-macam bahan aqlam/bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi atas, antara lain : batu pecah, kerikil pecah, dan / atau stabilitas tanah dengan semen atau kapur.

Secara umum dapat berupa:

a. Pondasi atas yang menggunakan material pondasi Telford. b. Pondasi atas yang menggunakan material aggregate.

c. Pondasi atas yang menggunakan material ATB (Asphalt Treated Base) atau disebut Laston (Lapis Aspal Beton) Atas.

d. Pondasi atas menggunakan stabilisasi material. a. Pondasi atas yang menggunakan material pondasi Telford.

* BAHAN :

- Batu yang digunakan dapat terdiri dari batu kali atau batu gunung, yang disusun beraturan secara vertical.

- Disela-sela batu diisi dengan batu pengunci, dengan maksud agar susunan batu terkunci dengan cukup kuat dan kokoh.

- Selanjutnya dihampir pasir kasar dan dipadatkan. b. Pondasi atas yang menggunakan material aggregatat.

* BAHAN:

- Material agregat yang digunakan, untuk pondasi atas adalah dari batu pecah yang bergradasi tertentu. Batu pecah tersebut berasal dari proses di crusbing plat, melalui tahapan pemecahan, penyaringan, pemisahan dan pencampuran, sehingga menghasilkan suatu bahan yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan.

c. Pondasi atas yang menggunakan Asphalt Treated Base = Laston (Lapis Aspal Beton) Pondasi Atas.

(10)

1. Agregat

 Agregat

Agregat yang digunakan berupa sirtu hasil pecah mesin (crushed gravel) atau batu pecah (crushed stone), yang bersih dari lempung, bahan organic dan bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki, serta memenuhi persyaratan berikut:

Tabel 1.3. Persyaratan Gradasi Agregat ATB UKURAN SARINGAN % BERAT

LOLOS SARINGAN (mm) 25,0 19,0 13,0 9,5 4,75 2,36 0,6 0,15 0,075 100 95-100 66-100 52-78 47-57 42-56 13-54 4-31 3-8

- Kehilangan berat akibat abrasi mesin Los Angeles pada 500 putaran : 40% - Kelekatan agregat terhadap aspal 95%.

- Indeks kepipihan maksimum 25%.

- Perespan agregat terhadap air maksimum 3%

- Gumpalan lempung dalam agregat maksimum 25% - Berat jenis semu (apparent) agregat minimum 2,5 - Minimum agregat kasar yang tertahan saringan no.4.

 Pasir harus non-plastis, bersih dari bahan lempung, organic dan bahan-bahan lainnua yang tidak dikehendaki, serta mempunyai sand equivalent minimum 50%. (AASHTO T-176).

(11)

2. Bahan Pengikat

 Aspal keras yang digunakan adalah dari jenis Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi persyaratan.

 Aspal cair yang digunakan untuk lapis resap pengikat (primecoat) terdiri dari  jenis MC-30, MC-70, MC-250, aspal emulasi dari jenis CMS atau MS atau

MS yang memenuhi persyaratan.

 Aspal cair yang digunakan untuk lapisan pengikat (tackoat), adalah dari jenis RC-70, RC-250, aspal emulai jenis CRS, atau RS yang memenuhi syarat.

d. Pondasi atas yang menggunakan material stabilisasi (lihat Stabilisasi Pondasi Bawah diatas)

*BAHAN :

- Bahan peng-stabilisasi digunakan semen atau kapur (lihat Tabel 3.5. dan Tabel 3.6). - Jenis CB1 dan CB2 adalah untuk lapis pondasi atas (lihat Tabel 3.4)

Elemen Lapis Permukaan (Surface Course)

Fungsi lapis permukaan antara lain:

a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda.

b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.

c. Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapis pemukaan umumnya adalah campuran bahan agregat dan aspal, dengan persayatan bahan yang memenuhi standar. Penggunaan bahan aspal diperlukan sebagai bahan pengikat agregat dan agar lapisan dapat bersifat kadap air; disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas.

Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta pertahanan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

Bahan yang umum digunakan untuk Lapis Permukaan adalah: - Asphaltic Concrete=AC(LASTON)= Lapis Aspal Beton).

- Hot Rolled Asphalt (HRA) dalam hal ini HRS (Hot Rolled) Sheet)= LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton)

(12)

- LATASBUM (Lapis Tipis Aspal Buton Murni) - LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)

- BURAS (Laburan Aspal)

- BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis) dan BURTU (Labur Aspal Satu Lapis) - SMA (Split Mastic Asphalt).

Gambar

Tabel 1.1a. Kualifikasi Kelas Jalan Antar Kota (Sumber:TPGJAK-No.038/T/BM/1997)
Tabel 1.1.b. Klasifikasi Jalan Perkotaan Jalan Tipe I (Penganturan Jalan Masuk : Penuh)
Tabel 1.2. Lebar Median
Tabel 1.3. Persyaratan Gradasi Agregat ATB

Referensi

Dokumen terkait

Tahap awal pengujian dilakukan dengan mengukur nilai viskositas sampel secara perhitungan pada alat yang sudah ada sebelum kemudian diukur menggunakan alat

Dari ayat di atas Allah memerintahkan kepada manusia untuk mempergunakan akalnya dalam menilai, memilah, dan memilih, serta memperhatikan perbedaan sebagai tanda

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Hubungan Antara

Kegiatan tersebut berasal dari pajak yang diperoleh dan digunakan untuk belanja barang dan jasa.. Berdasarkan diagram tersebut, ditunjukkan

Dari penegasan istilah tersebut, maka konsep puasa dalam agama Islam dan Protestan dapat diartikan sebagai: suatu rancangan atau pengertian dalam ranah konseptual (pengertian

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan

1) Informasi Pasar Kerja yang selanjutnya disebut IPK Adalah keterangan mengenai karakteristik dan persediaan tenaga kerja. 2) Penyuluhan Bimbingan Jabatan Adalah

Disamping itu suami harus mengetahui syariah ajaran hukum perkawinan islam karena betapa pentingnya ajaran islam di dalam keluarga, untuk mengajari istri anak