• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Yogi Siregar, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Yogi Siregar, 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlangsungnya pembelajaran sejarah di lingkungan formal selama ini hanya cukup dengan cerita-cerita saja tanpa adanya suatu penggunaan media. Media yang menandai dalam suatu proses pembelajaran untuk menghindari dari verbalisme maka dari itu media gambar menjadi sangat lah penting dalam proses pembelajaran sejarah. Dan seringkali diindentikan dengan proses transfer

informasi atau ilmu dari guru kepada siswa. Proses transmission (transfer ilmu/ informasi) yang dilakukan oleh guru ke siswa secara terus-menerus. Tanpa adanya suatu inovasi dalam pembelajaran akan menyebabkan suatu kejenuhan dalam proses belajar mengajar di kelas, tanpa inovasi dalam pembelajaran, sejarah akan menjadi hal yang tidak menyenangkan dimata siswa. Selain itu terjadi suatu anggapan bahwa guru sebagai penyampai materi dan menjadi sumber satu-satunya bagi siswa.

Berdasarkan pedapat Sudjana (1989: 28) yang berpendapat bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Menurut pendapat Adams & Dickey (Ruhimat 2008: 116-121) secara luas menyatakan belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu maka guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (facilitator), mengorganisasi kelas (organizer), mengembangkan bahan pembelajaran (developer), menilai program-proses-hasil pembelajaran (evaluator) dan memonitor aktivitas siswa (supervisor) dan sebagainya.

(2)

2 Seperti pendapat yang telah dikemukakan di atas maka belajar adalah hal yang harus dilakukan dan sangat mendasar bagi manusia. Belajar merupakan proses yang dilakukan secara berkesinambungan, melakukan inovasi pada pembelajaran dengan berbagai cara atau usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara memanfaatkan setiap sarana atau sumber baik di dalam atau di luar pranata pendidikan. Karena itu dalam proses pembelajaran sejarah, guru harus menjadi fasilitator yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2010: 208-209, b) bahwa melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Karena materi pembelajaran sejarah konteksnya adalah membahas tentang masa lalu dan tidak sedikit dari konsep yang ada di dalam materi sejarah adalah sesuatu yang abstrak dan membutuhkan daya nalar yang tinggi, maka siswa memerlukan alat bantu atau media untuk menvisualisasikannya. Tujuanya adalah agar membantu siswa untuk mempermudah dalam memahami konsep-konsep atau mempertinggi penguasaan siswa terhadap materi dalam pembelajaran sejarah.

Pemanfaatan media gambar sangat efektif dalam meningkatkan belajar siswa, karena media gambar dapat memperjelas konsep abstrak dan mentransformasikan pengetahuan verbal yang sering disampaikan oleh guru saat pembelajaran di kelas. Pemanfaatan media secara maksimal dalam pembelajaran akan mempengaruhi minat belajar siswa, aktivitas belajar siswa maupun terhadap hasil belajar siswa.

Proses pembelajaran yang seharusnya menarik dan menyenangkan, pada kenyataanya tidak demikian. Seperti yang telah digambarkan oleh Ismaun (2001: 12) bahwa pendidikan sejarah masih berkosentrasi pada peristiwa-peristiwa sejarah yang tertuang dalam buku saja. Apa yang dipelajari oleh siswa dari buku-buku tersebut seolah-olah sesuatu hal yang dianggap sudah final, dan seperti

(3)

3 kebenaran abadi. Keterkaitan antara peristiwa-peristiwa sejarah terjadi dalam masyarakat sekitar sekolah dan tempat siswa atau daerahnya dapat dikatakan tidak ada. Lebih-lebih lagi semakin tua usia suatu peristiwa sejarah yang dipelajari oleh siswa, semakin jauh jarah waktu antara peristiwa sejarah tersebut dengan diri siswa yang semakin kurang atau tidak ada keterkaitannya dengan apa yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekolah dan siswa.

Hal ini pun sependapat dengan tanggapan Wiraatmadja (2002: 133), bahwa banyak siswa yang mengeluh bahwa pembelajaran sejarah itu sangat membosankan karena isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun, tokoh, dan peristiwa sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa tinggal menghafalnya di luar kepala.

Permasalahan yang diungkapkan di atas tersebut juga dialami oleh siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung. Sebuah keharusan bagi guru dapat menyajikan materi dengan baik, termasuk dalam mata pelajaran sejarah yang menjadi fokus penelitian oleh penulis. Berangkat dari hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis pada pra penelitian ke sekolah, ada beberapa permasalahan yang terdapat pada pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan informasi mengenai bentuk masalah belajar yang diamati dalam kegiatan belajar di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

Adapun permasalahannya adalah tidak semua pelajaran khususnya sejarah dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Dapat dilihat ketika proses pembelajaran sejarah sedang berlangsung, tidak semua siswa dapat merespon pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran sejarah malah dimanfaatkan siswa untuk melakukan aktivitas lain.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, terlihat perhatian siswa berkurang (tidak lagi fokus), bersamaan dengan berlalunya waktu hal tersebut dapat dilihat dengan adanya siswa yang asik berbincang-bincang (mengobrol di luar konteks pembelajaran) dengan teman sebelahnya dan siswa yang tertidur di saat pembelajaran sedang berlangsung. Karena pembelajaran sejarah dianggap kurang begitu menarik bagi siswa yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak kondusif.

(4)

4 Alokasi waktu yang tersedia pada mata pelajaran sejarah di SMA PGII 2 Bandung dinilai sangat cukup, mata pelajaran sejarah di sekolah tersebut hanya diberikan waktu 1 jam pelajaran dalam 1 minggu yang berlaku pada semua kelas. Dengan alokasi waktu yang tidak terlalu panjang untuk mata pelajaran sejarah guru kurang memanfaatkan jam pelajaran tersebut untuk memberikan materi dengan berbagai variasi yang berbeda. Dan tidak nampak adanya vasiasi atau media yang dugunakan saat proses pembelajaran berlangsung.

Padahal pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai bentuk maupun cara, seperti yang diungkapkan Gagne (Wena, 2009: 22) bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas masalah yang terdapat pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang masih kurang. Untuk itu perlu adanya solusi kongkrit untuk memecahkan masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Tugas guru dalam hal ini adalah menggunakan pendekatan mengajar yang berorientasi pada antusias belajar dan aktivitas belajar siswa, yaitu penerapan media gambar untuk menuntut siswa aktif dalam berpikir dan bertindak apa yang sedang dipelajari. Sehingga hal tersebut akan berdampak kepada aktivitas siswa dalam belajar.

Penerapan sebuah media dalam pembelajaran di kelas selain dapat mengembangkan kemampuan ajar guru sebagai pengajar di kelas, media juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. selain itu kenapa peneliti menerapkan dan memilih media gambar karena peneliti menilai media gambar lah yang dinilai cukup efektif untuk digunakan di kelas tersebut, itu dikarena alokasi yang diberikan untuk mata pelajaran sejarah di sekolah tersebut sangat terbatas dan jikalau pun peneliti memilih media yang lain maupun yang lebih hidup jika dibandingkan dengan media gambar misalnya seperti menampilkan film, video ataupun media audio visual yang lainnya maka peneliti dapat dipastikan akan membutuhkan waktu

(5)

5 lebih untuk mengoperasikannya. Dan memang sangat lah disayangkan pula karena fasilitas sekolah yang memang dapat dikatakan masih belum memadai, sekolah hanya menyediakan satu alat proyeksi atau infocus (LCD), jika harus dibayangkan setiap guru dari setiap masing-masing mata pelajaran dan kelas yang ingin menggunakan infocus diwaktu yang bersamaan. Karena itulah kenapa peneliti lebih memilih media gambar, karena media ini peneliti dapat membuatnya langsung dan yang terpenting adalah tidak terlalu mengandalkan fasilitas sekolah yang masih kurang.

Media gambar sebagai media pembelajaran memang memiliki dampak terhadap aktivitas belajar siswa, untuk itu penulis mencoba mengajukan salah satu penerapan media gambar sebagai salah satu alat yang digunakan dalam pembelajaran sejarah, dengan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan

Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung )”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas maka peneliti mengajukan permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Penerapan Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah?”

Agar permasalahan di atas dapat terarah dengan demikian peneliti membatasinya dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran melalui media gambar untuk

meningkatkan aktivitas belajar Siswa di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung? 2. Bagaimana melaksanakan penerapan media gambar untuk meningkatkan

(6)

6 3. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar Siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung setelah diterapkannya media gambar dalam mata pelajaran sejarah?

4. Bagaimana mengatasi kendala yang dialami dalam penerapan media gambardi kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. mendeskripsikan penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

2. Mengkaji dan mendeskripsikan mengenai pelaksanaan penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung pada mata pelajaran sejarah dan media gambar yang cocok untuk digunakan.

3. Mendapatkan gambaran mengenai efektifitas media gambar terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung setelah diterapkanya media gambar pada mata pelajaran sejarah.

4. Menganalisis kendala dan solusi dalam penerapan media gambar pada pembelajaran sejarah di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan media gambar dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa, lalu mampu menggunakan metode maupun media dan teknik tersebut dalam pembelajaran sejarah yang menarik antusias belajar siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar.

(7)

7 2. Manfaat bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih suatu inovasi dalam pembelajaran sejarah agar mampu menarik minat belajar siswa serta dapat menjadi masukan bagi guru sebagai salah satu pengembangan inovasi dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih bervariasi.

3. Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan antusias belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

4. Manfaat bagi lembaga (sekolah), akan bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di SMA PGII 2 Bandung.

E. Struktur Organisasi

Sebagai struktur organisasi dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis susun sebagai berikut:

Bab I, adalah pendahuluan yangmerupakan bagian awal dari penulisan, dalam bab ini terbagi dalam beberapa sub bab diantaranya: latar belakang masalah, yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti ini muncul dan apa yang menjadi alasan penulis mengangkat masalah tersebut. Selain latar belakang masalah terdapat pula rumusan masalah dan pertanyaan penelitian dibuat agar peneliti menjadi lebih fokus pada permasalahan. Tujuan penelitian bertujuan untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah melaksanakan penelitian. Terdapat juga manfaat penelitian dan struktur organisasi.

BAB II, merupakan landasan teoritis yang berisi mengenai definisi pembelajaran sejarah penerapan media gambar, , aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran serta bagaimana penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penjabaran mengenai konsep yang berkaitan dengan materi yang diangkat.

BAB III, merupakan prosedur penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitianya. Yang terbagi dalam beberapa sub bab, diantaranya: seting penelitian,

(8)

8 desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data.

BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini berisikan hasil penelitian, di dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil-hasil data yang telah diolah peneliti serta adanya analisis dari hasil pengolahan data tersebut.

BAB V, penutup. Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran atau rekomendasi. Dalam bab ini disajikan penafsiran atau pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain kesimpulan ada pula saran yang bertolak dari titik lemah atau kurangnya yang didapatkan selama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

and you can see from the radar screen – that’s the screen just to the left of Professor Cornish – that the recovery capsule and Mars Probe Seven are now close to convergence..

Jawaban: Jumlah bahan baku PVC (Polyvinyl Chloride), sol, lem, spon, gaspers dan benang di gudang sudah optimal untuk produksi sandal.. Bagaimanakah tingkat safety

Untuk cacat jahitan dapat berupa proses obras yang tidak sempurna, label merek terbalik, jahitan tidak sempurna dan kurang pemasangan kancing (jika ada) sehingga pada produk cacat

DAFTAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PERGURUAN TINGGI SUMBER DANA BOPTN RUPIAH MURNI DIPA UNDIP TAHUN ANGGARAN 2013 LPPM UNIVERSITAS DIPONEGORO. NO NAMA_PENELITI

Sensor strain gauge digunakan sebagai kontrol massa dalam proses pengukuran berat ikan akan mengontrol aktuator untuk menentukan kategori ikan dalam 3 kategori yaitu

Pada bab ini diuraikan variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, model penelitian dan penjelasan variable