• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan di Tinjau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan di Tinjau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN MEUBEL AA DI KECAMATAN

RAMBATAN DITINJAU MENURUT PERSPEKTIF

EKONOMI SYARIAH

SKRIPSI

OLEH

SURYA PUTRA PERDANA

11525101526

PROGRAM S1

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

(2)

PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN MEUBEL AA DI KECAMATAN

RAMBATAN DITINJAU MENURUT PERSPEKTIF

EKONOMI SYARIAH

SKRIPSI

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(SE)

Oleh

SURYA PUTRA PERDANA

11525101526

PROGRAM S1

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Surya Perdana Putra (2019): Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan di Tinjau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah

Penelitian ini dilakukan di meubel AA Kecamatan Rambatan. Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Masalah yang melatarbelakangi judul penelitian ini berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa kualitas produkmemiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Usaha Meubel AA memberikan dua pilihan kualitas kayu yang mereka gunakan dalam membuat pesanan dengan dua jenis yaitu kayu surian dan kayu bayur. konsumen lebih banyak meminati kayu bayur dari pada kayu surian, dimana harga kayu bayur lebih mahal dari pada kayu surian, sedangkan kualitas kayu surian lebih bagus dibandingkan kualitas kayu bayur. Ternyata pemilik meubel AA mempunyai alasan kenapa harga jual produk kayu bayur lebih mahal dari pada kayu surian, karena pemilik meubel AA mengetahui bahwa kayu bayur sangat diminati oleh konsumen, sehingga pemilik memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan lebih. Setelah di teliti dan di sebar angket, konsumen ternyata kurang memperhatikan kualitas dan harga suatu produk dalam mengambil keputusannya, dimana mereka lebih mengedepankan waktu penyelesaian produk yang mereka beli. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah , apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen meubel AA di Kecamatan Rambatan, dan bagaimana tinjauan ekonomi syariah tentang pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen meubel AA di Kecamatan Rambatan

Populasi dalam penelitian ini adalah 296 dengan jumlah sampel 75 konsumen di Meubel AA yang diambil dengan menggunakan rumus slovin, metode yang digunakan adalah Accidental Quota Sampling. Selanjutnya penulis menganalisa data dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif, pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi, dan penyebaran angket kepada konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian,diketahui nilai t hitung sebesar 6.131 dengan signifikansi 0,000. Dengan demikian t hitung (6.131) > t tabel (1.666) dan signifikansi (0,000) < 0,05. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini Ho diterima dan Ha ditolak, diketahui bahwa kulitas produkberpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Meubel AA. Hubungan antara kualitas produk secara bersama-sama dengan keputusan pembelian adalah sebesar 0,853 yaitu sangat kuat. Dan koefesien determinasi sebesar 0,640. Artinya adalah bahwa kontribusi yang diberikan oleh variabel kualitas produk secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar 64% sedangkan sisanya sebesar 36% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Dan tinjauan ekonomi syariah,produk sudah memiliki kualitas yang bermutu baik dan bermanfaat sehingga konsumen dalam melakukan pembelian bukan bertujuan untuk bermegah-megahan, pemborosan (israf),atau menghambur-hamburkan harta tanpa guna (tabzir), melainkan memudahkan konsumen untuk mencapai suatu maslahah yaitu sesuai dengan prinsip ekonomi syariah karena pencapaian maslahah merupakan tujuan dari syariat islam yang menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis diberikan kekuatan serta kesehatan dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan Ditinjau Menurut

Perspektif Ekonomi Syariah” ini dapat diselesaikan tanpa ada suatu hambatan

yang berarti.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafa’at beliau di hari akhir kelak, amin.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari ada kelebihan dan ada kekurangan, kalau terdapat kebenaran dalam skripsi ini maka kebenaran itu berasal dari Allah SWT. Namun kalau dalam skripsi ini terdapat kesalahan maka itu datangnya dari penulis sendiri. hal ini tidak lain karena kemampuan, cara berfikir dan pengetahuan yang penulis miliki. Atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sehingga diharapkan dapat membawa perkembangan dikemudian hari. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini yaitu kepada :

(7)

iii

1. Teristimewa kepada kedua orang tua, Ayahanda Sukamto dan Ibunda Retno Dewi Devita serta keluarga tercinta yang senantiasa mendo’akan, memotivasi dan mengharapkan keberhasilan serta kebahagiaan, sekaligus dukungan moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin M.Ag selaku Rektor UIN SUSKA Riau dan seluruh citivis akademika UIN SUSKA Riau.

3. Bapak Dr. Drs. H. Hajar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum. 4. Bapak Dr. Heri Sunandar, M.CI selaku Wakil Dekan I, Bapal Dr. Wahidin,

M.Ag selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. Maghfira, M.A selaku Wakil Dekan III yang bersedia mempermudah penulis dalam penulisan skripsi. 5. Bapak Bambang Hermanto, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak

Syamsurizal, SE, M.Sc,Ak Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam, serta Bapak Ibu dosen dan karyawan karyawati Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan nasehat-nasehat yang terbaik serta membantu penulis selama perkuliahan.

6. Bapak Dr. Amrul Muzan, SHi, M.Ag selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, memperbaiki dan menyempurnakan materi dan sistematika penulisan dan telah mengorbankan waktunya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Dr. Amrul Muzan, SHi, M.Ag selaku penasehat akademis yang telah banyak memberikan semangat dan masukkan selama perkuliahan kepada penulis.

8. Kepada Bapak Zarniwar selaku Pemilik usaha Meubel AA di Kecamatan Rambatan, dan yang telah membantu pemberian data dan informasi dalam

(8)

iv

penulisan skripsi ini serta karyawan usaha Meubel AA di Kecamatan Rambatan.

9. Kepada Bapak Ibu pengelola perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta pengelola perpustakaan UIN Suska Riau, terimah kasih atas peminjaman buku sebagai referensi bagi penulis.

10.Kepada Keluarga Besar dari Ayah dan Ibu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Adik Rizky Marantika dan Bintang Ramadhan yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

11.Teruntuk sahabatku diperantauan Wahyu Sri Rezeki Islami, Abdul Gofur, Khaira Annisa, yang selalu menemaniku dalam keadaan susah senang, memberi semangat, motivasi, dan selalu meluangkan waktunya.

12.Teman-Teman Teristimewa di Ikatan Mahasiswa Minang Uin Suska (IMAMIKA), Syukrawati, M.Yusuf Hanif, Syukril Akmal,Rayhanul Afiq, Muhammad Nabil, Ahmad Waliusmansyah, Fajaruddin, Arif Nur Hakim, Okta Albeni, Noval Adam, Novri Putra, Khairunnisa Dwiorye, Firman Hidayat, Febrian, Nabila Frizka, Novie Khoira, Syihabuddin A Basith dll yang tidak bisa disebutkan namanya.

13.Keluarga Besar IMAMANDA Riau, Hidayattul Arbi, Vidya hidayatul yusra, Izzati Salsabila, Ahmad Mustafa, Ivan Maha Putra, Liana Saadah, Fandi Agisman, M. Satria Setiawan, Ronaldi Aulia Putra dll.

14.Keluarga Lampu Hitam dan Teman-Teman diperantauan yaitu Muryati Sumartin, Adwifebtrimayu, Suci Agustin, Abdi Setiawan, Imam A Busyari, Bayu Suhada, Putra Dwiki Lenggani, Indra Wijaya, Achmad Hably, M. Fauzan Farid, M. Nurrabbani, dll.

(9)

v

15.Sahabat-sahabat seperjuangan Ekonomi Syariah D 2015 yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu yang tidak akan terlupakan.

Butuh lembar yang lebih luas untuk berjuta nama yang tak tertuliskan, bukan maksud hati untuk melupakan jasa kalian semua. Akhirnya tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain terimah kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda, amin.

Wabillahitaufiq Walhidayah Wassalaamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 07 Oktober 2019 Penulis

SURYA PUTRA PERDANA NIM. 11525101526

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

E. Hipotesis ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

G. Teknik Analisis Data ... 15

H. Model Kerangka Berpikir ... 20

I. Defenisi Operasional Variabel ... 21

J. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MEUBEL AA A. Sejarah Berdirinya Usaha Meubel AA ... 23

B. Visi, Misi, Tujuan Usaha Meubel AA ... 24

C. Struktur Organisasi Usaha Meubel AA ... 24

BAB III LANDASAN TEORI A. Kualitas Produk... 28

1. Pengertian Kualitas Produk ... 28

2. Tingkatan Produk ... 30

3. Klasifikasi Produk ... 31

4. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian ... 33

(11)

vii

6. Kualitas Produk Dalam Pandangan Islam ... 35

B. Keputusan Pembelian ... 39

1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 39

2. Faktor-Faktor Utama Mempengaruhi Keputusan Konsumen ... 43

3. Pengetahuan Konsumen ... 45

4. Indikator Keputusan Pembelian ... 46

5. Keputusan Pembelian Menurut Pandangan Islam ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 50

B. Deskripsi Variable ... 53

C. Analisis Data ... 56

D. Tinjauan Ekonomi Syariah tentang Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan ... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah Data Kunjungan Konsumen Meubel AA di

Kecamatan Rambatan Pada Tahun 2016 – 2018 ... 7

Tabel I.2 Skala Likert ... 15

Tabel 1.3 Defenisi Operasional Variabel ... 21

Tabel IV.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel IV.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel IV.3 Karakteristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan ... 52

Tabel IV.4 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis pekerjaan ... 53

Tabel IV.5 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variable Kualitas Produk ... 53

Tabel IV.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variable Kualitas Produk ... 54

Tabel IV.7 Hasil Uji Validitas ... 57

Tabel IV.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel IV.9 Reliability Statistics ... 59

Tabel IV.10 Tabel uji normalitas ... 60

Tabel IV.11 Hasil Uji Auto Korelasi ... 62

Tabel IV.12 Hasil Uji Regresi sederhana ... 64

Tabel IV.13 Hasil Uji Regresi Parsial (Uji T) ... 65

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Kerangka Penelitian ... 20

Gambar II.1 Struktur Organisasi Usaha Mebel AA ... 25

Gambar IV.1 Grafik Histogram ... 60

Gambar IV.2 Normal P-P Plot ... 61

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan ekonomi merupakan salah satu indikator seseorang melakukan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan kesejahteraan dalam keluarganya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan masing-masing. Dengan kata lain, bagaimana masyarakat (rumah tangga atau perusahaan) mengelola sumber daya yang langka melalui suatu pembuatan kebijaksanaan dan pelaksanaanya. Kegiatan ekonomi juga meliputi kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian.1

Ajaran Islam tentang perekonomian dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi merupakan roda kehidupan sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan materiil manusia, baik dalam kehidupan individu, maupun sosial. Islam menuntut umatnya untuk menganut dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh/komperhensif) dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai seorang muslim yang taat beribadah, tentulah berbagai kegiatan bisnis atau usahanya dilandasi oleh transaksi keuangan Islami.2

Bisnis adalah kegiatan ekonomis, yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan dan interaksi manusiawi lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Mungkin bisnis dapat dilukiskan sebagai kegiatan ekonomis yang

1

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 4

2

Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers.2015), h.1

(15)

kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan untung. Dalam bisnis modern untung itu diekspresikan dalam bentuk uang, tetapi hal itu tidak hakiki untuk bisnis.3

Tujuan dan semua praktik-praktik tersebut dalam ekonomi Islam adalah suatu hal yang dilarang. Ekonomi Islam memandang mencari keuntungan adalah suatu hal yang fitrah, yang dapat menimbulkan semangat berinovasi, dan bersaing. Perhatian utama ekonomi Islam adalah upaya bagaimana manusia meningkatkan kesejahteraan materialnya yang sekaligus akan meningkatkan kesejahteraan spiritualnya, karena aspek spiritual harus hadir bersamaan dengan target material, maka diperlukan saran penopang utama, yaitu moralitas pelaku ekonomi.

Perilaku manusia digerakkan oleh kebutuhan dasar, manusia sebagai makhluk sosial perilakunya dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan sosial selain berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan juga berfungsi sebagai kontrol terhadap perilaku individu. Oleh sebab itu, manusia terlibat dalam mengonsumsi produk dan jasa yang diproduksi dari lingkungannya, maka individu yang bersangkutan memiliki perilaku konsumen.4

Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan dengan ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Orang membutuhkan sandang, pangan, rumah, rasa aman, dicintai, harga diri dan aktualisasi diri untuk hidup. Simak Firman Allah Swt. Dalam surah Al Israa’ (17:26-27)

3

K. Bartens. Pengantar Etika Bisnis.(Yogyakarta: Kanisius(anggota IKAPI), h.17

4

(16)































































Artinya: dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.5

Permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan menjadi permintaan jika di dukung daya beli.6

Menurut Ibnu Taimiyah (1263-1328) seperti yang dikutip oleh Rozalinda dalam bukunya mengatakan bahwa dengan raghabat fi al-syai (keinginan terhadap sesuatu) merupakan salah satu faktor pertimbangan dari permintaan. Dalam literatur ilmu ekonomi, teori permintaan diterangkan tentang hubungan antara jumlah barang dengan harga. Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu, pada tingkat pendapatan tertentu dan pada periode tertentu. Permintaan suatu barang atau jasa diartikan kuantitas barang dan jasa yang orang lain bersedia untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode tertentu. Di dalamnya terkandung makna konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu barang atau jasa dengan kata lain konsumen memiliki preferensi terhadap barang dan jasa sekaligus ia juga memiliki kemampuan, uang dan pendapatan untuk membeli dalam rangka untuk

5

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Riels Grafika, 2009), h.284.

6

(17)

memenuhi keinginannya. Kemampuan tersebut sering kali diberi istilah daya beli.7

Setiap hari konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian. Kebanyakan perusahaan besar menyelidiki keputusan pembelian konsumen begitu rincinya untuk menemukan apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli, kapan mereka membeli, mengapa mereka sampai membeli. Orang-orang pemasaran dapat mempelajari pembelian aktual konsumen, tetapi menyelidiki sebab-musibab perilaku membeli mereka tidaklah mudah-jawabannya seringkali tersimpan dalam-dalam di kepala konsumen. Pembelian konsumen secara kuat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, dan psikologi. Pada umumnya, orang pemasaran tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkannya.8

Kebutuhan, keinginan dan permintaan manusia memerlukan adanya produk untuk memuaskannya. Menurut Philip Kotler produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi hingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan.9

Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi. Dalam pengembangan suatu produk,pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Di sini, kualitas produk berarti kualitas kinerja kemampuan produk untuk melaksanakan

7

Rozalinda.Op.Cit., h.65-66.

8

Kotler dan Armstrong. Prinsip-prinsip pemasaran.(Jakarta: Erlangga. 2001), h.195

9

(18)

fungsinya. Selain tingkat kualitas, kualitas yang tinggi dapat pula berarti tingkat dari konsistensi kualitas yang tinggi. Di sini, kualitas produk berarti kualitas kesesuaian (conformance quality) bebas dari kerusakan, serta konsisten dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan.10

Dalam prilaku konsumen, pengambilan keputusan bisa meliputi berbagai jenis. Keputusan yang satu bisa mempengaruhi keputusan yang lainnya. Keputusan ini juga bisa mempengaruhi keputusan lainnya yang berhubungan dengan proses konsumsi produk tersebut pasca pembelian.

Pada dasarnya setiap keputusan yang diambil konsumen adalah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini terkait dengan pembelian suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, konsumen akan memutuskan untuk membeli sebuah payung untuk mengatasi masalah di musim hujan, atau memutuskan untuk membeli jasa pendidikan untuk mengatasi masalah karena pendidikan sangat diperlukan sebagai prasyarat utama memperoleh pekerjaan, dan sebagainya.11

Aturan keputusan konsumen merupakan prosedur yang digunakan oleh konsumen untuk memudahkan melakukan pilihan merel atau hal-hal lain yang berhubungan dengan konsumsi, aturan-aturan itu bisa mengurangi kompleksitas pengambilan keputusan. Secara luas aturan keputusan konsumen dapat diklarifikasi menjadi dua kategori utama yaitu: (1) Aturan keputusan kompensasi; dan (2) Aturan keputusan non kompensasi.12

10

Philip Kotler dan Armstrong. Op.Cit., h.344

11

Damiati. Op.Cit., h.174

12

(19)

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selama dan setelah proses konsumsi, konsumen melakukan evaluasi terhadap kinerja sebuah produk secara keseluruhan berdasarkan pengalamannya. Penilaian terhadap pekerja produk memiliki hubungan yang sangat dekat dengan penilaian terhadap kualitas produk tersebut.konsumen membandingkan persepsi terhadap kualitas produk dengan harapannya terhadap kinerja produk itu sebelum pembelian dilakukan. Apakah konsumen memiliki perasaan positif, negatif atau netral terhadap suatu produk tergantung pada seberapa besar kinerja aktual produk itu mampu memenuhi kinerja yang diharapkannya. Respons emosioanal ini merupakan masukan bagi kepuasan atau ketidakpuasan secara keseluruhan.13

Usaha meubel merupakan jenis usaha home industri dengan segala keterbatasan dan kendala yang dihadapi, tetapi dapat juga bersaing dengan usaha-usaha lain. Sektor industri yang efisien dalam suatu perekonomian nasional membutuhkan perusahaan-perusahaan kecil di bidang industri pengelolaan. Hal ini akan memberikan kemajuan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi perusahaan.14

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kecamatan Rambatan, salah satu usaha masyarakat di Kecamatan Rambatan dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah usaha meubel. Usaha meubel ini tidak hanya ada di Kecamatan Rambatan saja tetapi ada beberapa Kecamatan yang menjalankan usaha meubel sebagai usaha pokok maupun usaha kecil-kecilan

13

Ibid. h.183

14

Ronald Lapcham, Pengusaha Kecil dan Menengah Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES Anggota IKPI, 1991), Cet. 1, h.142

(20)

untuk menambah perekonomian keluarga. Namun tidak halnya dengan usaha meubel yang ada di Kecamatan Rambatan, usaha ini merupakan salah satu usaha keluarga yang bergerak di bidang industri rumah tangga. Dalam memasarkan produknya bagian terpenting yang harus diperhatikan adalah kualitas yang mampu merangsang para konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

Tabel I.1

Jumlah Data Kunjungan Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan Pada Tahun 2016 – 2018

No Jenis Kayu

Tahun

Jumlah Harga per kubik Total penjualan 2016 2017 2018 1 Kayu Surian 120 110 138 368 2.300.000 257.600.000 2 Kayu Bayur 148 130 158 436 2.500.000 348.800.000

Sumber: Dokumentasi Jumlah Konsumen Meubel AA di Kecamatan

Rambatan

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah konsumen yang melakukan pembelian pada Meubel AA di Kecamatan Rambatan Kayu Surian pada tahun 2016 terjual 120 buah, tahun 2017 terjual 110 buah, tahun 2018 terjual 138 buah dengan jumlah 368 buah dan total penjualan nya selama tiga tahun yaitu Rp. 257.600.000, dan Kayu Bayur pada tahun 2016 terjual 148 buah, tahun 2017 terjual 130 buah, tahun 2018 terjual 158 buah dengan jumlah 436 buah dan total penjualannya selama tiga tahun yaitu Rp. 348.800.000. Data tersebut merupakan data pembelian konsumen dalam membeli produk meubel AA di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

Pada teorinya, semakin tinggi kualitas produk semakin tinggi pula konsistensi nya, Berdasarkan observasi awal dan wawancara kepada Bapak

(21)

Zarniwar selaku pemilik meubel AA, ia mengatakan bahwa konsumen lebih banyak meminati kayu bayur dari pada kayu surian, dimana harga kayu bayur lebih mahal dari pada kayu surian, sedangkan kualitas kayu surian lebih bagus dibandingkan kualitas kayu bayur. Ternyata pemilik meubel AA mempunyai alasan kenapa harga jual produk kayu bayur lebih mahal dari pada kayu surian, karena pemilik meubel AA mengetahui bahwa kayu bayur sangat diminati oleh konsumen, sehingga pemilik memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan lebih. Setelah di teliti dan di sebar angket, konsumen ternyata kurang memperhatikan kualitas dan harga suatu produk dalam mengambil keputusannya, dimana mereka lebih mengedepankan waktu penyelesaian produk yang mereka beli.

Maka dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan Ditinjau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah”.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan maka perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada pengaruh kualitas produk meubel AA terhadap keputusan pembelian konsumen usaha meubel AA di Kecamatan Rambatan ditinjau menurut ekonomi syariah.

(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa yang menjadi pokok perhatian, adapun permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen meubel AA di Kecamatan Rambatan?

2. Bagaimana tinjauan ekonomi syariah tentang pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen meubel AA di Kecamatan Rambatan?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui apakah kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen meubel AA di kecamatan rambatan.

b. Untuk mengetahui tinjauan ekonomi syariah tentangpengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk meubel AA di kecamatan rambatan.

2. Kegunaan dari penelitian adalah :

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam khazanah ilmu pengetahuan sekaligus dapat menambah literatur skripsi tentang ekonomi syariah di perpustakaan UIN SUSKA Riau.

b. Sebagai salah satu informasi bagi pihak yang terkait dalam usaha meubel.

(23)

c. Sebagai referensi penulis dalam upaya penelitian lebih lanjut.

d. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN SUSKA Riau.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.15 Berdasarkan permasalahan dan landasan analisis teori di atas dapat disusun suatu hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian dan masih harus dibuktikan secara empiris yaitu:

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada konsumen produk perabot di Usaha Meubel AA Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada konsumen produk perabot di Usaha Meubel AA Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

F. Metode Penelitian

Dalam rangka mengumpulkan, menyusun dan mengelola data dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

15

Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 76

(24)

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

dengan mengambil lokasi Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat, karena dekat dengan rumah dan menghemat biaya.

2. Subyek dan Objek Penelitian

a. Objek penelitian ini adalah masyarakat yang membeli produk meubel AA yang terdapat di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat.

b. Subjek penelitian ini adalah produk usaha meubel AA di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah peneliti atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen meubel AA Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah datar dengan populasi 296 konsumen.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.16 Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu metode Accidental Quota

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.81

(25)

Sampling atau teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu-waktu atau secara kebetulan sampai jumlah sampel (quota) yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Dalam menentukan jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin sebagai berikut17:

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah populasi

d = nilai presisi (10% = 0,1)

Berdasarkan rumus yang diperoleh jumlah sampel (n) untuk berapa banyak jumlah sampel dalam penelitian sebagai berikut:

Dari jumlah populasi 296 orang konsumen, dapat diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74,7 atau 75 orang konsumen Meubel AA. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode Accidental Quota Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu-waktu atau kebetulan sampai jumlah sampel (quota) yang dibutuhkan sudah terpenuhi.

4. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari pengusaha meubel AA Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah datar.

17

Suryani Hedryadi, Metode Riset Kuantitaif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h. 189.

(26)

b. Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang diperleh dari data kepustakaan dan literatur-literatur atau buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti.

5. Definsi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.18 Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).19 Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah kualitas produk (X), variabel ini diukur dengan skala likert 5 poin dengan menggunakan pengembangan pertanyaan atau pernyataan tentang kualitas produk.

b. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.20 Dala penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah keputusan pembelian konsumen produk meubel AA.

18

Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 1999), h. 2

19

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 61

20

(27)

6. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Observasi, merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.21

b. Wawancara, adalah suatu percakaoan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.22 Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada pengusaha dan konsumen. c. Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.23 Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada konsumen. d. Dokumentasi, yaitu dengan cara meneliti dokumen, arsip dan

surat-surat yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 7. Skala Pengukuran Variabel

Mengukur tanggapan responden dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut Kinnear, skala likert ini berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya adalah dari setuju sampai tidak setuju, senang sampai tidak senang, puas sampai tidak

21

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143

22

Ibid, h. 160

23

(28)

puas, baik sampai tidak baik, responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu.24

Setiap pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban, dengan bobot alternative jawaban sebagai berikut:

Tabel I.2 Skala Likert Kategori Skor Sangat Setuju 5 Setuju 4 Ragu-ragu 3 Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

G. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan mendeskripsikan, menggambarkan, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti.25

Metode Kuantitatif merupakan Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan

24

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), Ed. 2, h. 70

25

(29)

hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.26 Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yakni variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat). Variabel independent disimbolkan dengan huruf (X), yakni Kualitas Produk , dan variabel terikat disimbolkan dengan huruf (Y), yakni Keputusan Pembelian Konsumen Meubel AA di Kecamatan Rambatan. Metode analisis data akan di lakukan dengan bantuan analisis aplikasi komputer program SPSS versi 25.0. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Uji Instrumen Penelitian

Untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian dianggap sebagai penelitian ilmiah, maka kecermatan pengukuran sangat diperlukan. Untuk itu, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk memperoleh sesuatu penhukuran yang cermat, yaitu sebagai berikut: a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat instrumen atau kuesioner yang disusun mampu menggambarkan yang sebenarnya dari variabel penelitian.Biasanya syarat minimum suatu kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r bernilai minimal 0,3sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi r hitung ≥ r tabel.27

26

Sutrisno Badri, Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 12.

27Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. Ke-2,Cet.

(30)

Adapun rumus yang dipakai yaitu korelasi pearson produkmoment: ∑ √∑ ∑ Keterangan: r = koefesien korelasi

x = deviasi rata-rata variabel y = deviasi rata-rata variabel Y b. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dalam sebuah penelitian dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar tingkat keabsahan sehingga dapat menghasilkan data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan dan dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda, pengujian ini menggunakan metode alpha. Suatu instrument dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s alpha >0,60.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebagai konsekuensi penggunaan analisis statistik parametrik, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Hal tersebut dimaksudkan untuk menguji bahwa tidak terdapat bias pada nilai estimator dari model yang digunakan dalam penelitian.28 Terdapat 3 macam uji asumsi klasik yaitu:

28

(31)

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal, maka data tersebut dapat mewakili suatu populasi. Uji normalitas data dapat dilihat dari grafik histogram, jika grafik histogram membentuk gunung atau lonceng, maka dapat dikatakan data tersebut terdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian nilai residual satu pengamatan yang lain. Kemungkinan adanya dugaan Scatterplot dimana sumbu x adalah residual dan sumbu y adalah nilai y yang diprediksi. Jika pada grafik tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah sumbu 0 (nol) pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedsatisitas atas suatu model regresi.

c. Uji Auto Korelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1).Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durrbin-Watson (DW- Test).Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika dU < DW < 4-dU maka H0 diterima dan tidak terjadi masalah

(32)

2) Jika DW < dL atau DW > 4-dL maka H0 ditolak dan terdapat

masalah autokorelasi

3) Jika dL< DW <dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka tidak ada keputusan yang pasti.

3. Uji Hipotesis Penelitian

a. Analisis Regresi Linear Sederhana

Dalam upaya menjawab permasalahan pada penelitian ini maka digunakan analisis regresi linier sederhana (single regression). Analisis regresi sederhana adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.29 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS.

b. Uji t (Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y) dengan α = 0,05atau 5%. Jika t hitung> t tabel, maka

terdapat hubungan yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Jika thitung<ttabel maka tidak terdapat hubungan yang

signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. c. Uji Koefisien Determinasi(R2)

Nilai koefisien deteriminasi (R2) dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi berganda (R2) mencerminkan seberapa besar sumbangan pengaruh

29

Ridwan dan Sunarto, Pengantar Statistic Untuk Penelitian Pendidikan, Social Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.108.

(33)

variasi dari variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen.

Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan bantuan computer melalui program SPSS versi 23.00.

H. Model Kerangka Berpikir

Model dalam penelitian ini dapat diterangkan bahwa analisis kualitas produk akan berdampak terhadap keputusan pembelian konsumen dalam kegiatan usaha meubel yang terjadi di Kecamatan Rambatan. Dengan kata lain jika analisis kualitas produk telah sesuai atau tepat dengan yang di butuhkan maka akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Sebaliknya jika analisis kualitas produk tidak sesuai atau tepat sasaran dengan yang di butuhkan maka akan berpengaruh pada keputusan pembelian konsumen itu sendiri.

Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Kualitas Produk (X) Keputusan Pembelian (Y)

(34)

I. Defenisi Operasional Variabel

Tabel 1.3 Operasional Variabel

No Variabel Penelitian Indikator

1 Kualitas produk

Kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use)

untuk memenuhi kebutuhan dan kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang

memakainya, produk yang tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (Quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan

a. Kualitas produk sesuai dengan harapan konsumen.

b. Kualitas bahan baku. c. Variasi produk.30

2 Keputusan pembelian kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.

a. Kemantapan pada sebuah produk b. Kebiasaan dalam membeli memberikan rekomendasi kepada orang lain c. Melakukan pembelian ulang.31 J. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan antara lain:Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, hipotesis, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.

30

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran ( Yogyakarta : Andi Offset, 2008) h. 96-97

31

Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen (Yogyakarta :Andi Offset, 2005) , h.226

(35)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang sejarah usaha meubel AA di Kecamatan Rambatan

BAB III : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini berisikan tentang teori yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian, berupa pengertian keputusan pembelian konsumen, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, tanda – tanda yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, pengertian kulitas produk, ciri ciri kualitas produk, dan produk berkualitas dalam ekonomi syariah.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil dari penelitian dan pembahasan yang akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, mengenai pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen Meubel AA, Mengemukakan Gambaran Umum Tentang Hasil Penelitian, Pengolahan Data, dan Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian guna untuk penelitian yang akan mendatang.

(36)

BAB II

TINJAUAN UMUM USAHA MEUBEL AA

A. Sejarah Berdirinya Usaha Meubel AA

Melestarikan hutan berarti menjamin kelestarian ekologis, sosial ekonomis, dan berarti ikut menjamin keberlanjutan pembangunan sosial ekonomis masyarakat. Salah satu pemanfaatan hutan yaitu kayu, di Jorong Pabalutan Kenagarian Rambatan Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar mayoritas masyarakatnya berasal dari suku Minang Kabau. Di tempat ini didirikan sebuah usaha perabot oleh Zarniwar. Perabot ini didirikan pada tahun 2004, seiring berjalannya waktu muncul ide dari pemilik untuk menamai usaha perabot ini dengan nama usaha “Meubel AA”.

Motivasi awal dibangunnya usaha perabot syariah ini dijadikan sebagai wadah yang digunakan untuk mencari nafkah agar terpenuhinya kebutuhan keluarga. Selain itu, usaha perabot syariah ini didirikan karena Bapak Zarniwar tidak ingin bekerja di bawah tangan orang lain, kemudian beliau juga ingin membuka lapangan pekerjaan agar bisa menolong orang lain.32

Usaha Meubel AA merupakan suatu tempat yang menerima pemesanan apapun jenis perabotan untuk dipakai rumah tangga, mengisi perabotan untuk toko dan kebutuhan untuk lembaga pendidikan seperti TK, SD, SMP, SMA. Produk yang diproduksi pada usaha meubel AA ini tergantung pesanan dari konsumen, biasanya seperti kusen, pintu, jendela,

32

Zarniwar, Pemiliki Usaha Meubel AA, Wawancara, Rambatan, 20 Agustus 2019.

(37)

lemari, kitchen set, tempat tidur, mimbar mesjid, kursi dan meja untuk sekolah, dll. Seiring berjalannya waktu konsumen pada usaha meubel AA ini semakin berkembang.33

B. Visi, Misi, Tujuan Usaha Meubel AA

Dalam menjalankan usahanya, meubel AA memiliki visi dan misi yang harus diwujudkan, yaitu:

1. Visi Usaha Meubel AA

“Mampu memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada konsumen dengan menghasilkan produk-produk yang berkualitas agar menjadi usaha perabot yang mampu bersaing didunia usaha dengan ridho Allah SWT” 2. Misi Usaha Meubel AA

a. Menggunakan bahan baku yang berkualitas

b. Menyelesaikan pekerjaan atau pesanan konsumen tepat waktu c. Bekerja dengan ikhlas dan bertanggung jawab34

C. Struktur Organisasi Usaha Meubel AA

Sebagaimana yang telah kita ketahui baik perusahaan besar maupun kecil (home industry), semua tidak lepas dari suatu kegiatan organisasi, karena organisasi merupakan bagian yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam suatu organisasi tentunya terdapat struktur organisasi yang di dalamnya dapat dilihat kedudukan masing-masing individu dalam perusahaan tersebut.

33

Zarniwar, Pemiliki Usaha Meubel AA, Wawancara, Rambatan,20 Agustus 2019.

34

(38)

Struktur organisasi merupakan gambaran secara sederhana mengenai hubungan dan kerjasama sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan bersama, dengan adanya struktur organisasi akan diketahui tingkat kekuasaan seseorang, wewenang dan tanggung jawab seseorang karyawan. Semua kegiatan dalam perusahaan atau organisasi melibatkan banyak orang yang membutuhkan satu hubungan yang jelas. Semakin banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam perusahaan, maka semakin komplek pula hubungan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan suatu badan organisasi untuk menggambarkan hubungan masing-masing bagian yang ada dan fungsi dalam suatu organisasi.

Demikian juga dengan usaha meubel AA, berdasarkan observasi awal di lapangan, usaha meubel AA belum mempunyai struktur organisasi secara tertulis, namun secara umum gambaran mengenai struktur organisasi telah dijelaskan ketika wawancara berlangsung dengan pemilik usaha. Gambaran umum mengenai struktur organisasi pada usaha meubel AA dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar II.1

Struktur Organisasi Usaha Mebel AA Pemilik Zarniwar Bag. Produksi Vera Bag. Keuangan Reflita Andra Aldi

Vera Riski Arif

Karyawan

Tetap Tidak tetap

Bag. pemasaran Zarniwar

(39)

Struktur organisasi pada usaha meubel AA termasuk tipe organisasi fungsional, di mana pihak usaha meubel AA telah melakukan pembagian tugas dalam operasionalnya meskipun pembagian kerja tersebut masih terlihat sederhana.

Pemilik usaha meubel AA sendiri adalah bapak Zarniwar yang bertugas sebagai pengelola utama dan bertanggung jawab penuh terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan. Selain sebagai pengelola utama, Bapak Zarniwar juga bertanggung jawab atas pemasaran produk. Namun, pemasaran produk pada usaha meubel AA ini hanya berkisar ke konsumen langganan, teman, dan yang mengetahui saja, karena kurangnya pengetahuan akan penggunaan sosial media untuk memasarkan produk tersebut.

Bapak Zarniwar tetap berusaha untuk mengembangkan usahanya dengan dukungan istrinya, yaitu ibuk Reflita. Dalam pengelolaan usaha meubel AA ini, ibu Reflita bertugas sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah keuangan pada usaha meubel AA, misalnya seperti pembayaran gaji karyawan serta keluar masuk arus kas keuangan usaha meubel AA.35

Untuk bagian produksi, pihak yang bertanggung jawab terhadap proses produksi pada usaha perabot adalah bapak Vera. Dalam proses produksi ini, Bapak Vera bertanggung jawab untuk turun tangan langsung dalam proses produksi seperti pemotongan kayu, pengukuran dan penggambaran perabotan

35

(40)

yang sesuai dengan pesanan, pengamplasan kayu, dan pengecatan perabot yang telah selesai, tentunya setiap proses itu dibantu oleh karyawan lain sesuai dengan keahlian dan pembagian tugas yang diberikan.

Karyawan pada usaha meubel AA hampir sebagian besar bertugas dalam proses produksi pembuatan perabot, karena pada bidang produksi ini adalah bidang yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja. Biasanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan, hubungan antara pemilik usaha meubel AA dengan karyawannya lebih bersifat hubungan kekeluargaan sehingga hubungan yang terbentuk antara pemilik dan karyawan lebih cenderung ke arah hubungan informal.36

36

(41)

BAB III LANDASAN TEORI

A. Kualitas Produk

1. Pengertian Kualitas Produk

Dalam kamus Bahasa Indonesia kontemporer kualitas produk adalah tingkat baik atau buruknya sesuatu.37 Menurut M Suyanto kualitas adalah seberapa baik sebuah produk sesuai dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.38 Menurut Deming kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.39

Menurut Garvin dan Davis kualitas produk adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.40

Dalam kamus Bahasa Indonesia kontemporer produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan dibeli tambahan.41 Sementara menurut Tjiptono produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk

37

Petter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modren English Press, 2002), Ed.2,h.130

38

M. Suyanto, Marketing strategy top brand Indonesia, (Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2007), h.110

39

Deming, Manajemen Terpadu Edisi kedua, Sebagaimana dikutip dalam karangan M.N. Nasution, h.3

40

Garvin dan davis, Manajemen Terpadu Edisi kedua, Sebagaimana dikutip dalam karangan M.N.Nasution, h.3

41

Petter Salim, Yenny Salim, Op Cit, h.192

(42)

diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan.42

Banyak orang menganggap produk adalah suatu penawaran nyata, tetapi produk bisa lebihdari itu. Secara luas produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa pengalaman, acara, orang, tempat, property, organisasi, informasi dan ide.43

Produk didefinisikan juga sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.44

Menurut Philip Kotler produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, pemakaian dan konsumsi yangdapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.

Menurut Ricky W.Griffin dan Ronaldo J.Ebert produk adalah paket nilai yang menyediakan manfaat-manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan.45

Menurut M.Nur Rianto Al Arif Pengertian sempit dari produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud dan dihimpun dalam bentuk yang serupa dan telah dikenal, sedangkan pengertian luas produk adalah sekelompok sifat –sifat yang berwujud (tangible) dan tidak

42

http://blogger-viens.blogspot.com/2013/01/kualitas produk.html. Akses pada Tanggal 14 februari 2019

43

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Op Cit, h. 4

44

Philip Kotler dan Gary Armstrong, Op Cit, h.266

45

Ricky W.Griffin, Ronaldo J.Ebert, Bisnis Edisi Kedelapan, (Jakarta : Erlangga, 2006), h. 203

(43)

berwujud (intangible) didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise, dan pelayanan yang diberikan produsen yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan konsumen.46

2. Tingkatan Produk

Usaha untuk merencanakan produk yang ditawarkan kepasar, dimana perencana produk harus berfikir secara mendalam dengan memahami lima tingkatan produk, sehingga tiap-tiap tingkat mampu menambah lebih banyak nilai pelanggan diantaranya yaitu:47

a. Produk utama/inti (Core Benefit) adalah produk yang sesungguhnya dibeli konsumen karena memiliki manfaat utama atau sesungguhnya.48 b. Produk dasar (Basic Product) adalah produk yang tidak mencerminkan

versi dasar (fungsional) dari suatu produk.

c. Produk yang diharapkan (Expected Product) adalah suatu kumpulan atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pelanggan ketika mereka membeli produk tersebut.

d. Produk yang ditingkatkan atau produk tambahan adalah pelayanan tambahan yang diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan bahkan mampu melampaui harapan mereka, sehingga mampu

46

M.Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 139-140.

47

Marius P.Angiospora, Dasar-Dasar Pemasaran, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2002), h.153-154

48

(44)

membedakan penawaran perusahaan dengan penawaran perusahaan pesaing.49

3. Klasifikasi Produk

Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu barang dan jasa.

Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan ruma tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu convenience goods, shopping goods, specialty goods, dan unsought goods. Klasifikasi ini didasrkan pada kebiasaan konsumen dalam berbelanja (Berkowitz, et al.,1992), yang dicerminkan dalam tiga aspek berikut (a) usaha yang dilakukan konsumen untuk sampai pada suatu keputusan pembelian, (b) atribut-atribut yang digunakan konsumen dalam pembelian, dan (c) frekuensi pembelian.

a. Convenience Goods

Convenience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi ( sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam perbandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain rokok, sabun, pasta gigi, baterai, permen, dan surat kabar. Convience

49

(45)

goods sendiri masih dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu

staples, impulse goods, dan emergency goods.

1) Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara regular atau rutin, misalnya sabun mandi dan pasta gigi.

2) Impulse goods merupakan barang yang dibeli tanpa perencanaan terlebih dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya. Biasanya impulse goods tersedia dan dipajang di banyak tempat yang tersebar, sehingga konsumen tidak perlu repot-repot mencarinya. Contohnya permen, coklat, majalah. Biasanya impulse goods dipajang di

counter supermarket.

3) Emergency goodsadalah barang yang dibeli bila suatu kebutuhan dirasa konsumen sangat mendesak, misalnya paying dan jas hujan di musim hujan.

b. Shopping Goods

Shopping goods adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternative yang tersedia. Kriteria perbandinagn tersebut meliputi harga, kualitas, dan model masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, dan furniture. Shopping goods terdiri atas dua jenis, yaitu homogeneous shopping goods dan heterogeneous shopping goods.

1) Homogebeous shopping goods merupakan barang-barang yang oleh konsumen dianggap serupa dalam kualitas tetapi cukup

(46)

berbeda dalam harga. Dengan demikian konsumen berusaha mencari harga yang termurah dengan cara membandingkan harga di satu toko dengan toko lainnya. Contohnya adalah tape recorder,

TV dan mesin cuci.

2) Heterogeneous shopping goods adalah barang-barangyang aspek karakteristik atau ciri-cirinya (featurs) dianggap lebih penting oleh konsumen daripada aspek harganya. Dengan kata lain, konsumen mempersepsikannya berbeda dalam hal kualitas dan atribut. Contohnya perlengkapan rumah tangga, mebel, dan pakaian.50 4. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian

Pada hakikatnya, seseorang membeli suatu produk bukan hanya sekedar ia ingin memiliki produk tersebut. Para pembeli membeli barang dan jasa, karena barang atau jasa tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Dengan kata lain, seseorang membeli produk bukan karena fisik produk itu semata-mata, tetapi karena manfaat yang ditimbulkan dari produk yang dibelinya tersebut.51

Produsen yang berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen hanya akan memilih produk yang berkualitas, atau mempunyai kelebihan – kelebihan lain yang sifatnya inovatif menurut anggapan produsen. Perusahaan berpendapat bahwa konsumen akan menyenangi produk yang menawarkan kualitas dan prestasi yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol dan karena itu organisasi harus mencurahkan usaha terus

50

Fandy Tjiptono, Op Cith.98-99

51

Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep, dan strategi, (Jakarta : Raja Grafindo Perasada, 1996), h.202

(47)

menerus dalam perbaikan produk.Para konsumen membeli produk lebih dari pada sekedar untuk memenuhi kebutuhan.Para konsumen pada mulanya menaruh perhatian pada mutu produk.Para konsumen mengetahui tinggi rendahnya mutu maupun perbedaan-perbedaan dalam penampilannya di antara berbagai merk yang bersaing.Para konsumen menetapkan pilihan di antara berbagai merk yang bersaing itu. Dengan pedoman mendapatkan mutu terbaik untuk uang yang mereka belanjakan. Tugas produsen ialah tetap menjaga kualitas produk agar semakin baik dan hal ini merupakan kunci untuk menarik dan mempertahankan langganan.52

Citra kualitas produk dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Harga mahal, contohnya, kerapkali dijadikan indikator kualitas tinggi oleh para konsumen. Upaya menghasilkan produk berkualitas tinggi biasnya membutuhkan biaya besar, diantaranya biaya riset dan pengembangan, serta biaya bahan baku yang digunakan. Kendati demikian, apabila konsumen mempersepsikan produk dan merek spesifik berkualitas tinggi, maka produk dan merek bersangkutan berpeluang

survive lebih besar dalam pasar yang sangat kompetitif. Konsumen mempercayai merek dan kualitas produk tersebut sekalipun harganya lebih mahal.53

52

Ibid, h.39

53

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Esensi dan Aplikasi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2016), h. 222

(48)

5. Indikator Kualitas Produk

a. Produk Harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli

b. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. Dalam usaha pakaian, manfaat utama yang dibeli para konsumen adalah kualitas bahan baku, memiliki bahan yang nyaman untuk dipakai.

c. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi)

d. Produk pelengkap (augmented product) yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan varian produk, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.

e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.54 6. Kualitas Produk Dalam Pandangan Islam

Produk pada Al-Qur’an dinyatakan dalam dua istilah, yaitu al-tayyibat dan al-riz. Al-tayyibat merujuk pada suatu yang baik, suatu yang murni dan baik, sesuatu yang bersih dan murni, sesuatu yang baik dan

54

(49)

menyeluruh serta makanan yang terbaik. Al- rizq merujuk pada makanan yang diberkahi tuhan, pemberian yang menyenangkan dan ketetapan Tuhan. Menurut Islam produk konsumen adalah berdaya guna, materi yang dapat dikonsumsi yang bermanfaat yang bernilai guna, yang menghasilkan perbaikan material, moral, spiritual bagi konsumen. Sesuatu yang tidak berdaya guna dan dilarang dalam Islam bukan merupakan produk dalam pengertian Islam. Barang dalam ekonomi konvensional adalah barang yang dapat dipertukarkan. Tetapi barang dalam Islam adalah barang yang dapat dipertukarkan dan berdaya guna secara moral.55

Firman Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:









































Artinya: “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Menurut Syaikh Imam Al-Qurthubi, dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al-Qurthubi/Syeikh Imam Al-Qurthubi, makna kata halal itu sendiri adalah melepaskan atau membebaskan. Dan kata ini disebut halal karena ikatan larangan yang mengikat sesuatu itu telah di lepaskan. Sahal bin Abdillah mengatakan: ada tiga hal yang harus dilakukan jika seseorang

55

Veithzal Rivai Zainal, Muhammad Syafei Antoniu, Muliaman Darmansyah Hadad, Op Cit, h. 380

(50)

ingin terbebas dari neraka, yaitu memakan makanan yang halal, melaksanakan kewajiban, dan mengikuti jejak Rasulullah saw.

Kemudian janganlah kamu mengikuti langkah dan perbuatan syetan. Dan setiap perbuatan yang tidak ada dalam syariat maka perbuatan itu nisbatnya kepada syetan. Allah swt juga memberitahukan bahwa syetan adalah musuh dan tetntu saja pemberitahuan dari Allah swt adalah benar dan terpercaya. Oleh karena itu bagi setiap makhluk yang memiliki akal semestinya berhati-hati dalam menghadapi musuh ini yang telah jelas sekali permusuhannya dari zaman nabi Adam AS. Syetan telah berusaha sekuat tenaga, mengorbankan jiwa dan sisa hidupnya untuk merusak keadaan anak cucu Adam As.56

Kualitas produk mendapat perhatian para produsen ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Akan tetapi terdapat perbedaan signifikan diantara pandangan ekonomi ini dalam penyebab adanya perhatian masing-masing terhadap kualitas, tujuan dan caranya. Sebab dalam ekonomi konvensional, produsen berupaya menekankan kualitas produknya hanya semata-mata untuk merealisasikan tujuan materi. Boleh jadi tujuan tersebut merealisasikan produk yang bisa dicapai dengan biaya serendah mungkin, dan boleh jadi mampu bersaing dan bertahan dengan produk serupa yang diproduksi orang lain. Karena itu acapkali produk tersebut menjadi tidak berkualitas, jika beberapa motivasi tersebut tidak ada padanya; seperti produk tertentu yang ditimbun karena tidak

56

Syeikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi/Syekh Imam Al-Qurthubi, (Jakarta : Pustaka Azzam,2007), h. 481-483

Gambar

Tabel I.2  Skala Likert  Kategori  Skor  Sangat Setuju  5  Setuju  4  Ragu-ragu  3  Tidak Setuju  2
Gambar 1.1  Kerangka Penelitian  Kualitas Produk  (X)  Keputusan  Pembelian (Y)
Tabel 1.3  Operasional Variabel
Gambar II.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanaman padi umur 42 HST, varietas yang mempunyai jumlah anakan per rumpun yang relatif rendah adalah Inpari 30, Inpari 4, Mekongga, dan Inpari 33, jumlah anakan per

Kegi giat atan an bu budi dida daya ya ta tana nama man n ho holt ltik ikul ultu tura ra in ini i sa sang ngat at te terg rgan antu tung ng pa pada da ketersediaan

Rendahnya tingkat Adjusted R Square dalam konservatisma menggunakan ukuran akrual sebasar 4,1 persen dan konservatisma menggunakan nilai pasar dari model yang diuji

Aktifitas antropogenik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan persebaran lamun, oleh sebab itu himbauan maupun peraturan harus dilakukan pada kawasan CMC Tiga Warna untuk

Bentuk desa berdasarkan tiga kelompok, yaitu (1) Orientasi Rumah : merupakan bentuk desa dengan letak rumah-rumah yang membentuk kelompok terpusat (konsentris); (2) Aspek

Salah satu cara untuk menciptakan pasar baru adalah dengan melakukan kegiatan pelayanan komunikasi kepada masyarakat, kegiatan pelayanan merupakan kegiatan sadar yang

Hal ini dapat memutuskan hubungan dengan komunitas agama dan hubungan yang tidak stabil dengan Tuhan sehingga mengarah pada tingkat kualitas hidup yang lebih

Tujuan yang ingin dicapai adalah mendapatkan rumusan perencanaan dan perancangan Sekolah Alam Anak Jalanan di Surakarta dengan pendekatan Arsitektur Ekologis,