• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inflamasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Inflamasi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL BLOK 9 INFEKSI I

MODUL 2 PERADANGAN

Di susun oleh: Kelompok 3

ADELIA CAESARINI (1310015103)

MIRSA HERDIANI (1310015119)

ANNISA FAIRUS (1310015094)

RAISA DEBRINA COMMAS (1310015111)

HOSANA A M (1310015095)

FIKA NOR AIDA (1310015093)

MADHERISA PAULITA (1310015099)

ANDRE KUSUMA (1310015116)

WILMAN RANTE (1310015118)

Tutor : drg. Silvia Agustin FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia serta Kehendak-Nya lah laporan dari hasil diskusi blok 8 modul 5 yang berjudul “Peradangan” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada drg Silvia Agustin selaku tutor kelompok 3, yang telah membantu dalam membimbing jalannya diskusi.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 3 yang telah turut serta dalam bepartisipasi pada diskusi ini. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok yang telah disepakati bersama.

Dalam pembuatan laporan modul 2 blok 9 ini tentunya memiliki kelebihan dan banyak kekuranganbaik dalam penjelasan materi, keterbatasan penulisan, penggunaan ejaan-ejaan, serta penyuntingan dan juga bahan-bahan refrensi yang terbatas. Maka dari itu kritik serta saran yang bersifat membangun dapat diberikan agar laporan ini tersusun lebih baik dan bagus dari laporan sebelumnya.

Samarinda, 15 Desember 2014 Hormat Kami

(3)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...4 1.2 Tujuan ...4 1.3 Manfaat ...4 BAB II ISI 2.1 Skenario ...5 2.2 Step 1-Terminologi ...5

2.3 Step 2- Identifikasi Masalah ...6

2.4 Step 3- Analisa masalah ...6

2.5 Step 4- Kerangka konsep ...10

2.6 Step 5 Learning Objective ...10

2.7 Step 6 Belajar Mandiri ...11

2.8 Step 7 Sintesis...11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...25

3.2 Saran ...25

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan, karena inflamasi menghancurkan agen penyebab jejas dan menyebabkan rangkaian kejadian yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki jaringan yang rusak. Inflamasi pada dasarnya merupakan sebuah mekanisme pertahanan terhadap infeksi dan perbaikan jaringan tetapi terjadinya inflamasi secara terus-menerus (kronis) juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan bertanggung jawab pada mekanisme beberapa penyakit. Terjadinya proses inflamasi diinisiasi oleh perubahan di dalam pembuluh darah yang meningkatkan rekrutmen leukosit dan perpindahan cairan serta protein plasma di dalam jaringan. Proses tersebut merupakan langkah pertama untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak. Tubuh mengerahkan elemen-elemen sistem imun ke tempat benda asing dan mikroorganisme yang masuk tubuh atau jaringan yang rusak tersebut. 1.2 Tujuan

Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan mengetahui dan dapat menjelaskan : - Mekanisme, tanda-tanda, mediator dan sel pada inflamasi akut

- Mekanisme, tanda-tanda, mediator dan sel pada inflamasi kronis 1.3 Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peran Inflamasi dalam bidang kedokteran gigi serta mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang didapat sebagai bekal untuk mempelajari ilmu yang nanti akan dipelajari di blok-blok selanjutnya.

.

(5)

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

PERADANGAN

Pasien datang ke RSGM dengan keluhan sakit pada daerah rongga mulutnya setelah mendapat penjelasan dokter diketahui terjadi inflamasi akut. Oleh karena rasa ingin tahu pasien yang begitu besar kemudian mencari sumber referensi terkait dengan proses inflamasi tersebut, setelah ditelusuri pasien tersebut masih bingung mengenai hubungan proses hemodinamik dan permeabilitas pembuluh darah dengan inflamasi.

2.2 STEP 1

TERMINOLOGI 1. Inflamasi akut

Inflamasi akut merupakan suatu proses cepat terhadap agen yang merugikan dan berfungsi untuk menyalurkan mediator pertahanan (leukosit, protein plasma) ke tempat cedera.

2. Hemodinamik

Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). 3. Permebilitas

suatu sifat atau kemampuan dari suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat.suatu membrane dapat bersifat impermeable atau permeable terhadap suatu zat.ada juga membrane yang bersifat permeable terhadap zat tertentu,tetapi impermeable untuk zat lain.membran yang demikian disebut membrane semi permeable atau differential permeable.

2.3 STEP 2

1. Sebutkan jenis-jenis inflamasi selain inflamasi akut dan jelaskan ! 2. Sebutkan tanda-tanda inflamasi akut!

(6)

4. Apa penyebab terjadinya inflamasi akut? 5. Bagaimana bisa terjadi inflamasi akut? 6. Apa akibat dari inflamasi akut?

7. Apakah hubungan hemodinamik dengan permeabilitas pembuuh darah dengan inflamasi? 8. Apa saja sel yang berperan dalam inflamasi akut?

2.4 STEP 3

ANALISIS MASALAH 1. Inflamasi Akut

Inflamasi akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera

Inflamasi Kronis

Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis)

2. Tanda-tanda inflamasi akut :

- Perubahan vaskular : perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan perubahan struktural yang memungkinkan protein plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan/permeabilitas vaskular).

- Jumlah sel darah merah yang sedikit, sehingga neutrofil terdapat dalam jumlah besar.

(7)

- Permeabilitas vaskular : adanya pembentukan sela endotel di venul yang menyebabkan kontraksi sehingga terdapat celah yang menyebabkan neutrofil keluar. Histamin merupakan mediator yang berperan, yang dapat keluar 15-30 menit setelah terjadi inflamasi, selain itu sitokin (TNF, interleukin 1) juga berperan.

- Adhesi dan transmigrasi leukosit : terjadi pada jaringan yang mengalami jejas. Leukosit menempel pada endotel sehingga terjadi adhesi, karena endotel mengeluarkan selektin (P,E,L) dan akhirnya neutrofil terikat.

- Sistem kinin (protein plasma) : yang berfungsi dalam vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.

3. Mediator inflamasi :

a. Amina Vasoaktif: Histamin dan Serotonin. Amina vasoaktif maksudnya adalah berbagai macam mediator kimia yang merupakan turunan dari amina, yang dapat bekerja langsung pada sistem vaskular. Histamin paling banyak dihasilkan oleh sel mast yang biasanya terdistribusi dengan normal pada jaringan ikat longgar sebagai sel tetap (fixed cell). sel mast mengeluarkan histamin sebagai mediator kimia, yaitu Histamin, salah satu mediator yang paling umum diproduksi dan berguna untuk vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular

b. Metabolit Asam Arakidonat (AA): Prostaglandin, Leukotrien, dan Lipoksin AA merupakan salah satu turunan asam lemah yang terdiri atas 20 atom C (Karbon) yang diperoleh dari asupan makanan ataupun konversi dari asam lenoleat.

c. Platelet-Activating Factor (PAF) merupakan salah satu bentuk mediator yang adalah turunan dari fosfolipid. Diberi nama PAF karena mediator ini dapat menyebabkan agregasi dari keping-keping darah, namun sekarang ini ditemukan pula efek dari mediator ini yang dapat memicu terjadinya inflamasi

d. Reactive Oxygen Species (ROS), meskipun terlibat dalam pencernaan mikroba dan eliminasi agen radang, juga dapat dilepaskan ke lingkungan ekstraselular akibat terjadinya frustated-leukocyte. Apabila dikeluarkan dalam konsentrasi kecil, ROS dapat merangsang pengeluaran kemokin, sitokin, dan molekul adhesi endotel yang lebih banyak, sehingga mengamplifikasi respon inflamasi

e. Nitrogen Oksida (NO).NO berperan dalam merelaksasi otot polos vaskular dan mempromosikan terjadinya vasodilatasi

(8)

g. Sitokin yang paling banyak berperan dalam inflamasi akut adalah TNF (α,β,γ) ataupun Interleukin (IL, dari 1 – 20), selain itu terdapat pula Interferon/IFN (α,β,γ).Kemokin merupakan protein yang bersifat terutama sebagai kemoatraktan untuk leukosit. Terdapat 40 jenis kemokin di dalam tubuh, namun baru 20 yang baru teridentifikasi sampai saat ini.

4. Penyebab inflamasi :

- Benda asing yang masuk ke dalam tubuh - Invasi mikroorganisme

- Trauma - Bahan kimia 5. Proses inflamasi akut

Diawali dengan invasi bakteri atau kerusakan jaringan sehingga menyebabkan pelepasan histamin oleh sel mast dan akan terjadi vasodilatasi lokal dan meningkatnya permeabilitas lokal. Vasodilatasi lokal akan meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera sehingga muncu tanda-tanda rubor dan kalor. Kemudian meningkatkan protein plasma yang kemudian invasi perbaikan jaringan. Sedangkan meningkatnya permeabilitas lokal menyebabkan akumulasi cairan lokal dan akan timbul tanda-tanda tumor dan dolor yang meningkatkan fagosit di jaringan, kemudian terjadi invasi perbaikan jaringan atau sekresi fagosit.

6. Akibat inflamasi akut - Pembentukan abses

- Pembentukan jaringan parut - Resolusi

- Inflamasi kronis

7. Hubungan hemodinamik dengan permeabilitas pembuluh darah dengan inflamasi ialah karena permeabilitas dan hemodinamik adalah salah satu tanda dari terjadinya inflamasi

8. Sel yang berperan dalam inflamasi akut adalah a. Makrofag

merupakan sel yang relatif besar dengan diameter sekitar 30μm, bergerak dengan cara ameboid, memberikan respons terhadap rangsangan kemotaksis tertentu (sitokin dan kompleks antigen-antibodi) dan mempunyai kemampuan fagositik untuk mencerna mikroorganisme dan sel debris. Bila dibandingkan dengan neutrofil, makrofag memiliki jangka waktu hidup yang lebih lama dan kemampuan mencerna material yang lebih banyak jenisnya. Selain itu, makrofag dapat membatasi organisme (agen asing) yang hidup andaikata tidak mampu

(9)

membunuhnya dengan enzim lisosom, contohnya adalah pada Mikobakterum

tuberkulosis dan Mikobakterium lepra. Apabila makrofag kemudian ikut serta

dalam reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap organisme tersebut, makrofag sering mengalami kematian dan melepaskan enzim lisosomnya sehingga menyebabkan nekrosis yang meluas.

b. Neutrofil

Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau “pool”. Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal.

2.5 STEP 4 KERANGKA KONSEP INFLAMASI INF.AKUT INF.KRONIS MEKANISM E TANDA-TANDA MEDIATOR & SEL MEKANISM E

(10)

2.6 STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami mengenai inflamasi akut a. Mekanisme inflamasi akut

b. Tanda-tanda inflamasi akut

c. Mediator dan sel-sel yang berperan

2. Mahasiswa memahami mengenai inflamasi kronis a. Mekanisme inflamasi kronis

b. Tanda-tanda inflamasi kronis c. Mediator dan sel-sel yang berperan 2.7 STEP 6

BELAJAR MANDIRI

2.8 STEP 7 SINTESIS

Inflamasi berasal dari bahasa Latin, inflammare, yaitu dibakar. Secara sederhana, inflamasi didefinisikan sebagai suatu respons protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal. Inflamasi juga merupakan reaksi jaringan vaskularisasi terhadap suatu injuri lokal, yaitu berupa upaya perlindungan organisme terhadap suatu rangsangan merugikan untuk menghapus rangsangan tersebut serta memulai proses penyembuhan jaringan. Tetapi, inflamasi bukan sinonim untuk infeksi. Walaupun sebagian besar inflamasi disebabkan oleh infeksi, keduanya tidak sama, di mana infeksi disebabkan oleh patogen eksogen, sedangkan inflamasi adalah salah satu tanggapan dari organisme patogen.

INFLAMASI AKUT

Inflamasi akut merupakan respons segera terhadap jejas yang dirancang untuk mengirim leukosit ke tempat jejas. Sesampainya di tempat jejas, leukosit membersihkan setiap mikroba

(11)

yang menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini memiliki dua komponen utama :

(1) Perubahan vaskular : perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan perubahan struktural yang memungkinkan protein plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan/permeabilitas vaskular).

(2) Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan akumulasinya di fokus jejas (rekrutmen dan aktivasi selular)

Rentetan bertingkat (kaskade) kejadian pada inflamasi akut diintegrasikan oleh pelepasan lokal mediator kimiawi. Perubahan vaskular dan rekrutmen sel menentukan tiga dari lima tanda lokal klasik inflamasi akut: panas (kalor), merah (rubor), dan pembengkakan (tumor). Dua gambaran kardinal tambahan pada inflamasi akut, yaitu nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (functio laesa), terjadi akibat perluasan mediator dan kerusakan yang diperantarai leukosit.

MEKANISME INFLAMASI AKUT

(1) PERUBAHAN VASKULAR (PERUBAHAN PADA KALIBER DAN ALIRAN PEMBULUH DARAH)

Perubahan ini dimulai relatif lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat berkembang dengan kecepatan yang beragam, bergantung pada sifat dan keparahan jejas asalnya. Mekanisme ini terjadi sebagai berikut :

(1) Setelah vasokonstriksi sementara (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol, yang mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada aliran darah kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan penyebab timbulnya warna merah (eritema) dan hangat, yang secara khas terlihat pada inflamasi akut.

(2) Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati oleh eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.

(12)

(3) Saat terjadi stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keluar dari aliran darah dan berakumulasi disepanjang permukaan endotel pembuluh darah. Proses ini disebut dengan marginasi. Setelah melekat pada sel endotel, leukosit menyelip di antara sel endotel tersebut dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan interstisial.

(2) PENINGKATAN PERMEABILITAS VASKULAR

Pada tahap paling awal inflamasi, vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskular dan pergerakan cairan dari kapiler. Cairan ini, yang dinamakan trannsudat, pada dasamya merupakan ultrafiltrat plasma darah dan mengandung sedikit protein. Namun demikian, transudasi segera menghilang dengan meningkatnya permeabilitas vaskular yang memungkinkan pergerakan cairan kaya protein, bahkan sel ke dalam interstisium (disebut eksudat). Hilangnya cairan kaya protein ke dalam ruang perivaskular menurunkan tekanan osmotik intravaskular dan meningkatkan tekanan osmotik cairan interstisial. Hasilnya adalah mengalimya air dan ion ke dalam jaringan ekstravaskular; akumulasi cairan ini dinamakan edema.

Pada peradangan ada tiga pola peningkatan permeabilitas vaskuler, yaitu :

1. Respon segera yang sementara, didatangkan oleh mediator kimia (misalnya histamin dan brakinin) dan jejas ringan. Terjadi akibat kontraksi sel endotelial venula yang menyebabkan adanya jarak di antara sel-sel endotelial.

2. Reaksi segera yang terus menerus, disebabkan oleh jejas berat yang mengakibatkan nekrosis endotelial dan merusak venula, kapiler serta arterial.

3. kebocoran terus menerus yang terlambat, terjadi setelah jejas ringan sampai sedang yang berlangsung mengenai endotelium dan menyebabkan jarak interselular.

(3) RESPON SELULAR

Stadium seluler peradangan dimulai setelah peningkatan aliran darah ke tempat jejas. Sel-sel darah putih terutama neutrofil dan monosit serta trombosit tertarik ke daerah tersebut dan bermigrasi melalui kapiler yang bocor untuk mengelilingi sel-sel yang rusak. Sel-sel ini memfagositosis sel yang mati dan mikroorganisme serta merangsang pembekuan untuk mengisolasi infeksi dan mengontrol perdarahan. Sel-sel yang tertarik ke daerah jejas akhirnya akan berperan melakukan penyembuhan.

(13)

Tahapan pengeluaran leukosit dari lumen ke jaringan interstitial yang disebut ekstravasasi meliputi peristiwa sebagai berikut : (a) marginasi dan rolling, (b) adhsesi dan transmigrasi, (c) migrasi pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik.

(a) Marginasi dan Rolling

Karena terjadi vasodilatasi setelah timbulnya jejas, darah mengalir lambat dan leukosit banyak berkumpul di tepi pembuluh dekat dengan sel endotel. Proses ini disebut penepian, dimana sebelumnya leukosit berada di bagian tengah dalam aliran darah. Leukosit berputar perlahan-lahan sepanjang endotel dan menempel sementara (proses ini disebut rolling) dan akhirnya sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel.

(b) Adhesi dan transmigrasi

Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap di antara sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruangan ekstravaskular (diapedesis). Perlekatan leukosit dengan sel endotel diperantarai oleh molekul perekat. Molekul-molekul ini berperan penting dalam interaksi sel antara leukosit dan endotel pada radang akut dan koagulasi 1. Selektin, molekul ini terdapat pada permukaan sel endotel, leukosit dan trombosit, yang merangsang perlekatan leukosit pada endotel bila terjadi proses peradangan . Tiga molekul selektin yang penting adalah:

 E-selektin (CD62E: khususnya ELAM-1) yang ditemukan pada endothelium

 P-selektin (CD62P: khususnya GMP-140 atau PADGEM) yang ditemukan pada endothelium dan platelet

 L-selektin (CD62L: khususnya LAM-1) yang ditemukan pada leukosit secara umum

(14)

2. Imunoglobulin dalam kelompok ini meliputi 2 molekul perlekatan terhadap endothelium, yaitu:

 ICAM-1 (intercellular adhesion molecule 1)

 VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule 1)

Kedua molekul ini akan berinteraksi dengan integrins dan ditemukan pada leukosit

3. Integrin adalah perlekatan antar membrane glikoprotein yang heterodimerik, dibentuk dari rantai alfa dan beta dan berfungsi sebagai reseptor dari matriks ekstraseluler. Reseptor integrin untuk ICAM-1 : integrin beta LFA-1 dan MAC-1 (CD11a/CD18 dan CD11b/CD18). Reseptor integrin untuk VCAM-1 adalah integrin alfa 4 beta 1 (VLA-4) dan alfa 4 beta 7 4. Mucin seperti glikoprotein, adalah sialylated dari oligosakarida, yang termasuk disini adalah

GLyCAM-1, PSGL-1, ESL-1 dan CD34.

Molekul-molekul perekat ini bekerja jika terjadi proses peradangan, mempunyai mekanisme tertentu tergantung kepada lamanya peradangan, macam rangsangan dari radang dan keadaan dari aliran darah. Tahapannya diantaranya:

1. Pendistribusian kembali molekul perekat pada permukaan sel. Sebagai contoh, P-selektin secara normal berada pada permukaan membrane dari granula endothelial intrasitoplasmik yang spesifik yang disebut badan Weibel-Palade. Pada perangsangan oleh mediator seperti histamine, trombin dan PAF. P-selektin akan didistribusikan ke permukaan sel dengan cepat dimana ia akan mengikat leukosit. Proses ini terjadi dalam beberapa menit.

2. Masuknya molekul perekat ke endothelium yang terjadi dalam 1-2 jam, dimana untuk proses ini dibutuhkan sintesa protein yang baru.

3. Peningkatan kemampuan mengikat dari integrin, dimana dalam proses ini terjadi interaksi antara LFA-1 atau ICAM-1, yang menyebabkan perlekatan yang kuat dengan endothelial. (c) Migrasi pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik (emigrasi)

Emigrasi adalah proses perpindahan leukosit yang bergerak keluar dari pembuluh darah. Meskipun semua sel darah putih dapat bergerak, tetapi yang paling aktif adalah neutrofil dan monosit, dan paling lambat ialah limfosit. Tipe dari perpindahan leukosit bervariasi tergantung usia dari lesi yang mengalami peradangan dan tipe dari rangsangannya. Pada peradangan akut,

(15)

neutrofil ditemukan pada infiltrat radang selama 6 sampai 24 jam dan kemudian digantikan oleh monosit dalam 24 jam sampai 48 jam.

Setelah ketiga peristiwa ekstravasasi leukosit di atas maka akan dilanjutkan dengan beberapa peristiwa antara lain : (a) kemotaksis dan aktivasi, (b) fagositosis dan degranulasi (c) pelepasan mediator

(a) Kemotaksis dan Aktivasi

Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit berpindah ke jaringan sekitar jejas melalui suatu proses yang disebut kemotaksis (Gambar 7). Hampir semua sel darah merah dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis ini dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit yang paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis, sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma (kompenen komplemen), atau bersifat eksogen seperti produk-produk bakteri berupa peptide yang memiliki N-formil-methionin sebagai turunan dari asam amino. Faktor kemotaksis endogen, meliputi:

1. Kompenen dari sistem komplemen, terutama C5a

2. Produk dari jalur hipoksigenase yang merupakan hasil metabolisme asam arakidonat, sebagian besar adalah leukotrin B4 (LTB4)

3. sitokin terutama kelompok kemokin

Selain merangsang pergerakan, faktor kemotaksis juga menginduksi respons leukosit lainnya, yang umumnya disebut sebagai aktivasi leukosit, antara lain :

- Degranulasi dan sekresi enzim lisosom, dan terjadi pembakaran oksidatif melalui aktivasi protein kinase C yang diinduksi oleh DAG

- Produksi metabolit AA melalui aktivasi fosfolipase A2 yangdiinduksi oleh kalsium dan DAG

- Modulasi molekul adhesi leukosit melalui peningkatan kalsium intrasel, termasuk peningkatan (atau penurunan) jumlah dan peningkatan (atau penurunan) afinitas. (b) Fagositosis

Fagositosis dan pelepasan enzim oleh neutrofil dan makrofag adalah merupakan manfaat yang didapatkan dari akumulasi leukosit pada pusat peradangan. Fagositosis (Gambar 8) meliputi tahapan-tahapan:

(16)

Pada keadaan ini, neutrofil dan makrofag mengenal dan menelan bakteri atau benda-benda asing, yang sebelumnya telah diselubungi atau diopsinisasi oleh protein plasma yang disebut opsonin. Dalam keadaan ini untuk mempertinggi efisiensi dari fagositosis. Opsonin-opsonin yang utama adalah:

1. Fragmen Fc dari imunologlobulin G (IgG)

2. C3b, disebut juga fragmen opsonin dari C3 (stabil dalam bentuk C3bi)

3. Ikatan protein-karbohidrat (lektin) dari plasma yang disebut kolektin, yang akan terikat pada dinding sel mikroba

b. Penelanan

Ikatan dari partikel opsonin ke FcyR cukup untuk memicu penelanan dimana terjadi perubahan karena adanya komplemen reseptor. Saat penelanan terjadi pergerakkan dari sitoplasma mengalir mengelilingi objek untuk ditelan. Batas membran dari vakuola fagosit bersatu dengan batas membrane dari granula lisosom, lalu granula-granula ini masuk ke fagolisosom. Pada bagian ini, neutrofil dan monosit mengalami degranulasi secara prograsif. c. Pembunuhan atau degradasi

Tahapan terakhir dari fagositosis dari bakteri adalah pembunuhan dan degradasi. Pembunuhan bakteri sebagaian besar dikerjakan oleh mekanisme yang tergantung pada oksigen. Fagositosis distimulasi oleh konsumsi oksigen, glikogenolisis, peningkatan oksidasi glukosa melalui heksose-monofosfat dan pengaktifan kembali metabolit oksigen. Pembunuhan bakteri yang tidak tergantung oksigen, dimana aksi dari subtansi ini terjadi pada granula leukosit. Pembunuhan bakteri dengan enzim lisosom mungkin tidak efisien dan relatif tidak penting dibandingkan dengan mekanisme yang bergantung oksigen, tetapi enzim lisosom penting untuk mendegradasi mikroorganisme yang mati. Beberapa subtansi bakterisidal ini adalah asam hidrolase, bactericidal permeability protein (BPI), lisozim, laktoferin, defensin, mayor basic protein (MBP).

(c) Pelepasan Mediator

Respon vaskuler dan seluler pada radang akut dan kronik diperantarai oleh mediator-mediator kimia yang berasal dari sel maupun protein yang berasal dari sel maupun protein plasma yang dicetuskan oleh stimulus radang.

(17)

- Amina vasoaktif

Dalam kelompok ini, terdapat 2 amina yang penting sebagai mediator utama dalam peradangan, yaitu histamin dan serotonin. Sejumlah besar histamin disimpan dalam granula sel jaringan penyambung yang dikenal dengan nama sel mast, yang tersebar dalam tubuh (histamin juga terdapat dalam sel basofil dan trombosit). Histamin yang tersimpan tidak aktif dan baru menampilkan efek vaskulernya bila terlepas. Rangsangan yang menyebabkan degranulasi dari histamin diantaranya:

1. Kejas fisik seperti trauma, dingin atau panas

2. Reaksi imun yang melibatkan ikatan antibodi dan sel mast 3. Fragmen komplemen yang disebut anafilaktoksin (C3a dan C5a) 4. Protein pelepas histamin yang berasal dari leukosit

5. Neuropeptida (misalnya subtansi P) 6. Sitokin (IL-1, IL-8)

Pada manusia histamin menyebabkan dilatasi dari arteri dan meningkatkan permeabilitas pembuluh vena. Hal ini bekerja pada sirkulasi mikro melalui reseptor H1.

Serotonin (5-hidroksitriptamin) mempunyai aksi yang mirip dengan histamin. Turunan asam amino triptofan ini dikeluarkan oleh trombosit jika distimulasi oleh PAF atau setelah kontak agregat trombosit dengan kolagen, trombin dan ADP serta kompleks antiogen-antibodi. Agregasi platelet dan pelepasan juga distimulasi oleh PAF (Platelet activating factor) yang dihasilkan oleh sel mast selama rekasi pelepasan Ig E.

- Protease plasma

Variasi dari fenomena dalam respon radang dimediasi oleh 3 faktor plasma yang mempengaruhi yaitu : komplemen, kinin dan sistem pembekuan. Sistem komplemen berisi 20 komponen protein yang ditemukan sebagai konsentrasi terbesar dalam plasma. Sistem ini berfungsi sebagai pembawa dan adaptasi imunitas terhadap agen mikroba, sebagai titik puncak dari proses lisis mikroba dengan cara disebut membrane attack complex (MAC). Komponen komplemen ada dalam bentuk tidak aktif di dalam plasma dan diberi angka C1 sampai C9. Umumnya tahapan kritis dari perluasan dari fungsi biologi dari komplemen adalah aktifasi dari komponen ketiga, C3. Pembelahan dari C3 dapat terjadi melalui sesuatu yang disebut jalur klasik, dimana dipicu oleh perlekatan dari C1 ke antibody (Ig M atau Ig G)

(18)

yang dikombinasikan dengan antigen atau langsung ke jalur alternative dimana hal ini dipicu oleh permukaan mikroba (misalnya endotoksin), kumpulan dari Ig S, polisakarida kompleks, cobra venom dan seterusnya.

Sistem kinin adalah menyebabkan vasoaktif dari peptide yang berasal dari protein plasma yang disebut kininogens oleh protease spesifik yang disebut kallikreins. Sistem kini dihasilkan dari proses akhir pelepasan vasoaktif nonpeptida yaitu bradikinin, sebagai agen yang kuat terhadap peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Bradikinin juga menyebabkan peningkatan konsentrasi dari otot halus, dilatasi dari pembuluh darah dan sakit jika dimasukkan ke kulit. Sistem ini dipicu oleh pengaktifan dari factor Hageman (Faktor ke XII dari jalur pembekuan instrinsik). Aksi bradikinin berlangsung singkat karena cepat diinaktivasi oleh suatu enzin yang disebut kininase.

Sistem pembekuan dan radang adalah proses hubungan yang erat. Sistem pembekuan terbagai menjadi 2 jalur yang saling bertemu. Puncaknya pada pengaktifan trombin dan pembentukan fibrin. Jalur pembekuan instrinsik adalah rangkaian plasma protein yang dapat diaktifkan oleh factor Hageman. Faktor XII berubah menjadi factor XIIa. Dua komponen spesifik dari pengaktifan system pembekuan:

1. Trombin, pengaktifan dari sistem pembekuan yaitu trombin (factor IIa) yang berasal

dari precursor protombin (factor II). Selama proses perubahan ini, dibentuk fibrinopeptida yang akan merangsang peningkatan permeabillitas pembuluh darah aktifitas kemotaksis terhadap leukosit. Trombin berperan dalam peningkatan perlekatan leukosit dan proliferasi fibroblast.

2. Faktor Xa, jalur instrinsik dan ekstrinsik dari pembekuan bertemu pada titik dimana

factor X berubah menjadi factor Xa. Terjadi di sini koagulasi dari protease oleh ikatan terhadap efektor reseptor-1 sel protease, berfungsi sebagai mediator dari inflamasi akut penyebab peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan eksudasi leukosit.

Pada saat factor XIIa menyebabkan pembekuan, juga mengaktifkan system fibrinolitik. System ini berperan pada fenomena vaskuler dari radang pada beberapa jalur.

- Metabolit Asam Arachidonat

Produk yang berasal dari metabolisme asam arachidonat mempengaruhi berbagai variasi dari proses biologi, termasuk radang dan hemostasis. Metabolisme asam arachidonat biasa disebut juga eikosanoid disintesa dari 2 kelas utama dari enzim yaitu siklooksigenase

(19)

(prostaglandin dan tromboksin) dan lipoksigenase (leuotriene dan lipoksin). Eicosanoids dapat nampak pada setiap tahap dari peradangan. Mereka dapat ditemukan dalam eksudat radang dan disintesa secara berlebih pada daerah radang.

NSAID tidak menghambat metabolisme asam arakidonat melalui alur lipoksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase kemungkinan akan menambah pembentukan leukotrien pada alur lipoksigenase. Kemungkinan ini dapat terjadi disebabkan bertambahnya sejumlah asam arakidonat dari yang seharusnya dibutuhkan enzim lipoksigenase (Mutschler, 1991; Campbell, 1991). Selain sebagai penghambat sintesis prostaglandin dari berbagai model eksperimen yang telah dicoba kepada manusia untuk tujuan terapeutik, NSAID ternyata menunjukkan berbagai kerja lain sebagai antiradang (Melmon dan Morreli, 1978). Analog dengan glukokortikoid, asam asetilsalisilat dapat menghambat fosfolipase C tetapi tidak memberikan hasil yang berarti terhadap pembebasan asam arakidonat (Hirschelmann, 1991). Selain menghambat pembebasan asam arakidonat yang mengakibatkan terhambatnya sintesis prostaglandin dan leukotrien, glukokortikoid juga menghambat PAF, tumor nekrosis faktor (TNF) clan interleukin-1 (IL-1). IL-1 mempunyai peranan penting pada aksi radang antara lain menstimulasi PGE2 dan kolagenase, mengaktivasi limfosit T, menstimulasi proliferasi fibroblast, kemotraktan leukosit dan menyebabkan neurofilia. Glukokortikoid juga menghambat pembentukan aktivator plasminogen oleh neutrofil (Hayes, 1991).

Glukokortikoid bersifat paliatif, digunakan untuk menekan berbagai gejala klinis pada proses radang yang disebabkan dilatasi kapiler, udem, migrasi leukosit, aktivitas fagosit dan sebagainya. Selain itu glukokortikoid dapat mencegah terjadinya perubahan-perubahan lanjutan seperti proliferasi kapiler, fibroblast dan kolagen. Glukokortikoid juga dapat diberikan sebagai imunosupresan untuk menekan gejala klinis pada reaksi imun. Pada penyakit yang disebabkan infeksi bakteri glukokortikoid hanya diberikan bersama antibiotika atau khemoterapeutika. Sebagai antiradang glukokortikoid digunakan pada penyakit reumatik (demam reumatik akut dengan karditis, artritis reumatoid, poliartritis, osteo- artritis serta kolagenosis), reaksi alergi, udem otak, tumor ganas, radang pada kulit, mata, telinga dan sebagainya. Termasuk obat antiradang golongan glukokortikoid antara lain: kortison hidrokortison, prednison, prednisolon, triamsinolon, betametason, deksametason dan sebagainya (Mutschler, 1991; Reynolds, 1982; Hayes, 1991).

(20)

- Platelet Activating Factor (PAF)

PAF adalah mediator yang lain dari turunan fosfolipid bioaktif. PAF dapat menyebabkan vasokonstriksi dan bronchokonstriksi dan pada keadaaan konsentrasi yang sangat rendah dapat menginduksi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas venular 100 sampai 10.000 kali lebih besar dibandingkan dengan histamin. PAF juga menyebabkan peningkatan perlekatan leukosit pada endothelium, kemotaksis dan degranulasi.

- Sitokin dan Kemokin

diturunkan dari fagosit mononuclear yang biasa disebut monokin. Monosit dan makrofag menghasilkan sitokin, sperti colony stimulating factors (CSFs). Dimana dirangsang oleh pertumbuhan leukosit yang immature pada sumsum tulang. Interleukin adalah keluarga besar dari sitokin dan berasal dari sel sel hematopoetik dan mempunyai efek pada leukosit . Kemokin adalah sitokin yang berperan untuk merangsang pergerakan dari leukosit (kemokinesis) dan pergerakkan langsung atau kemotaksis dan sebagian penting dalam peradangan.

- Mediator radang yang lain seperti nitrit oksida (NO), lisosomal pengganti dari leukosit, oksigen turunan radikal bebas dan neuropeptida.

Secara klinis Inflamasi akut ditandai 5 tanda cardinal :

1. Rubor ( Redness ) adalah Kemerahan terjadi karena pelebaran pembuluh darah pada jaringan yang mengalami gangguan.

2. Kalor ( Heat ) adalah Panas akibat bertambahnya pembuluh darah, sehingga daerah tersebut memperoleh aliran darah lebih banyak.

3. Tumor ( Swelling ) adalah Bengkak, akibat edema yaitu cairan yang berlebihan dalam jaringan interstitial atau rongga tubuh; dapat berupa eksudat atau transudat.

4. Dolor ( Pain ) adalah rasa Sakit, akibat penekanan jaringan karena edema serta adanya mediator kimia pada radang akut diantaranya bradikinin, prostaglandin.

(21)

INFLAMASI KRONIK

Inflamasi kronik dapat dianggap sebagai inflamasi memanjang (berminggu-minggu hingga berbulan, bahkan bertahun-tahun) inflamasi kronik disebabkan oleh rangsang yang menetap, seringkali dalam beberapa minggu atau bulan, menyebabkan infiltrasi mononuklear dan proliferasi fibroblas. Sel-sel darah putih yang tertimbun, sebagian besar terdiri dari sel makrofag dan limfosit dan kadang-kadang ditemukan juga sel plasma. Maka eksudat leukosit pada inflamasi kronik disebut monomorfonuklear untuk membedakan dari eksudat polimorfonuklear pada inflamasi akut.

Inflamasi kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul inflamasi akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan inflamasi akut menjadi kronik berlangsung bila respon inflamasi akut tidak dapat terjadi, disebabkan agent penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal.

Adakalanya inflamasi kronik sejak awal merupakan proses primer, sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan inflamasi akut. Dikenal 3 kelompok besar :

1. Infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu seperti basil tuberkel, treponema pallidum dan jamur-jamur tertentu. Organisme-organisme ini memiliki toksisitas rendah dan menimbulkan reaksi imun yang disebut hipersensitifitas tertunda. Respon inflamasi sering memiliki pola khas disebut reaksi granulomatik.

2. Kontak lama dengan bahan yang tidak mudah hancur. Bahan ini termasuk partikel-partikel silica, yang dapat menimbulkan respon inflamasi kronik yang disebut silikosis dalam paru, bila dihirup dalam waktu lama. Silika dapat bekerja dalam bentuk kimiawi dan mekanik. Sebaliknya benda-benda asing yang besar seperti pecahan kaca, benang jahitan dapat mengakibatkan

(22)

inflamasi kronik karena iritasi fisika dan mekanik. Respon pada kasus di atas disebut reaksi benda asing dan sering disertai dengan pembentukan sel datia karena fungsi makrofag.

3. Pada keadaan-keadaan tertentu, terjadi reaksi imun terhadap jaringan individu sendiri dan menyebaban penyakit auto-imun. Pada penyakit ini auto antigen menimbulkan reaksi imun yang berlangsun dengan sendirinya secara terus menerus dan mengakibatkan beberapa penyakit inflamasi kronik seperti arthritis rhematoid.

MEKANISME INFLAMASI KRONIK

Mekanisme inflamasi kronik menjalani beberapa fase sebagai berikut : (1) Maturasi monosit dalam sirkulasi

Makrofag adalah salah satu komponen dari sistem fagosit mononuklear yang utama dalam inflamasi kronik. Makrofag merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit. Dari pembuluh darah, monosit bermigrasi ke jaringan yang berbeda-beda dan berubah bentuk menjadi makrofag. Usia dari monosit darah adalah sekitar 1 hari, tetapi dalam jaringan dapat sampai beberapa bulan. Perjalanan dari sel stem sumsum tulang ke jaringan makrofag, diatur oleh beberapa faktor pertumbuhan dan diferensiasi, sitokin dan perlekatan molekul dan interaksi seluler.

(2) Adhesi dan Emigrasi Monosit

Monosit mulai bergerak relatif lebih awal pada peradangan akut dan dalam 48 jam menjadi tipe sel yang perdominan. Di bawah pengaruh molekul adhesi dan faktor khemotaksis, monosit beremigrasi bersama-sama dengan neutrofil (merupakan kemotaksis dan bahan akivator) ke tempat jejas. Jika monosit telah banyak terkumpul di jaringan ekstravasasi, selanjutnya

(23)

mampu melakukan fagositosis yang besar. Selanjutnya, monosit akan berproliferasi menjadi makrofag di dalam jaringan.

(3) Proliferasi Monosit Menjadi Makrofag

Makrofag adalah gambaran utama dari radang kronik, sebab sebagian besar dari substansi yang diaktikan oleh makrofag, dapat menghasilkan beberapa darinya merupakan racun terhadap sel (misalnya oksigen dan metabolit NO) atau matriks ekstraseluler (protease), beberapa makrofag dapat menyebabkan masuknya tipe sel lain (misalnya sitokin, faktor kemotaksis) dan sebab-sebab lain yang menyebabkan proliferasi dari fibroblast, deposisi dari kolagen dan angiogenesis (faktor pertumbuhan). Beberapa dari makrofag dapat menyebabkan kerusakan dari jaringan, jika tidak diaktifkan secara tepat. Kerusakan dari jaringan ini merupakan suatu tanda dari radang kronik.

(4) Aktivasi sel-sel radang kronik lainnya

Selain makrofag, terdapat beberapa sel radang kronik lainnya antara lain limfosit, sel plasma, eosionofil, dan sel mast.

- Limfosit, terbagi menjadi 2 tipe, yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit diaktifkan

melalui kontak dengan antigen. Pengaktifan limfosit ini menghasilkan limfokinase dan salah satunya adalah IFN-y, yang merupakan stimulator utama dari monosit dan makrofag.

- Sel mast, terdapat pada jaringan konektif, pada permukaan reseptor yang terikat pada

bagian Fc dari antibody Ig E. Sel ini merupakan respon yang terjadi pada reaksi anafilaktik terhadap makanan, gigitan serangga dan obat-obatan. Sel-sel ini berperan dalam radang yang persisten melalui respon dari perluasan sitokin seperti TNF-alfa.

- Eosinofil, merupakan jaringan yang berperan dalam reaksi imun yang diperantarai oleh Ig

E dan infeksi parasit. Eosinofil diambil dari ekstravasasi yang berasal dari pembuluh darah dan menetap pada jaringan melalui proses yang sama dengan leukosit yang lain. Jika telah siap, ia akan mencapai target melalui proses yang tergantung dari eotaksin yang merupakan bagian dari keluarga C-C dari kemokin.

(24)

Di tempat inflamasi akut tempat iritan dibersihkan dan proses inflamasi tersebut diperbaiki makrofag akhirnya mati atau masuk ke dalam pembuluh limfe. Namun dernikian, di tempat peradangan kronik,akumulasi makrofag menetap, dan makrofag dapat berproliferasi. Pelepasan terus-menerus faktor yang berasal dari limfosit merupakan mekanisme penting yang merekrut atau mengimobilisasi makrofag di tempat radang IL-4 atau IFN-y juga dapat menginduksi fusi makrofag menjadi sel besar berinti banyak, dinamakan sel raksasa (giant cell).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflamasi merupakan respons protektif sebagai media pertahanan tubuh terhadap jejas. Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan kronis. Inflamasi akut sifatnya singkat, hanya berkisar beberapa menit hingga beberapa hari, memberikan tanda-tanda umum berupa rubor (redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio laesa (lose of function). Perubahan yang terjadi meliputi hyperemia, exudating, emigrasi leukosit, kemotaksis dan fagositosis. Pada inflamasi akut, sel-sel radang yang berperan hanya neutrofil dan makrofag yang sifatnya tidak spesifik pada proses fagositosis.

Inflamasi kronis terjadi dalam kurun waktu berkepanjangan, berkisar dari dua minggu hingga beberapa tahun, terjadi sebagai sebagai kelanjutan radang akut, infeksi persisten oleh berbagai mikroorganisme, terpapar toksik terus menerus dan gangguan autoimun. Pada inflamasi

(25)

kronik, telah ditemukan adanya angiogenesis, peradangan granulomatosa (terdiri dari akumulasi makrofag yang telah berdiferensiasi menjadi epiteloid, keling limfosit, fibroblas dan jaringan ikat yang dibentuknya), juga ditemukan sel-sel radang menahun, seperti limfosit, eusinofil dan sel Mast.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bratawidjaja, K. G. (2014). Imunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 7nd ed , Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengembangan keilmuan/keahlian, saya terus berupaya secara konsisten, sebab saya yakin bahwa bidang keilmuan/keahlian yang saya kuasai, dapat menemukan

Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan hubungan imajinasi dan fakta dalam struktur fabel, yang ditulis siswa dari dua sekolahan yang berbeda yaitu siswa SMP

Dengan tidak diakomodasinya sudut pandang masyarakat, muncul ketimpangan dalam pengelolaan sumber daya arkeologi, di mana masyarakat sebagai pemilik sebenarnya sumber

Dari penyandingan hasil diatas, dapat dilihat secara umum kecenderungan kenyamanan termal yang terjadi di lapangan I Gusti Ngurah Made adalah persepsi pengguna

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh: (1) Data empirik di lapangan tentang kedisiplinan melalui peraturan dalam keluarga siswa Man Kendal (2) Data empirik di lapangan

Abban az esetben, ha az auditorok csupán azzal tör ő dnek, hogy a vállalat által alkalmazott számviteli eljárás pontos legyen annak figyelése nélkül, hogy a

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan modernisasi administrasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tasikmalaya dan pengaruhnya

Jika anak pada lingkungan orang-orang terpelajar yang baik, mereka mendidik dan menyokolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan