• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR POPULASI DAN MASA REPRODUKSI UDANG REGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR POPULASI DAN MASA REPRODUKSI UDANG REGANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

116 BERITA BIOLOGI 3 (3) Desember 1985

STRUKTUR POPULASI DAN MASA REPRODUKSI UDANG REGANG DAISY WOWOR

Museum Zoologicum Bogoriense, LBN - LIPI, Bogor

ABSTRACT

DAISY WOWOR. 1985. Population structure and spawning period of Udang Regang (Macrobra-chium sintangense). BeritaBiologi 3(3): 116 — 120. Population structure and spawning period of Macrobrachium sintangense was observed in a coast of a small artificial lake, Situ Ciletuh, Ci-gombong, West Java, from December 1981 to August 1982. Examination of the class-size fre-quency indicated the growth rate of body length of the population, and its spawning periods. The mean growth rate of carapace was 3.44 mm per month. Sex ratio was 1 : 1 , significant at the 95% level. The number of the larger males is greater than the females, which indicate the phenomenon of sexual dimorphism. This is due to the differen-ces of growth and the maximum body size attained by the males and females. It was observed that M. sintangense spawns throughout the year, ma-ximum spawning activity occurs between March and June.

PENDAHULUAN

Situ Ciletuh, Cigombong adalah danau buatan yang dibangun pada masa sebelum kemerdekaan. Dam dari danau ini berupa jalan raya yang meng-hubungi Bogor dan Sukabumi. Tepian Situ Ciletuh antara lain dihuni oleh udang regang, Macrobra-chium sintangense.

Pertumbuhan alami udang ini telah diamati oleh Kesuma (1981) dan Andi (1983). Dari hasil pene-litian mereka ternyata tak pernah diungkapkan apakah ada perbedaan besar laju pertumbuhan antaia udang dewasa dan anakan. Sedangkan me-nurut Wowor (1983) anakan udang yang dipelihara di laboratorium dan diberi makanan buatan lebih cepat tumbuh daripada udang dewasa. Pada tulisan ini diungkapkan poia pertumbuhan udang di alam dihubungkan dengan pola pertumbuhan udang di laboratorium.

Sampai saat ini umur udang regang maupun masa reproduksinya belum diketahui dengan pasti

walaupun beberapa aspek reproduksinya telah di-amati oleh Dwiono (1981). Nisbah kelamin 1 : 1 yang selalu didapatkan oleh Kesuma (1981) dan Andi (1983) juga turut menarik perhatian untuk diungkapkan pula.

BAHAN DAN CARA KERJA

Contoh udang regang diambil pada bulan Desem-ber 1981 sampai dengan Agustus 1982 pada'ming-gu kedua tiap bulannya. Alat tangkap yang dipada'ming-guna- diguna-kan adalah tangguk bambu yang berukuran garis tengah 60 cm dan bcrmata jaring 3 mm adalah alat tangkap yang fidak selektif sehingga anakan udang ikut tertangkap.Pengambilan contoh dilaku-kan di tempat yang dangkal sekitar 10 — 60 cm dalamnya, di daerah yang bertanaman air yang telah ditentukan yaitu sepanjang salah satu sisi utara danau selama satu jam penangkapan.

Udang contoh yang dikumpulkan dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya (untuk yang berukur-an > 5,00 mm pberukur-anjberukur-ang karapas), sedberukur-angkberukur-an yberukur-ang tak dapat ditentukan jenis kelaminnya dikelom-pokkan sebagai anakan. Banyak induk yang mem-bawa 'telur' turut pula diperhitungkan. Udang contoh yang diukur panjang karapasnya dapat dibedakan atas beberapa kelompok umur berdasar-kan metode Bhattacharya (1967). Rata-rata selisih ukuran kelompok umur dari bulan yang satu ke bulan lainnya menunjukkan besarnya pertumbuhan alami.

Besarnya pertumbuhan alami serta eksistensi kehadiran udang jantan, betina maupun anakan tiap bulannya diuji dengan Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji U Mann-Whitney (Siegel 1956).

flASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil uji Kruskal-Wallis rata-rata selisih ukuran kelompok umur udang jantan, betina mau-pun anakan tiap bulannya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaah

(2)

P < 0,05. Sedangkan dari hasil pengamatan Wowor (1983) didapatkan adanya perbedaan laju pertum-buhan yang nyata antara udang dewasa dan anakan. Anakan udang lebih cepat tumbuh daripada udang dewasa.

Peitumbuhan panjang alami rata-iata populasi udang ini adalah sebesai 3,44 mm panjang karapas tiap bulannya. Besarnya peitumbuhan panjang kaiapas alami udang ini yang diperoleh dari Situ Ciletuh berbeda dengan yang diperoleh dari Ben-dung Curug maupun Situ Ciburuy. Dari BenBen-dung Cuiug diperoleh pertumbuhan panjang kaiapas alami sebesar 2,5 mm/2 minggu (Kesuma 1981), sedangkan dari Situ Ciburuy diperoleh sebesar 3,6 mm/2 minggu (Andi 1983); udang terbesar yang diperoleh dari Situ Ciletuh beiukuran panjang ka-rapas 15,96 mm dan daii Bendung Curug seita Situ Ciburuy secaia berturut-turut sebesar 17,70 mm dan 20,70 mm panjang karapas (Kesuma 1981; Andi 1983). Nampaknya hal ini disebabkan oleh perbedaan kesuburan ketiga peraiian tersebut. Be-sarnya kesuburan suatu perairan mempengaruhi besarnya laju pertumbuhan organisme-organisme yang menghuninya. Di bagian tepi Situ Ciletuh banyak pula dijumpai berbagai jenis serangga air, moluska, larva-larva ikan maupun ikan-ikan kecil lainnya dan ketam yang hidup bersama-sama de-ngan udang. Kesemuanya ini secara langsung saling pengaruh-mempengaruhi ketersediaan sumber pa-kan di antara organisme-organisme yang ada, dan yang juga akan mempengaruhi kecepatan tumbuh organisme-organisme tersebut. Nikolskii (1969) juga mengemukakan bahwa pertambahan ukuran pan-jang suatu populasi amat bergantung pada makanan yang diperolehnya.

Eksistensi kehadiran udang jantan, betina mau-pun anakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf P < 0,05. Dengan uji U Mann-Whitney, nisbah kelamin udang jantan dan betina berbeda pada taraf P < 0,05. Hal ini tidak seperti yang dikemukakan oleh Kesuma (1981) dan Andi (1983) yang menyatakan bahwa nisbah kelamin udang jantan dan betina adalah 1 : 1 . Sedangkan nisbah udang jantan dan anakan tidak berbeda pada taraf P < 0,1, dan nisbah udang betina dan anakan berbeda pada taraf P < 0,1. Rata-rata per-bandingan udang jantan, betina dan anakan secara berturut-turut adalah sebesar 33,56%, 42,97% dan 23,47%. Kelompok-kelompok udang jantan, betina dan anakan menempati tempat-tempat teitentu di sisi danau. Udang betina yang tak ber'telur'

mau-pun yang ber'telur' banyak dijumpai di tepi danau di antara akar-akar tanaman yang terendam air. Sisi perairan dangkal ini (± 10 cm dalamnya) cukup banyak menyediakan pakan seperti detritus dan jasad-jasad renik lainnya, yang ditunjukkan dari banyaknya jenis-jenis organisme selain udang yang dijumpai, yang juga memanfaatkan pakan tersebut, sekaligus merupakan tempat persembunyian yang cukup memadai bagi udang betina dewasa. Udang jantan tidak begitu banyak dijumpai di sini. Seba-liknya, udang jantan lebih banyak dijumpai di bagian yang lebih dalam agak ke tengah danau (pada kedalaman 50 cm atau lebih) yang padat dengan tumbuhan air dan relatif lebih gelap dari-pada sisi danau. Hidupnya menyendiri beisembu-nyi di antara Hydrilla verticillata dan nampaknya ada sifat pemilikan wilayah. Anakan udang juga tidak begitu banyak dijumpai di antara akar-akar tanaman yang terendam, tetapi sebaliknya banyak terdapat di antara H. verticillata yang tenggelam agak ke tengah danau (2 — 3 m dari tepi pada kedalaman 40 - 50 cm). Nampaknya//. verticillata lebih banyak menyediakan tempat persembunyian bagi anakan udang daripada akar-akar tanaman yang terendam. Anakan udang menghindari akar-akar tanaman terendam yang banyak terdapat se-rangga air, ketam, induk udang, moluska maupun larva-larva ikan dan ikan-ikan kecil yang dapat merupakan predator atau pesaing dalam mendapat-kan pamendapat-kan. Segregasi habitat berdasarmendapat-kan jenis kelamin dan ukuran ini juga ditunjukkan oleh M. ohiorie, dan umumnya betinanya lebih banyak di jumpai daripada jantannya (Anderson 1983). Un tuk melihat sampai sejauh mana sebab-sebab yang mengakibatkan segregasi habitat ini perlu diteliti lebih lanjut.

Demikian pula perbandingan udang jantan dan betina pada tiap-tiap selang kelas berbeda. Pada ukuran panjang karapas > 10,48 mm jumlah udang jantan semakin lebih banyak jika dibandingkan dengan udangbetina. Udang jantan terbesar dijum-pai pada ukuran panjang karapas 15,96 mm. Se-dangkan udang betina lebih banyak dijumpai pada ukuran panjang karapas 6,10 mm sampai 10,48 mm, dan udang betina terbesar dijumpai pada ukuran panjang karapas 13,04 mm (lihat Gambar 1). Keadaan ini diduga disebabkan oleh perbedaan peitumbuhan dan ukutan yang dapat dicapai udang jantan dan betina yang menunjukkan adanya di-morphisma seksual. Hal yang serupa diperoleh juga oleh Mohamad (1979) dan Kesuma (1981)

(3)

118

BERITA BIOLOGI 3 (3) Desember 1985

100-50 GQ betina • j«n<an A 5.37-6,10 B 8,10-S.U C 6,M - 7,5« D 7.56-S.29 E B.29-9.02 F 9,02 -9.75 G 9.75-»,4S H 10,4»-11,21 I 11.21 -11.94 J 11.94 -12,67 K 12.67-1J.40 I 13,40-14,13 H 14,13-14,68 N 14.66-15.59 0 15.59-16.32

- II fl r, „

A B C D E F G H I P a n j a n g karc*pas ( m m ) J K L M N O

Gambar 1. Kelimpahan udang regang jantan dan betina pada setiap selang kelas ukuran panjang karapas.

(4)

C i

200-

100-/ --*j -\

0 1

2

3

4

5

6

7

8

9

554

W a k t u ( b u l a n )

Gambar 2. Kelimpahan jumlah total dan anakan udang regang selama masa penelitian.

jumlah total udang contoh jumlah anakan udang contoh

(5)

120

BERITA BIOLOGI 3 (3) Desember 1985

pada jenis udang yang sama walaupun dari tempat-tempat yang beibeda.

Dari Gambai 2 tSrlihat bahwa selama pengamat-an tingkat pemijahpengamat-an tertinggi teijadi pengamat-antara bulpengamat-an Maret — Juni, terutama pada bulan Mei. Ini ditun-jukkan dari banyaknya anakan secara berturut-turut sebesar 18,70%, 62,93%, 39,01% dan 20,18%; sedangkan pada bulan-bulan lainnya rata-rata ba-nyaknya anakan adalah sebesai 14,08%.

Selama pengamatan selalu didapatkan kelompok ukuran anakan yang baru dan beberapa kelompok ukuran udang dewasa baik jantan maupun betina tiap bulannya. Pada saat-saat tingkat pemijahan tertinggi terdapat dua kelompok ukuran anakan, empat kelompok ukuran udang jantan dan tiga kelompok ukuran udang betina tiap bulannya. Udang ini memijah selama pengamatan, dan ter-utama pada saat tingkat pemijahan tertinggi ber-langsung dapat dilahirkan/dipijahkan lebih dari satu kelompok ukuran anakan udang. Hasil penga-matan Mohamad (1979), Kesuma (1981) dan Andi (1983) di Bendung Jatiluhur, Bendung Curug dan Situ Ciburuy yang dilakukan secara berturut-turut pada Desember 1978 sampai dengan Februari 1979, awal Desember 1980 sampai dengan April 1981 dan awal Nopember 1981 sampai akhir Maret 1982 menunjukkan bahwa udang regang memijah selama waktu penelitiannya. Dari rangkuman hasil-hasil penelitian di atas, nampaknya udang regang dapat memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Ukuran induk udang terkecil yang membawa 'telur' pada kaki renangnya adalah 7,35 mm pan-jang karapas, sedangkan induk udang terkecil yang membawa 'telur' asal Bendung Curug berukuran 6,90 mm panjang karapas (Kesuma 1981). Dalam hal ini kesuburan perairan turut berperan pula ter-utama dari segi pakan yang tersedia bagi udang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kepada Bapak-Bapak Ir. F. Sabar M.Sc, Drs. Sugardjito dan Drs. M. Amir M.Sc kesemuanya dari Lembaga Biologi Nasional serta Dr. M. K. Moosa dari Lembaga Oseanologi Nasional yang telah memberikan dorongan dan saran-saran baik

selama pengamatan maupun dalam penulisan, pe-nulis mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

ANDERSON, G. 1983. Observations of the distri-bution and movements of Macrobrachium ohi-one (Smith, 1874) in the Pascagoula river estuary, Jackson Country, Mississippi, USA (Decapoda, Palaemonidae). Crustaceana 44 (2): 123 - 140.

ANDI, I.S. 1983. Suatu studi tentang distribusi dan pertumbuhan alami udang regang, Macro-brachium sintangense (de Man) di Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung. Karya ilmiah sarjana Per-ikanan IPB (tidak diterbitkan). 55 hal. BHATTACHARYA, C.G. 1967. A simple method

of resolution of a distribution into gaussian components. Biometrics 23 : 115 - 135. DWIONO, S.A.P. 1981. Suatu studi tentang

prefe-rensi substrat dan beberapa aspek reproduksi udang regang, Macrobrachium sintangense (de Man). Karya ilmiah sarjana Perikanan IPB (ti-dak diterbitkan). 49 hal.

KESUMA, C. 1981. Suatu studi tentang frekuensi panjang, nisbah kelamin dan tingkat kematang-an gonad udkematang-ang regkematang-ang Macrobrachium sin-tangense (de Man) di Bendung Curug, Kabu-paten Karawang. Karya ilmiah sarjana Perikan-an IPB (tidak diterbitkPerikan-an). 60 hal.

MOHAMAD, A.S.A.S. 1979. Some observations on the biology of Macrobrachium sintangense (de Man) in Juanda reservoir (Jatiluhur) West Java with notes on its fishery and general distribution. Biotrop/Seameo Regional Center for Tropical Biology, Bogor. Unpublished. NIKOLSKII, G.V. 1969. Theory offish population

dynamics as the biological background for rational exploitation and management of fishery resources. Oliver & Boyd Ltd, Edinburg. SIEGEL, S. 1956. Nonparametries Statistics for

the Behavioural Sciences. McGraw-Hill, New York. N.Y.

WOWOR, D. 1983. Pengaruh pemberian tiga ma-cam makanan buatan terhadap laju pertum-buhan udang regang (Macrobrachium sintangen-se). Berita Biologi 2 (1) : 127 - 131.

Gambar

Gambar 1. Kelimpahan udang regang jantan dan betina pada setiap selang kelas ukuran panjang karapas.
Gambar 2. Kelimpahan jumlah total dan anakan udang regang selama masa penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menggunakan 60 ekor ayam pedaging, dua puluh ekor ayam di awal penelitian diambil darahnya untuk pengamatan titer antibodi asal induk terhadap infeksi virus

Som mange vil vide fra 1980´ernes tv-reklamer, så indeholder et Kinderæg hele tre ting i ét. Hvad man personligt foretrækker, kan være forskelligt. Men det særligt gode er, at der

Selisih biaya yang terjadi diakibatkan oleh adanya perbedaan mutu beton, volume pekerjaan, volume bahan, reduksi pada harga satuan pekerjaan beton dan penulangan

Didalamnya terdapat pulamedia yang ditujukan untuk memberi pertunjukan atau pameran Exhibit untuk menjelaskan konsep al-Qur’an dalam ilmu pengetahuan Sains dengan berbagai macam

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Mineral aragonit terbentuk pada lingkungan yang mempunyai temperatur tinggi dengan penyinaran matahari yang cukup, sehingga batuan karbonat yang

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa: (i) perubahan sistem pengelolaan hutan dari hutan campuran menjadi hutan tanaman monokultur maupun tumpangsari cenderung

Berikut disajikan hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak total kulit kayu massoy dan ketiga fraksi dengan kepolaran berbeda terhadap bakteri Gram positif maupun