• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL USAHATERNAK DOMBA DI KECAMATAN JALANCAGAK, KABUPATENSUBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL USAHATERNAK DOMBA DI KECAMATAN JALANCAGAK, KABUPATENSUBANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nastonal Peternakan dam Veteriner 1997

PROFIL USAHATERNAK DOMBA DI KECAMATAN JALANCAGAK, KABUPATENSUBANG

WAHYUNING K. SEJATI, AsHARI, U. ADIATI, S. MAwi clan E. JUARINJ

Balai Penelitian Terrtak,P.O.Box221, Ciawi-Bogor

RINGKASAN

Usaha peternakan ruminansia kecil di Indonesia pads umumnya dilakukan secara tradisional oleh petani, dimana selunlh kegiatan pembibitan, pembesaran dam penggemukan dilakukan dalam farm yang sama. Usalia spesialisasi, seperti penggemukan, umumnya dilakukan pada usaha-usalia peternakan berskala besar atau usalia komersial . Namun demikian pada skala tradisional, terdapat segelintir petalu telah juga melakukan usalia semacaln ini. Studi ini dimaksudkan untuk mengamati dam mengkaji usahaternak serta kelembagaan ekonomi usahaternak domba rakyat pada pola penggemukan clan pola pembibitan ke arah agribisnis. Lokasi yang diamati adalah Desa Bunihayu (untuk pola pembibitan) clan Desa Cibeusi (untuk pola penggemukan), Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Studi dilakukan melalui wawancara pada peternak dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data sekunder diambil dari Dinas Peternakan, Kantor Kecamatan, Balai Desa, KUD clan pasar liewan. Data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usahaternak di wilayall ini sudali mengarali ke spesifikasi yaitu pola pembibitan clan poly penggemukan. Adanya pasar hewan yang telah memiliki spesifikasi tertentu sangat membantu peternak sesuai dengan pola usalianya. Secara individu peternak di wilayah pendamatan telah benisaliaternak yang mengarall pada usalia komersial. meskipun kelompok ternak serta KUD belum banyak berperan dalam usahaternak ini. Dalam pengembangan serta pcnyebaran ternak Lembaga desa lebih banyak berperan, khususnya dalam penanganan bantuan-bantuan ternak dari pemerintah.

Kata kunci:'Ternak domba, profil, usalia

PENDAHULUAN

Usahaternak nuninansia kecil menlpakan salah satu somber pendapatan penting bagi penduduk pedesaan. Namun demikian peran kelembagaan sosial ekonomi pada komoditas ini masih belum banyak diperhatikaii, seperti halnya pada usahaternak unggas atau pun sapi perali. Sementara itu perannya semakin dituntut dalam kegiatan agribisnis, dengan tetap melibatkan para peternak tradisional dalam pembangunan ekonomi pedesaan. Berbagai peluang telah terbuka bagi kelompok bawah tersebut, namon belum terjangkau pemanfaatannya.

Usaha peternakan ruminansia kecil di Indonesia pada umumnya dilakukan secara tradisional oleh petani, dengan poly pembibitan atau pembesaran anak. Pada usahaternak domba terdapat dua pola usalia yaitu pola pembibitan atau pembesaran anak clan pola usalia penggetnukan. Pada pola pembibitan, pendapatan dititikberatkan dengan cars memproduksi anak clan membesarkannya. Dengan demikian prodtt"vitas ternak banyak tergantung pada produktivitas induk clan laju pertumbuhan bobot badan. Salah satu ciri usahaternak dengan poly pembibitan adalah tingginya proporsi induk dari ternak vang dipelihara. Sedangkan pada pola usalia penggemukan, ternak yang dipelihara adalah ternak jantan. Pada unuunnya peternak secara periodik membeli anak jantan untuk digemukkan.

(2)

SeminarNasional Peternakan don Veteriner /997

Spesialisasi pemeliharaan domba yang telah dilakukan oleh segelintir-peternak atau pengusaha saat ini adalah pola penggemukan, dengan cara mendatangkan ternak bakalan berumur muda dari luar untuk digemukkan selama beberapa bulan, kemudian dijual sebagai ternak potong.

Kemampuan teknis yang dimiliki peternak perlu ditingkatkan dan ditunjang dengan pengembangan kelembagaan sosial ekonomi yang mampu mengantarkan kegiatan agribisnis melalui peningkatan partisipasi (EDDY, 1994). Partisipasi anggota kelompok tergantung dari nilai tambah dari interaksinya dalam kelompok bersangkutan (DUDUNG, 1986). Dalam hubungan itu maka peran kelembagaan menjadi semakin mendesak. Peluang pasar agribisnis telah terbuka, peluang bantuan modal pun telah lebih dilonggarkan bagi pengembangan usaha-usaha kecil dalam sistem kemitraan. Namun peluang-peluang tersebut belum dapat dimanfaatkan.

Kelembagaan petani menjadi sangat penting dalam menunjang pengembangan usaha yang semakin dinamis. Beberapa lembaga sosial ekonomi yang terkait dalam usahaternak di pedesaan diantaranya adalah kelompok tani, KUD, lembaga perkreditan atau simpan pinjam formal (BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat), pasar hewan, penyuluhan, -disamping ketersediaan infrastruktur yang dibutuhkan seperti RPH, pasar hewan clan transportasi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola usaha yang dilakukan oleh peternak serta mengkaji sistem kelembagaan sosial ekonominya.

METODOLOGI

Lokasi pengamatan adalah Kabupaten Subang yaitu di dua desa di Keamatan Jalancagak. Responden terdiri dari peternak domba yang mempunyai pola usaha pembibitan (Desa Bunihayu) clan peternak domba yang mempunyai pola usaha penggemukan (Desa Cibeusi), pengurus kelompok dan pemuka masyarakat.

Data didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi usahaternak domba serta kelembagaan yang ada di wilayah pengamatan. Disamping data primer yang didapat dari peternak, jugs diambil data sekunder dari lembaga yang terkait (Dinas, KUD, Pasar Hewan). Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif.

Keadaan umum wilayah hengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran potensi sumberdaya domba di wilayah pengamatan dan peluang optimalisasi keberlanjutan usahaternak, tidak dapat dipisahkan dengan kondisi wilayah dimana usahaternak tersebut dibudidayakan . Dari berbagai alternatif Lkasi untuk penelitian sislem kelembagaan sosial ekonomi usahaternak domba, adalah di desa Cibeusi dan desa Bunihayu, kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang.

Penggunaan lahan di desa Cibeusi din di desa Bunihayu dapat dilihat pada Tabel 1, dimana sebagian besar lahan di desa Cibeusi merupakan lahan basah (67%) sedangkan di desa Bunihayu merupakan lahan kering(57%).

Lokasi pengamatan terietak pada ketinggian sekitar700 m dari permukaan taut dengan kondisi lahan perbukitan dan curah hujan di atas 3000 mm/tahun.

(3)

Tabel 1. Penggunaan lahan di-desa Cibeusi dan desa Bunihayu Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata peternak di Desa Bunihayu dan Desa Cibeusi berturut-turut adalah 42,8 tahun dan 45,1 taluin (label 2).

Seperti keadaan umum di pedesaan, tingkat pendidikan peternak masih relatif rendah, yaitu umumnya tidak tamat Sekolah Dasar. Tidak ada diantara peternak yang pernah masuk Sekolah Menengah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan tingkat pendidikan peternak di Desa Bunihayu adalah 4,4 tahun (setara dengan SD kelas 4), dan di Desa Cibeusi 5,5 tahun (setara dengan SD kelas 5).

Tabel 2. Karakteristik peternak responden di lokasi pengamatan

Usahaternak domba sampai saat ini masih dianggap sebagai usaha sambilan atau usaha komplementer usahatani . Oleh karena itu segala aktivitas usahaternak tidak terlepas dari sistem usahatani, khususnya dalam pengalokasian tenaga kerja maupun mats pencaharian pokok dan sambilan peternak (label 3).

Perekonomian di kedua desa tersebut berbasiskan subsektor pertanian, dimana sebagian besar penduduk yang bekerja adalah petani pemilik, penggarap dan buruh tani terutama di desa Cibeusi (80%). Buruh non pertanian menduduki urutan kedua terbesar di desa Cibeusi (11,5%) dan di desa Bunihayu (19,4%).

Jenis penggunaan lahan Desa

Hektar Cibeusi % HektarDesaBunihavu

Lahan basah 239 67 107 13

Lahan keying 10 3 462 57

Rumah dan Pekarangan 58 16 97 12

Perkebunan 34 10 100 12

Hutan - - 30 4

Lain4ain 13 4 12 2

Jumlah 354 100 808 100

Karakteristik peternak

Keterangan Desa Bunihayu Desa Cibeusi

Umur peternak (th) 42,8 45,1

Pendidikan (th) 4,4 5,5

Pengalaman beternak 22,5 26,8

(4)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner /997

Tabel 3. Jenis dan komposisi mata pencaharian .penduduk Desa Cibeusi dan Desa Bunihayu

Keterrn=an : Dewasa : > 1 tahun, Muda : lepas sapih - 1 tahun, Anak : < 4 bulan

800

Dilihat dari pengalaman betenak domba, terlihat bahwa peternak di kedua desa pengamatan mempunyai pengalaman beternak yang cukup lama, yaitu di atas 20 tahun untuk kedua lokasi.

PENGUASAAN TERNAK DOMBA

Pemeliharaan domba di desa Cibeusi dan Bunihayu masing-masing berpola usaha penggemukan clan pembibitan, sebagaimana terlihat pada komposisi umur danjenis kelamin temaknya (Tabel 4). Pada pola penggemukan, kandang disekat secara individu dengan ulnlran (50 - 60 cm) x (80 - 100 cm). Temak bakalan dibeli pada umur 4 - 6 bulan clan lama penggemukan 6 - 9 bulan. Rata-rata penguasaan temak di desa Cibeusi 2.58 ekor/keluarga dan di desa Bunihayu 1 .75 ekor/keluarga.

Tabel 4. Rata-rata penguasaan domba oleh peternak responden (ekor)

PENGELOLAAN PAKAN

1Ejauan pakan diperoleh dari lahan usaha berupa rerumputan alami dan dedatutan tanaman penghijauan seperti daun sopsi atau kayu Afrika(Masopsi hamind), kaliandra. Diantara petani di Bunihayu sudah ada yang menanam rumput unggul seperti rumput Gajah, rumput Raja. Kulit nenasjuga diberikan pada domba.

Mata Pencaharian Desa

Jiwa Cibebeusi % JiwaDesaBunihayu a. Pertaman 1 . Petani pemilik 926 50,8 452 36,2 2 . Petani penggarap 250 13,7 134 4,9 3 . Buruh tani 282 15,5 333 12,1 b. Non-pertanian 1 . Buruh 209 11,5 532 19,4 2. Tukang,Pengrajin 94 5,2 94 3,4 3 . Pegawai, pensiunan 32 1,8 56 2,1 4. Pedagang 6 0,3 463 16,9 5. Angkutan 21 1,1 71 2,6 6. Lain-lain 2 0,1 65 2,4 Jumlah 1822 100,0 2470 100,0

Uraian Desa Bunihayu Desa Cibeusi

Dewasa jantan 1,12 1,64 Dewasa betina 4,37 Muda jantan 1,00 0,94 Muda betina 1,00 -Anakjantan 0,62 Anak betina 2,37 -Rata-rata 10,48 2,58

(5)

SeminarNosionalPeternakon don Veteriner 1997

Air minum umumnya diberikan hanya pada musim kemarau sekitar 3 kali per minggu .dan diantara mereka ada yang membenkan minum-saat dimandikan saja. 11,7% dari petani di kedua-desa memberikan pram untuk temaknya. Sedangkan yang membenkan dedak hanya beberapa dwntara mereka yang memelihara dengan pola penggemukan, dengan jumlah pembelian sebanyak 0,5 kg/ ekor/minggu.

Pemasaran ternak

Pola pembelian-ternak pada dua lokasi pengamatan terlihat jelas berbeda, sebagai akibat dari pola usaha yang berbeda. Pada pola penggemukan, pembelian ternak dilakukan secara rutin. Dada umumnya pembelian ternak sudah diperhitungkan dengan rencana penjualan ternak, yaitu -pada saat-saat dimana harp ternak saat dijual tinggi, misainya pada saat Idul Adha. Pembehan ternak pada umumnya dilakukan pada saat peternak menjual ternaknya yang telah digemukkan. Dari hasil penjualan satu ternak yang telah digemukkan, peternak membeli 2 ekor anak domba bakalan yang berumur sekitar 4 - 6 bulan. Pada usahatemak dengan pola pembibitan, yaitu pada Desa Bunihayu, dapat dikatakan bahwa hampir semua peternak tidak pernah membeli domba. Hal ini karena usaha yang dilakukan adalah membibitkan. Jadi pada pola ini, domba induk merupakan aset bagi pemilik. Sedangkan anak domba yang dihasiikan dijual sewaktu-waktu yaitu pada saat membutuhkan uang. Sedangkan domba induk tetap dipertahankan. Pola pemasaran ternak domba dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pola pemasaran domba di lokasi pengamatan

Pola penjualan ternak pada kedua desa juga terlihat berbeda. Pada Desa Cibeusi (dengan pola usaha penggemukan) penjualan dilakukan secara rutin 2 x per tahun. Ternak yang dijual adalah ternak jantan yaiig"telah di emukkan. Sedangkan pada pola pembibitan, penjualan ternak belum dilakukan secara ru*. Pete ak menjual ternak hanya kalau dia membutuhkan uang. Jadi domba masih merupakan tabongan \ gi mereka. Pada pola`,, pembibitan ini, ternak yang dijual pun beragam jenis kelamin maupuw umurnya. Sebagian besar ternak yang dijual adalah anak-anak domba dan ternak bibit yang sudalilfidak produktif lagi . P*r hewan Kecamatan Jalancagak sudah

Uraian

Pembelian ternak - Frek. beli

- Umur ternak yang dibeli

Desa Bunihayu (Sistem Pembibitan) Tidak pernah ., -Desa Cibeusi (Sistem Penggemukan) Secara periodik (2x/th) 4 - 6 bulan

- Tempat beli - Pedagang desa/Pasar

- Sistem pembayaran - Tunai

- Waktu beli - Tertentu (terjadwal)

Penjualan ternak

- Frek. jual Tidak tentu 2 x tahun

- Umur ternak yang dijual Anak sampai devvasa Sekitar 1 tahun

- Tempat jual Pedagang desa Pedagang desa

- Sistem pembayaran Tunai Tunai

(6)

Dinamika kelembagaan usaha ternak

SeminarNastonal Peternakan don Veternner 1997

menjurus ke spesialisasi pasar domba penggemukan yang lebih dari 90% terdiri dari domba jantan siap potong dam bakalan.

Untuk mengembangkan suatu usalia di pedesaan tenitama yang berkaitan dengan produksi usahatani, perlu dikaji terlebih daluilu pranata-pranata yang terlibat di dalamnya seperti sumber daya yang dimiliki, kendala, peluang dam tantangan yang harus dihadapi baik dari segi petani/peternaknya, lembaga-lembaga yang ada clan sejauh mama peternak/lembaga-lembaga tersebut berperan. Kelembagaan yang ada di kecamatan Jalancagak yaitu : BRI Unit Desa, KUD clan prasarana berupa Pasar Hewan.

Di Kecamatan Jalan Cagak terdapat 2 pasar hewan, yaitu di Desa Kasomalang yang hari pasarnya jatuh pada hari Minggu serta Jalan Cagak, yang hari pasarnya yaitu pada hari Selasa clan Sabtu. Pada pasar ini, ternak yang dipasarkan adalah khusus ternak domba clan kambing, dimana 95% dari ternak yang ada adalah domba. Rataan jumlah ternak yang dipasarkan setiap hari pasar sekitar 200 ekor. Sedangkan pada hari-hari besar seperti pada hari raya Idul Adha, jumlah ternak yang dipasarkan mencapai 400-500 ekor. Ciri khas dari pasar hewan ini adalah ternak yang dipasarkan sebagian besar adalah ternak jantan, khususnya ternak jantan bakalan yang siap

digemukkan.

Pemasukan clan pengeluaran ternak domba clan kambing per bulan untuk ternak bibit clan potong pada pasar hewan Jalancagak terlibat pads Tabel 6.

Tabel 6. Pemasukan clan pengeluaran ternak domba clan kambing (ekor) per bulan di kecamatan Jalancagak, Subang pada tahun 1995

( )menunjukkan persen

Pada hewan bibit, perbandingan antara hewan yang masuk clan keluar dari kecamatan Jalancagak yaitu 60 :40. Kebalikannya terjadi pada domba-domba untuk keperluan pemotongan, yaitu domba-domba yang keluar lebih banyak daripada domba-domba yang masuk (44 :56). Hal ini mencerminkan potensi kecamatan tersebut sebagai penghasil domba untuk pemotongan. Oleh karena hewan-hewan yang dipotong pada umumnya adalah hewan jantan, maka dapat diduga bahwa domba-domba tersebut adalah domba-domba hasil penggemukan, untuk memenuhi sebagian kebutuhan penduduk Jakarta clan Bekasi akan daging domba. Hampir seimbangnya antara jumlah domba jantan yang masuk untuk bibit dengan jumlah domba betina yang masuk untuk tujuan yang sama (46:53), mencerminkan potensi kecamatan tersebut sebagai produsen domba-domba jantan bakalan, disamping potensinya sebagai penghasil domba-dombajantan potongan.

Keperluan Domba Kambing

Masuk Keluar Masuk Keluar

Bibit:

- Jantan 76, 1 (59,0) 51,8 (41) 21,2 (51) 20,4 (49)

-Betina 88,1 (61,0) 55,7 (39) 31,6 (65) 17,2 (35)

Jumlah 164,2 (60) 107,5 (40) 52,8 (58) 37,6 (42)

(7)

Seminar Nasional Perernakon dan Veteriner 1997

Domba-domba yang masuk berasal dari kecamatan-kecamatan lain"dari Kabupaten Subang, seperti Kecamatan Tanjungsiang, Cisalak, Sagalaherang, Pagaden, Cijambe darn Subang. Kabupaten Purwakarta juga menjadi salah satu daerah asal ternak domba/kambing bagi Kecamatan Jalancagak. Sedangkan domba-domba yang keluar dari Kecamatan Jalancagak umumnya menuju Bekasi, Purwakarta, Bandung clan Indramavu. Ternak-ternak itu juga dikirim ke kecamatan-kecamatan

lain dari Kabupaten Subang seperti Kalijati. Pagaden, Pamanukan clan Subang .

Jumlah domba yang masuk atau keluar, baik uniuk keperluan pembibitan ataupun untuk keperluan pemotongan, jauh lebih besar daripada jumlah kambing yang masuk atau atau keluar

untuk keperluan yang sama (3 :1).

Dalam kegiatan pasar hewan ini, pelaku ekonomi yang terlibat sekitar 100 orang yang terdiri dari belantik-belantik desa yang ada di wilayah kecamatan Jalan Cagak dan sekitarnya. Sebagian besar dari mereka adalah penjual domba bakalan atau domba jantan yang telah siap potong. Jadi bentuk pasar hewan di sini sudah menjurus kepada spesialisasi produk, yang sangat menunjang bagi kegiatan agribisnis.

Peternakan domba di desa pengamatan telah memelihara ternak dengan kegiatan usaha yang berorientasi pasar. Namun demikian bila dilihat dari kelembagaannya, belum mempunyai wadah dalam satu kelompok ternak. Di Bunihayu memang dulu pernah ada kelompok ternak, namun sudah tidak berfungsi lagi. Sebagian besar dari peternak mengharapkan adanya kegiatan kelompok, walaupun secara perorangan atau secara teknis sudah siap dalam kegiatan usaha yang berorientasi pasar. Jumlah peternak yang setuju dibentuk kelompok lebih dari 90%, dengan beberapa hal yang diinginkan yaitu ketua kelompok harus jujur, berwibawa dan dapat memotivasi anggotanya. Dengan terbentuknya kelompok peternak mengharapkan adanya bimbingan dari penyuluh/dinas untuk meningkatkan pengetahuan mereka serta memperoleh informasi baru secara cepat.

Peran Kepala Desa beserta aparatnya di wilayah pengamatan, sangatlah dominan . Karena wilayah ini masih belum terbentuk suatu kelompok ternak, maka semua kebijakan yang datang dari atas (pemerintah) seperti halnya bantuan ternak sangat tergantung dari kebijaksanaan Kepala Desa serta aparatnya. Hal ini menyebabkan sering tedadinya kekelinian dalam hal penentuan peternak yang seharusnya mendapatkan bantuan. Misainya ternak diberikan kepada seseorang yang belum berpengalaman, aparat desa atau kepada seseorang yang mempunyai hubungan keluarga dengan kepala desa. Hal demikian masih sangat umum dilakukan oleh kepala desa. Sedangkan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai Lmbaga perencana belum berfungsi. Rencana-rencana yang ditangani dalam bidang pertanian masih terbatas pada program tanaman pangan, belum menyentuh bidang peternakan.

Bantuan dari pemerintah untuk wilayah pengamatan diantaranya adalah : PPWT (Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu), PT Pupuk Kujang, BRI, IDT (Inpres Desa Tertinggal). Desa

Cibeusi tennasuk desa di Kecamatan Jalancagak yang menerima IDT.

KUD yang berada di wilayah pengamatan adalah KUD Rahayu. Bidang usaha yang ditangani pads KUD Rahayu adalah pelayanan listrik, serta pertanian seperti unit nenas, pupuk, cengkeh dan sapi perah. Yang terakhir masih dalain rencana dari berbagai bidang usaha tersebut, unit usaha yang besar-benar sudah ditangani baru unit listrik, artinya KUD mendapat keuntungan dari kegiatan ini dan akan terus bertambah seiring dengan penambahan sambungan listrik ke desa-desa.

Untuk peternak di Desa Bunihayu clan Desa Cibeusi, keberadaan KUD ini belum banyak dirasakan. Sebagian besar mereka masih merasa enggan untuk meminjam modal dari KUD

(8)

maupun dari lembaga perkreditan lain dan belum dapat nilai tambahnya dari meminjam modal, disamping mereka masih dianggap sebagai kelompok yang tidak mampu memanfaatkan atau sebagai kelompok yang beresiko tinggi . Oleh karena itu perlu dipersiapkan peluang-peluang yang ada untuk perluasan usahanya.

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997

KESIMPULAN DAN SARAN

1 . Pola usahaternak di Kecamatan Jalancagak sudah mengarah kepada. spesifikasi usaha, yaitu pola usaha pembibitan dan pola usaha penggemukan .

2 . Sistem kelembagaan yang ada di desa maupun di tingkat keeamatan belum mempunyai hubungan fungsional dengan kegiatan usahaternak ruminansia secara aktif maupun pasif. Lembaga-lembaga yang ada di desa clan lembaga-lembaga yang mampu menjangkau kegiatan ekonomi pedesaan seperti Kelompok tani ternak, KUD, BRIT LKMD, Badan Perkreditan Kecamatan merupakan lembaga-lembaga potensial yang berperan dalam pengembangan kegiatan usaha, diantaranya untuk kegiatan usahaternak ruminansia.

3 . Diantara kegiatan usahaternak domba di Subang, secara individu peternak telah menguasai teknik yang berorientasi pasar, 'namun belum melembaga. Pembentukan kelompok dengan menekankan poly partisipasi masyarakat, usahaternak sebagai media, sangat prospektif bagi model dinamika kelembagaan pedesaan menunjang pengembangan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

DuDuNG, A. M. 1985. Pola partisipasi masyarakat pedesaan dalam pembangunan pertanian berencana. Disertasi. UNPAD. Bandung.

EDDY, B . T. 1994. Pendekatan partisipasi dalam pembangunan masyarakat pedesaan. Prosiding Seminar Nasional "Peran Petemakan dalam Pembangunan desa Tertinggal". Universitas Semarang.

MARGONO, S. 1978. Beherapa Calatan tentang Pembangunan Organisasi, Penghimpun. Kumpulan Bahan Bacaan Penyululian Pembangunan Pertanian. Edisi Ketiga. Bogor.

NuRsiDiK, T. 1992. Dinamika kelompok dan partisipasi anggota kelompok tarsi pada Koperasi Unit Desa. Skripsi . Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

RAHMAN, B. 1993. Deskripsi perkembangan lembaga perkreditan di pedesaan Jawa Timur. Form Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 10 No. 2 dan Vol. I1 No. 1, Juli 1993. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik peternak responden di lokasi pengamatan
Tabel 3. Jenis dan komposisi mata pencaharian .penduduk Desa Cibeusi dan Desa Bunihayu
Tabel 5. Pola pemasaran domba di lokasi pengamatan
Tabel 6. Pemasukan clan pengeluaran ternak domba clan kambing (ekor) per bulan di kecamatan Jalancagak, Subang pada tahun 1995

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ditujukan untuk membantu pemiliki kendaraan dan pakar untuk melakukan diagnosa pencarian penyebab kerusakan mesin berdasarkan data-data Diagnostic Trouble Code

Sehubungan dengan adanya aktivitas antibakteri dari beberapa ekstrak metanol invertebrata laut tersebut, maka dilakukan pengujian lanjutan terhadap bakteri

(2) kesesuaian antara langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP dengan implementasinya di SMA Negeri Kabupaten Sleman berdasarkan hasil analisis data antara

(8) Program studi adalah unsur pelaksana bidang akademik pada jurusan atau Program Pascasarjana yang melaksanakan pendidikan akademik sarjana, magister, dan doktor;

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

Berdasarkan hasil wawancara dengan home industry Bapak Ali Toha yaitu Limbah kaca didapat dari pabrik yang berada di daerah Jakarta dan Bandung dengan prosedur

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

[r]