• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA

MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

HARIANTO ARBY 10539 1436 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)

i

PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA

MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Unversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

HARIANTO ARBY 10539 1436 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Pepatah dalam sebuah hikayat “waktu adalah pedang”…

Ketika pedang setajam belati,,,

maka jangan coba-coba bermain-main dengannya…..

Persembahan:

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku, keluarga, dan kawan-kawan

Yang senantiasa melantunkan doa, motivasi dan bantuannya.

(8)

vii ABSTRAK

Harianto Arby, 2019. Penerapan Penilaian Autentik Terhadap Keterampilan

Proses Sains Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 oleh Dr. Nurlina, S.Si.,M.Pd dan pembimbing 2 Yusri Handayani, S.Pd.,M.Pd).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan besarnya keterampilan proses sains sebelum menggunakan penilaian autentik terhadap keterampilan proses sains (2) mendeskripsikan besarnya keterampilan proses sains peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran penilaian autentik (3) ada tidaknya perbedaan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penilaian autentik.

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan menggunakan desain One-group pretest-postest design dengan melibatkan variabel bebas yaitu penilaian autentik dan variabel terikat yaitu keterampilan proses sains. Populasi dan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan memilih kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes hasil keterampilan proses sains dalam bentuk pilihan ganda yang telah divalidasi.

Hasil analisis statistik deskriptif post-test menunjukkan bahwa skor rata-rata peserta didik dengan pembelajaran fisika sebelum menggunakan penilaian autentik sebesar 7.43 dan setelah diajar dengan menggunakan penilaian autentik sebesar 14.77. Sedangkan hasil analisis N-Gain diperoleh nilai g sebesar 0.47 dan nilai tersebut masuk dalam kategori sedang yaitu rentang nilai 0.70>g>0.30.

Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses sains peserta didik yang terjadi sebelum dan setelah diterapkan penilaian autentik pada pembelajaran fisika kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar termasuk kategori sedang. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan penilaian autentik memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini.

Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pelopor peradaban manusia yang hakiki, pembawa cahaya kehidupan dan teladan akhlak pencinta ilmu yang menjadi figur panutan dan inspirasi penulis hadir sebagai penyambung rantai kesinambungan ilmu pengetahuan melalui karya sederhana ini.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Penilaian Autentik Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas XI IPA SMA

Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar” Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhahammadiyah Makassar.

Dari awal penyusunan skripsi, faktor luar sangat membakar api semangat penulis untuk selalu bertindak dengan sungguh-sungguh, sehingga skripsi ini bisa terselesikan. Penulis hanya bisa membalas mereka dengan doa dan menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada mereka yang turut andil dalam setiap langkah penyelesaian karya ini.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai

(10)

ix

pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan dan setulusnya kepada Ibunda Dr. Nurlina , S.Si., M.Pd selaku pembimbing I dan Ibunda Yusri Handayani, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran, dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan, dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada:

1. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.,selaku Dekan Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nurlina, M.Pd., selaku Ketua beserta bapak Ma’aruf, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ishaq, S.Pd., M.Pd, selaku Penasehat Akademik penulis

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak berjasa.

(11)

x

6. Drs Amir, MM., selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar yang telah memberikan izin untuk meneliti.

7. Asnia Edja, S.Pd., M.Pd., selaku guru Fisika di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar telah memberikan bantuan dan masukannya selama penelitian.

Teristimewa kepada Kedua Orang Tua (Agus & Pida), penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas doa yang selalu melangit diwaktu mustajab, jatah kasih-sayang yang tak pernah berkurang dan segala pengorbanan untuk keberhasilan anaknya.

Dengan ini penulis senantiasa, mengharapkan saran dan kritik sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Fisika.

Billahi Fii Sabilil Haq. Fastabiqul Khaerat.

Wassalamua Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2020

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Penilaian Autentik ... 9

2. Keterampilan Proses Sains ... 14

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Pikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Rancangan Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

C. Definisi Operasional Variabel ... 26

(13)

xii

E. Prosedur Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Hasil Analisis Deskriptif ... 37

2. Hasil Analisis N-Gain ... 45

B. Pembahasan ... 45 BAB V PENUTUP ... 49 A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 17

2.2 Keterampilan Proses Sains yang akan Diteliti ... 18

3.1 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 30

3.2 Kriteria tingkat Reliabilitas item ... 31

3.3 Kriteria skor Keterampilan Proses sains ... 35

3.4 Kriteria Indeks Gain ... 36

4.1 Skor Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Sebelum dan Setelah Diajar Menggunakan Penilaian Autentik ... 37

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Keterampilan Proses Sains fisika Peserta Didik pada Pretest ... 38

4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Keterampilan Proses Sains Fisika Peserta Didik Pada Posttest ... 40

4.4 Distribusi Interval Skor Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Pretest dan Posttest ... 41

4.5 Distribusi Skor Keterampilan Proses Sains Fisika Masing-masing Indikator Peserta Didik pada Pretest dan Posttest ... 40

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir ... 24 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Presentase Skor

Keterampilan Proses Sains pada Pretest ... 39 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Presentase Skor

Keterampilan Proses Sains pada Postest ... 41 4.3 Diagram Kategorisasi dan Persentase Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pretest dan Postest ... 42 4.4 Diagram Persentase Keterampilan Proses Sains pada Masing-masing Indikator Pretest dan Posttest ... 44

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Validasi Perangkat ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 59

3. Lembar kerja Peserta didik (LKPD)... 72

4. Kisi-kisi Instrumen ... 75

5. Instrumen Tes keterampilan Proses Sains ... 93

6. Analisis Validitas ... 106 7. Analisis Reliabilitas... 110 8. Analisis Deskriptif... 113 9. Analisis N-Gain ... 121 10.Absen ... 123 11.Dokumentasi... 124 12.Persuratan ... 125 13.Riwayat Hidup... 126

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan atau ilmu, sebuah bangsa atau masyarakat tidak akan pernah mendapatkan kemajuannya sehingga menjadi bangsa atau masyarakat yang kurang atau bahkan tidak beradab. Dengan memperbaiki pendidikan, maka sumber daya manusia di Indonesia akan jauh lebih baik (Sartika, 2014).

Allah pun berjanji kepada manusia bahwa jika mereka beriman dan berilmu, maka Allah akan mengangkat derajat mereka lebih tinggi diantara manusia lainnya. Sehingga memiliki ilmu merupakan bagian terpenting dalam diri seorang muslim agar terhindar dari kejahilan. Mereka yang tidak memiliki iman dan ilmu derajatnya akan rendah, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan kita keseharian. Hal telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai berikut.

َرۡ فَع َ َللَّ َ ٱلَّذٱين ءَامَاُ َْ َِّنين ََ ٱ الََِّّ ءَاََِّءَا َْ َِّنين ا ندن َّجََٰ ٱ َ Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Karena itu, sebuah peradaban yang memberdayakan akan lahir dari suatu pola pendidikan dalam skala luas yang tepat guna dan efektif bagi konteks dan mampu menjawab segala tantangan zaman (Anonim, 2017).

(18)

nasional, upaya tersebut diantaranya pembaruan kurikurulum, peningkatan kualitas tenaga pendidik, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, penataan manajemen pendidikan serta penerapan teknologi informasi dalam pendidikan. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berdasarkan pengertian diatas pendidikan diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Safaroh, 2017).

Wujud dari pendidikan tersebut salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah. Belajar merupakan suatu usaha yang menghasilkan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan menirukan dan sebagainya. Sedangkan mengajar merupakan suatu upaya untuk mendorong seseorang untuk belajar. Perbuatan belajar dilakukan oleh peserta didik dan mengajar dilakukan oleh seorang guru dalam satu kesatuan yang disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dan desain instruksional, untuk membuat sistem belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

(19)

3

Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat (Sanjaya dalam Hasyim, 2014). Guru adalah seseorang yang profesional dan memiliki ilmu pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya. Misalnya dalam ilmu pengetahuan alam atau yang biasa disebut sains. Bagaimana seorang guru membuat siswa tertarik belajar sains, bagaimana pembelajaran sains dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga tujuan utama sains membuat siswa melek sains bisa tercapai. Dengan demikian, guru merupakan salah satu komponen penting yang memiliki peranan besar dalam proses pembelajaran sains (Rulam, 2013).

Sains merupakan ilmu yang terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains khususnya fisika, tidak hanya mengutamakan hasil produk saja, namun keterampilan proses juga dibutuhkan dalam membangun pengetahuan peserta didik. Keterampilan proses tersebut harus dilatihkan melalui pengalaman belajar langsung yang melibatkan peserta didik secara aktif dimana akan meningkatkan kemampuan bernalar dan hasil belajar peserta didik. Salah satu pendekatan yang umumnya digunakan adalah keterampilan proses sains.

Menurut Absurcato dalam Aeni (2007:9) pendekatan keterampilan proses adalah pembelajaran yang dianjurkan didalam mengajar IPA, selain menggunakan pendekatan konsep, guru diminta untuk menggunakan pendekatan keterampilan

(20)

proses. Keterampilan-keterampilan proses IPA dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA. Inti pengembangan pendekatan keterampilan proses adalah aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, selain itu pengembangan keterampilan proses dituntut pengembangan kreatifitas peserta didik. Kelebihan dari pendekatan keterampilan proses adalah peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Berdasarkan pengamatan dilapangan yang telah dilakukan sebelumnya dengan melihat kondisi peserta didik yang sangat aktif. Pada tahun ajaran 2018/2019 di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar terdiri dari 6 kelas. Masing-masing kelas X, XI, dan XII terdiri dari 2 kelas, yang terbagi atas kelas IPA dan IPS. Sampel penelitian ini yaitu kelas XI IPA yang berjumlah 30 peserta didik. Di peroleh data nilai praktikum peserta didik yang tuntas berjumlah 17 orang atau sekitar 57 % dan peserta didik yang nilainya tidak tuntas berjumlah 13 orang atau sekitar 43 % yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan maksimal yang telah di tetapkan yaitu 76. Ini membuktikan bahwa keterampilan proses peserta didik pada kelas XI IPA masih tergolong rendah. Sekolah ini juga belum memiliki ruangan praktikum khsusus atau laboratorium. Sehingga ruangan kelas masing-masing yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan praktikum. Begitu pun dengan alat dan bahan praktikum yang belum memadai, khususnya mata pelajaran fisika. Sehingga juga berpengaruh terhadap penilaian keterampilan proses sains siswa.

(21)

5

Penerapan pendekatan keterampilan proses sains dasar dalam pembelajaran jenjang pendidikan SMA memerlukan pembahasan teori dari tiap keterampilan yang ada didalamnya. Penjelasan teoritis tentang masing-masing keterampilan proses sains dasar membantu peserta didik mudah dalam mempraktekkannya. Keterampilan proses sains dapat membantu peserta didik menjadi peneliti dan pemecah masalah sebab keterampilan dasar menyediakan seperangkat konsep untuk digunakan dalam penelitian dan untuk mengidentifikasi suatu masalah, mendesain prosedur dan menemukan penyelesaian. Guru sains berpengalaman merasa senang dengan pendekatan ini yaitu memberi peserta didik ide-ide yang dipelajari berdasarkan kurikulum, jadi seorang guru harus selektif dalam menentukan jenis kegiatan sehingga keterampilan proses yang diharapkan berkembang pada diri peserta didik dapat terwujud supaya membantu terwujudnya pembelajaran fisika yang efektif dan dapat meningkatkan kompetensi atau hasil belajar fisika.

Ketercapaian kompetensi pembelajaran yang diperoleh peserta didik dapat diukur dengan melakukan penilaian selama proses pembelajaran berlansung. Tujuan dilakukan sebuah penilaian dalam suatu pembelajaran adalah untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mencapai kompetensi pembelajaran secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan atau sebaliknya. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian terhadap proses pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan realitas tersebut, perlu adanya pengembangan sistem penilaian yang mampu mengukur kemampuan peserta didik secara holistik sebagai hasil belajar dan mendorong peserta didik untuk belajar mengembangkan

(22)

segala potensi dan kreativitasnya serta menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian tersebut adalah penilaian autentik, yaitu penilaian untuk mengukur secara keseluruhan hasil dan proses belajar dengan berbagai cara (Putri, 2013).

Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh peserta didik untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang lebih luas (Earl & Cousin, 1996; Hargreaves, dkk, 2001 dalam Novi ( 2013).

Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi, maka penulis merasa tertarik dan merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan

Penilaian Autentik Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta DidikKelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar”. Topik penelitian ini diharapkan

memperoleh gambaran tentang pengaruh penilaian autentik terhadap keterampilan proses sains peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar keterampilan proses sains peserta didik sebelum menggunakan penilaian autentik?

(23)

7

menggunakan penilaian autentik?

3. Seberapa besar peningkatan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan setelah menggunakan penilaian autentik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan besarnya keterampilan proses sains peserta didik sebelum dilaksanakan pembelajaran melalui penilaian autentik.

2. Mendeskripsikan besarnya keterampilan proses sains peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penilaian autentik.

3. Mendeskripsikan besarnya peningkatan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan setelah menggunakan penilaian autentik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretik

Secara teoritik diharapkan dapat menjadi salah satu referensi atau masukan untuk melakukan penilaian dalam mata pelajaran Fisika terkait penilaian berbasis autentik dalam meningkatkan keterampilan sains peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peserta didik, sekolah, guru, serta peneliti.

(24)

a. Bagi Peserta didik, meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik dalam pembelajaran khususnya fisika melalui penilaian autentik, sehingga secara tidak langsung dapat pula meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik.

b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan oleh sekolah untuk dapat dipergunakan guru-guru lain, khususnya guru fisika untuk memaksimalkan proses belajar mengajar.

c. Bagi guru, sebagai strategi untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran di kelas, khususnya dalam metode penilaian terhadap keterampilan proses sains peserta didik dalam pembelajaran fisika. d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

serta dapat menjadi referensi dalam melakukan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik.

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Penilaian Autentik

Asesmen digunakan dalam semua tingkat pendidikan, mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi. Setiap tingkat pendidikan memiliki sistem asesmen yang berbeda dan memiliki taraf asesmen berbeda pula (Riskawati, 2014). Penilaian autentik adalah suatu asesmen hasil belajar yang menuntut peserta didik prestasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata dalam bentuk kinerja atau hasil kerja. Secara lebih luas penilaian autentik didefinisikan sebagai penilaian yang dilakukan secara komprhensif untuk menilai semua dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran. Penilaian autentik ini digunakan untuk mengukur kompetensi sikap, kompetensi, pengetahuan maupun kompetensi keterampilan (Supardi, 2015:24).

Menurut Direktorat Pendidikan Madrasah Dirjen Pendis (Supardi, 2015:26) penilaian autentik khususnya dalam sistem penilaian pada kurikulum 2013 memiliki ciri-ciri: a) belajar tuntas, b) autentik, c) berkesinambungan, d) menggunakan teknik yang bervariasi, e) berdasarkan acuan kriterian. Berikut beberapa kelebihan penilaian autentik menurut Supardi (2015) yang dapat menilai target-terget belajar, diantaranya:

a. Penalaran: target penalaran dan keterampilan memecahkan masalah dapat dinilai dengan penilaian autentik.

(26)

b. Melalui pemberian masalah yang kompleks terhadap peserta didik. Peserta didik harus terlibat dalam berpikir dan proses penalaran yang melibatkan beberapa langkah.

c. Keterampilan: kekuatan penilaian autentik adalah kemampuannya untuk menilai peserta didik dalam mempertunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu. Aktivitas yang ditampilkan peserta didik dapat dijadikan target asesmen seperti keterampilan berkomunikasi ataupun keterampilan manual.

d. Produk: kekuatan lain dari penilaian autentik adalah untuk menilai pencapaian daya cipta mahapeserta didik yang berhubungan dengan produk. Kualitas produk menunjukkan hasil kinerja mahapeserta didik berdasarkan standar tertentu. Produk dapat berupa paper, laporan penelitian, bentuk kerajinan dan produk-produk dari suatu keterampilan. e. Afektif: aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan

konsep diri didasarkan pada tindakan peserta didik atau apa yang kita lihat pada produk hasil proyek peserta didik, maka dari itu penilaian otentik dapat digunakan pula untuk menilai aspek-aspek afektif.

Teknik dan instrumen penilaian menurut Permendikbud nomor 104 Tahun 2014 (Damayanti, 2017) yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui: 1) observasi dengan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan

(27)

11

menggunakan indera, baik secara langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, 2) penilaian diri dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi, 3) penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Penilaian teman sebaya dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya, 4) Penilaian jurnal (anecdotal

record) Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga

kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif. b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Untuk melakukan penilaian kompetensi pengetahuan maka dapat diupayakan dengan melakukan: 1) tes tertulis dengan soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis bentuk uraian antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban 2) observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan yang dapat diniliai ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep,

(28)

prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan, 3) Penugasan dengan menggunakan instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan: 1) unjuk kerja/kinerja/praktik yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. 2) proyek, penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubrik, 3) produk, penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk. Pengembangan produk meliputi 3

(29)

13

(tiga) yakni tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian produk, 4) portofolio, penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan perbaikan.

d. Penilaian Berbasis Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas yang dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasiaan, pengolahan, analisis dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplkasikan, penyelidikan, dan lain-lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Karena itu pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru yaitu: a) keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh dan menulis laporan, b) kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh

(30)

peserta didik, c) orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik (Daryanto, 2014:120).

Manfaat yang diperoleh peserta didik dengan penilaian proyek adalah a) merupakan bagian yang terintegrasi dari kegiatan pembelajaran yang didasari kompetensi dasar yang harus dicapai, bermuatan pedagogis serta bermakna bagi peserta didik, b) memberi kesempatan kepada pesrta didik untuk mendemostrasikan kompetensi yang telah dikuasainya, c) efisiensi pembelajaran dan dapat menghasilkan yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan juga bisa dikembangkan memiliki nilai ekonomis, d) memberikan kemungkinan peseta didik menguasai kompetensi dasar secara penuh dan dapat dipertanggungjawabkan (Supardi, 2015: 33).

2. Keterampilan Proses Sains

Hamalik (2015) mengemukakan bahwa pengertian keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang konsep-konsep dalam prinsip-prinsip yang dapat diperoleh peserta didik bila dia memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains. Sikap ilmiah adalah aspek tingkah laku yang tidak dapat diajarkan melalui pembelajaran tertentu, tetapi merupakan tingkah laku yang ditangkap melalui contoh-contoh positif yang harus terus didukung, dipupuk, dan dikembangkan sehingga dimiliki peserta didik.

Menurut Zulfatin (2014) bahwa keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar meliputi

(31)

15

keterampilan observasi, klasifikasi, prediksi, pengukuran, inferensi dan komunikasi. Keterampilan terintegrasi meliputi keterampilan menentukan variabel, membuat tabulasi data, membuat grafik, memberi hubungan antar variabel, memproses data, menganalisis penelitian, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Hal ini juga didukung dengan pendapat dari Rustaman (Alfansuri, 2015) bahwa KPS yang perlu dikembangkan berupa observasi, mengitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu, hipotesis, merencanakan percobaan, mengendalikan variabel, membuat kesimpulan dan menafsirkan data.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.

Sains atau IPA berhubungan tentang cara mencari tahu tentang alam secara terencana dan sistematis. Sains bukanlah sekedar kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip tetapi juga

(32)

merupakan proses mencari dan menemukan. Proses pembelajaran sains sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman lagsung kepada peserta didik melalui langkah-langkah kerja ilmiah sebagaimana dilakukan oleh para ilmuan.

Proses kerja ilmuan itulah yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam praktik pembelajaran, maka kegiatan belajar melalui proses kerja ilmiah akan melibatkan serangkaian keterampilan yang disebut dengan keterampilan proses sains. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan seperti perolehan yang didapatkan dari sebuah proses, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu yang menjadi roda penggerak utama dan juga dasar yang baik dalam sebuah proses penemuan dan pengembangan sikap yang dilakukan oleh peserta didik sebagaimana para saintis melakukannya (Dahlan, 2016).

Beberapa Keterampilan Proses Sains dan indikatornya menurut Zulfatin (2014: 29) dijabarkan dalam tabel 2.2 berikut:

(33)

17

Tabel 2.1: Keterampilan proses sains dan indikatornya No. Keterampilan

Proses Sains

Indikator 1 Mengamati

(observasi)

a. Menggunakan sebanyak mungkin indera

b. Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompokkan

(Klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan dan persamaan

c. Mencari dasar pemgelompokan atau penggolongan d. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

3 Menafsirkan (Interpretasi)

a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan

4 Meramalkan (Prediksi)

a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan pertanyaan

a. Bertanya apa, mengapa dan bagaimana b. Bertanya untuk meminta penjelasan

c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

6 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian. b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenaranya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. 7 Merencanakan

percobaan/ penelitian

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang digunakan b. Menentukan variable/ factor penentu

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan dicatat

8 Menggunakan alat/bahan

a. Memakai alat/bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan 9 Menerapkan

konsep

a. Menerapkan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru

b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10 Berkomunikasi a. Mengubah bentuk penyajian

b. Memberi/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel dan diagram

c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian d. Membaca grafik atau diagram

(34)

Bedasarkan beberapa hal yang telah dijelaskan mengenai pengertian dan beberapa indikator keterampilan proses, maka dapat dikemukakan bahwa keterampilan proses yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2: Keterampilan proses sains yang akan diteliti No. Keterampilan

Proses Sains

Indikator 1 Mengamati

(observasi)

a. Menggunakan sebanyak mungkin indera

b. Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompokkan

(Klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan dan persamaan

c. Mencari dasar pemgelompokan atau penggolongan d. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

3 Menafsirkan (Interpretasi)

a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan

4 Meramalkan (Prediksi)

a. Menggunakan pola-pola hasil pengamata

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian. b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenaranya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. 6 Merencanakan

percobaan/ penelitian

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang digunakan b. Menentukan variable/ faktor penentu

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan dicatat

7 Menerapkan konsep

a. Menerapkan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru

b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

8 Berkomunikasi a. Mengubah bentuk penyajian

b. Memberi/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel

c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian d. Membaca tabel

e. Mendiskusiakan hasil kegiatan

Terdapat beberapa alasan mengapa keterampilan proses sangat bermanfaat jika diterapkan. Alasan tersebut adalah bahwa keterampilan proses:

(35)

19

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat, sehingga guru akan mengalami kesulitan jika harus mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik.

b. Dengan keterampilan proses mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari berbagai sumber belajar melalui latihan-latihan yang berkualitas dan terencana dengan baik.

c. Secara psikologis peserta didik pada pendidikan dasar akan dengan mudah memahami konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, memulai dengan konsep yang telah mereka miliki sebelumnya, dan berlangsung wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

d. Pemahaman peserta didik yang didapat melalui keterampilan proses akan lebih bermakna dan dapat mengingat lebih lama, lebih lebih jika mereka mendapat kesempatan mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik dan penanganan benda-benda.

e. Peserta didik perlu dilatih dan dirangsang untuk selalu bertanya, berpikir kritis-objektif, serta terbiasa mengupayakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap sesuatu masalah.

f. Bermanfaat sebagai cara memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan yang relevan;

g. Memberi bekal peserta didik cara-cara membentuk konsep sendiri, dan cara bagaimana cara mempelajari sesuatu;

h. Sangat membantu peserta didik yang masih berada pada tarap perkembangan berpikir konkrit, mengembangkan kreativitas peserta didik.

Keterampilan proses sains dapat diklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. keterampilan proses dasar terdiri dari keterampilan mengamati (melakukan observasi), keterampilan mengukur

(36)

(melakukan pengukuran), keterampilan memprediksi (meramalkan), keterampilan mengelompokkan (mengklasifikasi), menginferensi (mengemukakan asumsi), dan keterampilan mengkomunikasi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi keterampilan-keterampilan untuk mengidentifikasi masalah dan variabel, merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merancang eksperimen, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti atau data (Jufri, 2017: 149-150).

Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi ilmiah penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban tentang berbagai gejala alam.

(37)

21

B.Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan Ferdinan Misaffin dkk. pada tahun 2013 dengan judul “perbandingan aktivitas dan hasil belajar menggunakan penilaian otentik dengan penilaian konvensional”. Disimpulkan bahwa nilai aktivitas pada kelas yang menggunakan penilaian autentik lebih tinggi dari pada nilai aktivitas pada kelas yang menggunakan penilaian konvensional. Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan penilaian otentik dengan kelas yang menggunakan penilaian konvensional.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh A. Wijayanti pada tahun 2014 dengan judul “pengembangan autentic assesment berbasis proyek dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah peserta didik”. Berdasarkan hasil penelitian teresbut disimpulkan bahwa penilaian autentik berbasis proyek dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah dengan efektif. Setiap aspek keterampilan berpikir ilmiah mahapeserta didik mengalami penningkatan. Secara keseluruhan peningkatan (gain) keterampilan berpikir ilmiah sebesar 0,86 yang artinya peningkatannya dengan kriteria tinggi setelah dilakukan analisis data peningkatan (gain) tiap aspek keterampilan berpikir ilmiah uji coba skala kecil.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran fisika menuntut peserta didik tidak hanya menguasai konsep-konsep fisika secara teori, menyelesaikan soal dengan rumus-rumus matematis, tetapi juga mampu membuktikan konsep-konsep fisika tersebut secara ilmiah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah. Namun realitanya, pembelajaran

(38)

fisika yang berlangsung dalam kelas cenderung monoton yang hanya berpusat pada guru sehingga peserta didik jenuh dalam belajar dan mindset peserta didik bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit mengakibatkan peserta didik kuarang tertarik untuk belajar fisika.

Didasari kenyataan bahwa pembelajaran fisika masih berpusat pada guru dan pembelajaran masih mengutamakan produk dari pada proses sebagai dasar penilaian sehingga peserta didik lebih cenderung menghafal konsep. Maka diperlukan metode yang memungkinkan peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.

Berdasarkan realitas tersebut, sistem pembelajaran yang dibangun oleh guru dengan model penilaian yang masih bersifat konvensional tentunya tidak relevan dengan sistem kurikulum saat ini. Pembelajaran fisika merupakan salah satu pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk turut aktif dalam melakukan proses kerja sains sehingga sistem pembelajaran dengan model penilaian yang kurang memperhatikan segi proses yang dilakukan peserta didik kurang cocok untuk digunakan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika perlu adanya sistem penilaian yang mampu mengukur kemampuan peserta didik secara holistik sebagai hasil belajar dan mendorong peserta didik untuk

(39)

23

belajar mengembangkan segala potensi dan kreativitasnya serta menerapkan pengetahuannya. Penilaian autentik dapat menilai pengetahuan, sikap dan keterampilan sains peserta didik yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi yang dapat mereka lakukan. Dengan demikian keterampilan sains peserta didik dapat berkembang yang dilengkapi sistem evaluasi belajar harus mulai berkembang dari sistem yang bersifat tradisional menjadi sistem penilaian yang lebih autentik (nyata).

Maka metode yang digunakan adalah penilaian berbasis autentik. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Sedangkan keterampilan proses sains peserta didik dapat diukur dengan sistem penilaian autentik. Keterampilan Proses memandang sains sebagai proses ilmiah dan pendidikan sains adalah pelatihan keterampilan proses sains yang biasa digunakan oleh para ilmuwan kepada siswa. Oleh karena itu siswa harus memperoleh pengalaman ilmiah untuk memperoleh produk ilmiah seperti konsep, prinsip dan hukum. Penilaian autentik mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan ilmiah pada konteks riil bukan membuat/menyusun sesuatu yang baru dan tidak dikenal siswa (Yuni, 2015).

(40)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Input/kondisi awal Proses pembelajaran Output 1. Merumuskan hipotesis 2. Merencanakan percobaan 3. Observasi 4. Klasifikasi 5. Memprediksi 6. Menerapkan konsep 7. Interpretasi 8. Komunikasi Terdapat peningkatan

keterampilan proses sains setelah diterapkannya penilaian berbasis autentik

Penerapan penilaian autentik

Meningkatkan keterampilan proses

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre

eksperimen. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan proses sains fisika. Desain penelitian yang digunakan adalah

One-group pretest-posttest design. Desain ini digambarkan dalam pola sebagai berikut

:

(Sugiyono, 2016: 111)

Keterangan:

O1 = Nilai Pretest sebelum diberi perlakuan

X = Treatment yang diberikan,

O2 = Nilai Posttest setelah diberi perlakuan,

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar Tahun Ajaran 2019/2020. 2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling, yaitu memilih sampel secara sederhana dengan beberapa O1 X O2

(42)

pertimbangan peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu peserta didik XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

C. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas: penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik secara komprhensif untuk menilai semua dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran yang diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja.

2. Variabel terikat: keterampilan proses sains peserta didik adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam melakukan kinerja secara ilmiah untuk menggunakan sains dengan diukur dengan menggunakan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator keterampilan sains meliputi perumusan hipotesis, perencanaan percobaan, percobaan, pengamatan, Penafsiran data, Penerapan konsep, prediksi dan mengkomunikasikan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kinerja, dan lembar instrumen keterampilan yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan proses sains fisika pada peserta didik. Sebelum diberikan kepada peserta didik instrument di analisis untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas perangkat yang akan digunakan, terlebih dahulu

(43)

27

instrument tersebut divalidasi oleh dua pakar (ahli), kemudian dianalisis dengan menggunakan uji gregory. Persamaan uji gregory dapat diuraikan sebagai berikut:

Validator 1

(1-2) Kurang Relevan (3-4) Sangat Relevan

A

B

C

D

Dengan,

r = Validitas Isi

D = Sel yang menunjukkan persetujuan antara kedua validator

A = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara validator pertama dan kedua

B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara validator pertama dan kedua

Jika r≥0,75, maka instrumen layak untuk digunakan

Chonstantika, (Yulianti, 2016)

Adapun tahap penyusunan dan pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusun instrumen tes keterampilan proses sains yang berjumlah 28 nomor. Validator II (1-2) kurang relevan (3-4) Sangat Relevan r= 𝐷 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

(44)

2. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada dosen pembimbing yang kemudian akan divalidasi oleh tim validator yang terdiri dari dua orang dosen ahli. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Validitas instrumen dalam penelitian ini diuji dengan meminta pendapat dari judgment expert (para ahli). Pada penelitian ini, berdasarkan hasil validasi para ahli diperoleh 28 soal tes keterampilan proses sains yang dinyatakan valid dan 5 dinyatakan drop. Dari hasil validasi oleh para ahli tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan Uji Gregory dengan tujuan untuk mengetahui jika instrumen tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian. Yang mana kriteria penilaiannya adalah jika r ≥ 0,75 maka instrumen layak digunakan. Pada penelitian ini, berdasarkan hasil

validasi para ahli diperoleh nilai r ≥ 0,75 maka dinyatakan instrumen tes keterampilan proses sains fisika layak untuk digunakan.

3. Melakukan uji coba lapangan untuk instrumen. Uji coba lapangan pada penelitian ini mengambil subjek di dalam populasi yaitu peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 8 Gowa. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dianalisis dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reabilitas sebelum digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah obserasiketerampilan berkomunikasi valid dan dapat dipercaya.Untuk pengujian validasi digunakan teknik kolerasi point biserial sebagai berikut:

(45)

29 𝛶𝑝𝑏𝑖 = 𝑀𝑝− 𝑀𝑡 𝑆𝑡 √ 𝑝 𝑞 (Supardi, 2015) Dengan :

𝛶𝑝𝑏𝑖 = Koefisien korelasi biseral

𝑀𝑝 = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul item 𝑀𝑡 = Rerata skor total

𝑆𝑡 = Standar deviasi dari skor total

𝑝 = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

𝑞 = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai 𝛶𝑝𝑏𝑖(i) dengan nilai rtabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika nilai𝛶𝑝𝑏𝑖 (i) ≥ rtabel, item dinyatakan valid

b. Jika nilai 𝛶𝑝𝑏𝑖 (i) < rtabel, item dinyatakan invalid

Item yang memenuhi kriteria valid dan mempunyai relibialitas tes yang tinggi selanjutnya digunakan peserta didik.

Dari analisis data maka di peroleh jumlah ietm instrument tes keterampilan proses sains fisika yang di gunakan pada peneitian ini. Dimana hasil uji validitasnya di tunjukkan pada tabel. 3.1

(46)

Tabel 3.1 Hasil uji validasi instrumen tes keterampilan proses sains Instrumen Jumlah item awal Nomor Item yang drop Jumlah Item Yang drop

Nomor item yang Valid Jumlah Item Yang Valid Tes Keterampilan Proses Sains` 28 4, 7, 12, 15 dan 21 5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28 23 b. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Untuk perhitungan reliabilitas tes didekati dengan teknik kofisien Alfa Crombachyang dirumuskan:

ri = k (𝑘−1){1 − Σs𝑖2 𝑠𝑡2} (Sugiyono, 2015:184) dengan: ri = Reliabilitas instrumen

k = mean kuadrat antara subjek Σs𝑖2 = Mean kuadrat kesalahan 𝑠𝑡2 = Variansi total

Item yang memenuhi kriteria valid mempunyai koefisien reliabilitas tes yang tinggi, yang dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.Kriteria tingkat reliabilitas sebagai berikut:

(47)

31

Tabel 3.2 Kriteria tingkat reliabilitas tes

Rentang Nilai Kategori

0,800 - 1,000 Tinggi 0,600 - 0,800 Cukup tinggi 0,400 - 0,600 Sedang 0,200 - 0,400 Rendah 0,000 - 0,200 Sangat rendah (Sugiyono, 2016:187) Menurut Darmawan (2014:180) kuesioner dinyatakan reliabel jika

crombach alfa lebih besar dari 0,60. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas

menggunakan SPSS dengan teknik kofisien Alfa Crombach diperoleh nilai

Alfa Crombach sebesar 0,849 sehingga dapat dituliskan 0,849 > 0,6 maka

dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan reliabel. E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Konsultasi dengan kepala sekolah dan pendidik bidang studi Fisika SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

2) Mengkonfirmasi materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian. 3) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari 4 perangkat, yaitu:

a) RPP yang digunakan adalah sesuai dengan kurikulum 2013 dengan model penilaian autentik.

(48)

c) Bahan ajar dalam penelitian ini adalah bahan ajar yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disusun berdasarkan sintaks penilaian autentik. d) LKPD yang digunakan dalam penelitian disusun sendiri oleh peneliti

sesuai sintaks penilaian autentik dan disusun berdasarkan kurikulum 2013 sehingga kegiatan peserta didik akan terarah.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan kegiatan inti yang dilakukan selama penelitian dengan menerapkan penilaian autentik setelah melakukan pre

test kepada peserta didik yang dilakukan selama kurang lebih 8 pertemuan.

c. Tahap Akhir

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan penilaian berbasis autentik maka dilakukan tes hasil keterampilan sains peserta didik sebagai hasil observasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebelum dan setelah diterapkannya penilaian autentik dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas XI IPA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar. Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan observasi dan tes keterampilan proses sains.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan dengan diterapkannya penilaian autentik. Lembar observasi ini diisi oleh guru, dimana lembar observasi ini berisi

(49)

33

tentang pernyataan-pernyataan tentang proses pembelajaran dengan cara memberi tanda (X) pada pilihan yang tersedia.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains ini adalah soal-soal pilihan ganda. Soal keterampilan proses sains ini disesuaikan dengan indikator yang digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik.

G. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan dua macam teknik analisis statistik, yaitu analisis statistik deskriptif dan statistik N-Gain. 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran umum data yang diperoleh yaitu keterampilan proses sains peserta didik terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen. Pengolahan datanya dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi, mencari nilai rata-rata, variansi, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian.

a. Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan rumus:

M = ∑𝑋 𝑁

(Sugiyono, 2016: 49) Keterangan:

M = skor rata-rata

∑X = jumlah skor total peserta didik N = jumlah responden

(50)

b. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus: 𝑠 = √∑ = 1(𝑥𝑖 − 𝑥̅) 2 𝑛 1 𝑛 − 1 Keterangan: s = standar deviasi

xi = skor peserta didik x = skor rata-rata

n = banyaknya subjek penelitian

(Sugiyono, 2016: 58) Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑁 = 𝑆𝑆 𝑆𝐼X 100 dengan:

N = Nilai peserta didik

SS = Skor hasil belajar peserta didik SI = Skor ideal

Tabel 3.3 Kriteria skor keterampilan proses sains

Persentase Skor Kriteria

0-4 Sangat Rendah 5-9 Rendah 10-14 Sedang 15-19 Tinggi 20-25 Sangat Tinggi (Riduwan, 2015: 41-146)

(51)

35

2. Analisis N-Gain

Untuk mengetahui peningkatan hasil keterampilan proses sains peserta didik maka digunakan nilai rata-rata gain yang dinormalisasikan. Gain dinormalisasikan merupakan perbandingan antara skor gain pretest-posttest kelas terhadap gain maksimum yang mungkin diperoleh, yang menggunakan faktor Hake berikut:

〈𝒈〉 = 〈𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕〉−〈𝑺𝒑𝒓𝒆〉

(𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔)−〈𝑺𝒑𝒓𝒆〉

dengan:

〈𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕〉 = skor rata-rata pretest (%) 〈𝑺𝒑𝒓𝒆〉 = skor rata-rata posttest (%)

Dengan kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu:

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,70 ≥ g ≥ 0,30 Sedang

g < 0,30 Rendah

(52)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan analisis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Ada dua macam hasil analisis yang disajikan disini yaitu hasil analisis yang menggunakan analisis deskriptif dan hasil analisis yang menggunakan statistik inferensial.

1. Analisis Deskriptif Keterampilan Proses Sains Fisika

Hasil analisis dekriptif menunjukkan deskripsi tentang skor keterampilan proses sains fisika peserta didik pada kelompok yang diteliti. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, skor hasil tes keterampilan proses sains fisika kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar tahun ajaran 2019/2020 dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Skor keterampilan proses sains fisika peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan menggunakan authentic assesment pada kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

Statistik Skor Statistik

Pretest Posttest Ukuran sampel 30 30 Skor tertinggi 13 20 Skor terendah 2 9 Rentang skor 11.00 11.00 Skor rata-rata 7.43 14.77 Standar deviasi 2,96 3,34

(53)

37

a. Hasil Penelitian Data Pretest

Dari Tabel 4.1 peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar memiliki jumlah sampel sebanyak 30 orang. Dilihat dari skor tertinggi dari keterampilan proses sains Fisika peserta didik pada Pretest sebesar 13, skor terendah yang dicapaipeserta didik sebesar 2 dari skor ideal 23, dengan rentang 11,00 sehingga skor rata-rata peserta didik sebesar 7,43 dan standar deviasinya 2,96.

Jika skor keterampilan proses sains peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase skor keterampilan proses sains fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada pretest.

Data distribusi frekuensi pretest pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor keterampilan proses sains peserta didik pada pretest dalam rentang skor 2-3 dan 12-13 terdapat 3 orang, kemudian pada rentang 4-5 dan rentang 10-11 terdapat 5 orang, rentang 6-7 terdapat 8 orang, dan pada rentang 8-9 terdapat 6 orang peserta didik. Skor F Persentase (%) 2-3 3 10 4-5 5 17 6-7 8 26 8-9 6 20 10-11 5 17 12-13 3 10  30 100

(54)

Data distribusi Frekuensi Pretest pada Tabel 4.2 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.1: Distribusi frekuensi kumulatif dan persentasi skor keterampilan proses sains fisika peserta didik kelas XI

IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada pretest. b. Hasil Penelitian Data Posttest

Data yang diperoleh dari keterampilan proses sains fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar setelah diajar melalui penilaian autentik selama 8 kali pertemuan dengan materi fluida statis, maka dapat dilihat pada Tabel 4.3 skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik yakni keterampilan proses sains yaitu 20 dan skor terendah yang dicapai yaitu 9 dari skor ideal 23. Adapun Jumlah sampel pada Posttest sama dengan sampel pretest yaitu 30 orang dan skor rata-rata sebesar 14,77 dengan standar deviasi yang diperoleh sebesar 3,34. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 2--3 4--5 6--7 8--9 10--11 12--13 3 5 8 6 5 3 F re k u en si

(55)

39

Berdasarkan data yang diperoleh dari keterampilan proses sains peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar setelah diajar menggunakan penilaian autentik yang dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase skor keterampilan proses sains fisika yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan persentase skor keterampilan proses sains fisika peserta didik XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada posttest

Skor Ferkuensi Persentase (%)

9-10 4 13 11-12 5 17 13-14 4 13 15-16 7 23 17-18 5 17 19-20 5 17 30 100

Data distribusi frekuensi posttest pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa skor keterampilan proses sains peserta didik pada posttest dalam rentang skor 9-10 dan 13-14 terdapat 4 orang, kemudian pada rentang 11-12, 17-18 dan 19-20 terdapat 5 orang, dan pada rentang 15-16 terdapat 7 orang peserta didik.

Data distribusi Frekuensi Posttest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

(56)

Gambar 4.2 Distribusi frekuensi kumulatif dan persentasi skor

keterampilan proses sains fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada posttest. Skor keterampilan proses sains peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada pretest dan posstest yang danalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.4 Distribusi interval skor keterampilan proses sains fisika peserta didik pada pretest dan posttest.

Interval Skor Pretest Posttest Kategori Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 0-4 5 17 0 0 Sangat Rendah 5-9 17 57 2 7 Rendah 10-14 8 26 11 37 Sedang 15-19 0 0 14 46 Tinggi 20-25 0 0 3 10 Sangat Tinggi

Dari Tabel 4.4 dapat dikemukakan bahwa skor keterampilan proses sains (pretest) fisika peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan penilaian autentik. Skor keterampilan proses sains pada pretest terdapat 5 peserta

0 2 4 6 8 9--10 11--12 13--14 15--16 17--18 19--20 4 5 4 7 5 5 F re k u en si

(57)

41

didik dalam kategori sangat rendah dan 17 kategori rendah, dari 23 soal yang diujikan terdapat 8 peserta didik dalam kategori sedang dan tidak ada peserta didik yang mencapai kategori tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan Skor keterampilan proses sains pada posttest tidak ada peserta didik yang berada pada kategori sangat rendah, terdapat 2 peserta didik dalam kategori rendah, 11 peserta didik dalam kategori sedang, 14 peserta didik dalam kategori tinggi, dan terdapat 3 peserta didik dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat kita lihat pada diagram berikut ini:

Gambar 4.3: Kategorisasi dan persentase keterampilan proses sains fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pretest dan posttest

Perolehan skor keterampilan proses sains peserta didik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar untuk tiap indikator pada pretest dan

posttest dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 5 17 8 0 0 0 2 11 14 3

Kategori Keterampilan Proses Sains

Pretest Posttest

Gambar

Gambar           Halaman
Tabel 2.1: Keterampilan proses sains dan indikatornya  No.  Keterampilan
Tabel 2.2: Keterampilan proses sains yang akan diteliti  No.  Keterampilan
Gambar 2.1. Kerangka PikirInput/kondisi awal  Proses pembelajaran   Output 1.  Merumuskan hipotesis 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini adalah online e-Book dari Maktabah Raudhatul Muhibbin yang diterjemahkan dari on-line e-Book versi bahasa Inggris dari www.al-ibaanah.com dengan sedikit

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kasar enzim fitase (Crude enzim) bakteri endofit asal tanaman jagung ( Zea mays. L) terhadap

Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. ©Basmah

Sehubungan dengan pelelangan sederhana Pengadaan Alat Laboratorium Fourier Transform Infra Red DIPA Badan Layanan Umum Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami

Besamya total kontribusi variabel Manajemen Berbasis Sekolah dan metode pembelajaran terhadap motivasi mengajar guru SMP Negeri 1 Tigabinanga mencapai 40,3%, sedangkan

(2) Benih ),ang dapat disertifikasi adalah benih y.ang berasal dari benih bina atau benih unggul lokal y-ang sudah teruji dan telah ditetapkan oleh pejabat yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas X MA Darul Falah Cluwak Pati tahun ajaran 2013/2014