• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

4 KEADAAN UMUM

4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Geografi dan klimatologi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Barat dengan ibukota Palabuhanratu. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak antara 6˚57’ - 7˚25’ LS dan 106˚49’ - 107˚00’ BT dan secara topografi wilayahnya mempunyai karakteristik dataran tinggi di wilayah utara dan dataran rendah di wilayah selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia (Dinas Perikanan dan Kelautan Sukabumi 2010).

Kabupaten Sukabumi, berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah utara, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cianjur di sebelah timur dan Kabupaten Lebak di sebelah barat. Kabupaten Sukabumi memiliki luas wilayah sebesar 412.592 ha yang terbagi dalam 47 kecamatan 364 desa (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2010).

Sebagai daerah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, Kabupaten Sukabumi memiliki panjang pantai sekitar 117 km dimulai dari ujung barat Kecamatan Cisolok sampai dengan ujung timur Kecamatan Tegal Buled yang melintasi 9 kecamatan pesisir. Sepanjang pantai tersebut terdapat 7 tempat pendaratan ikan yaitu PPI Mina Jaya Surade, PPI Ujung Genteng, PPI Ciwaru, PPI Loji, PPI Cisolok, PPI Cibangban dan PPN Palabuhanratu.

Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang beriklim tropis dimana suhu udara di Kabupaten Sukabumi berkisar antara 20º-30ºC dan kelembaban udaranya berkisar antara 85% sampai 89%. Curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 2.805 mm dengan hari hujan 144 hari. Curah hujan di Kabupaten Sukabumi bagian utara berkisar antara 3.000-4.000 mm/tahun, sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun terdapat di Kabupaten Sukabumi bagian selatan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2010).

Keadaan topografis wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi dataran rendah dengan beberapa bukit kecil di daerah bagian selatan dan barat.

(2)

Daerah ini sangat cocok dikembangkan menjadi daerah perkotaan. Selain itu daerah ini merupakan daerah yang memiliki pantai karena berbatasan langsung Samudera Indonesia. Keadaan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki potensi perikanan tangkap yang baik, dengan jangkauan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut terlindung dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada saat ini susah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk tersebut (BPS Kabupaten Sukabumi, 2010).

Selanjutanya BPS Kabupaten Sukabumi menyatakan bahwa daerah Kabupaten Sukabumi juga terdiri dari daerah yang bergunung (Gunung Salak dengan ketinggian 2.211 m dan Gunung Gede dengan ketinggian 2.958 m) di daerah bagian utara dan tengah. Adanya daerah pegunungan ini membuat jalur transportasi ke dan dari Ibu Kota Negara (Jakarta) dan sekitarnya harus melalui pegunungan tersebut. Hal ini membuat jalur yang dilalui merupakan tanjakan dan turunan yang cukup tajam, sehingga perjalanan tidak bisa dilakukan dengan kecepatan tinggi dan memakan waktu yang cukup lama. Produk perikanan merupakan produk yang sangat rentan terhadap pembusukan dan kerusakan, sehingga dalam distribusi melalui jalur seperti di atas distributor harus sangat memperhatikan kemasan dan suhu produk perikanan yang didistribusikan.

Adanya bentuk topografis yang beragam itu membuat Kabupaten Sukabumi memiliki pariwisata yang beragam pula seperti wisata bahari, arung jeram, dan perkebunan. Wisata bahari di Kabupaten Sukabumi dapat berupa pantai berpasir, karang, memancing,surfing, dan wisata makanan hasil perikanan. Pariwisata yang menjanjikan tersebut membuat banyak didirikannya penginapan dan restoran di sepanjang pantai di Kabupaten Sukabumi.

(3)

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk yang berbeda di sekitar Teluk Palabuhanratu secara umum menggambarkan seberapa besar potensi sumberdaya manusia (human resource) di daerah ini. Selain itu, jumlah penduduk juga dapat mengindikasikan seberapa padat dan seberapa besar tekanan yang mungkin ditimbulkan terhadap kondisi sumberdaya yang ada.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukabumi mencatat jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 adalah 2.328.804 orang, dengan rincian 1.185.833 laki-lai dan 1.142.971 perempuan. Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat kepadatan penduduk 559 orang/km2. Hal tersebut mengartikan bahwa pada setiap 1 km di Kabupaten Sukabumi dihuni oleh 559 orang (BPS Kabupaten Sukabumi, 2010).

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi pada periode 2000-2004 mengalami peningkatan dan menurun pada periode 2004-2005 untuk kemudian meningkat kembali pada tahun 2007 seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2000-2009

Tahun Jumlah Penduduk (Orang) Pertumbuhan (%)

2000 2.092.448 -2001 2.129.664 1,78 2002 2.170.181 1,90 2003 2.212.821 1,96 2004 2.256.644 1,98 2005 2.300.644 1,95 2006 2.345.459 1,95 2007 2.391.736 1,97 2008 2.437.395 1,91 2009 2.328.804 -4,46 Rata-rata 2.294.235 1,094

Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali)

Secara umum perkembangan jumlah penduduk kabupaten ini pada tahun 2000-2009 mengalami pertambahan rata-rata 1,094% per tahun. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2002, dimana terjadi pertumbuhan sebesar 0,12% sedangkan pertumbuhan paling kecil terjadi pada tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan sebesar -4,46%.

(4)

1,900,000 2,000,000 2,100,000 2,200,000 2,300,000 2,400,000 2,500,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Perkem bangan Jumlah Pendud uk

Gambar 2 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2000-2009

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali)

Penduduk yang memiliki komposisi terbanyak di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah kelompok umur 0-9 tahun dan 10-19 tahun dengan persentase masing-masing sebesar 20,92% dan 19,53%. Jumlah kelompok umur yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Sukabumi ialah kelompok umur 70 tahun ke atas dengan jumlah 86.030 orang atau 3,69% dari jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Sukabumi. Penduduk yang terdapat di Kabupaten Sukabumi jika dikelompokkan berdasarkan umurnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

0-9 487.295 20,92 10-19 454.869 19,53 20-29 340.267 14,61 30-39 345.276 14,83 40-49 308.302 13,24 50-59 196.211 8,43 60-69 110.554 4,75 70+ 86.030 3,69 Jumlah 2.328.804 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

(5)

Gambar 3 Diagram jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten

Sukabumi tahun 2009

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

Kecamatan dengan penduduk terbanyak pada tahun 2009 menurut Tabel 3 di Kabupaten Sukabumi adalah Cisaat (4,61%), Cicurug (4,67%), Cibadak (4,51%) dan Palabuhanratu (4,05%). Kecamatan-kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak memiliki jumlah tenaga kerja potensial jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Jika kecamatan tersebut merupakan wilayah pesisir maka tenaga potensial tersebut dapat dimanfaatkan untuk bekerja di bidang perikanan tangkap. Sehingga dapat diasumsikan bahwa Kecamatan Cisaat, Cicurug, Cibadak dan Palabuhanratu merupakan tempat dan pasar yang potensial bagi berkembangnya perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi.

Tabel 3 Jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Kecamatan Jumlah Persentase Kecamatan Jumlah Persentase

(orang) (%) (orang) (%)

Bantargadung 38.374 1,65 Jampang tengah 66.250 2.84

Bojonggenteng 31.664 1,36 Kabandungan 37.605 1.61

Caringin 44.095 1,89 Kadudampit 48.220 2.07

Ciambar 36.414 1,56 Kalapanunggal 40.298 1.73

Cibadak 105.140 4,51 Kalibunder 27.516 1.18

Cibitung 25.737 1,11 Kebonpedes 28.544 1.23

(6)

Lanjutan Tabel 3

Kecamatan (Orang)Jumlah Persentase(%) Kecamatan (Orang)Jumlah Persentase(%)

Cicantayan 50.026 2,15 Lengkong 29.712 1.28 Cicurug 108.735 4,67 Nagrak 76.991 3.31 Cidadap 19.343 0,83 Nyalindung 45.528 1.95 Cidahu 54.954 2,36 Pabuaran 39.935 1.71 Cidolog 17.974 0,77 Palabuhanratu 94.266 4.05 Ciemas 49.381 2,12 Parakansalak 38.890 1.67 Cikakak 38.554 1,66 Parungkuda 32.377 1.39 Cikembar 73.043 3,14 Purabaya 41.742 1.79 Cikidang 64.259 2,76 Sagaranten 49.656 2.13 Cimanggu 22.279 0,96 Simpenan 48.066 2.06 Ciracap 44.262 1,90 Sukabumi 44.566 1.91 Cireunghas 31.029 1,33 Sukalarang 37.345 1.60 Cisaat 107.428 4,61 Sukaraja 76.988 3.31 Cisolok 62.538 2,69 Surade 70.665 3.03

Curug kembar 31.169 1,34 Tegalbuleud 32.877 1.41

Gegerbitung 38.754 1,66 Waluran 25.835 1.11

Gunung guruh 46.789 2,01 Warungkiara 56.993 2.45

Jampang kulon 41.202 1,77 Jumlah 2.328.804 100

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

4.1.3 Sarana dan prasarana umum 1) Perhubungan

Perhubungan di Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua, yaitu perhubungan darat dan air/laut. Perhubungan darat mendominasi dengan persentase sebesar 98,15% sedangkan perhubungan air/laut sebesar 1,85% (BPS Kabupaten Sukabumi 2009). Kabupaten Sukabumi memiliki panjang jalan negara sepanjang 115.090 km dan jalan propinsi 300.100 km. Namun, besarnya persentase fasilitas perhubungan darat ini tidak didukung dengan fasilitas sarana perhubungan darat yang memadai, akses jalan menuju beberapa wilayah di Kabupaten Sukabumi terkendala oleh kondisi jalan yang rusak. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukabumi mencatat pada tahun 2010, panjang jalan yang rusak yaitu 687.967 km, sedangkan jalan yang berada dalam kondisi sedikit berlubang yaitu 114.222 km. Kondisi jalan menuju PPN Palabuhanratu berkualitas bagus, jika perjalanan dilakukan dari Kota Sukabumi, sedangkan

(7)

kondisi jalan dari PPN Palabuhanratu sampai PPI Cisolok berkualitas sedikit berlubang.

Menurut BPS Kabupaten Sukabumi (2010) Prasarana transportasi darat (jalan raya) di Kabupaten Sukabumi dikelola oleh beberapa instansi yaitu negara, propinsi, kabupaten dan desa. Jumlah prasarana untuk masing-masing instansi yaitu negara sepanjang 172.830 km, propinsi sepanjang 242.360 km, kabupaten sepanjang 1.752.285 km, dan desa sepanjang 485.200 km. Sebanyak 72,93% panjang jalan yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Sukabumi telah diaspal, sisanya masih berupa batu/teleford (23,57%) dan jalan tanah (3,50%). Kondisi jalan aspal di Kabupaten Sukabumi yang baik dan sedang hanya sebesar 37,09%, sisanya 62,91% berada dalam kondisi sedang, rusak, dan rusak berat.

Jenis kendaraan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi adalah mobil penumpang, mobil barang, bus, dan sepeda motor. Kendaraan terbanyak di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah sepeda motor yang berjumlah 30.090 unit atau 96,50%, sedangkan kendaraan dengan jumlah paling sedikit tahun 2009 di Kabupaten Sukabumi adalah jenis bus dengan jumlah 25 unit atau 0,08%. Tabel 4 Jenis dan jumlah kendaraan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Jenis Kendaraan Jumlah (unit) Persentase (%)

Mobil Penumpang 534 1,71

Mobil Barang 532 1,71

Bus 25 0,08

Sepeda Motor 30.090 96,50

Jumlah 31.181 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

2) Komunikasi

Telekomunikasi sangat penting dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukabumi. Sebagai wilayah yang memiliki potensi di bidang usaha perikanan dan wisata, telekomunikasi menjadi sangat penting dalam era globalisasi ini. Penyediaan sarana telekomunikasi di wilayah Palabuhanratu telah cukup baik dengan telah terdistribusinya sistem jaringan kabel telekomunikasi maupun seluler (Hamzah 2010).

(8)

Pada awalnya telekomunikasi yang tersedia di Kabupaten Sukabumi adalah pos. Sarana komunikasi yang disediakan pos adalah surat dan paket, pesan yang dikirim membutuhkan waktu beberapa hari untuk sampai kepada orang yang dituju. Hal ini membuat penduduk mencari alternatif sarana komunikasi lain yang lebih efektif, yaitu telepon dan telepon seluler. Dengan demikian sarana komunikasi yang terdapat di Kabupaten Sukabumi saat ini terdiri dari pos, telepon, dan telepon seluler (Hamzah 2010).

Sarana telepon yang disediakan oleh PT.Telkom belum mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Sarana telekomunikasi yang sudah lebih menjangkau beberapa wilayah pelosok kecamatan adalah telepon seluler. Ada beberapa provider sambungan telepon seluler di Kabupaten Sukabumi yaitu TELKOMSEL, INDOSAT, EXCELCOM, TELKOMFlexi dan MOBILE-8 (Hamzah 2010).

3) Listrik dan air

Sarana listrik yang tersedia di wilayah Kabupaten Sukabumi dikelola oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dibawah Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) palabuhanratu (www.pln-jabar.co.id dalam Hamzah 2010). Pengguna sarana listrik dari PLN di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 sebanyak 430.568 rumah, dengan distribusi listrik pada tahun 2009 berjumlah 818.009.353 kwh. Selain mengandalkan pasokan listrik dari PLN Jawa Barat, tingginya curah hujan di Kabupaten Sukabumi membuat penduduk menggunakan air tanah sebagai sumber utama dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, tingginya debit air juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) (Hamzah 2010).

Penyaluran air bersih di Kabupaten Sukabumi telah diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang merupakan perusahaan milik negara dan diatur oleh negara. Jumlah air bersih yang didistribusikan oleh PDAM pada tahun 2009 adalah 4.526.459 m³ (BPS Kabupaten Sukabumi 2010)

(9)

Tabel 5 Jenis dan jumlah konsumen pengguna air bersih di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Jenis Konsumen Jumlah (orang)

Rumah tangga tinggal 16.689

Niaga kecil 474 Niaga besar 46 Sosial 440 Instansi 89 Keran umum 67 Industri 21 TNI 23 Jumlah 17.849

Sumber BPS Kabupaten Sukabumi, 2010

Berdasarkan Tabel 5 diatas diketahui bahwa konsumen PDAM di Kabupaten Sukabumi terdiri dari rumah tangga tinggal, niaga kecil, niaga besar, sosial, instansi, keran umum, industri, dan TNI. Jumlah dari keseluruhan jenis konsumen tersebut adalah 17.849 konsumen. Jenis konsumen PDAM yang paling banyak jumlahnya di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah rumah tangga tinggal, sedangkan jenis konsumen yang paling sedikit jumlahnya di Kabupaten Sukabumi adalah mobil tangki.

4.2 Keadaan umum perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi 4.2.1 Unit penangkapan ikan dan nelayan

1) Alat tangkap

Alat penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi beragam jenis dan jumlahnya. Hal tersebut terlihat dari Tabel 6, berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah alat tangkap payang, dogol, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan rakit, bagan tancap, rawai tuna, pancing tonda, pancing ulur dan garpu. Alat tangkap dengan jumlah terbanyak digunakan oleh nelayan Kabupaten Sukabumi pada akhir tahun 2009 adalah jaring insang hanyut dengan jumlah 905 unit, sedangkan alat tangkap yang paling sedikit digunakan nelayan Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah jaring insang lingkar berjumlah sebesar 9 unit.

(10)

Tabel 6 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Jenis Alat Tangkap Kuartal I(Unit) Kuartal II(Unit) Kuartal III(Unit) Kuartal IV(Unit)

Payang 143 103 103 150

Dogol 25 24 24 24

Jaring Insang Hanyut 920 845 845 905

Jaring Insang Lingkar 9 9 9 9

Jaring Insang Tetap 109 106 106 106

Bagan Rakit 104 148 148 154 Bagan Tancap 60 54 54 54 Rawai Tuna 345 350 350 350 Pancing Tonda 105 100 100 100 Pancing Ulur 105 84 84 84 Garpu 18 15 15 15

Sumber : Statistik Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

Tidak seperti jumlah armada yang statis sepanjang tahun 2009 (Tabel 8), jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi mengalami perubahan sepanjang tahun 2009. Alat tangkap yang tidak mengalami perubahan di sepanjang tahun 2009 (antara kuartal I sampai dengan kuartal IV) adalah jaring insang lingkar, jumlahnya konsisten sebesar 9 unit, sedangkan alat tangkap lainnya mengalami peningkatan atau penurunan sepanjang tahun 2009.

2) Armada

Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan modernisasi armada penangkapan, sejak tahun 2006 perahu tanpa motor mengalami penurunan jumlah armada, sedangkan perahu motor tempel maupun kapal motor mengalami peningkatan. Armada penangkapan ikan tahun 2006 hingga 2009 memperlihatkan tren yang positif, meskipun terjadi penurunan jumlah armada dari tahun 2008 sebesar 1.639 unit menjadi 1.575 unit pada tahun 2009. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2006 hingga 2009 secara rinci dapat dilihat Tabel 7.

(11)

Tabel 7 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi 2006 – 2009

Tahun Armada (unit) Jumlah (Unit)

Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor

2006 332 785 233 1.350

2007 278 960 365 1.603

2008 290 975 374 1.639

2009 224 975 376 1.575

Sumber : Statistik Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

Jenis armada yang paling banyak terdapat di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah armada motor tempel sebesar 975 unit. Armada dengan jumlah paling sedikit di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah jenis armada perahu tanpa motor sebanyak 224 unit. Jenis armada yang terdapat di Kabupaten Sukabumi tidak mengalami peningkatan atau penurunan jumlah selama tahun 2009. Berikut adalah Jumlah armada pada tahun 2009 pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi menurut jenis armada dan kuartal tahun 2009

Jenis Armada Kuartal (unit)

I II III IV

1.Perahu Tanpa Motor 224 224 224 224

2.Perahu Motor Tempel 975 975 975 975

3.Kapal Motor 376 376 376 376

Sumber : Statistik Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

Jenis armada yang paling banyak terdapat di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah armada motor tempel sebesar 975 unit. Armada dengan jumlah paling sedikit di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah jenis armada perahu tanpa motor sebanyak 224 unit. Jenis armada yang terdapat di Kabupaten Sukabumi tidak mengalami peningkatan atau penurunan jumlah selama tahun 2009.

3) Nelayan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2009 sebanyak 12.311 orang, terbagi atas 10.568 orang sebagai nelayan buruh dan 1.743 orang sebagai pemilik. Apabila dilihat sejak tahun 2006 hingga 2009, jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, namun

(12)

tidak jauh berubah. Perkembangan jumlah nelayan secara rinci tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006 – 2009 di Kabupaten Sukabumi

Tahun Nelayan (orang) Jumlah (orang)

Nelayan Buruh Nelayan Pemilik

2006 10.951 1.350 12.301

2007 10.745 1.603 12.348

2008 10.761 1.639 12.400

2009 10.568 1.743 12.311

Sumber : Statistik Kabupaten Sukabumi, 2010 (data diolah kembali)

Jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009 adalah 12.311 orang. Nelayan yang mendominasi di Kabupaten Sukabumi adalah nelayan buruh dengan jumlah 10.568 orang, sedangkan nelayan pemilik hanya berjumlah 1.743 orang.

Nelayan buruh perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi tiga kelompok yaitu buruh penuh, buruh sambilan utama dan buruh sambilan tambahan. Nelayan buruh penuh adalah nelayan yang semua waktunya digunakan untuk bekerja menjadi buruh, nelayan buruh sambilan utama merupakan nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk bekerja sebagai buruh, sedangkan nelayan buruh sambilan tambahan adalah nelayan yang hanya memakai sedikit waktunya untuk bekerja sebagai buruh. Jumlah nelayan buruh penuh di PPN Palabuhanratu tahun 2009 adalah 6.875 orang, sedangkan nelayan buruh sambilan utama dan sambilan tambahan masing-masing berjumlah 1.615 orang dan 498 orang. Berikut adalah tabel yang memaparkan jenis dan jumlah nelayan kabupaten Sukabumi di tahun 2009.

Tabel 10 Jenis dan jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi tahun 2009

Nelayan Kuartal (orang)

I II III IV 1.Pemilik 1.743 1.743 1.743 1.743 2.Buruh a.Penuh 7.763 7.763 7.763 7.763 b.Sambilan Utama 2.032 2.032 2.032 2.032 c.Sambilan Tambahan 773 773 773 773 Jumlah 12.311 12.311 12.311 12.311

(13)

4.2.2 Produksi hasil tangkapan

Jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Sukabumi adalah jenis-jenis; cakalang (katsuwonus pelamis), cucut gergaji (Pritis cuspidiatus), cucut martil (Sphyrna blochii), layang (Decapterus sp), layaran (Istiophorus orientalis), setuhuk (Makaira sp), layur (Trichiurus sp), peperek (Ceiognathus sp), tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard) dan tuna (Thunnus sp). Jenis-jenis ikan tersebut, meskipun jumlahnya dominan namun belum sepenuhnya mewakili produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi.

Setiap daerah pesisir di Kabupaten Sukabumi memiliki karakteristik hasil tangkapan tersendiri. Tabel 11 menunjukkan keragaman produksi ikan laut yang dimiliki oleh tiap kecamatan di Kabupaten Sukabumi, meskipun jumlah hasil tangkapan yang didaratkan masih sedikit karena keterbatasan armada dan alat tangkap. Armada yang beroperasi dikedelapan kecamatan tersebut pada umumnya didominasi oleh kapal dibawah 30 GT dan didominasi oleh kapal perahu motor tempel (Dinas Perikanan dan Kelautan 2010).

Beraneka ragamnya produksi ikan di Kabupaten Sukabumi, seharusnya membuat perikanan di wilayah ini tidak terkonsentrasi baik dari segi alat maupun lokasi. Jika melihat jenis dari jumlah yang tercantum pada Tabel 6, maka jaring insang hanyut mendominasi jumlah alat tangkap dengan jumlah sebesar 950 unit. Berdasarkan produksi ikan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi, seharusnya lokasi pemasaran ikan tidak hanya terkonsentrasi di PPN Palabuhanratu saja, tetapi bisa dikembangkan di Cisolok, Ciemas, Cikakak dan daerah lainnya.

Tabel 11 Keragaman produksi ikan di setiap kecamatan di Kabupaten Sukabumi

Kecamatan Potensi Ikan

Simpenan Layur, lobster, kakap, beronang Ciemas Pelagis kecil dan ikan hias

Cikakak Kakap, beronang, camaul, serepet, sebelah, bawal hitam, lobster Cibitung Tuna, layur, kepiting bakau

Tegal buled Lobster, kakap, kerapu, udang jerebung, layur, kue, kepiting Ciracap Tenggiri, kakap putih, lobster, ikan hias, moluska, ikan pelagis Surade Ikan dan rumput laut

Palabuhanratu Layur, tuna, tongkol, kakap, beronang, ikan sebelah, bawal hitam

Cisolok Layur, tuna, tongkol, cucut, kue, salayang, pedang-pedang, semar (serepet), kakap, camaul, bawal hitam, kembung, teri

(14)

Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan Perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 sebesar 7.878,20 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 56.155.022.000,00. Jika melihat perkembangan volume hasil tangkapan, nilai produksi mengalami kenaikan. Perkembangan volume dan nilai produksi secara rinci pada tahun 2006 hingga 2009 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2006 – 2009

Tahun Volume Penangkapan (Ton) Nilai Penangkapan (Rp 1.000)

2006 10.035,90 52.494.782,00

2007 8.655,82 46.442.802,00

2008 7.378,20 47.460.706,00

2009 7.878,20 56.155.022,00

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi 2010

4.2.3 Prasarana dan kelembagaan perikanan tangkap

Sebagai daerah yang memiliki wilayah pesisir yang luas sekitar 117 km, kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi tersebar di 9 kecamatan pesisir yaitu Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuled. Kegiatan perikanan tangkap terbesar terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok (Dinas Perikanan dan Kelautan 2011).

Kegiatan perikanan tangkap terbesar terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok, dikarenakan di kedua kecamatan tersebut terdapat fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok di Kecamatan Cisolok. Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok memang merupakan dua kecamatan wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu yang menjadi pusat aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Sementara fasilitas perikanan yang terdapat di delapan kecamatan lainnya, hanya berstatus Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Simpenan – Kecamatan Simpenan, TPI Ciwaru – Kecamatan Ciemas, TPI Ujunggenteng – Kecamatan Ciracap, TPI Cikakak – Kecamatan Cikakak, TPI Ciracap, TPI Cibitung, TPI Tegalbuled dan TPI Surade – Kecamatan Surade (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi 2011).

Kedelapan TPI yang ada di Kabupaten Sukabumi tersebut dalam menjalankan aktivitasnya hanya didukung dengan fasilitas dermaga, breakwater

(15)

serta gedung pelelangan ikan. Fasilitas itupun tercatat dalam keadaan rusak. Mahyudin (2010) mengungkapkan bahwa semua urusan pembangunan dan operasional PPI ditangani langsung oleh kepala cabang Dinas Kabupaten Sukabumi. Pengumpulan data statistik dilakukan tidak sempurna dan tidak ada petugas khusus pengumpulan data statistik. Data statistik dikumpulkan langsung oleh kepala cabang Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Dalam hal kegiatan pelelangan ikan, hanya PPN Palabuhanratu yang operasional pelelangannya dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Mandiri Sinar Laut, sisanya dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi melalui Kepala Cabang Dinas Perikanan dan Kelautan.

4.3 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 4.3.1 Kondisi geografis PPN Palabuhanratu

PPN Palabuhanratu terletak di kota Palabuhanratu yang merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi. Wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu secara geografis terletak di Pantai Selatan Jawa dan berhadapan secara langsung dengan Samudera Hindia. Secara astronomis Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 6˚50’ - 6˚55’ LS dan 106˚25’ - 106˚50’ BT. Panjang pantai Teluk Palabuhanratu sekitar 117 km dimulai dari ujung barat Kecamatan Cisolok sampai dengan ujung timur Kecamatan Tegalbuled melintasi sembilan kecamatan pesisir serta 65 desa (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi 2011).

Secara administrasi Palabuhanratu berbatasan dengan Kecamatan Cisolok di sebelah utara, Samudera Hindia disebelah selatan, Kecamatan Ciemas di sebelah barat dan berbatasan dengan Kecamatan Warungkiara di sebelah timur. Luas wilayah Kecamatan Palabuhanratu adalah 9.087 ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 82.863 jiwa (Statistik Kabupaten Sukabumi 2008).

Kecamatan Palabuhanratu memiliki kondisi topografi berupa pegunungan yang ditumbuhi oleh pepohonan liar, perkebunan, ladang, sawah, dan pertambangan yang tersebar di delapan desa. Sungai besar yang melewati daerah kecamatan dan menjadikan muara di pantai perairan Teluk Palabuhanratu adalah Sungai Cipalabuhan, Sungai Citepus dan Sungai Cimandiri yang sekaligus

(16)

sebagai garis perbatasan dengan Kecamatan Simpenan (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi 2010).

Topografi perairan Teluk Palabuhanratu merupakan tipe perairan yang dangkal sampai 300 meter dari garis pantai, yaitu mempunyai kedalaman sampai 200 meter. Perairan dengan jarak lebih dari 300 meter dari garis pantai mempunyai kedalaman sampai dengan 600 meter dan sepanjang 7,9 km adalah jenis pantai berpasir (Statistik Kecamatan Palabuhanratu 2010).

4.3.2 Sarana, prasarana dan kelembagaan terkait pelelangan ikan 1) Sarana dan Prasarana

Kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan yang sangat diminati nelayan untuk datang dan mendaratkan serta melelang ikan hasil tangkapannya (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi 2011). Hal ini dikarenakan di wilayah kecamatan ini terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang mempunyai kapasitas ruang dan fasilitas lelang yang cukup besar untuk menampung ikan yang didaratkan. Sebagai suatu pelabuhan perikanan bertipe B, PPN Palabuhanratu mampu menampung perahu atau armada perikanan dengan kapasitas diatas 30 GT, sedangkan di tempat pendaratan ikan lainnya tidak lebih dari 15 GT. Hal ini mengakibatkan ikan yang didaratkan dan dilelang di kecamatan ini sangat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ikan yang didaratkan dan dilelang di kecamatan-kecamatan lainnya.

Dengan semakin meningkatnya kegiatan perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu, maka pihak pengelola telah menambah kolam pelabuhan menjadi dua. Hal ini karena kolam pelabuhan I sudah tidak mampu lagi menampung kapal yang akan bertambat labuh serta melakukan pembongkaran. Selain itu supaya ikan hasil tangkapan yang berasal dari PPN Palabuhanratu mampu menembus pasar internasional, maka pada awal 2008 dilakukan renovasi gedung TPI sehingga diharapkan pada saatnya nanti akan mampu memenuhi standar Uni Eropa. Secara umum, kondisi fasilitas di PPN Palabuhanratu masih bisa berfungsi dengan baik.

Kebutuhan akan fasilitas-fasilitas di pelabuhan perikanan sangat penting guna memperlancar berbagai aktivitas perikanan yang ada di pelabuhan

(17)

perikanan. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu terdiri dari : 1) Fasilitas Pokok

Fasilitas pokok yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : (1) Areal Pelabuhan

Areal PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan diatas areal tersebut telah dibangun fasilitas pelabuhan baik fasilitas pokok, fasilitas fungsional maupun fasilitas penunjang. Kapasitas lahan yang tersedia telah dimanfaatkan seluruhnya. Penggunaan lahan oleh para pengusaha dilakukan dengan cara menyewa kepada pihak pengelola pelabuhan.

(2) Dermaga

Panjang dermaga PPN Palabuhanratu pada awal operasional adalah 509 m, setelah beberapa tahun operasional dermaga tersebut melampaui kapasitasnya karena kapal-kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai tempat untuk mendaratkan hasil tangkapannya setiap tahun mengalami peningkatan. Pihak PPN Palabuhanratu pada tahun 2002 membangun dermaga baru (dermaga 2) dengan panjang 410 meter guna meningkatkan pelayanan. PPN Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani tambat labuh kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 dipergunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran >30GT.

(3) Kolam pelabuhan

PPN Palabuhanratu mempunyai kolam pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m, dan -2 m. Tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2 di PPN Palabuhanratu juga dibangun kolam palabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha dengan kedalaman -4 m. Kolam pelabuhan 2 tersebut dibangun karena kolam pelabuhan yang ada setelah beberapa tahun PN Palabuhanratu operasional, tidak cukup menampung aktivitas kapal.

(18)

(4) Breakwater

Panjangbreakwateryang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian selatan adalah 294 m, bagian utara 125 m, bagian barat 50 m, dan bagian timur 200 m.

Breakwater berguna untuk melindungi kapal-kapal perikanan yang melakukan aktivitas tambat labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut.

(5) Alat bantu navigasi

Alat bantu navigasi di PPN Palabuhanratu adalah dua buah rambu navigasi berwarna hijau dan merah yang digunakan sebagai tanda alur keluar masuk pintu pelabuhan pada bagian ujungbreakwater.

(6) Alur masuk

Panjang alur masuk PPN Palabuhanratu adalah 294 m. Alur masuk tersebut berfungsi sebagai jalan masuk atau keluar bagi kapal-kapal yang hendak tambat labuh di PPN Palabuhanratu.

(7) Turap sungai dan krib penahan sedimen

Panjang turap sungai yang dimiliki PPN Palabuhanratu adalah 200m2,

sedangkan krib penahan sedimen sebanyak 2 unit sepanjang 74 m. 2) Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : (1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Sarana yang ada di TPI PPN Palabuhanratu adalah 2 (dua) buah timbangan untuk penyelenggaraan pelelangan,trays(basket) dan satu buah sound system.

(2) Pasar ikan

Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m2,

bersebelahan dengan gedung tempat pelangan ikan dan dimanfaatkan sebagai tempat untuk memasarkan ikan hasil tangkapan. Pasar ini memiliki lapak berjumlah 60 unit lapak dan setiap lapak dikenai uang sewa sebesar Rp 2.000,00/lapak/hari.

(19)

(3) Menara air dan Instalasi

PPN Palabuhanratu mempunyai fasilitas air bersih berupa unit menara air dengan kapasitas 400 m2 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat baik nelayan maupun pihak investor dalam meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat sekitar, penetapan harga penjualan air ditentukan berdasarkan harga dasar perusahaan daerah air minum (PDAM) ditambah 10% untuk biaya pelayanan.

(4) Tangki BBM

PPN Palabuhanratu memiliki 2 (dua) unit tangki BBM yang berkapasitas 320 m3dan 208 m3yang dipasok daristation package dealer (SPDN) untuk

nelayan yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Mandiri Sinar Laut. SPDN ini berlokasi di dalam pelabuhan dan dikhususkan untuk menyalurkan solar ke kapal-kapal dengan ukuran <30 GT dengan harga subsidi Rp 4.500,00/liter dan kebutuhan solar bagi kapal-kapal >30 GT dipasok dari statiun bahan bakar bunker (SPBB) yang dikelola PT. Paridi Asyudewi.

(5) Listrik dan instalasi

Listrik di PPN Palabuhanratu bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt ampere (KVA). Kapasitas listrik tersebut digunakan untuk penerangan jalan komplek, fasilitas pelabuhan, perumahan dan kegiatan perusahaan. Instalasi listrik ini merupakan salah satu unit usaha yang dikelola oleh pihak KUD Mina Mandiri Sinar Laut. Tersedia genset dengan kapasitas 95 KVA untuk mengantisipasi padamnya listrik.

(6) Tempat perbaikan jaring

PPN Palanbuhanratu mempunyai tempat perbaikan jaring dengan luas bangunan 500 m2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas

(20)

(7) Balai pertemuan nelayan

Balai pertemuan nelayan PPN Palabuhanratu mempunyai luas 150 m2, dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan.

(8) Sarana komunikasi

PPN Palabuhanratu mempunyai sarana komunikasi berupa 2 (dua) unit radio SSB (Single Side Band), telepon dan faksimil yang digunakan untuk kelancaran informasi di pelabuhan.

(9) Pos penjagaan

Pos penjagaan di PPN Palabuhanratu terletak di jalan masuk atau keluar pelabuhan, mempunyai luas 52 m2 dengan petugas satpam yang berjaga

secara bergiliran. Pos penjagaan tersebut berfungsi untuk menjaga dan mengatur lalu lintas kendaraan dan orang agar dapat berjalan dengan lancar, tertib dan aman.

(10) Garasi alat berat

PPN Palabuhanratu mempunyai garasi alat berat seluas 200 m2. Garasi alat

berat ini dimanfaatkan untuk menyimpan peralatan dan pusat distribusi listrik PLN dengan daya 82,5 KVA maupun pemeliharaan/perbaikan fasilitas pelabuhan.

(11) Forklift, dumptruck, truck folder crane

PPN Palabuhanratu mempunyai fasilitas mekanisasi berupa forklift

berjumlah dua unit sebagai alat bantu untuk memindahkan barang dari dermaga ke tempat penumpukan barang, truck folder crane berjumlah dua unit untuk mengangkat muatan dari kapal ke dermaga dan dump truck berjumlah 1 (satu) unit.

(12) Jalan komplek pelabuhan

Jalan dalam komplek pelabuhan yang dimiliki PPN Palabuhanratu terbuat dari konstruksi aspal sehingga memudahkan kendaraan melintasi kawasan pelabuhan.

3) Fasilitas Penunjang

(21)

(1) Kantor administrasi pelabuhan

Kantor administrasi pelabuhan terdiri dari kantor UPT PPN Palabuhanratu, kantor syahbandar, kepolisian, Dinas Perikanan dan Kelautan serta pengawas kapal ikan (WASKI). Kantor UPT PPN Palabuhanratu mempunyai luas 528 m2 digunakan sebagai pusat administrasi guna kelancaran operasional PPN Palabuhanratu. Kantor pelabuhan ini dilengkapi dengan ruang pertemuan, komputer, telepon dan faksimil. Kantor pelabuhan cukup baik dan terawat serta dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. (2) Rumah dinas

PPN Palabuhanratu mempunyai fasilitas rumah dinas yang terdiri dari 1 (satu) unit rumah dinas kepala pelabuhan seluas 70 m2, 6 (enam) unit rumah

dinas pegawai pelabuhan seluas 70 m2 dan seluas 50 m2 sebanyak 1 (satu)

unit serta dilengkapi 2 (dua) unit guest house seluas 70 m2 dan mess

operator seluas 190 m2.

(3) Musholla

PPN Palabuhanratu mempunyai sarana ibadah berupa musholla satu unit yang dimanfaatkan penggunaan jasa pelabuhan maupun penduduk setempat. Musholla ini terletak di dekat gedung Tempat Pelelangan Ikan.

(4) MCK

PPN Palabuhanratu mempunyai MCK seluas 45 m2 dilengkapi dengan tempat mandi, mencuci dan kakus. Keberadaan MCK sangat diperlukan pengguna pelabuhan, fasilitas ini dibangun untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan disamping untuk menciptakan lingkungan yang bersih di dalam lokasi pelabuhan.

(5) Tempat parkir

Tempat parkir di PPN Palabuhanratu terdapat di depan kantor UPT PPN Palabuhanratu dan di sekitar jalan komplek pelabuhan. Tempat parkir yang terdapat di depan UPT PPN Palabuhanratu dipergunakan untuk memarkir kendaraan karyawan PPN Palabuhanratu. Jenis-jenis fasilitas di PPN Palabuhanratu dan kapasitasnya terdapat pada Tabel 13 di bawah ini.

(22)

Tabel 13. Jenis, jumlah, ukuran, dan kondisi fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu

Fasilitas Jumlah (unit) Ukuran Kondisi

I. Fasilitas Pokok

Areal pelabuhan 1 10,29 ha Baik

Dermaga 1 1 509 m Baik

Dermaga 2 1 410 m Baik

Kolam 1 1 3 ha Baik

Kolam 2 1 2 ha Baik

Breakwater1/utara 1 125 m Baik

Breakwater2/selatan 1 294 m Baik

Breakwaterbaru timur 1 200 m Baik

Breakwaterbaru barat 1 50 m Baik

Alat bantu navigasi 2 Baik

Alur masuk 1 294 m Baik

Turap sungai 1 200 m Baik

Krib penahan sedimen 2 74 m Baik

II. Fasilitas Fungsional

Gedung TPI 1 900 m2 Baik

UPT PPN Palabuhanratu 1 528 m2 Baik

Pasar ikan 1 352 m2 Baik

Lahan industri 5.582 m2 Sempit

Tangki air 1 400 m3 Baik

Pompa air 4 Baik

Rumah pompa 1 27 m3 Baik

Tangki BBM 2 320 m dan 208 m Baik

Listrik + instalasi 1 82,50 KVA Baik

Genset + instalasi 2 95 KVA Baik

Gedung perbaikan jaring 1 500 m2 Baik

Tempat penjemuran dan

perbaikan jaring 1 3000 m

2 Baik

Balai pertemuaan nelayan 1 150 m2 Baik

Radio SSB 2 Baik

Pos jaga 2 52 m2 Baik

Garasi alat berat 1 200 m2 Baik

Forklift 2 Baik

Dump truck 1 Baik

Truck folder crane 2 Baik

Kendaraan operasional 9 Baik

Jalan dalam komplek Baik

Laboratorium bina mutu 1 117 m2 Baik

III. Fasilitas Penunjang

Rumah kepala pelabuhan 1 70 m2 Baik

Rumah pegawai 6 120 m2 Baik

Guest house 1 70 m2 Baik

Mess operator 2 190 m2 Baik

Musholla dan MCK 1 45 m2 Baik

Tempat parkir Baik

Pasar ikan 1 360 m2 Baik

Fasilitas olahraga 2 Baik

Billboardperkiraan cuaca 1 Baik

Selasar tuna 1 Baik

Cawan es 1 Baik

(23)

Fasilitas di atas harus berada dalam kondisi yang baik agar proses pelelangan berjalan dengan lancar. Semua fasilitas yang secara langsung mendukung pelelangan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

2) Kelembagaan terkait pelelangan ikan

Sejak tahun 1999, setelah sebelumnya dikelola oleh Dinas Kabupaten Sukabumi, pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. Koperasi Unit Desa (KUD) ini merupakan lembaga yang ditunjuk oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dan Kabupaten Sukabumi untuk menyelenggarakan pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Mandiri Sinar Laut merupakan satu-satunya KUD Mina yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Palabuhanratu yang terdiri dari 7 desa (1) Desa Pasir Suren, (2) Desa Tonjong, (3) Desa Cikadu, (4) Desa Citarik, (5) Desa Citepus, (6) Desa Baniwangi, dan (7) Desa Cibodas (KUD Mina Mandiri Sinar Laut 2008).

Koperasi ini dalam menjalankan kegiatannya mempunyai landasan hukum yaitu (1) Perda Jabar No.25 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan Nomor: 503/113/Diskan/PPSTP/2008. Dalam menjalankan operasionalnya, KUD Mina memiliki tiga sumber modal, yaitu modal sendiri yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan umum, cadangan resiko dan hibah/donasi. Modal luar didapat dari dana MAP dan PT. BPR Kop Jabar. Selain dari kedua sumber dana tersebut, pendanaan operasional KUD Mina juga sebagian berasal dari Sisa Hasil Usaha (SHU) dari unit-unit usaha yand dimilikinya. Terdapat enam unit usaha yang sekarang dijalankan oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut, diantaranya adalah (1) Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pasar grosir, (2) Unit pelayanan bahan bakar dan solar, (3) Unit bahan dan alat perikanan, (4) Unit pemasaran es balok, (5) Unit jasa listrik bekerjasama dengan PLN, dan (6) Unit usaha jasa simpan pinjam.

(24)

4.3.3 Unit penangkapan ikan dan nelayan di PPN Palabuhanratu 1) Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu terbagi menjadi dua, yaitu Perahu Motor Tempel (PMT) dan Kapal Motor (KM). Perahu motor tempel merupakan perahu yang menggunakan mesin luar (outboard). Jenis perahu ini mengoperasikan alat tangkap jaring rampus, payang, pancing, rawai layur, dan

gillnet. Kapal motor merupakan armada penangkapan ikan yang menggunakan mesin dalam (inboard). Jenis kapal ini mengoperasikan alat tangkap gillnet, tuna

longline, danpurse seine.

Bedasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan dan Perikanan karakteristik, pelabuhan perikanan tipe B adalah mempunyai fasilitas tambat labuh untuk kapal dengan ukuran 30 GT- 60 GT. Supaya fungsi fasilitas ini maksimal, maka perahu atau kapal yang mempunyai ukuran dibawah 30 GT seperti perahu motor tempel seharusnya tidak bertambat labuh di pelabuhan tipe B. Kenyataan di lapangan berbeda dengan peraturan tersebut. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai pelabuhan perikanan tipe B masih menampung perahu motor tempel yang mempunyai ukuran dibawah 30 GT. Sebaiknya klasifikasi tidak berdasarkan kepentingan administrasi saja, sehingga berdampak tidak sesuai dengan banyak kenyataan diberbagai pelabuhan perikanan tipe B dan tipe C (Pane 2010).

Armada penangkapan di PPN Palabuhanratu dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, seperti tercantum pada Tabel 14 dan pada Gambar 4 jumlah armada yang beroperasi di PPN Palabuhanratu mencapai angka tertinggi pada tahun 2007 dimana jumlah armada penangkapan mencapai 852 unit. Menurut pihak PPN Palabuhanratu, meningkatnya jumlah armada pada tahun 2007 dikarenakan dampak dari rumponisasi, dan adanya bantuan armada penangkapan berupa kapal pancing tonda dari pemerintah kepada nelayan setelah terjadinya tsunami di pantai selatan Jawa Barat.

Pertumbuhan armada penangkapan sejak tahun 2003 – 2007 tidak diikuti oleh pertumbuhan di tahun 2008. Bahkan pada tahun tersebut terjadi penurunan terbesar dalam 10 tahun terakhir, yaitu sebesar 206 unit (-31,89%). Penurunan

(25)

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain karena volume produksi yang terus menurun pada alat tangkap payang dan gillnet, juga yang paling signifikan adalah karena adanya pengaruh rumponisasi dan bertambahnya perusahaan pengekspor. Hal ini mengakibatkan harga ikan layur meningkat secara signifikan dari Rp 15.000,00/kg menjadi Rp 25.000,00/kg. Selain itu, pada tahun tersebut juga terjadi bencana alam berupa tsunami yang mengakibatkan banyak kapal nelayan yang rusak. Namun pada dua tahun berikutnya yaitu tahun 2009-2010 terjadi peningkatan kembali karena banyak nelayan yang sebelumnya menggunakan perahu motor tempel mulai berpindah menggunakan kapal motor dengan pengoperasian rumpon sebagai alat tangkapnya.

Tabel 14 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 1999-2010

Tahun Jumlah Kapal/Perahu Perikanan (Unit) Jumlah

armada Pertumbuhan (%) Perahu Motor Tempel Kapal Motor

1999 278 181 459 -2000 235 181 416 -10,34 2001 343 186 529 21,36 2002 317 135 452 -17,04 2003 253 128 381 -18,64 2004 266 264 530 28,11 2005 428 248 676 21,60 2006 511 287 798 15,29 2007 531 321 852 6,34 2009 364 394 758 14,78 2010 346 491 837 9,44

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 (Diolah kembali)

Nelayan memandang bahwa pengoperasian alat tangkap layur dan tuna rumpon sangat menguntungkan karena tingginya permintaan dari eksportir maupun pemborong terhadap ikan tersebut. Selain itu, karena jumlah hasil tangkapannya tinggi, sehingga banyak nelayan dari alat tangkap payang dan

gillnet yang berpindah alat tangkap dan secara langsung merubah armada yang akan dioperasikan. Bahkan nelayan gillnet dan payang sudah semakin jarang melaut, disamping hasil tangkapan yang sedikit juga sering mengalami kerugian. Ikan hasil tangkapan yang berkurang dari segi jenis dan jumlah ini menurut nelayan terjadi sejak penggunaan rumpon diberlakukan di wilayah Samudera Hindia termasuk didalamnya wilayah Palabuhanratu.

(26)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Kapal Tahun

Jumlah (Unit)

Gambar 4 Perkembangan armada penangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 1999 – 2010

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 (Diolah kembali)

2) Alat tangkap

Jenis alat tangkap yang terdapat di PPN Palabuhanratu pada tahun 2010 adalah sebanyak 10 jenis, diantaranya adalah payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net, purse seine, gillnet, rawai, pancing tonda dan tuna

longline. Pada Tabel 15, pancing ulur memiliki jumlah paling banyak yaitu sebanyak 233 unit (27,84%), sedangkanpurse seine merupakan alat tangkap yang paling sedikit digunakan yaitu hanya 7 unit (0,84%).

Tabel 15 Jenis dan jumlah alat tangkap serta komposisinya di PPN Palabuhanratu tahun 2010

Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) Persentase (%)

Payang 57 6.82 Pancing Ulur 233 27.84 Jaring Rampus 25 2.98 Bagan Apung 165 19.72 Trammel net 10 1.20 Purse seine 7 0.84 Gillnet 29 3.47 Rawai 157 18.76 Pancing Tonda 135 16.13 Tunalongline 19 2.28 Jumlah 837 100

(27)

Keberadaan alat tangkap rumpon yang meningkat pesat dari tahun sebelumnya mengakibatkan kekhawatiran khususnya nelayan rampus, bagan,

trammel net, gill net, dan longline. Kekhawatiran ini disebabkan oleh kinerja rumpon yang menghadang ikan untuk masuk ke perairan Teluk Pelabuhanratu menyebabkan ikan yang masuk ke Teluk Pelabuhanratu menjadi sedikit. Kekhawatiran nelayan bagan, rampus, gill net, trammel net, dan longline yang berdomisili di PPN Palabuhanratu yang pada umumnya mengoperasikan armada <30 GT, akan menurunkan produksi hasil tangkapannya.

Secara umum, perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu mengalami kecenderungan meningkat pada periode 1999 – 2010 dengan kisaran pertumbuhan antara (-41,76) – 57,09 %. Penurunan terbesar adalah pada tahun 2008 (-41,76). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di PPN Palabuhanratu, hal ini terjadi karena banyak nelayan gillnet yang beralih pada pancing tonda, pancing layur, dan longline. Sebagian nelayan gillnet dan payang mengalami kerugian karena jumlah hasil tangkapan yang terus menurun dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007, dimana terjadi pertumbuhan sebesar 57,09%. Perkembangan jumlah alat tangkap selama 12 tahun terakhir disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 5.

Tabel 16 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu 1999-2010

Tahun Jumlah Alat Tangkap (unit) Pertumbuhan (%)

1999 652 -2000 555 -14,88 2001 624 12,43 2002 573 -8,17 2003 609 6,28 2004 693 13,79 2005 733 5,77 2006 846 15,42 2007 1329 57,09 2008 774 -41,76 2009 593 -23,39 2010 491 -17,20 Kisaran 555 – 1.329 (-41,76) – 57,09

(28)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Jumlah (unit)

Gambar 5 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu 1999-2010

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011(data diolah kembali)

3) Nelayan

Nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki keanekaragaman sosial karena berasal dari berbagai daerah. Namun secara mayoritas penduduk asli masih mendominasi keberadaan nelayan di PPN Palabuhanratu. Nelayan pendatang di PPN Palabuhanratu umumnya berasal dari daerah Bogor, Cirebon, Cilacap, Binuangen, dan Indramayu. Namun tidak sedikit nelayan yang berasal dari luar Pulau Jawa seperti Sulawesi. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, nelayan pendatang yang berasal dari Sulawesi ini biasanya mengoperasikan alat tangkap bagan. Berikut ini adalah jumlah nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2010.

Tabel 17 Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu 2010 per jenis nelayan

Jenis alat tangkap

Perahu motor tempel Kapal motor Jumlah

(orang) A B C D D E F G H Nelayan Pemilik Kapal 206 35 20 7 102 16 5 64 84 539 Nelayan buruh (ABK) 514 690 44 24 306 173 144 665 1.239 3.799 Jumlah 720 725 64 31 408 189 149 729 1.323 4.338

Keterangan :A: Kincang,B: Payang,C: Dogol,D: Bagan,E: <10GT,F: 10-20GT,G: 20-30GT, H: >30GT

(29)

Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2010 berjumlah 4.338 orang nelayan. Berdasarkan data PPN Palabuhanratu, nelayan di PPN Palabuhanratu terbagi menjadi dua golongan yaitu nelayan pemilik kapal dan nelayan buruh (ABK). Nelayan pemilik kapal atau biasa disebut tauke (juragan) adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan. Nelayan pemilik di PPN Palabuhanratu ada yang ikut melaut bertindak sebagai nahkoda ada juga yang tidak ikut melakukan kegiatan operasi penangkapan. Nelayan buruh (ABK) merupakan nelayan yang ikut dalam operasi penangkapan. Nelayan buruh (ABK) mendominasi jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu dengan jumlah sebanyak 3,799 orang atau sebanyak 87,58% dari jumlah total nelayan.

Jika dilihat sejak tahun 2006 hingga 2010, jumlah nelayan terbanyak terdapat pada tahun 2007 sebanyak 5.994 orang. Tahun 2008 jumlah nelayan berkurang 34,93% menjadi 3900 orang. Hal ini dikarenakan banyak alat tangkap yang mengalami kerugian secara finansial karena hasil tangkapan yang sedikit seperti alat tangkap payang dangillnet.Perkembangan jumlah nelayan rinci sejak tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010

Tahun Jumlah (Orang) Fluktuasi (%)

2006 4.371

2007 5.994 37,13

2008 3.900 -34,93

2009 4.453 14,18

2010 4.338 -0,02

Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2010 (Data diolah kembali)

4.3.4 Produksi dan nilai produksi di PPN Palabuhanratu

Komposisi jenis hasil tangkapan yang dominan didaratkan pada tahun 2009 di PPN Palabuhanratu adalah tuna, cakalang, cucut, tembang, layur dan tongkol. Hasil tangkapan yang memiliki nilai tinggi atau disebut juga hasil tangkapan ekonomis penting sekaligus juga paling banyak didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah tuna dan layur. Hal tersebut dikarenakan harganya yang tinggi dan dipasarkan lokal, dalam negeri dan luar negeri dengan permintaan yang tinggi dari konsumen. Produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu terdiri dari hasil

(30)

tangkapan yang berasal dari laut dan darat. Jumlah produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu sepuluh tahun terakhir terdapat pada Tabel 19 di bawah ini : Tabel 19 Pertumbuhan produksi perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu asal

pendaratan dan melalui darat 2000-2009

Tahun Pendaratan di PelabuhanProduksi Masuk Melalui Jalur Darat Total Produksi (ton) buhan (%)Pertum- Produksi(ton) buhan (%)Pertum- Produksi(ton) buhan (%)

Pertum-2000 2.505 - 1.010 - 3.515 -2001 1.767 -29,46 1.737 71,98 3.504 -0,31 2002 2.890 63,55 985 -43,29 3.875 10,59 2003 4.105 42,04 521 -47,11 4.626 19,38 2004 3.368 -17,95 3.037 482,92 6.405 38,46 2005 6.601 95,99 5.873 93,38 12.474 94,75 2006 5.462 -17,25 4.472 -23,85 9.934 -20,36 2007 6.056 10,88 7.490 67,49 13.546 36,36 2008 4.581 -24,36 4.256 -43,18 8.837 -34,76 2009 3.950 -13,77 4.767 12,01 8.717 -1,36

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu, 2010 (data diolah kembali)

Keseluruhan produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2009 adalah 8.717 ton, jumlah ini menurun tajam jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,36%. Produksi hasil tangkapan tahun 2009 di PPN Palabuhanratu tersebut di atas terdiri dari hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu sejumlah 3.950 ton (45,31%) dan dari hasil tangkapan yang masuk melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu sejumlah 4.767 ton (54,69%). Hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu lebih sedikit jika dibandingkan dengan ikan yang masuk melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu pada tahun 2009.

Berdasarkan Gambar 6 di bawah ini diketahui bahwa perkembangan produksi keseluruhan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2000 sampai tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan, peningkatan paling tajam terjadi pada tahun 2005 yaitu 94,75%. Perkembangan cukup fluktuatif terjadi dari tahun 2005 sampai dengan 2007. Pada tahun 2008 dan tahun 2009 jumlah keseluruhan hasil tangkapan cenderung menurun, penurunan paling tajam terjadi pada tahun 2008 dengan penurunan sebesar 34,76%.

(31)

Gambar 6 Diagram perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2000-2009

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu, 2010 (data diolah kembali)

Perkembangan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2000 sampai tahun 2005 adalah fluktuatif yang cenderung meningkat, peningkatan paling tajam terjadi pada tahun 2005 sebesar 95,99%. Perkembangan jumlah hasil tangkapan didaratkan tahun 2006 sampai tahun 2009 adalah fluktuatif yang cenderung turun, dengan penurunan yang paling tajam terjadi pada tahun 2008 sebesar 24,36%.

Hasil tangkapan yang masuk melalui jalur darat tahun 2000 sampai tahun 2003 cenderung stabil berkisar antara 3.500 ton sampai dengan 4500 ton, baru pada tahun 2006 dan tahun 2007 mengalami peningkatan. Mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 jumlah ikan masuk melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu cenderung fluktuatif.

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa pada tahun 2009 nilai keseluruhan produksi hasil tangkapan adalah Rp 109.655.164.610. Nilai tersebut terdiri dari nilai hasil tangkapan didaratkan di pelabuhan sejumlah Rp 56.735.939.610 dan nilai produksi yang masuk melalui jalur darat sejumlah Rp 52.919.225.000.

(32)

Tabel 20 Nilai produksi perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu 2000-2009

Tahun Nilai Produksi (Rp 10

6)

Didaratkan di Pelabuhan Masuk Melalui Jalur Darat Total

2000 3.858 - 3.858 2001 4.793 - 4.793 2002 9.885 5.450 15.335 2003 15.273 2.881 18.154 2004 15.671 15.896 31.567 2005 32.154 34.032 66.186 2006 32.551 29.097 61.648 2007 38.696 49.924 88.620 2008 42.563 35.589 78.152 2009 56.735 52.919 109.655

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu, 2010 (data diolah kembali)

Perkembangan nilai produksi keseluruhan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2000 sampai tahun 2009 berdasakan Gambar 7 cenderung meningkat, peningkatan paling tajam terjadi pada tahun 2005. Nilai hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dan nilai ikan yang masuk melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu sama-sama mengalami perkembangan yang cenderung meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2009.

Gambar 7 Diagram perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2000-2009

(33)

4.3.5 Daerah dan musim penangkapan ikan 1) Daerah penangkapan ikan

Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground). Daerah penangkapan ikan menunjukkan keberadaan populasi ikan di suatu tempat. Metode yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu dalam menentukan daerah penangkapan ikan pada umumnya berpedoman pada tanda-tanda alam seperti ada tidaknya gemericik air, air yang berbusa, burung yang terbang dekat permukaan air dan warna air yang lebih gelap. Penentuan daerah penangkapan ikan juga dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukantripsebelumnya.

Nelayan yang berdomisili di PPN Palabuhanratu masih termasuk nelayan tradisional, selain karena terbuat dari kayu, tidak dilengkapi peralatan navigasi dalam kapal/perahu, juga karena ukuran kapal/perahu yang < 30 GT. Ukuran kapal/perahu ini berpengaruh pada daya jelajah saat operasi penangkapan. Menurut BPS Sukabumi (2010), potensi areal penangkapan untuk Kecamatan Palabuhanratu berkisar 43 km2.

Tabel 21 Daerah penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap dan ukuran kapal di PPN Palabuhanratu tahun 2010

Jenis/Ukuran kapal Jenis alat tangkap Daerah penangkapan

Perahu Motor Tempel Payang Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Pancing Ulur Teluk Palabuhanratu

Rampus Teluk Palabuhanratu Trammel Net Teluk Palabuhanratu Kapal Motor (KM) <

10 GT Purse SeineBagan Teluk Palabuhanratu, Ujung GentengTeluk Palabuhanratu Gill Net Ujung Genteng, Cidaun, Ujung kulon Pancing Ulur Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Rawai Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Trammel Net Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Pancing Tonda Samudera Hindia

Payang Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangen

Kapal Motor (KM) 11

– 20 GT Gill NetRawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung GentengSumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng Kapal Motor (KM) 21

– 30 GT Gill NetRawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung GentengSumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng TunaLong line Samudera Hindia

Kapal Motor (KM) >

30 GT Gill NetRawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung GentengSumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng TunaLong line Samudera Hindia

(34)

2) Musim Penangkapan

Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu tidak dilakukan setiap hari sepanjang tahun, hal ini tergantung pada cuaca dan musim penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan dikenal masyarakat perikanan Palabuhanratu yaitu musim barat (Desember – Maret) dan musim timur (Juni – Agustus).

Nelayan tidak banyak melakukan operasi penangkapan dilaut ketika musim barat, karena pada musim ini sering terjadi angin sangat kencang dan ombak yang besar serta hujan lebat. Secara umum, gelombang besar terjadi selama musim barat pada bulan November – Maret. Pada musim barat ini, Nelayan banyak yang tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan, terutama untuk kapal-kapal ukuran kecil (< 10GT).

Berbeda ketika musim timur, keadaan perairan relatif lebih tenang, angin yang bertiup tidak terlalu kencang dan jarang terjadi hujan. Keadaan ini memungkinkan bagi nelayan untuk turun ke laut dan biasanya merupakan puncak banyak ikan. Musim “Liwung” dikenal oleh masyarakat setempat sebagai musim peralihan diantara kedua musim tersebut.

4.3.6 Lembaga penyediaan modal bagi kegiatan perikanan tangkap

PPN Palabuhanratu merupakan pelabuhan terbesar di daerah Kabupaten Sukabumi, yang direncanakan akan menjadi sebuah kecamatan berbasis minapolitan dimana sektor utama pendapatan daerah terbesarnya berasal dari laut. Hal ini menjadikan banyak investor yang bergerak di sektor perikanan. Lembaga keuangan yang menangani penyediaan modal bagi kegiatan perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu lebih banyak dibandingkan kecamatan lain yang terdapat di Kabupaten Sukabumi yaitu terdiri dari bank – bank konvensional seperti bank BCA, bank BNI, bank BII, bank BRI, bank BTPN, dll.

4.4 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok 4.4.1 Kondisi Geografis PPI Cisolok

Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan pesisir yang berada diujung barat Kabupaten Sukabumi, berbatasan langsung dengan Provinsi Banten di sebelah barat, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cikakak, di sebelah utara

(35)

berbatasan dengan Kecamatan Kabandungan, dan di sebelah Selatan dengan Samudera Hindia. Luas Kecamatan Cisolok mencapai 16.987 ha yang terdiri dari 10 desa, 4 desa pantai dan 6 desa non pantai.

Tabel 22 Jumlah desa dan statusnya di Kecamatan Cisolok

Desa Status Luas (ha)

Pasir baru Pantai 1.408

Cikahuripan Pantai 702

Cisolok Pantai 766

Karangpapak Pantai 2.367

Sirnaresmi Non Pantai 4.920

Cicadas Non Pantai 1.681

Cikelat Non Pantai 1.627

G. Karamat Non Pantai 1.501

G. Tanjung Non Pantai 540

Caringin Non Pantai 1.474

Sumber : DKP Kabupaten Sukabumi 2010 (data diolah kembali)

Luas wilayah Desa Cikahuripan yakni 702 ha dengan ketinggian diatas permukaan laut 0,20 mdl dan curah hujan sebesar 3.000 – 3.500 mm. Desa Cikahuripan terbagi dalam 3 Dusun, 15 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Cikahuripan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Gunung Tanjung Sebelah Timur : Desa Cisolok

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Desa Pasir Baru

4.4.2 Sarana, prasarana dan kelembagaan terkait pelelangan ikan

Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan yang dijadikan nelayan untuk datang dan mendaratkan ikan hasil tangkapannya dengan keramaian aktivitas yang terjadi setelah Palabuhanratu dan Ujung Genteng (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi 2011). Hal ini dikarenakan di wilayah kecamatan ini terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang mempunyai kapasitas ruang dan fasilitas lelang (saat ini sedang kurang aktif) yang cukup untuk menampung ikan yang didaratkan. Sebagai suatu pelabuhan perikanan bertipe D, PPI Cisolok mampu menampung perahu atau armada perikanan dengan kapasitas diatas 10 GT, dengan mayoritas perahu-perahu berukuran kecil yaitu perahu motor tempel.

(36)

Kegiatan perikanan tangkap yang sebenarnya terjadi di PPI Cisolok masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan di PPN Palabuhanratu, dengan fasilitas yang masih terbatas, namun hasil tangkapan yang didaratkan cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal daerah Desa Cikahuripan dan sekitarnya. Selain itu menurut nelayan, kegiatan pelelangan ikan sudah tidak aktivitas sejak tahun 2008, namun sesekali ada kegiatan lelang dan itu hanya sebatas untuk ikan layur saja.

Fasilitas terkait pelelangan ikan hasil tangkapan di PPI Cisolok terbagi menjadi dua (Hardani 2008), diantaranya fasilitas pendaratan yang terdiri dari kolam pelabuhan dan dermaga bongkar. Fasilitas penanganan terdiri dari pabrik es, tempat pelelangan ikan.

Lembaga yang menyediakan modal bagi kegiatan perikanan tangkap di PPI Cisolok adalah bank BRI yang merupakan bank yang menangani perkreditan untuk usaha kecil seperti halnya usaha penangkapan ikan. Lembaga pemerintah untuk penyediaan modal di daerah Cisolok belum ada sama sekali.

4.4.3 Daerah dan musim penangkapan 1) Daerah Penangkapan

Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground). Daerah penangkapan ikan menunjukkan keberadaan populasi ikan di suatu tempat. Metode yang digunakan oleh nelayan Cisolok dalam menentukan daerah penangkapan ikan pada umumnya berpedoman pada tanda-tanda alam seperti ada tidaknya gemericik air, air yang berbusa, burung yang terbang dekat permukaan air dan warna air yang lebih gelap. Penentuan daerah penangkapan ikan juga dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya dimana diperoleh banyak hasil tangkapan.

Nelayan yang berdomisili di PPI Cisolok masih termasuk nelayan tradisional, selain karena terbuat dari kayu, juga tidak dilengkapi peralatan navigasi dalam perahu, juga karena ukuran perahu yang < 15 GT. Ukuran kapal/perahu ini berpengaruh pada daya jelajah saat operasi penangkapan.

(37)

Tabel 23 Daerah penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap dan ukuran kapal di PPI Cisolok tahun 2010

No Jenis/Ukuran kapal Jenis alat tangkap Daerah penangkapan

1 Perahu Motor Tempel Payang Teluk Palabuhanratu,

Ujung Genteng, bayah, binuangen

Pancing ulur Teluk Palabuhanratu

Rampus Teluk Palabuhanratu

Trammel net Teluk Palabuhanratu 2 Kapal Motor < 10 GT Trammel net Teluk Palabuhanratu,

Pancing ulur Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng

Gill net Ujung Genteng, Cidaun, Ujung kulon

Rawai Teluk Palabuhanratu,

Ujung Genteng Pancing tonda Samudera Hindia Payang Teluk Palabuhanratu,

Ujung Genteng, Bayah, Binuangen

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu 2010 (data diolah kembali)

2) Musim Penangkapan

Kegiatan perikanan tangkap di Kecamatan Cisolok tidak dilakukan setiap hari sepanjang tahun, hal ini tergantung pada cuaca dan musim penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan dikenal masyarakat perikanan Cisolok yaitu musim barat (Desember – Maret) dan musim timur (Juni – Agustus).

Nelayan tidak banyak melakukan operasi penangkapan dilaut ketika musim barat, karena pada musim ini sering terjadi angin sangat kencang dan ombak yang besar serta hujan lebat. Secara umum, gelombang besar terjadi selama musim barat pada bulan November – Maret. Pada musim barat ini, Nelayan banyak yang tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan, terutama untuk kapal-kapal ukuran kecil (< 10GT).

Berbeda ketika musim timur, keadaan perairan relatif lebih tenang, angin yang bertiup tidak terlalu kencang dan jarang terjadi hujan. Keadaan ini memungkinkan bagi nelayan untuk turun ke laut dan biasanya merupakan puncak banyak ikan. Musim “Liwung” dikenal oleh masyarakat setempat sebagai musim peralihan diantara kedua musim tersebut.

Gambar

Tabel 2 Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Sukabumi tahun 2009
Gambar 3 Diagram jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten
Tabel 6 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi tahun 2009
Tabel 9 Jumlah  nelayan  perikanan  tangkap  tahun  2006 – 2009  di  Kabupaten Sukabumi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan penelitian dengan judul “Analisis Laba Rugi Usaha Penangkapan Kapal

Penelitian ini merupakan studi kasus pada dua Baitul Maal Wattamwil (BMT) yang ada di Jember, yaitu BMT Bina Tanjung dan BMT UGT Sidogiri Wirolegi dengan

Jumlah Tween 80-PEG 400 dan waktu pengadukan merupakan faktor yang signifikan berpengaruh pada ukuran diameter globul karena terkait dengan peranan Tween 80 sebagai surfaktan

Pembedahan kasus-kasus yang telah terjadi di perusahaan atas proses pengawasan yang efektif akan menjadi pembelajaran yang menarik dan kiranya dapat kita hindari apabila kita

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shfit Share. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Kabupaten Kulon

“Fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi

Tim tersebut telah mendiskripsi kondisi riil kinerja UIN Sumatera Utara Medan secara keseluruhan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BAN-PT, meliputi standar (1)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diidentifikasikan sejumlah sasaran yang ingin dicapai dari divisi IT perguruan tinggi, di Jakarta, yaitu: (1) perspektif