• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon Tahun 2017-2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon Tahun 2017-2022"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 1

4.1

Analisis Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunankemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:  Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok

BAB 4

ANALISIS SOSIAL

(2)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 2 masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

(3)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 3 nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat. d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi. d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di

(4)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 4 c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

4.1.1.

Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral yang antara lain dengan mengkaji aspek sosial lebih menekankan pada hasil kajian mengenai aspek kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi diindikasikan dengan melihat indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, dan PDRB perkapita.

1) Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto merupakan indikator yang dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, menggambarkan struktur ekonomi dan hasil analisisnya menggambarkan kinerja sektor perekonomian. Secara umum PDRB berdasarkan pendekatan produksi adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam satu wilayah atau region tertentu, pada suatu waktu tertentu, dimana umumnya dalam jangka satu tahun. PDRB dihitung berdasarkan dengan harga pada tahun berjalan yang disebut dengan PDRB atas dasar harga berlaku, sedangkan yang dihitung dengan harga pada tahun dasar (2000 = 100) disebut dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000.

Berdasarkan data Tahun 2011-2015, secara keseluruhan pendapatan daerah mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan fluktuatif. Secara persentase dan nominal hanya kelompok komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang secara konsisten mengalami kenaikan, sedangkan kelompok dana perimbangan meskipun secara nominal tiap tahunnya mengalami kenaikan, namun kontribusinya terhadap pendapatan daerah tiap tahunnya mengalami penurunan.

(5)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 5 Dalam rangka memberdayakan perempuan menuju kesetaraan gender perlu diberikan akses seluas-luasnya terhadap kaum perempuan untuk lebih berperan aktif di segala bidang kehidupan. Untuk mengetahui peran aktif kaum perempuan salah satunya dapat diukur dari partisipasi perempuan pada lembaga pemerintah/eksekutif, legislatif maupun swasta.

Tabel 4.1

Persentase Pekerja Perempuan pada Lembaga Pemerintahan, Lembaga Legislatif dan Swasta Tahun 2008-2011

No. Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah pekerja perempuan di lembaga pemerintah

3.150 3.442 3.498 3.400 -

2. Jumlah pekerja perempuan di lembaga legislatif

1 2 2 3 -

3. Jumlah pekerja perempuan di lembaga swasta

7.681 7.812 7.861 7.894 -

Jumlah 1 s/d 3 10.832 11.256 11.361 11.297 -

4. Jumlah angkatan kerja perempuan

112.269 117.315 108.277 109.753

5. Persentase 9,65 9,60 10,49 10,29

4.1.3.

Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untukmeminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasimereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

(6)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 6 bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.2

Analisis Ekonomi

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinansesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

(7)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 7 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Kemiskinan sendiri merupakan permasalahan yang kompleks dan sangat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan sosial dasar, yaitu layanan pendidikan, layanan kesehatan dan kemampuan daya beli masyarakat. Berdasarkan data PSED tahun 2010, jumlah rumah tangga miskin di Kota Cirebon sebanyak 17.903 Rumah Tangga.

Tabel 4.2

Jumlah Rumah Tangga Miskin per Kelurahan di Kota Cirebon Berdasarkan PSED Tahun 2010

Kode Nama Kelurahan Mendekati

Miskin Miskin Sangat Miskin Jumlah

3274010001 ARGASUNYA 198 814 234 1.246

3274010002 KALIJAGA 417 944 136 1.497

3274010003 HARJAMUKTI 619 477 39 1.135

3274010004 KECAPI 303 459 34 796

3274010005 LARANGAN 178 36 2 216

3274020001 PEGAMBIRAN 731 1.013 53 1.797

3274020002 KESEPUHAN 662 691 46 1.399

3274020003 LEMAHWUNGKUK 161 406 49 616

3274020004 PANJUNAN 247 343 7 597

3274030001 JAGASATRU 421 394 4 819

3274030002 PULASAREN 362 188 0 550

3274030003 PEKALIPAN 242 201 4 447

3274030004 PEKALANGAN 320 391 39 750

3274040001 KARYAMULYA 143 242 7 392

3274040002 SUNYARAGI 459 456 39 954

(8)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 8

Kode Nama Kelurahan Mendekati

Miskin Miskin Sangat Miskin Jumlah

3274040004 KESAMBI 292 214 5 511

3274040005 PEKIRINGAN 304 142 4 450

3274050001 KEJAKSAN 340 190 2 532

3274050002 KEBONBARU 240 199 3 442

3274050003 SUKAPURA 218 994 49 1.261

3274050004 KESENDEN 338 349 12 699

Total 7.732 9.394 744 17.903

Sumber : Hasil Pendataan PSED, 2010.

4.3

Analisis Lingkungan

A.

Kajian Lingkungan Hidup Startegis (KLHS)

Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah wajib melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam penyusunan atau evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan upaya untuk memastikan bahwa pada tahap awal penyusunan kebijakan rencana program prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan.

Pendekatan strategis dalam kebijakan, rencana, dan/atau program bukanlah sekedar untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan, melainkan juga untuk merencanakan dan mengendalikan langkah-langkah yang diperlukan sehingga menjamin keutuhan lingkunga hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.

KLHS RPI2-JM Kota Cirebon dimaksud sebagai :

1) Kajian aspek lingkungan dari perencanaan pembangunan infrastruktur yang dimuat dalam RPI2-JM

(9)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 9 Terkait pembangunan bidang keciptakaryaan di Kota Cirebon sebagaimana tertuang dalam dokumen KLHS dari RPJMD 2013 – 2018 terdapat 5 tema isu sebagaimana dirinci dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3

Tema Isu dan Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan Terkait KRP Bidang Cipta Karya di Kota Cirebon

No Tema Isu Isu kunci/strategis

1 Sumber Daya Air a. Ketergantungan air baku pada sumber air Cipaniis

sebagai sumber air bersih

2 Pencemaran Udara dan Iklim a. Meningkatnya suhu dan debu

b. Meningkatnya potensi rob

3 Tata Ruang a. Penurunan jumlah resapan air/ruang terbuka hijau

minim

b. Perubahan fungsi ruang yang berakibat meningkatnya potensi banjir dan genangan c. Penguasaan sepihak tanah timbul oleh masyarakat

4 Persampahan a. Belum terlaksananya program 3R

b. TPA belum menerapkan sanitary landfill

Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan Terkait KRP Bidang Cipta Karya di Kota Cirebon sebagaimana tabel di atas dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :

A) TEMA ISU: SUMBER DAYA AIR

1) Isu Kunci/Strategis : a. Ketergantungan air baku pada sumber air Cipaniis sebagai sumber air PDAM

a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya Deskripsi:

 Pengelolaan air bersih Kota Cirebon mengandalkan sumber air yang berasal dari kawasan Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dengan debit 1. 061 lt/dt dengan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum 860 lt/dt.

 Cakupan layanan 75,58 % wilayah Kota Cirebon, dan jumlah penduduk terlayani 228.550 jiwa.

 Banyaknya Penggunaan air tanah sebagai sumber alternatif air bersih oleh layanan jasa komersial dengan jumlah ijin pengambilan air bawah tanah

 Tingkat kebocoran b) Kecenderungan ke depan

Faktor penyebab utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. Lemahnya Koordinasi antar

Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam

pengelolaan dan konservasi sumber air

2. Kurangnya regulasi yang

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Terjadi Krisis Air Bersih

(10)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 10 mengatur sumber daya alam

yang menjadi hajat hidup orang banyak.

3. Kecenderungan penurunan kualitas air sungai setiap tahun

c) Kesimpulan Kecenderungan Utama Kesimpulan:

1. Perlunya koordinasi dan kerjasama yang terintegrasi dalam upaya pengelolaan dan konservasi sumber air antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

2. Perlunya regulasi yang mengatur sumber daya alam yang menjadi hajat hidup orang banyak.

B) TEMA ISU: PENCEMARAN UDARA DAN IKLIM

1) Isu Kunci/Strategis : Meningkatnya suhu dan debu a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya

 Sumber pencemaran udara Kota Cirebon berasal dari sektor transportasi, industri menengah dan kecil, baik yang berasal dari Kota Cirebon maupun dari daerah sekitarnya.

 Sumber pencemaran debu lainnya juga berasal dari stocpile batubara di kawasan pelabuhan dan pendistribusiannya yang melewati jalan di kota cirebon

 Peningkatan Jumlah kendaraan bermotor diperkirakan meningkat setiap tahunnya.

 Berdasarkan hasil pengukuran parameter suhu dan debu setiap tahun di 15 (lima belas) titik pantau yang merepresentasikan kawasan padat hingga pemukiman kualitas udara ambien, diketahui parameter suhu tertinggi di wilayah Kec. Lemahwungkuk dan parameter debu tertinggi di wilayah Kejaksan.

 Kondisi RTH publik saat ini hanya 8,96% dari luas wilayah kota menyebabkan meningkatnya suhu iklim mikro dan berkurangnya daya serap debu

 Jumlah Industri b) Kecenderungan ke depan

Faktor penyebab utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. Tidak ada pembatasan jumlah

kendaran

2. Kurang akuratnya Uji kelayakan kendaraan bermotor

3. Kurangnya luasan dan sebaran RTH publik

4. Belum optimalnya upaya penghijauan

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Menyebabkan dampak negatif untuk kesehatan dengan adanya peningkatan suhu dan debu 2. Menyebabkan pemanasan global yang

berdampak pada penipisan lapisan ozon

(11)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 11 Kesimpulan:

1. Bila tidak ada pembatasan jumlah kendaraan atau lemahnya dalam pengujian emisi kendaraan maka akan berdampak pada meningkatnya suhu dan debu begitu pula apabila luasan dan sebaran serta pengelolaan RTH tidak meningkat maka berkontribusi pada pemingkatan suhu dan debu.

2. Perubahan ini akan merugikan masyarakat Kota Cirebon pada akhirnya akan menurunkan daya dukung lingkungan.

3. Harus dilakukan pengelolaan dan perluasan sebaran RTH dan pengaturan kendaraan dan rekayasanya.

2) Isu Kunci/Strategis : Meningkatnya potensi rob a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya

Deskripsi:

 Peningkatan muka air laut sebagai salah satu dampak pemanasan global, mengakibatkan terjadinya banjir air rob di sepanjang pesisir pantai Kota Cirebon yang meliputi kelurahan kesenden, kelurahan kebonbaru, kelurahan panjunan Lemahwungkuk, kelurahan Kesepuhan dan Kelurahan Pegambiran.

 Pengambilan air tanah yang tak terkendali berdampak pada penurunan muka tanah

b) Kecenderungan tren ke depan Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. pengambilan air tanah semakin

meningkat seiring kebutuah air baku;

2. Permukiman makin berkembang di kawasan pesisir;

3. Kenikan muka air laut tidak dapat dihindari akibat perubahan iklim dan mungkina lajunya akan bertambah;

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Luasan zona rob akan bertambah;

2. Penurunan derajat kesehatan masyarakat; 3. Meningkatkan biaya/ekonomi tinggi bagi

masyarakat di kawsan pesisir.

c) Kesimpulan dari tren kunci Kesimpulan:

a. Pengambilan air tanah harus dibatasi dan diawasi, pengaturan dan penataan kawasasn permukiman di pesisir dan menghambat laju pemanasan global;

b. Dengan penerapan regulasi di atas akan menguntungkan masyarakat dan pemerintah

C) TEMA ISU: TATA RUANG

(12)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 12  Terdapat 8 titik kejadian banjir sampai dengan tahun 2009 dan mengalami

peningkatan menjadi 18 titik sampai dengan tahun 2012  Kondisi RTH publik saat ini hanya 8,96% dari luas wilayah kota

 Perubahan tata guna lahan dan tutupan lahan seiring dengan kebutuhan lahan untuk aktivitas perkotaan

 Perluasan kawasan permukiman pada pinggiran kota

 Penambahan panjang jalan yang akan berdampak pada perubahan guna lahan di sepanjang koridor jalan baru tersebut

 Dimensi dan jaringan drainase belum ditingkatkan kapasitas dan systemnya dalam antisipasi perubahan lahan permeable menjadi impermeable.

b) Kecenderungan tren ke depan Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. Tidak terkendalinya perubahan

fungsi lahan karena regulasi yang lemah

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Bencana banjir yang terjadi terus menerus dan tiap tahun, akan menyebabkan terganggunya fungsi Kota Cirebon sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

2. Menyebabkan dampak negatif untuk kesehatan dengan adanya kejadian banjir

c) Kesimpulan dari tren kunci Kesimpulan:

a. Resiko banjir akan cenderung semakin tinggi jika tidak ada pengendalian terhadap alih fungsi pemanfaatan lahan.

b. Pembuatan Sarana dan Prasarana Pengendali Air / Banjir sangat diperlukan untuk mencegah dan meminimalisir luapan air sungai pada musim hujan (tingginya curah hujan)

2) Isu Kunci/Strategis : Penguasaan sepihak tanah timbul oleh masyarakat a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya

 Tanah timbul di Kelurahan Panjunan

 Kondisi saat ini sebagian besar tanah timbul dikuasai oleh masyarakat di mana penguasaan dilakukan sejak proses pematangan dengan menggunakan sampah yang sengaja didatangkan berdampak pada kerentanan lingkungan dan sosial  Tanah timbul yang seharusnya merupakan milik negara dikuasai oleh

masyarakat.

 Karena penguasaan secara sporadis oleh masyarakat maka lingkungan yang terbentuk menjadi tidak teratur /kumuh

b) Kecenderungan tren ke depan Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tren ke depan

(13)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 13 1. Secara alami tanah timbul

akan terus berkembang di pesisir Kota Cirebon

2. Aktifitas warga yang mengkapling tanah timbul akan pula meningkat seiring dengan perkembangan perkotaan di wilayah pesisir.

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. akan timbul kawasan kumur 2. ekosistem pesisir akan terganggu 3. rawan maslaah social

c) Kesimpulan dari tren kunci Kesimpulan:

1. Tanah timbul yang sudah dikuasai oleh masyarakat dilakukan penataan permukiman

2. Penguatan kelembagaan yang menangani kawasan pesisir (tanah timbul) 3. Pembatasan pembangunan infrastruktur sarana-prasarana di tanah timbul

D) TEMA ISU : PERSAMPAHAN

1) Isu Kunci/Strategis : Belum terlaksananya program 3R a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya

 Meningkatnya kegiatan investor di Kota Cirebon yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan antara lain pusat perdagangan, perhotelan, jasa kuliner yang berpotensi meningkatkan timbulan sampah, hal ini disebabkan karena meningkatnaya urbanisasi dan komuter ( penduduk temporer) dari wilayah sekitar Kota Cirebon

 Jumlah volume sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivias kegiatan adalah + 978 m3/hari sementara jumlah timbulan sampah yang terangkut ke TPA hanya +736 m3/hari

 Sarana pengangkutan sampah baik gerobak, dump truck, arm rol juga sangat terbatas jumlahnya dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah di TPS ke TPA sehingga mengakibatkan waktu tinggal sampah di TPS lebih dari 6 jam, akibatnya timbul masalah bau, kumuh dan lalat.

 Pengangkutran sampah dari sumber sampah ( kawasan perumahan, perkantoran,komersial, industri dan lain-lain) masih menggunakan cara konvensioanl yaitu kumpul, angkut, buang ke TPA yang sampai saat ini masih mendominasi pola penanganan sampah di Kota Cirebon.

 Perda Kebersihan belum memuat amanat UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

b) Kecenderungan tren ke depan Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. Meningkatnya investasi

perdagangan dan jasa di Kota Cirebon

2. Perubahan budaya konsumtif yang menimbulkan peningkatan sampah plastic dan nonorganic

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Beban TPA Kopiluhur akan semakin berat 2. Perlu lokasi baru untuk TPA apabila TPA

(14)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 14 lainnya

c) Kesimpulan dari tren kunci Kesimpulan:

1. Harus adanya regulasi yang mengatur 3R serta pengawasan yang ketat 2. Pemerintah harus mendorong dan mencari pasar dari hasil industry 3R

2) Isu Kunci/Strategis : TPA belum menerapkan sanitary landfill a) Analisa situasi terkini dan sebelumnya

 TPA Kota Cirebon terletak di Kelurahan Argasunya dengan luas 14ha, dengan menggunakan metode open dumping

 Jumlah volume sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivias kegiatan adalah + 978 m3/hari sementara jumlah timbulan sampah yang terangkut ke TPA hanya +736 m3/hari

 Kejadian kebakaran pada TPA akibat gas methan  Kondisi lingkungan TPA Kopiluhur tercemar lindi b) Kecenderungan tren ke depan

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tren ke depan

Dampak positif dan negatif yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan yang ada 1. Volume sampah akan meningkat;

2. Membutuhkan luasan TPA yang memadai;

3. Operasional pengangkutan meningkat

Apabila isu kunci ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi:

1. Meningkatnya gas methan yang berakibat Kebakaran dan longsor yang dapat menelan korban jiwa

2. Padahal timbulan sampah dengan volume yang besar di lokasi TPA berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global

3. Timbulan sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit.

c) Kesimpulan dari tren kunci

1. Perlu segera TPA sanitary landfill dalam waktu dekat dan TPA Regional dalam jangka menengah

2. Pengolahan sampah dari sumbernya dengan 3R untuk mengurangi volume sampah di TPA

3. Hal ini berdampak pada penduduk Kota Cirebon

(15)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 15 Tabel 4.4

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Ketergantungan air baku pada sumber air Cipaniis sebagai sumber air bersih

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh

Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

I. Ketergantungan air baku pada sumber air Cipaniis sebagai sumber air bersih

1. Penyediaan dan pengelolaan air baku

Terjadi ketergantungan

penyediaan air baku dari sumber air cipaniis kabupaten Kuningan, yang dapat berakibat terhadap kerentanan sosial ekonomi antar wilayah

- Koordinasi lebih intensif terhadap daerah penyedia sumber air baku

- Optimalisasi pengelolaan air bersih

- Pencarian alternatif sumber air baku diantaranya pemanfaatan air sungai, air laut dan dari sumber mata air di kabupaten lain

- Efisiensi penggunaan air bersih

2. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai , danau dan sumber daya air lainnya

Belum dimanfaatkannya sungai-sungai dan sumber daya air lainnya di Kota Cirebon sebagai potensi sumber air baku. Perlu menggunakan teknologi tinggi dalam pengolahan air tersebut menjadi air baku dan berdampak pada nilai jual air yang tinggi Pemanfaatan tersebut di atas sekaligus menjadi upaya pengendalian banjir yang menggunakan konsep konservasi yaitu menjadikan limpasan air permukaan sebagai imbuhan air tanah.

- Pengelolaan sungai dalam

mempertahankan kuantitas dan kualitas air melalui peningkatan koordinasi lebih intensif dengan stakeholder / instansi vertikal dan horizontal

- Memperbanyak media resapan pada perumahan dan pada kawasan yang menggunakan air tanah sebagai air baku

- Pemanenan air hujan pada

perumahan/permukiman

- Penyusunan peraturan zero runoff

3. Pengendalian Banjir

(16)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 16

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh

Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

5. Rehabilitasi lahan dan hutan Lahan yang perlu direhabilitasi saat ini kepemilikannya masih milik warga bukan asset Pemkot Cirebon, sehingga akan

berdampak pada kerentanan sosial

- Revitalisasi lahan dengan

penanaman pohon yang

memiliki daya resap air dan bernilai ekonomi tinggi

- Penggiatan agrowisata

- Pengendalian pembangunan di kawasan selatan Kota Cirebon

6. Pengembangan Perumahan Dengan adanya perkembangan kawasan perumahan, maka lahan impermeable berpotensi semakin tinggi dan mengakibatkan rendahnya resapan air limpasan permukaan serta berakibat pada tingginya penggunaan air tanah

- Pembangunan infrastruktur

pendukung yang berwawasan

lingkungan pada daerah

perumahan berupa pembuatan sumur resapan, penggunaan perkerasan yang tidak kedap air/paving block

- Inventarisasi asset fasos dan fasum perumahan

- Pengawasan terhadap pelaksanaan

perizinan pemanfaatan ruang

Tabel 4.5

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Meningkatnya suhu dan debu

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

II. Meningkatnya suhu dan debu

1. Pembangunan Jalan dan jembatan Pelaksanaan program ini akan meningkatkan suhu lokal dan debu selama masa konstruksi dan pasca konstruksi. Hal ini akan memberikan dampak pada perumahan , bangunan, kegiatan dan warga

- Pelaksanaan program ini harus

memasukkan kegiatan

penanaman pohon penyerap debu berdaun lebar (Ketapang Badak) pada tepi jalan raya termasuk di jalan lingkungan dan perumahan

2. Penyediaan dan Pengelolaan air baku

(17)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 17

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

yang berada di sekelilingnya. - Pembuatan pergola tanaman rambat pada lokasi yang minim lahan

- Pembuatan taman-taman

dalam pengembangan

perumahan

4. Pengelolaan RTH Ruang Terbuka Hijau sangat

berpengaruh terhadap iklim mikro suatu wilayah. RTH yang sudah ada belum dikelola secra optimal dalam mengendalikan suhu dan debu.

Keberadaan RTH masih kurang dan sebarannya belum merata berdampak pada peningkatan suhu dan debu.

Instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang ada saat ini masih lemah.

- Pengadaan taman skala RW - RTH yang telah ada (taman

kota) dioptimalkan dengan penanaman pohon berdaun lebar

- Revitalisasi aset milik Pemerintah Kota yang idle untuk dijadikan RTH yang efektif (GOR Bima, Gedung Kesenian Nyi Mas Lasantang)

- Penambahan instrument

pengendali pemanfaatan

ruang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan

- Pembuatan pergola tanaman rambat pada bangunan gedung yang sudah terbangun dan prosentase ruang terbuka privat kurang dari 10%

- Pembatasan perizinan pada wilayah yang memiliki daya tampung dan daya

dukung lingkungan yang sudah

menurun

5. Pengadaan RTH

6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang 7. Rehabilitasi hutan dan lahan 8. Perlindungan konservasi SDA

9. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Keberadaan pelaku kegiatan dari sector industry

memberikan kontribusi peningkatan emisi dari sumber pencemar tidak

bergerak/cerobong

Pengendalian pencemaran dari cerobong terhadap kualitas emisi dapat mengurangi

- Pemasangan instalasi

pengolah limbah udara/emisi pada cerobong

- Pemantauan kualitas emisi secara rutin

(18)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 18

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

peningkatan suhu dan debu 10. Peningkatan Pelayanan Angkutan Uji kelaikan pada kendaraan

angkutan umum hanya berprioritas pada faktor keselamatan berkendara, sedangkan kendaraan yang sudah tidak laik jalan

mempunyai pembakaran yang tidak sempurna. Pembakaran yang buruk tersebut akan menyumbang emisi gas buang yang tinggi dan berpotensi menyumbang peningkatan suhu dan debu.

- Izin opersional kendaraan umum hanya diberikan pada kenadaraan yang lulus emisi gas buang

- Peremajaan dan pembatasan angkutan umum yang sudah tidak laik

- Perencanaan angkutan masal yang memilki daya angkut lebih besar

- System transportasi yang terpadu

11. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan masih open dumping

berpotensi menimbulkan gas metan yang dapat

meningkatkan suhu

- Mengubah TPA menjadi

sanitary landfill sepenuhnya

(19)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 19 Tabel 4.6

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Meningkatnya potensi rob

No. Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

III. Meningkatnya potensi rob 1. Penyediaan dan Pengelolaan Air

Baku

Pengambilan air tanah yang berlebihan sebagai air baku akan berdampak pada penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut serta menambah luas zona rob

- Penyediaan air bersih

perpipaan dan atau pada wilayah pesisir penyediaan hidran/tangki umum untuk wilayah pesisir

- Pembatasan pengambilan air bawah tanah

2. Pengelolaan RTH Wilayah pesisir yang dimanfaatkan

sebagai wilayah terbangun dapat mengakibatkan peningkatan risiko bencana rob, sedangkan

keberadaan Ruang Terbuka Hijau dapat mereduksi dampak tersebut. Pengembangan kawasan pesisir yang tidak berwawasan lingkungan akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar serta menambah luas zona rob.

- Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut : Revitalisasi kawasan pesisir

dengan mengembangkan

fungsi ekologis setempat

- Pengamanan garis sempadan pantai dari fungsi terbangun dan dikembalikan fungsinya sebagai buffer zone.

3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

4. Pengadaan RTH

(20)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 20 Tabel 4.7

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Perubahan fungsi ruang yang berakibat meningkatnya potensi banjir dan genangan serta berkurangnya RTH

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

IV. Perubahan fungsi ruang yang berakibat meningkatnya potensi banjir dan genangan serta berkurangnya RTH

1 Pengelolaan RTH Meningkatnya kawasan terbangun

mengakibatkan berkurangnya RTH dan areal resapan air, berpotensi

menimbulkan banjir atau genangan . Sempadan sungai, pantai, jalan dan rel KA sebagain besar telah terbangun, termasuk pemakaman sebagai salah satu RTH Publik masih menggunakan perkerasan/terbangun sehingga belum dapat berfungsi sebagai RTH.

Pengawasan penerapan RTH privat dan public yang belum berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku

Hutan kota yang ada masih minim jumlah dan luasannya.

Kondisi sungai yang telah mengalami sedimentasi tinggi dapat menambah potensi banjir / genangan

Berkurangnya kapasitas debit air di saluran akibat adanya bangunan di atas saluran

- Inventarisasi aset, pengadaan lahan dan pemeliharaan RTH secara rutin

- Pembatasan ijin pemanfaatan ruang sesuai RTRW dan memenuhi daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagai instrumen pengendali pemanfaatan ruang

- RTH yang telah ada

(sempadan sungai, pantai, jalan rel KA, dan areal pemakaman) dioptimalkan dengan penghijauan dan penanaman pohon.

Pelibatan seluruh stakeholder dalam upaya pengelolaan dan penambahan RTH

2 Pengelolaan areal pemakaman

3 Pengadaan RTH

4 Rehabilitasi Hutan dan lahan 5 Pengendalian pemanfaatan Ruang 6 Pengendalian banjir

7 Pembangunan Saluran Drainase primer dan sekunder

8 Perlindungan dan Konservasi SDA 9 Pengembangan, pengelolaan dan

(21)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 21 Tabel 4.8

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Penguasaan sepihak tanah timbul oleh masyarakat

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh

Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

V. Penguasaan sepihak tanah timbul oleh masyarakat

1 Pengendalian pemanfaatan Ruang Kondisi saat ini sebagian besar tanah timbul dikuasai oleh masyarakat di mana penguasaan dilakukan sejak proses pematangan dengan

menggunakan sampah yang sengaja didatangkan berdampak pada kerentanan lingkungan dan sosial. Tanah timbul yang seharusnya merupakan milik negara dikuasai oleh masyarakat.

Karena penguasaan secara sporadis oleh masyarakat maka lingkungan yang terbentuk menjadi tidak teratur /kumuh

- Tanah timbul yang sudah dikuasai oleh masyarakat

dilakukan penataan

permukiman

- Penguatan kelembagaan

yang menangani kawasan pesisir (tanah timbul)

- Pembatasan pembangunan

infrastruktur

sarana-prasarana di tanah timbul

Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut

Pembuatan masterplan perencanaan dan pemanfaatan tanah timbul

2 Pengadaan RTH Kurangnya koordinasi perangkat daerah

Pemkot Cirebon dalam memanfaatkan kawasan pesisir sebagai RTH mangrove memudahkan masyarakat menguasai tanah timbul.

- Pemanfaatan tanah timbul sebagai kawasan Mangrove

(22)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 22 Tabel 4.9

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis Belum terlaksananya program 3R

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh Perumusan Mitigasi dan Alternatif

Mitigasi Alternatif

VI. Belum terlaksananya program 3R

1 Pengelolaan sampah berbasis 3R Perubahan pola pikir masyarakat terhadap sampah menjadi barang yang bernilai dan bermanfaat belum terlihat, walaupun sudah disosialisasikan 3 R . Pelaksanaan 3R yang benar di masyarakat akan dapat mengurangi timbulan sampah dan mengurangi beban di TPS/TPA.

- Pendampingan pengelolaan sampah 3R di masyarakat secara berkesinambungan

- Pembuatan pangsa pasar produk2 hasil olahan 3R masyarakat

- Perbaikan sistem

pengaturan pengangkutan

sampah (sampah yang

sudah terpilah) 2 Program pengelolaan lingkungan

berbasis masyarakat

3 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

5 Pembinaan pedagang kakilima dan asongan : luas kawasan

peruntukkan bagi PKL

PKL sebagai salah satu penghasil sampah kering belum melakukan pengelolaan sampahnya dengan baik

- Kerja sama dalam

mengelola sampah dengan bank sampah agar dapat memanfaatkan sampah dari PKL sebagai bahan baku produk 3R

(23)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 23 Tabel 4.10

Indikasi program pembangunan, mitigasi/adaptasi, dan/atau alternatif untuk Isu Strategis TPA belum menerapkan sanitary landfill

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh

Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

VII. TPA belum menerapkan sanitary landfill 1. Pengembangan Kinerja

Pengelolaan persampahan

Kinerja pengelolaan sampah yang berjalan saat ini di TPA Kopiluhur adalah dengan cara Open dump atau open dumping atau pembuangan terbuka adalah cara pembuangan sampah yang sederhana. Sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa

pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasinya penuh sampah. Cara ini tidak diizinkan lagi karena banyak potensi pencemaran lingkungannya seperti : Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, Polusi udara oleh gas yang dihasilkannya, Polusi air karena lindi, Estetika lingkungan menjadi buruk dan kotor.

Tahun 2013 ini adalah batas akhir bagi pemerintah kabupaten dan kota untuk meninggalkan Open Dumping. Bupati dan Walikota wajib melaksanakan amanat UU No. 18/2008 di bidang pengelolaan sampah, yaitu berupa Sanitary Landfill (Sanfil).

- Perlu ada perubahan kinerja

TPA sebagai tempat

pemrosesan terakhir bukan

pembuangan terakhir,

dimana kegiatan yang ada adalah pemanfaatan gas

metan, pemilahan,

pengomposan dan daur ulang.

- Pelaksanaan sanitary landfill di TPA Kopiluhur perlu

didukung Sarana dan

prasarana yang memadai

- Kerjasama pengelolaan sampah melalui TPA Regional

- Pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar alternatif 2. Peningkatan pelayanan

persampahan

(24)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon

Tahun 2017-2022

Halaman |4 - 24

No Indikasi Program Prioritas Deskripsi Pengaruh

Perumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi Alternatif

Perusakan LH akan seimbang dan lestari apabila

pengelolaan dan pemantauan lingkungan TPA dilakukan secara berkelanjutan

Kawasan TPA Kopiluhur (penghijauan,

penanaman pohon) 4. Perlindungan dan Konservasi SDA

5. Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat

TPA Kopiluhur saat ini masih berupa tempat pembuangan akhir, belum dapat berfungsi sebagai pemrosesan akhir.

Berdasarkan UU No. 18/2008, terminologi TPA diubah dari Tempat Pembuangan Akhir menjadi Tempat Pemrosesan Akhir, yaitu tempat terakhir sampah dalam tahap

pengelolaannya, dimulai dari sumber, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan (pembuangan).

Pengelolaan sampah 3R di masyarakat yang saat ini dilakukan belum

memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pengurangan volume sampah ke TPA Kopiluhur.

- Memberdayakan pemulung

dan masyarakat sebagai mitra dalam mengelola

sampah yang dapat

dimanfaatkan

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor

Dalam pembelajaran, macromedia flash merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audio-visual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat

Karena Posdaya menjadi wahana untuk pemberdayaan maka siswa- siswa tersebut, termasuk dan terutama para mahasiswa perlu ikut terjun mendamping generasi yang lebih tua,

diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah. Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan, tahun

Pada penelitian ini modem yang digunakan adalah modem wavecom fastrak yang berfungsi mengecek miscall dan mengirim sms, ATmega16 berfungsi sebagai control

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

1 Kepuasan pasien adalah suatu perasaan senang atau kecewa seseorang pasien BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah So’E yang muncul akibat kinerja pelayanan kefarmasian