• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pendidikan Karakter Di SMP Negeri 2 Demak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pendidikan Karakter Di SMP Negeri 2 Demak"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Pendidikan

2.1.1 Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses kegiatan kelompok yang minimal mencakup: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Manajemen pendidikan sama artinya dengan administrasi pendidikan. Jadi manajemen pendidikan merupakan serangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara terencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu (Slameto, 2013:1).

Selanjutnya menurut Mulyasa (2011:156) bahwa manajemen merupakan satu hal yang sangat penting dalam pendidikan, jika dilakukan secara efektif dan efisien maka mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

(2)

8

tersebut diterapkan dalam pendidikan, maka pengertiannya menjadi mengelola pendidikan. Sejalan dengan pengertian ini, Mulyasa (2011:158) mengartikan manajemen sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan yang ditetapkan baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, meliputi tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dalam proses pencapaian tujuan dimulai dari tindakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang dikerjakan dengan mengerahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Di dalam pengelolaan pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Demak, tentunya tidak lepas dari manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut G.R. Terry, dalam Slameto (2013:2) bahwa fungsi manajemen dapat diartikan kegiatan yang dilakukan oleh manajer sebagai manajerial disebut sebagai kegiatan proses manajemen. Secara menyeluruh fungsi manajemen tersebut adalah:

(3)

9

2) Pengorganisasian (Organizing), penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi. Pengorganisasian sangat penting dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang profesional dan organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

3) Pengarahan (Actuating), motivasi, komunikasi

kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya. Pemimpin lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

4) Pengawasan (Controlling), penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif. Agar karyawan pada lembaga mampu mengemban tugas atau fungsi masing-masing, maka harus dilakukan suatu pengawasan.

Sedangkan menurut Tjiptono (2013:156) fungsi manajemen berkaitan dengan perencanaan, kemampuan untuk melaksanakan rencana, dan menjamin pencapaian rencana melalui pengendalian.

(4)

10

tujuan pendidikan tersebut diperlukan fungsi-fungsi manajemen pendidikan yang meliputi tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.2 Pengelolaan Pendidikan Karakter

2.2.1 Pengertian Karakter

(5)

11

Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. (Kemendiknas. 2010:3)

Karakter menurut Sulhan (2011:5) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian. Sedangkan menurut Muhaimin (2011:16) berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Istilah karakter menurut Koesoema (2014:80) dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga.

(6)

12

Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Menurut Jihad (2010: 39) istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

Dari beberapa pengertian karakter tersebut, penulis jelaskan bahwa, karakter adalah akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang serta nilai-nilai perilaku yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, dan budaya. Sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, memiliki norma dan perilaku yang baik.

2.2.2 Pengertian Pendidikan Karakter

(7)

13

bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Balitbang, 2010:3).

Pendidikan karakter merupakan usaha bersama warga sekolah, maka perlu dilakukan secara bersama-sama oleh semua guru dan pimpinan sekolah, melalui semua mata pelajaran dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya sekolah (Dikdasmen, 2010:4)

Menurut Elkind & Sweet (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:

character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

(8)

14

ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya (Koesoema, 2011:231)

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warganegara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah mempunyai nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.( Dikdasmen, 2010:13)

(9)

15

Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Konfigurasi Karakter

Menurut Lickona (2013:72) karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral, faktor pembentuk kematangan moral.

Selanjutnya, Lickona (2013:415), bahwa ada enam unsur budaya positif sekolah yaitu:

(10)

16

sekolah, 4) Organisasi siswa yang melibatkan para siswa dan menumbuhkan perasaan ”Ini adalah sekolah kami, sehingga kami bertanggung jawab untuk menjadikannya sebagai sekolah terbaik”, 5) Sebuah atmosfer moral yang didalamnya terdapat sikap yang saling menghormati, keadilan dan kerjasama yang meresap ke dalam semua bentuk hubungan baik, 6) Menjunjung arti penting moralitas dengan memberi waktu khusus untuk menangani.

Lickona dalam Elya (2014) bahwa ada tujuh alasan perlunya pendidikan karakter, yaitu:

1) Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam

kehidupannya,

2) Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik,

3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain,

4) Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam,

5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah, 6) Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong

perilaku di tempat kerja; dan

7) Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.

(11)

17

2.2.3 Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapan puluh nilai tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, (Depniknas, 2010:12) pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006).

Berikut adalah daftar nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius): pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri: a. Percaya diri, b. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, c. Mandiri, d. Bertanggung jawab, e. Jujur, f. Disiplin, g. Kerja keras, h. Ingin tahu, i. Cinta ilmu, j. Berjiwa wirausaha, k. Konasi (kemauan untuk bertindak), l. Cermat dan teliti, m. Sederhana, n. Objektif, o. Tekun, p. Skeptis (tidak mudah percaya), q. Terbuka.

(12)

18

sesama: a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, b. Patuh pada aturan-aturan sosial, c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, d. Santun, f. Mampu bekerjasama, g. Demokratis, h. Empati

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan: a. Perilaku hidup sehat, b. Peduli lingkungan dan sosial, c. Menjaga keselamatan kerja dilaboratorium

5. Nilai kebangsaan : a. Nasionalis, b. Menghargai keberagaman

2.2.4 Tahap Pengembangan Karakter

Pengembangan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholdersnya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

(13)

19

pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral (Saptono, 2011:26).

(14)

20

(outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). (Dikdasmen, 2010:19).

Lickona dalam Koesoema (2011:156), sekolah yang ingin mengembangkan pendidikan karakter bagi anak didiknya pasti mempunyai visi tertentu yang berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Visi pendidikan karakter yang diterapkan oleh sekolah merupakan cita-cita yang akan diarah melalui kinerja. Visi yang diungkapkan melalui pernyataan yang jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya akan menjadi dasar acuan bagi setiap kerja, pembuatan program dan pendidikan karakter yang dilakukan di dalam sekolah

2.2.5 Model-model Pendidikan Karakter

(15)

21

diumpamakan wadah yang memberikan ruang gerak pada pendidikan karakter. Selanjutnya agar gerak tersebut efektif dan efisien diperlukan pemilihan metode pembelajaran dalam upaya pembentukan karakter positif dalam diri peserta didik. Apa pun metode yang dipilih, yang penting adalah pelibatan aspek kognitif, afektif dan perilaku peserta didik secara simultan, maka metode yang dibutuhkan adalah metode yang menghidupkan ketiga aspek tersebut dan membawa peserta didik ke dalam pengalaman nyata kehidupan berkarakter.

2.2.6 Pengelolaan Pendidikan Karakter

Lickona dalam Koesoema (2011:222) mengatakan bahwa sekolah jika dijiwai dengan semangat pendidikan karakter yang baik maka akan menjadi tempat yang efektif bagi pembentukan individu sehingga mereka dapat bertumbuh dengan baik di dalam lingkungannya.

(16)

22

Menurut Farida (2014:143) mengatakan bahwa pembelajaran karakter tidak disampaikan secara parsial atau dijadikan mata pelajaran terpisah, melainkan terintegrasi dengan semua mata pelajaran, sehingga pendidikan menemukan ruhnya.

Menurut Aqib (2011:32) bahwa pengelolaan pendidikan karakter dapat diuraikan sebagai berikut A. Perencanaan

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan antara lain: 1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu (a) terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran; (b) terpadu dengan manajemen sekolah; dan (c) terpadu melalui kegiatan ekstrakurikuler. 2) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pembentukan karakter di sekolah

B. Pelaksanaan

Pendidikan karakter dilaksanakan dalam tiga kelompok kegiatan, Aqib (2011:38) yaitu:

(17)

23

penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pembentukan Karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) dirancang dan diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: peserta didik, peraturan sekolah, sarana dan prasarana, keuangan, pembelajaran, penilaian, dan pengelolaan lainnya.

3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembiasaan dan ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang memuat pembentukan karakter antara lain: Olah raga (basket, bola voli, bulu tangkis, bela diri, dll), Keagamaan (baca tulis Al Qur’an, hafalan Asmaul Husna, sholat berjamaah, pendalaman Alkitab, dll), Seni Budaya (seni tari, vokal, seni rupa, karawitan), KIR, Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), dan lain-lainnya.

C. Evaluasi

(18)

24

karakter secara umum. 3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi masalah yang ada, selanjutnya mencari solusi agar program pendidikan karakter dapat tercapai. 4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter. 5) Memberikan masukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pendidikan karakter.

Dengan demikian, kegiatan manajemen merupakan salah satu media yang efektif dalam pengelolaan pendidikan karakter di sekolah. Pengelolaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Demak sangat terkait dengan manajemen sekolah, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.3 Penelitian Yang Relevan

Penelitian Suwito (2012) berjudul: Integrasi Nilai Pendidikan Karakter ke Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah melalui RPP.

(19)

25

ditampilkan lewat media slide sehingga peserta didik mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang diintegrasikan di dalam setiap teknik pembelajaran. Kesimpulan: Implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui langkah-langkah pengembangan pembentukan karakter dengan cara memasukkan konsep karakter dalam proses pembelajaran, pembuatan slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dan pemantauan secara kontinyu serta melalui pelaksanaan program-program pembinaan kejiwaan, pembinaan kerohanian, pembinaan kepribadian, pembinaan jasmani, pembinaan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

(20)

26

yang belum mengandung nilai-nilai target yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sudah dipadukan dalam berbagai mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dan kemauan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai target pendidikan karakter baru pada sebagian soal-soal yang dibuat guru, sedangkan penilaian perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai target dilakukan oleh kebanyakan guru hanya dengan wawancara.

Penelitian Mulyono (2013) berjudul: Pendidikan

Karakter dalam ISMUBA (Al-Islam,

(21)

27

karakter itu telah ada jauh sebelum pembelajaran karakter diwajibkan oleh pemerintah, meskipun para guru belum begitu paham mengenai sistem pembelajaran tersebut.

(22)

28

Dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Demak. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang pendidikan karakter di sekolah, bahwa implementasi pendidikan karakter dapat dilakukan terintegrasi pada semua mata pelajaran dan melalui pembiasaan pada peserta didik. Perbedaannya adalah, kalau peneliti terdahulu hanya membahas tentang pelaksanaannya saja, sedangkan yang sekarang penulis lakukan adalah meneliti cara pengelolaannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2 : Alur Kerangka Pikir Reformasi bidang pendidikan di Indonesia

Fokus pada pendidikan karakter peserta didik

Perencanaan

Pengelolaan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Demak

(23)

29

Keterangan dari gambar 2 tentang alur kerangka pikir, adalah sebagai berikut:

Kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi salah satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa, serta memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan peradaban bangsa. Pendidikan akan mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan sosial, ekonomi, budaya dan teknologi agar dapat diterima sebagai sebuah pendidikan yang relevan oleh para generasi bangsa. Maka, pemerintah telah mencanangkan model pendidikan yang berfungsi untuk membentuk karakter peserta didik agar sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pendidik dan pemerintah, model pendidikan ini disebut dengan “Pendidikan karakter.”

(24)

30

(25)

Gambar

Gambar 1. Konfigurasi Karakter
Gambar 2 : Alur Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berbeza dengan penilaian formatif yang lebih menumpukan kepada penilaian penguasaan pelajar dalam sesuatu tajuk, penilaian sumatif bertujuan untuk menentukan pencapaian pelajar

Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pada hari kerja di pagi hari pergerakan pada ruas yang ditinjau didominasi oleh pergerakan luar zona atau dengan kata lain ruas jalan

Di peringkat sekolah pula, didikan moral yang positif dan nilai murni yang diterapkan oleh guru, akan dapat mengelakkan diri pelajar daripada terjebak dalam pelbagai pengaruh

Dinamika zaman terus bergulir dengan berbagai perubahan kebutuhan. Seperti makanan dan minuman menjadi industri yang tidak sekedar menghasilkan makanan atau

Atas undangan Yang Mulia Menteri/Ketua Komite Pemerintah untuk Organisasi dan Kepegawaian Republik Sosialis Vietnam, Yang Mulia Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Pola komunikasi yang dilakukan dalam keluarga yang menikah di usia dini ialah

Prima Abadi Karya Area Morowali serta dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Perencanaan perluasan stockyard untuk mendukung peningkatan produksi bijih nikel

c. Penyelenggaraan pemungutan dan penggalian potensi pendapatan daerah di Bidang Pengelolaan Pasar. Namun bidang pengelolaan pasar sendiri tidak memiliki Standar