• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPN atas Penyerahan Hasil Tembakau Cukai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PPN atas Penyerahan Hasil Tembakau Cukai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber penerimaan negara adalahPajak

Pertambahan Nilai (PPN), yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn) sejak 1 April 1985 yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 ,sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No.11 Tahun 1994 dan Undang-Undang No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. Kemudian berubah lagi dengan disahkannya Undang-Undang Baru yaitu UU PPN No. 42 thn 2009 dan mulai berlaku tanggal 1 April 2010. Dasar pemikiran pengenaan pajak ini .pada dasarnya adalah untuk mengenakan pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung kepada konsumen.

Menurut Undang-Undang kesehatan pasal 113 ayat 2 tembakau, dan produk yang mengandung tembakau merupakan salah satu zat adiktif yang dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah memiliki peran dalam mengatur jumlah distribusi tembakau.Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah dauntembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah danpajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok).

Di Indonesia terdapat berbagai jenis perusahaan rokok dengan jumlah yang banyak, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya produk rokok dengan berbagai jenis brand dan perusahaan yang memproduksi. Mudahnya memperoleh bahan baku yaitu tembakau dan keuntungan yang besar menjadikan usaha rokok banyak diminati. Hal ini didukung dengan kondisi Negara Indonesia yang merupakan Negara agraris.

(2)

perusahaan. Dalam setiap batang rokok, ada tiga biaya yang melekat dan harus ditanggung bebannya oleh konsumen. Pertama, tarif cukai yang setiap tahun naik. Kedua, pajak rokok yang dipungut oleh pemerintah daerah sebesar 10 persen dari tarif cukai. Dan ketiga, pajak pertambahan nilai (PPN), yang saat ini berlaku sebesar 8,4 persen dan rencananya akan dinaikan oleh pemerintah menjadi 10 persen.

B.RUMUSAN MASALAH

a) Apa yang dimaksud dengan PPN penyerahan tembakau? b) Dasar hukum,objek pajak,tarif dan perhitungan?

c) Apa penyebab tariff PPN rokok naik?

d) Bagaimana pengaruh tarif PPN terhadap harga jual rokok?

e) Bagaimana pengaruh tarif PPN terhadap pendapatan dan volume produksi? f) Berapa Tarif PPN atas Penyerahan Tembakau pada saat ini?

g) Bagaimana Contoh artikel kenaikan tarif PPN atas penyerahan tembakau?

(3)

A.Pengertian PPN Atas Penyerahan Tembakau

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas barang yang dikonsumsi. Besarnya persentase PPN sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan dipungut oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tarif PPN untuk penjualan barang hasil produksi pada umumnya adalah 10% dari harga barang tersebut.PPN merupakan salah satu peyumbang sumber pendapatan negara setelah Pajak Penghasilan. Salah satu penyumbang PPN terbesar adalah industri tembakau/rokok.Hasil Tembakau adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai hasil tembakau meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

B.Dasar hukum,Objek Pajak,Tarif,Perhitungan PPN,Pembayaran Dan Pelaporan 1. Dasar Hukum

 Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/KMK.03/2002 tentang “Dasar perhitungan, pemungutan, dan penyeetoran PPN atas hasil tembakau” Pasal 2 Ayat 3

 Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-103/PJ/2002 tentang pengenaan PPN atas penyerahan hasil tembakau

 Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/KMK.03/2002 Pasal 1:518 2.Objek Pajak

Hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha Pabrikan Hasil Tembakau. Impor hasil tembakau.

3. Tarif

DPP untuk menghitung pajak terutang adalah:

 Harga jual eceran yg didalamnya sudah termasuk Cukai dan PPN.  75% x harga jual eceran untuk pemberian cuma-cuma.

 50% x harga jual eceran untuk pemakaian sendiri.

(4)

penjualan hasil rokok, tetapi juga dikenakan pada saat pembelian tembakau-cengkeh melalui distibutor atau impor dan bahan baku lainnya atau bahan baku selain cengkeh. 4. Perhitungan PPN

Perhitungan ini meliputi Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Misalkan perusahaan akan menebus pita cukai dengan harga jual eceran sebesar Rp 1 M sedangkan PPN PM Rp 50 juta maka perhitungan PPN sbb :

8,4% x Rp 1 M = Rp 84.000.000,00 PPN yg disetorkan dimuka adalah

Rp 84juta – Rp 50juta = Rp 34.000.000,00

Penyerahan PPN rokok dilakukan setelah proses produksi supaya perusahaan dapat mengkreditkan pajak masukan atas bahan baku lainnya dan pajak keluaran atas penjualan rokok.

5. Pelaporan dan Pembayaran PPN Pelaporannya meliputi 2 hal yaitu

1. rokok buatan tangan adalah 3 bulan dari tanggal pemesanan pita cukai 2. rokok buatan mesin adalah 2 bulan dari pemesanan pita cukai.

PPN rokok bersifat final, pembayarannya dilakukan pada saat perusahaan akan menebus pita cukai dan disetorkan ke bank persepsi. Pungutan PPN dan cukai rokok hanya disetorkan ke pemerintah pusat, pemerintah daerah tidak mendapat bagian dari pungutan tersebut.

C.penyebab Tarif PPn Rokok Naik Atas penyerahan Tembakau

Menurut Direktur Peraturan Perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak. Inisiatif rencana kenaikan tarif PPN rokok muncul karena mempertimbangkan harga jual rokok di tanah air yang lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata di negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Selain itu, rokok dinilai sebagai barang inelastis yang meskipun harga naik,

konsumsinya cenderung akan tetap.

(5)

dimiliki oleh Indonesia, dan tidak demikian dengan negara-negara lain di ASEAN. Begitu pula dengan distribusi dan konsumsi.Sudah tentu, jika harga rokok di Indonesia menjadi lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Justru akan sangat aneh, jika negara harus menyamakan harga rokok dengan negara-negara lain.

Alasan berikutnya, tentu hal ini menjadi beban tersendiri bagi sektor-sektor masyarakat yang berhubungan dengan pertembakauan. Konsumen tentu menjadi sektor pertama yang terkena dampaknya. Karena sejatinya yang membayar cukai, pajak daerah, dan PPN dalam sebatang rokok adalah konsumen, bukan pabrik.

Perlu diketahui pula, bahwa jumlah konsumsi rokok berbeda dengan jumlah perokok. Jumlah perokok di Indonesia sebesar 62 juta, dengan konsumsi rokok sehari satu bungkus dengan harga kisaran 15 ribu rupiah. Ketika harga rokok menyentuh harga psikologis, katakanlah diatas 20 ribu rupiah, dan ini berkaitan dengan daya beli masyarakat. Maka jumlah perokok akan tetap sebesar 62 juta, namun belum tentu jumlah konsumsinya akan sama. Bisa jadi konsumsi rokok akan menurun menjadi setengah bungkus dalam satu hari.

Belum lagi persoalan ketika harga rokok naik, maka rokok gelap tanpa cukai menjadi marak dipasaran. Artinya, sebagian masyarakat terpaksa mengkonversi konsumsi rokok rokok legal dengan rokok ilegal. Padahal rokok ilegal adalah sebuah hal yang buruk bagi konsumen, karena tak terpantau oleh negara.Pabrikan rokok adalah salah satu yang kemudian akan menjadi sasaran efek dari kenaikan komponen-komponen ‘rente’ negara tersebut. Karena sebelum melakukan produksi rokok, pabrik harus telebih dahulu membeli pita cukai dan membayarkan telebih dahulu komponen-komponen lain termasuk PPN, sebelum rokok dijual ke pasaran.

(6)

Berdasarkan data, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, tercatat sekitar 4.100 pabrik rokok skala kecil menengah gulung tikar. Dengan asumsi jumlah pekerja pada pabrikan tersebut sebanyak 25 orang, maka terkalkulasi sekitar 102,5 ribu buruh pabrik telah dirumahkan akibat tutupnya pabrik-pabrik yang tak sanggup menanggung beban kenaikan cukai dan komponen lainnya.

Apakah efek tersebut juga akan berlanjut ke petani tembakau? Tentu saja. Dengan menurunnya jumlah pabrik dan menurunnya jumlah konsumsi, maka tentu saja serapan hasil pertanian tembakau juga akan menurun dan berujung pada penurunnya pula pendapatan dari petani tembakau.

D.Pengaruh kenaikan tarif PPN terhadap harga jual

Dalam menentukan harga, banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh

perusahaan, baik itu faktor internal maupun ekternal. Pada akuntansi biaya dijelaskan bahwa harga diperoleh dari biaya-biaya yang dikelurakan untuk menghasilkan barang atau jasa, baik itu biaya yang termasuk dalam proses produksi dan yang tidak termasuk dalam proses

produksi dibagi dengan jumlah produksi ditambah dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan. Pada perusahaan rokok sendiri cukai dan PPN masuk dalam perhitungan penetapan harga. Dimana HPP yang diperoleh dikurangi cukai dan PPN yang terhutang kemudian ditambahkan dengan keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan dan hasilnya merupakan Harga Jual Eceran (HJE).

Jumlah cukai dan PPN yang terhutang tergantung dengan besarnya Harga Jual Eceran sebab jumlah cukai dan PPN merupakan hasil perkalian dari tarif cukai dan PPN dengan Harga Jual Eceran (HJE) dan jika harga jual yang ada dipasar lebih besar dibanding dengan harga yang tertera pada pita cukai maka cukai yang terhutang meningkat sesuai dengan peningkatan harga tersebut. cukai dan PPN masuk perhitungan yang dilakukan oleh

perusahaan rokok dalam menetapkan atau memperhitungkan besarnya harga untuk tiap unit rokok yang mereka produksi, sehingga cukai dan PPN mempengaruhi harga tiap unit rokok yang diproduksi.

(7)

Harga yang ditetapkan oleh perusahaan nantinya akan mempengaruhi besarnya permintaan atas produknya. Sesuai dengan fungsi permintaan sendiri, ketika harga produk rokok naik maka jumlah produk yang diminta oleh konsumen pun akan menurun dan ketika harga produk rokok turun maka jumlah produk yang diminta konsumen pun akan meningkat. Oleh sebab itu harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan penjualan.

Dengan masuknya cukai dan PPN pada perhitungan harga, maka secara langsung mempengaruhi besarnya harga rokok per unit yang ditetapkan oleh perusahaan rokok dan selanjutnya akan mempengaruhi besarnya permintaan rokok yang secara langsung

mempengaruhi pendapatan penjualan perusahaan. Dari besarnya harga yang ditetapkan oleh perusahaan nantinya akan mempengaruhi permintaan pasar akan rokok yang mereka

hasilkan. Dan dengan berpengaruhnya permintaan pasar terhadap rokok yang dihasilkan nantinya berpengaruh terhadap pendapatan penjualan perusahaan. Oleh karena itu cukai dan PPN berpengaruh terhadap pendapatan penjualan.

Jumlah atau volume produksi yang dihasilkan oleh perusahaan nantinya akan dilaporkan kepada kantor bea dan cukai guna pembelian pita cukai dan pada saat itu juga pembayaran cukai dan PPN yang terhutang dibayarkan. Jadi perusahaan rokok membayarkan cukai dan PPN yang terhutang bukan setelah barang terjual melainkan ketika barang atau rokok tersebut akan dijual atau dipasarkan. Oleh karena itu perusahaan harus memutuskan berapa jumlah rokok yang akan diproduksi sebelum mereka melakuakn proses produksi dan juga kepatuhan perusahaan dalam melaporkan jumlah produk yang mereka produk.

F.Keadaan Tarif PPN Atas Penyerahan Tembakau Saat Ini

Ditjen Pajak memastikan, penggodokan aturan ini akan rampung pada Maret 2015. Dus, April mendatang kenaikan PPN tembakau telah dapat diimplementasikan.Ditjen Pajak menghitung, dengan pengenaan PPN baru itu, potensi penerimaan pajak dapat mencapai Rp 3 triliun, dengan asumsi besarnya PPN tersebut 10% dikalikan HJE.

Misalkan perusahaan akan menebus pita cukai dengan harga jual eceran sebesar Rp 1 M sedangkan PPN PM Rp 50 juta maka perhitungan PPN sbb :

10% x Rp 1 M = Rp 100.000.000,00 PPN yg disetorkan dimuka adalah :

Rp 100.000.000juta – Rp 50juta = Rp 50.000.000,00

(8)

Kamis, 05 Maret 2015 | 20:33

Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tengah mengaji kebijakan kenaikan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) untuk tembakau. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi penerimaan pajak 2015. Seperti yang diketahui, pemerintah menargetkan penerimaan pajak 2015 sebesar Rp 1.294,5 triliun.

Sebelumnya, dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/ KMK.03/2002 tentang Dasar Perhitungan, Pemungutan, dan Penyetoran PPN atas Hasil Tembakau dan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-103/PJ/2002 tentang Pengenaan PPN atas Penyerahan Hasil Tembakau. Besaran pajak yang dikenakan terhadap tembakau selama ini adalah 8,4 persen dari Harga Jual Eceran (HJE).

Direktur Kebijakan Perpajakan I DJP Irawan mengatakan, ada potensi penerimaan sekitar Rp 3 triliun dari kenaikan pajak hasil tembakau. DJP mengusulkan kenaikan pajak yang semula 8,4 persen menjadi 10 persen. Namun masih harus dikaji lagi terkait besaran tersebut agar tidak membebani industri.“. Kita harapkan di bulan Maret diselesaikan aturannya berupa PMK,” ungkap Irawan dalam Ngobrol Santai di Kantor DJP, Jakarta, Kamis (5/3).Kebijakan ini masih dalam pembahasan oleh Kementerian Keuangan. DJP mengharapkan agar bisa diselesaikan pada Maret, dan diberlakukan April mendatang.

(9)

Sabtu, 14 Maret 2015 | 06:02

Manado – Harga rokok diperkirakan akan mengalami kenaikan menyusul rencana

pemerintah menaikkan pajak rokok menjadi 10 persen pada bulan April 2015."Harga rokok bakal naik, saat kebijakan pemerintah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) rokok dari 8,4 persen menjadi 10 persen dan kenaikan tarif cukai," kata Regional Sales Manager Indonesia Timur Red Mild, Joseph Kopalit, di Manado, Jumat (13/3).Dia mengatakan, hal ini pun dirasa berat bagi perusahaan rokok menengah ke bawah. "Sangat memberatkan bagi kami perusahaan rokok skala kecil, kalau perusahaan skala besar mungkin tak pengaruh," katanya.Dia menilai kenaikan pajak rokok ini sangatlah tidak tepat. Karena, tak seimbang dengan konsumen berpenghasilan rendah.

"Padahal mereka itu penghasilannya bisa dikatakan masih labil. Nah, ketika harga rokok naik mereka mengurung niatnya membeli rokok. Beda dengan yang berpenghasilan di atas, berapapun harganya tetap dibeli," tuturnya.Menurut dia, pemerintah harus lebih jeli dalam menaikan harga rokok ini, jangan meniru negara tetangga Singapura, yang sudah layak. Sementara negara kita masih sementara berkembang.Apabila memang pajak rokok tetap naik 10 persen, maka harga rokok di penjualan eceran akan menjadi Rp 20.000 per bungkus. "Rata-rata rokok dijual menjadi Rp 16.000 per bungkus, itu untuk pembelian di pabrik. Sementara di toko menjadi Rp 17.000 dan eceran bakal Rp 20.000," katanya.

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas barang yang dikonsumsi

 PPN Atas Penyerahan tembakau adalah Penyerahan Hasil Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai Penyerahan hasil tembakau meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

 Dasar Hukum :

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/KMK.03/2002 tentang “Dasar perhitungan, pemungutan, dan penyeetoran PPN atas hasil tembakau” Pasal 2 Ayat 3  Objek Pajaknya adalah Hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha

Pabrikan Hasil Tembakau,dan Impor hasil tembakau.  Tarif Sebelumnya:

DPP untuk menghitung pajak terutang adalah:

 Harga jual eceran yg didalamnya sudah termasuk Cukai dan PPN.  75% x harga jual eceran untuk pemberian cuma-cuma.

 50% x harga jual eceran untuk pemakaian sendiri.

 Tarif efektif PPN adalah 8,4% x Harga Jual Eceran (HJE) yang tercantum pada bandrol kemasan produk

 Tarif Sekarang:

 Harga jual eceran yg didalamnya sudah termasuk Cukai dan PPN.  75% x harga jual eceran untuk pemberian cuma-cuma.

 50% x harga jual eceran untuk pemakaian sendiri.

(11)

B.SARAN

Setiap Kebijakan yang dibuat pemerintah pasti telah mempertimbangkan segala sesuatu.Kenaikan tarif PPN rokok atas penyerahan tembakau mempuyai dampak positif dan negatif,dimana dampak positifnya adalah sebagai alat pengendali komsumsi rokok,dapat menambah penerimaan Negara dan memberikan perlakuan tarif PPN yang sama atas rokok dan produk-produk lain. Dampak negatifnya adalah banyaknya pabrik rokok kecil dan menengah gulung tikar dikarenakan kenaikan tarif PPN rokok atas penyerahan tembakau akan menambah beban biaya produksi rokok. Kenaikan tarif PPN rokok 10% akan menyebabkan kenaikan harga rokok mencapai 12% lebih karena pabrik juga dibebani cukai,PPN,serta Pajak Daerah. Dengan begitu rokok yang diproduksi perusahaan kecil akan semakin tidak laku terserap pasar karena kalah saing dengan perusahaan besar yang

produknya lebih terkenal.

Sebaiknya tarif PPN rokok untuk perusahaan Kecil dan Menengah tidak di naikkan,karena naikknya tarif tersebut pada perusahaan kecil-menengah tidak terlalu

(12)

DAFTAR PUSTAKA

http://artikelguide.blogspot.com/2013/01/ppn-atas-penyarahan-hasil-tembakau-rokok.html#.VXup6c5JTIU

http://m.ekonomi.rimanews.com/keuangan/read/20150306/200116/Harga-Rokok-Bakal-Naik-Terimbas-Kebijakan-Baru-Dirjen-Pajak/etc

http://finansial.bisnis.com/read/20150308/10/409512/pajak-rokok-berpotensi-dimaksimalkan-jadi-10

http://nasional.kontan.co.id/news/ppn-tembakau-naik-april-mendatang

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/19657-pajak-sebagai-alat-pengendalian-konsumsi-rokok

http://ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=1655

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=7722&hlm=

Referensi

Dokumen terkait

Kita wa,ib percaya bahwa Allah yang Maha Bijaksana telah mengutus beberapa utusan (rasul) untuk menuntun dan menun- jukkan ummat manusia ke arah jalan yang lurus dengan

(1) Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram dan tarif cukai per batang atau gram, untuk setiap jenis hasil tembakau dari masing-masing golongan Pengusaha

Mereview produk (buku) dengan memberikan angket kepada 10 orang siswa dan 1 orang guru biologi di SMA Negeri 1 Kuala Tungkal untuk mengetahui persepsi siswa

Apat na taon nang nag-aaral si Placido ngunit hindi pa rin siya nakikilala at napapansin ng kaniyang guro kaya sumulat siya sa kaniyang ina na payagan na siyang huminto sa

Berdarakan hasil penelitian dan identifikasi udang di bawah tumbuhan nipah kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, spesies udang terdiri atas

Untuk itu perlunya ada alternatif dalam pembuatan SAD QCM yang murah tetapi dapat menampilkan pergeseran sinyal frekuensi tinggi, dengan metode sistem pencacahan

 Pencahayaan pada ruangan oleh berkas sinar matahari tidak dapat mencapai seluruh ruangan, tetapi hanya pada bagian tertentu dari ruangan, misalkan tempat belajar 

Akuntansi biaya historis telah diserang oleh banyak orang, terutama atas dasar bahwa hal itu tidak melaporkan realitas komersial atau memberikan penilaian sampai dengan