• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK IDENTIFIKASI DAN KERAPATAN UDANG DI BAWAH TUMBUHAN NIPAH KAWASAN MANGROVE DESA SWARANGAN KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK IDENTIFIKASI DAN KERAPATAN UDANG DI BAWAH TUMBUHAN NIPAH KAWASAN MANGROVE DESA SWARANGAN KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAN KERAPATAN UDANG DI BAWAH TUMBUHAN NIPAH KAWASAN MANGROVE DESA SWARANGAN KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT.

Oleh : Ani Rustiyawatie,Dharmono, H. Hardiansyah

Desa Swarangan memiliki muara sungai (estuaria) yang ditumbuhi oleh tumbuhan mangrove, salah satunya adalah tumbuhan nipah. Kawasan tersebut merupakan tempat berkumpulnya larva-larva ikan, udang, kepiting dan spesies lainnya. Masyarakat setempat memanfaatkan fauna (salah satunya udang) yang hidup di perairan muara sungai tersebut pada saat cuaca di laut sedang buruk, sehingga tidak memungkinkan para nelayan untuk melaut. Selain itu, penebangan tumbuhan nipah oleh masyarakat setempat dikhawatirkan akan merusak ekosistem sekitar kawasan, karena tumbuhan nipah merupakan salah satu habitat bagi udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies udang apa saja yang ditemukan dan bagaimana kerapatan udang di bawah tumbuhan nipah kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi adalah semua spesies udang yang terdapat di kawasan mangrove. Sampel penelitian adalah semua spesies udang yang didapatkan dengan menggunakan alat penangkap tradisional yaitu saer ukuran 0,3 m2 dengan jari-jari saer 30 cm dan luas mata saer 0,2 cm2 di bawah tegakan pohon nipah sebanyak 28 titik dengan total sampel sebanyak 56 sampel. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 8 spesies udang yang terdiri dari 3 family yang berbeda yaitu: 2 spesies dari family Atydae (Caridina nilotica, Caridina gracilirostris), 2 spesies dari family Palaemonidae (Macrobrachium equidens, Palaemon concinus), dan 4 spesies dari family Penaeidae (Penaeus monodon Fabricius, Penaeus

merguiensis, Penaeus joyneri, Metapenaeus affinis). Kerapatan tertinggi

ditempati spesies udang Alama (Caridina nilotica) dengan nilai kerapatan 3,457 ekor/m2 sementara untuk kerapatan terendah ditempati spesies udang putih kecil/ udang krosok (Penaeus merguiensis) dengan nilai kerapatan 0,039 ekor/m2. Keanekaragaman spesies rendah dengan nilai indeks diversitasnya adalah 0,725.

(2)

PENDAHULUAN

Nipah merupakan tumbuhan air yang tumbuh subur di muara-muara sungai, rawa-rawa atau di daerah pasang surut yang berair payau. Penyebarannya di Indonesia meliputi wilayah Kepulauan Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya (Bandini, 1996). Selanjutnya Rachman & Sudarto (1992) menjelaskan bahwa kawasan yang ditumbuhi nipah (hutan nipah) dapat mempertahankan ekosistem daerah di sekitarnya, penyangga erosi karena pasang surut air laut atau aliran sungai, sebagai benteng terhadap angin dan kikisan ombak serta sebagai tempat hidup berbagai spesies ikan.

Salah satu spesies hewan yang hidupnya bergantung pada hutan mangrove (tumbuhan nipah) ini adalah udang. Udang adalah spesies air yang termasuk ke dalam phylum invertebrata kelas crustaceae, ordo decapoda (Darmono, 1995). Tubuh udang terdiri dari 3 bagian yakni kepala-dada (chephalothorax), badan (abdomen) dan uropoda (Wartono & Supriatna, 1985). Habitat udang ada 2 tempat yaitu pada air tawar dan air laut. Udang yang hidup di air tawar, misalnya Macrobrachium sp dan udang yang hidup di air laut, misalnya

Penaeus sp (Darmono, 1995). Udang air tawar biasanya dikatakan

udang-udang palaemonid dan untuk udang air laut biasanya dikatakan udang-udang penaeid (Mudjiman, 1988).

Sebagai hewan aquatik, keberadaan udang di tiap daerah tentunya berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Begitu juga keberadaan udang yang tersebar di kawasan Kalimantan. Setiap daerah memiliki karakteristik dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda, sehingga spesies udang yang dihasilkan pada tiap kawasan juga berbeda. Seperti penelitian yang dilakukan Ramdiah (1999) tentang kemelimpahan dan pola distribusi Crustacea di hutan mangrove Pulau Bakut mendapatkan 3 spesies Crustaceae, 1 spesies diantaranya dari famili Palaemonidae. Arifin (1976) tentang komposisi udang (Penaeus sp) yang tertangkap dengan trawl di perairan Pulau

(3)

Sebuku kabupaten Kota Baru mendapatkan 3 spesies udang. Sedangkan penelitian Irawan (2007) tentang keanekaragaman udang di Bendungan PDAM sungai Tabaniao Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut mendapatkan 6 spesies udang. Dari 3 penelitian di atas, untuk penelitian udang daerah mangrove khusus di bawah tumbuhan nipah belum pernah dilakukan.

Desa Swarangan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Desa ini memiliki muara sungai (estuaria) yang ditumbuhi oleh hutan mangrove salah satunya adalah tumbuhan nipah. Muara sungai ini terhubung dengan sungai yang ada di desa Jorong. Tumbuhan nipah (daun nipah) biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk diolah menjadi atap yang nantinya akan dijual, pemanfaatan ini merupakan mata pencaharian sampingan mereka. Bila kondisi tumbuhan nipah dibiarkan diambil secara terus menerus seperti ini, lambat laun ekosistem daerah tersebut akan rusak, karena tumbuhan nipah merupakan salah satu habitat untuk kehidupan udang. Selain itu, muara sungai merupakan tempat berkumpulnya larva-larva ikan, udang, kepiting dan spesies lainnya sebelum mereka siap untuk dewasa dan bereproduksi kembali.

Masyarakat Desa Swarangan sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Selain mereka memanfaatkan flora (tumbuhan nipah) yang tumbuh disekitar perairan muara sungai, mereka juga memanfaatkan fauna (udang, ikan, kepiting) yang hidup di perairan muara sungai tersebut. Pemanfaatan fauna (khususnya udang) oleh sebagian besar masyarakat dilakukan pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat kondisi cuaca di laut sedang buruk yang menyebabkan sebagian besar nelayan tidak bisa pergi melaut. Pemanfaatan fauna (khususnya udang) di kawasan estuaria ini dilakukan secara turun-temurun sejak nenek moyang mereka. Akan tetapi pemanfaatan tersebut tidak dilakukan secara berlebihan

(4)

(eksploitasi tidak besar-besaran), hal ini bisa terlihat dari alat tangkap yang digunakan masyarakat yaitu alat tangkap yang masih sederhana (saer, tampiri, rengge). Selain itu, jumlah penangkapan rata-rata per nelayan hanya sekitar 1,5 kg. Pemanfaatan ini ada yang untuk dikonsumsi sendiri, ada juga yang untuk dijual yaitu tergantung besar kecilnya jumlah penangkapan yang dihasilkan. Apabila cuaca di laut baik, sebagian besar masyarakat tidak mengambil fauna (khususnya udang) di kawasan estuaria tersebut, sehingga eksploitasinya terbatas (Lampiran 10)

Berdasarkan observasi pendahuluan, kawasan mangrove di daerah tersebut didominasi oleh tumbuhan nipah dan bakau. Menurut informasi masyarakat setempat (Lampiran 10), penangkapan udang yang dilakukan di bawah tiap-tiap populasi tumbuhan terdapat perbedaan baik spesies maupun jumlah. Penangkapan yang dilakukan di bawah tumbuhan nipah lebih banyak dihasilkan dari pada penangkapan yang dilakukan di bawah tumbuhan bakau.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi yaitu terjun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua spesies udang yang terdapat di kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Sampel penelitian adalah semua spesies udang yang didapatkan dengan menggunakan alat penangkap tradisional yaitu saer ukuran 0,3 m2 dengan jari-jari saer 30 cm dan luas mata saer 0,2 cm2 di bawah tegakan pohon nipah sebanyak 28 titik dengan total sampel sebanyak 56 sampel. Pengambilan sampel didasarkan atas hasil survey pendahuluan mengenai keberadaan tegakan atau pohon nipah sepanjang  700 m atau salinitas air sampai batasan 10 permil. Menurut Nontji (1987) batas salinitas untuk perairan payau berkisar antara 0,5–17 permil.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdarakan hasil penelitian dan identifikasi udang di bawah tumbuhan nipah kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut, spesies udang terdiri atas 8 spesies dari 3 family yang berbeda yaitu family Atydae, Palaemonidae, dan Penaeidae. Klasifikasi udang secara sistematis menurut Provenzano (1985) dan Wiley, J & Sons (1959) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesies Udang yang Ditemukan di Bawah Tumbuhan Nipah Kawasan Mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut

Phy-lum Class Ordo Family Genus+ Spesies+

Nama Indonesia/ Daerah Arthropoda Crusta-cea Decapo-da

Atydae Caridina Caridina nilotica Alama

Caridina gracilirostris Udang trasi/ rebon*/ papay** Palaemo-nidae Macrobra-chium Macrobrachium equidens Udang muara

Palaemon Palaemon concinus Udang sapit** Penae-idae

Metapena-eus

Metapenaeus affinis Pink shrimp***

Penaeus Penaeus monodon

Fabricius

Udang Tiger

Penaeus merguiensis Udang putih kecil/ udang krosok*

Penaeus joyneri Udang putih besar

(6)

Tabel 2. Kerapatan Udang di Bawah Tumbuhan Nipah Kawasan Mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut

No Nama Spesies Jumlah

(∑) Rata-rata Kerapatan (K)/ 0,3 m2 Kerapatan (K)/ 1 m2 Pi -PiLogPi 1 Caridina nilotica 88 29.33 1.048 3.457 0.368 0.160 2 Caridina gracilirostris 32 10.67 0.381 1.257 0.134 0.117 3 Macrobrachium equidens 54 18.00 0.643 2.121 0.226 0.146 4 Palaemon concinus 24 8.00 0.286 0.943 0.100 0.100 5 Metapenaeus affinis 21 7.00 0.250 0.825 0.088 0.093 6 Penaeus monodon Fabricius 17 5.67 0.202 0.668 0.071 0.082 7 Penaeus merguiensis 1 0.33 0.012 0.039 0.004 0.010 8 Penaeus joyneri 2 0.67 0.024 0.079 0.008 0.017

Jumlah 239 79.67 2.845 9.389 1.000 0.725

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal Maret 2008 di Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut ditemukan 8 spesies udang yang terdiri dari 3 family yang berbeda yaitu: 2 spesies dari family Atydae (Caridina nilotica, Caridina gracilirostris), 2 spesies dari family Palaemonidae (Macrobrachium equidens, Palaemon

concinus), dan 4 spesies dari family Penaeidae (Penaeus monodon

Fabricius, Penaeus merguiensis, Penaeus joyneri, Metapenaeus

affinis).

Dilihat dari jumlah spesiesnya, udang di kawasan mangrove Desa Swarangan termasuk cukup banyak. Spesies udang yang ditemukan hampir semuanya/ relatif berukuran kecil (anakan) dan hanya satu spesies yang berukuran besar. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan mangrove (estuaria) memang merupakan tempat asuhan/ pembiakan udang. Nontji (1987) menjelaskan bahwa perairan mangrove dikenal berfungsi sebagai tempat asuhan (nursery ground) bagi berbagai spesies hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi penting, seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Selain itu juga merupakan tempat mencari makan dan tempat berlindung. Kemudian Nirarita, dkk (1996) menjelaskan bahwa sebagai habitat satwa liar,

(7)

hutan nipah merupakan tempat hidup dan berkembangbiak berbagai spesies satwa seperti burung, ikan, udang, berang-berang, kera, dan bekantan.

Sebagai titik temu antara air laut dan air tawar, di kawasan hutan nipah ini sering terjadi perubahan salinitas air, kadang-kadang tawar dan kadang-kadang asin. Maka hewan yang hidup di kawasan ini adalah hewan-hewan tertentu yang memiliki ketahanan fisik yang khusus (Rachman & Sudarto, 1992). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa spesies udang yang ditemukan bisa berupa spesies udang air laut, misalnya Penaeus monodon, P.

merguiensis, Metapenaeus ensis dll; dan bisa juga berupa spesies

udang air tawar misalnya Macrobrachium sp, Palaemon sp dll. Spesies udang air laut yang ditemukan pada saat penelitian yaitu:

Penaeus joyneri, Penaeus merguiensis, Penaeus monodon Fabricius, Metapenaeus affinis, Palaemon concinus; sedangkan spesies udang

air tawar yang ditemukan adalah: Macrobrachium equidens, Caridina

gracilirostris, dan Caridina nilotica. Udang-udang yang hidup di

kawasan tersebut memiliki ketahanan fisik yang kuat sehingga mereka mampu mentoleransi kondisi lingkungan perairan yang sering berubah-ubah (terutama mengenai salinitas perairan).

Spesies udang yang ditemukan di kawasan tersebut sebagian besar adalah spesies udang laut yang mampu mentoleransi keadaan lingkungan di kawasan estuaria. Spesies udang yang ditemukan di kawasan tersebut adalah untuk bereproduksi dan tempat membesarkan anak-anaknya, jadi bukan merupakan habitat yang tetap atau habitat yang sebenarnya. Jumlah yang sedikit dari udang yang ditemukan diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan tertentu yang dalam hal ini ialah mengenai kondisi salinitas ≤ 10 permil, sementara itu salinitas yang optimal sebagai habitat udang di kawasan estuaria adalah 17 permil. Hal tersebut menyebabkan udang yang ada di laut hidup dalam kondisi yang tidak optimal. Oleh sebab

(8)

itu, hal tersebut jugalah yang menyebabkan spesies udang yang ditemukan sedikit. Dalam hal ini kemampuan spesies dalam mentoleransi salinitas perairan estuaria sangat menentukan keberadaan spesies udang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa spesies udang di kawasan ini dapat berupa spesies udang laut dan dapat berupa spesies udang air tawar, akan tetapi pada saat ingin bereproduksi atau bertelur & memelihara anak-anaknya baru mereka berpijah ke kawasan ini. Karena pada saat penelitian sebagian besar udang yang ditemukan adalah berupa anakan, maka diduga pada saat penelitian merupakan musim anakan (bukan musim bertelur). Kerapatan Udang di Bawah Tumbuhan Nipah Kawasan Mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut

Berdasarkan hasil penelitian di bawah tumbuhan nipah kawasan mangrove Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut (Tabel 2) didapatkan hasil untuk kerapatan tertinggi ditempati oleh udang Alama (Caridina nilotica) yaitu berasal dari family Atydae dengan kerapatan 3,457 atau 3 ekor/ m2. Udang tersebut memiliki kerapatan tertinggi ini dikarenakan kemampuan udang tersebut berhubungan dengan kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan lingkungan perairan dan juga kemampuannya dalam berkembangbiak atau daya reproduksinya dalam ekosistem tersebut. Adapun adaptasi yang dimaksud adalah adaptasi fisiologinya yang berhubungan dengan sistem reproduksinya, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah udang yang ditemukan sebagian besar berupa anakan. Pembahasan tentang peran faktor lingkungan terhadap kehidupan udang di bawah tumbuhan mangrove tersebut akan dijelaskan pada bagian berikutnya.

Udang Alama (Caridina nilotica) adalah spesies udang yang memiliki karakteristik sebagai berikut: sebagian besar hidup pada perairan dalam dari pada dangkal, memiliki toleransi yang tinggi terhadap kandungan oksigen yang rendah, merupakan herbivore

(9)

pemakan alga dan tergolong spesies yang rakus sehingga spesies ini suka banyak makan, menghasilkan telur yang banyak dan anakan yang berhasil ditetaskan juga banyak, spesies ini termasuk spesies

udang yang melindungi anaknya (Budeba,

http://www.informaworld.com/smpp/title~content=t713393886~db=all~t

ab=issueslist~branches=10 - v102007)

Tingkat kerapatan yang terendah ditempati oleh udang Putih Kecil/ Krosok (Penaeus merguiensis), family Penaeidae dengan kerapatan 0,039 ekor/ m2. Rendahnya kerapatan spesies ini diduga karena kecilnya pengaruh udang ini terhadap suatu ekosistem tempat ia hidup. Pengaruh tersebut berhubungan dengan ketidak mampuannya dalam beradaptasi terhadap kondisi lingkungan perairan, sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap rendahnya daya reproduksi atau kemampuannya dalam berkembangbiak pada ekosistem tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks diversitas atau indeks keanekaragaman diketahui bahwa pada kawasan mangrove yaitu di bawah tumbuhan nipah memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,725 atau dalam katagori rendah. Seperti yang dijelaskan oleh Fachrul (2000) bahwa besarnya indeks keanekaragaman spesies menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut: keanekaragaman spesies pada suatu transek menunjukkan melimpah tinggi jika indeks keanekaragamannya H’ > 3, keanekaragaman spesies pada suatu transek menunjukkan sedang melimpah jika indeks keanekaragamannya H’ 1  H’  3, dan keanekaragaman spesies pada suatu transek menunjukkan sedikit atau rendah jika indeks keanekaragamannya H’ < 1.

Selain rendahnya ketersediaan Plankton, aktivitas masyarakat yang juga mempengaruhi rendahnya keanekaragaman udang di kawasan mangrove tersebut adalah adanya penebangan tumbuhan nipah untuk dimanfaatkan sebagai atap. Aktivitas inilah yang diduga

(10)

menyebabkan keberadaan tumbuhan nipah di kawasan tersebut terancam rusak. Sehingga lambat laun akan merusak kondisi tumbuhan tersebut sebagai habitat udang. Menurut Mudjiman (1992) selain kegiatan penangkapan, kemerosotan udang dapat pula disebabkan oleh rusaknya lingkungan hidup karena aktivitas manusia, misalnya saja kerusakan vegetasi tempat hidup udang, pembuatan bendungan, jalan dan pabrik-pabrik.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 19-21 Maret 2008 di Desa Swarangan Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut ditemukan 8 spesies udang yang terdiri dari 3 family yang berbeda yaitu: 2 spesies dari family Atydae (Caridina nilotica, Caridina

gracilirostris), 2 spesies dari family Palaemonidae (Macrobrachium equidens, Palaemon concinus), dan 4 spesies dari family

Penaeidae (Penaeus monodon Fabricius, Penaeus merguiensis,

Penaeus joyneri, Metapenaeus affinis).

2. Nilai indeks keanekaragaman udang sebesar 0,725 atau dalam katagori rendah

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bandini, Y. 1996. Nipah Pemanis Alami Baru. Penebar Swadaya, Jakarta. Fachrul, M.F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta. Nirarita, N.C.H., Prianto Wibowo, Shanti S., Djupri Padmawinata, M.

Syarif, Yeni H., Kusniangsih, dan Lidiya Gr. Sinulingga. 1996.

Ekologi Lahan Basah. Buku Panduan untuk Guru dan Praktisi

Pendidikan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian. Bogor.

Rahman, A.K. & Sudarto, Y. 1992. Nipah Sumber Pemanis Baru. Kanisius, Yogyakarta.

Sawitri, R. & Iskandar, S. 2006. Pengaruh Pengelolaan Hutan Produksi

terhadap Keragaman Jenis Plasma Nutfah Perairan. http://Kriteria

Plankton//Kwalitas perairan.htm

Smith, Simon & Matthew Briggs. 2008. Originated by: Fisheries and

Aquaculture Department.

http--www_fao_org-docrep-009-a0113e-A0113E183_jpg

Wiley, J & Sons. 1959. Fresh-Water Biology (second edition). United States of America, New York.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan

Gambar

Tabel 1.   Spesies Udang yang Ditemukan di Bawah Tumbuhan Nipah  Kawasan  Mangrove  Desa  Swarangan  Kecamatan  Jorong  Kabupaten Tanah Laut
Tabel  2.  Kerapatan  Udang  di  Bawah  Tumbuhan  Nipah  Kawasan  Mangrove  Desa  Swarangan  Kecamatan  Jorong  Kabupaten  Tanah Laut

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospesifik berupa data rekam medik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun

Bagi Jemaat yang ingin memberikan Persembahan Ibadah Hari Minggu, Ibadah Keluarga, Ibadah Pelkat, Persembahan Persepuluhan, Persembahan Syukur, Persembahan Khusus

Pengembangan instrumen penilaian psikomotor sebelumnya telah dilakukan oleh Jumaini (2013) pada praktikum kimia yang menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan

Dokumen pendukung meliputi antara lain fotokopi kontrak perjanjian terkait dengan penerimaan DHE yang dilakukan tidak melalui Bank Devisa karena telah diperjanjikan

Sedangkan puncak dari helaian daun seringkali terkikis oleh energi gelombang dan keterbukaan terhadap pasang surut pada perairan yang relatif dangkal, juga disebabkan

Berdasarkan prosedur kerja yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini telah dilakukan dalam beberapa tahapan proses hingga menghasilkan produk yang diharapkan

Berdasarkan analisis korelasi dan sidik lintas, karakter jumlah anakan produktif dan jumlah gabah total memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap hasil

Adapun data yang akan digunakan adalah data pengukuran beban pada Waktu Beban Puncak (WBP) pada gardu distribusi KL 58, data pengukuran beban pada Lewat Waktu Beban Puncak