BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Usaha Kecil 2.1.1 Pengertian
Usaha kecil adalah usaha yang pemiliknya mempunyai jalur komunikasi
langsung dengan kegiatan operasi dan juga dengan sebagian besar tenaga kerja yang ada dalam kegiatan usaha tersebut, dan bisanya hanya mempekerjakan tidak lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen
tergantung pemilik, (2) modal disediakan oleh pemilik sendiri, (3) skala usaha dan jumlah modal relatif kecil, (4) daerah operasi usaha bersifat lokal, (5) sumber
daya manusia yang terlibat terbatas, (6) biasanya berhubungan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari, (7) karyawan ada hubungan kekerabatan emosional, dan (8) mayoritas karyawan berasal dari kalangan yang tidak mampu secara ekonomis
(Kemendiknas 2010 : 1)
2.1.2 Bentuk Usaha Kecil
Pada hakikatnya usaha kecil yang ada dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan khusus meliputi :
1. Industri kecil
Misalnya: industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi dan berbagai industri lainnya.
2. Perusahaan berskala kecil
3. Sektor informal
Misalnya: agen barang bekas, kios kaki lima dan lainnya (Subanar, 1994:3-4)
2.1.3 Alasan Orang Tertarik Mendirikan Usaha
Tentunya banyak alasan yang melatarbelakangi, masyarakat kita lebih tertarik menjalankan kewirausahaannya dengan memulai dari usaha kecil. Alasan
tersebut di antaranya adalah:
1. Banyak orang yang terlibat dalam usaha kecil.
2. Usaha-usaha kecil menghasilkan kelompok “senasib”, yang bisa sangat vokal dan besar, sehingga secara politis tidak mungkin diabaikan.
3. Para pelaku (pekerja, dan kadang pemilik) cenderung kurang mampu (terkait
dengan pendapatan dan standar hidup).
4. Usaha kecil menawarkan banyak kesempatan kerja.
5. Usaha kecil mengurangi kemiskinan dan memiliki sumbangan terhadap pembangunan ekonomi nasional (Kemendiknas 2010: 2).
2.1.4 Kompetensi Utama Untuk Sukses Dalam Usaha Kecil 1. Pengetahuan Usaha
Seorang individu yang berpikir tentang kewirausahaan perlu
mengembangkan beberapa bidang pengetahuan bisnis. Pengetahuan adalah pemahaman tentang sebuah subyek yang diperoleh melalui pengalaman atau melalui pembelajaran dan studi.
2. Keterampilan Usaha
Seorang wirausaha membutuhkan banyak keterampilan untuk dapat
pengetahuan yang diperoleh dan membuktikan kemampuannya tersebut dalam menjalankan sebuah bisnis menunjukkan tingkat keterampilan yang diperoleh
oleh seorang wirausaha. Keterampilan-keterampilan ini berbeda-beda antara satubisnis dengan bisnis yang lain, karena setiap usaha memang berbeda. Tentu saja, setiap bisnis akan membutuhkan beberapa pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperlukan untuk bisnis itu sendiri. 2.1.5 Kiat Sukses Dalam Membangun Usaha
Memulai sebuah bisnis yangsukses tergantung pada kemampuan untuk menemukan peluang bisnis, dan segera bertindak dengan mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk menawarkan sesuatu yang menarik bagi pelanggan, dan
mengambil risiko yang ada. Hal ini penting bagi kewirausahaan adalah mengambil inisiatif untuk menciptakan serta melakukan penawaran menarik yang
bernilai kepada calon pelanggan. Kemampuan pengusaha untuk melakukan hal ini dengan berhasil tergantung pada empat 4 faktor, yaitu: (1) Motivasi, (2) kemampuan, (3) ide produk yang dijual, dan (4) sumber daya. Adapun penjelasan
mengenai masing-masing faktor sebagai berikut: a. Motivasi (dorongan untuk memulai usaha)
Telah diketahui secara luas bahwa untuk meraih keberhasilan, individu atau kelompok memerlukan motivasi yang tinggi dan dorongan untuk memulai bisnis sampai meraih keberhasilan. Hal ini dicerminkan, misalnya, bagaimana dari
ketangguhan mereka dalam menghadapi rintangan yang menghalangi, bagaimana mereka mencari informasi dan bagaimana mereka bersikap terhadap berbagai
mereka (kualitas, efisiensi, jam kerjayang panjang), pengorbanan sebelumnya dalam memulai bisnis, dan dukungan keluarga atau mitra bisnis.11
b. Kemampuan (pengetahuan dan keterampilan teknis bisnis)
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah individu atau orang lain yang terlibat memiliki kemampuan tertentu ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan
teknis atau manajerial yang berhubungan dengan bisnis yang akan dijalankan. Satu jalan untuk mengisi kekurangan di bidang ini adalah bergabung dengan
orang lain yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan atau mempekerjakannya. c. Ide (sesuatu yang akan dipasarkan)
Hal penting yang ditentukan di sini adalah kelayakan dari ide, proyek,
produk, atau layanan yang ditawarkan. Dengan kata lain, apakah ide, produk, atau layanan itu sesuai dengan kebutuhan atau keinginan sejumlah pelanggan yang
mampu membeli produk tersebut dan mau menggunakan/membeli dalam jumlah yang sesuai, sehingga proyek bisnis secara keseluruhan menjadi bernilai (memberi keuntungan, dalam konteks bisnis). Bagaimana produk itubisa menjadi sesuatu
yang lebih diinginkan atau lebih baik dari yang telah ada dan bagaimana reaksi pesaing.
d. Sumber daya
Akhirnya, kemampuan orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan untuk menguasai dan mengelola sumber daya yangada, tidak hanya akan mempengaruhi
tenaga kerja. Ketersediaan infrastruktur (seperti listrik, telepon, jalan) dan layanan pendukung juga sangat penting (Kemendiknas 2010:10-11).
2.2 Kepemimpinan
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Menurut Suyuti (2001:7) kepemimpinan adalah proses mengarahkan,
membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu. Kartono (2006:50), kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansi/penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi situasi khusus. Definisi
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (2001:216) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu upaya menanamkan pengaruh dan bukan paksaan
untuk memotivasi karyawan sehingga mereka bekerja sesuai dengan yang manajer kehendaki yaitu pencapaian tujuan organisasi.
2.2.2 Fungsi dan Sifat Kepemimpinan
Menurut Siagian (Dalam Yuli, 2005:167) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan, yakni:
1. Fungsi Penentu Arah
Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan itu
bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang harus dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh seorang pemimpin.
Keterbatasan sumberdaya organisasi mengharuskan pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan
pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang ada. 2. Fungsi Sebagai Juru Bicara
Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin untuk berperan sebagai pengubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan seperti pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga keuangan. Peran ini sangat penting
3. Fungsi Sebagai Komunikator
Suatu komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan
yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi. Fungsi pemimpin sebagai komunikator disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran,
strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh bawahan. 4. Fungsi Sebagai Mediator
Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin dalam menyelesaikan permasalah yang ada. Kiranya sangat mudah membayangkan bahwa tidak akan
ada seorang pemimpin yang akan membiarkan situasi demikian berlangsung dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk
menanggulanginya.
Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan terhadap
kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan
netral merupakan salah satu indikator efektifitas kepemimpinan seseorang. 5. Fungsi Sebagai Integrator
Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta
diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh karenanya tidak boleh
terutama pada hirarki puncak organisasi. Integrator itu adalah pimpinan.Setiap pemimpin, terlepas dari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah
integarator, hanya saja cakupannya berbeda-beda.Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna peranan tersebut.
Menurut Yuli (2005:171) sifat-sifat kepemimpinan, yakni: 1. Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang pemimpin harus mempunyai watak dan kepribadian yang terpuji.Mereka adalah cermin dari bawahan, sumber
identifikasi, motivasi, dan moral para bawahan. 2. Keinginan melayani bawahan
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan.Ia mendengarkan pendapat mereka dan berkeinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan mengembangkan keterampilan mereka agar karir mereka meningkat.
3. Memahami kondisi lingkungan
Seorang pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadi
disekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian memadai, sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi organisasi dan para bawahannya.
4. Intelegensi yang tinggi
belajar dengan cepat, dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali ilmu.
5. Berorientasi ke depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal tentangg
kemungkinan-kemugkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi yang dikelolanya. 6. Sikap terbuka dan lugas
Pemimpin harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi baru. Lugas namun konsisten pendiriannya. Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan cara kerja yang baru yang dipandang mampu memberi nilai
guna yang efisien dan efektif bagi organisasi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Kesimpulan
Wardany
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh antara gaya kepemimpinan kewirausahaan terhadap kinerja karyawan sebesar 26, 4% sedangkan besarnya pengaruh efektivitas komunikasi sebesar 64,3%. Gaya kepemimp inan kewirausahaan dan efektivitas komunikasi secara simultan memiliki hubungan yang kuat dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 66,9%. Dengan adanya penelitian ini pemimpin PT. Tompak Sari Jaya diharapkan untuk lebih bisa memperbaiki dan mengembangkan gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya.
Fajrinur (2007)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan
Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)
Wardany (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kewirausahaan dan Efektivitas Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Tompak Sari Jaya”.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kewirausahaan dan efektivitas komunikasi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Tompak Sari Jaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat asosiatif dengan menggunakan teknik analisis Regresi Sederhana dan
Regresi Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh antara gaya kepemimpinan kewirausahaan terhadap kinerja karyawan sebesar 26,4% sedangkan besarnya pengaruh efektivitas komunikasi sebesar 64,3%. Gaya
kepemimpinan kewirausahaan dan efektivitas komunikasi secara simultan memiliki hubungan yang kuat dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan sebesar 66,9%. Dengan adanya penelitian ini pemimpin PT. Tompak Sari Jaya diharapkan untuk lebih bisa memperbaiki dan mengembangkan gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi sehingga dapat meningkatkan
kinerja karyawannya.
Fajrinur (2007) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)”, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan variabel modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap memulai usaha pada Pajak USU. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar (3,272) dengan tingkat signifikan 0,024 <0,05 pada tingkat kepercayaan
pada Pajak USU, dan di ketahui dari nilai Standardizer Coeficients tertinggi sebesar 0,04 diantara variabel bebas lainnya.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Selain itu begitu banyak fungsi dan peran kepemimpinan dalam menjalankan usaha seperti sebagai penentu arah, sebagai komunikator, serta sebagai moderator dalam menjalankan usaha, hal
ini dikarenakan dalam menjalankan setiap usaha peran pimpinan sangat kuat pengaruhnya dalam menyusun serta mengeluarkan ide-ide dan masukan-masukan
seperti apa dan bagaimana usaha dapat berkembang lebih baik, namun dalam menjalankan semua itu pimpinan membutuhkan operasional seperti apa yang berjalan dan berkembang saat ini yang dapat menunjang berjalannya usaha,
sehingga dapat menarik para konsumen dan memajukan usaha kecil.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran yang dapat
digambarkan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Peran
Pimpinan
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah