• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN PENERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN PENERA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN PENERAPANNYA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Oleh: Rahmathias Jusuf

Email: rahmathiasjusuf@iain-manado.ac.id

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA

(2)

BAB I PRAWACANA A. Latar Belakang

Hampir setiap orang berbicara tentang pendidikan1, yang terlintas dibenak

adalah pendidik yang sedang memberikan pelajaran kepada peserta didik dalam

sebuah ruangan yang penuh tumpukan kursi-meja, papan tulis dan seperangkat

peralatan mengajar lainnya seperti alat tulis menulis, buku teks beserta beberapa

alat peraga. Demikian gambaran supremasi pendidikan yang secara umum dapat

dicermati dalam dunia pendidikan. Jika diuraikan secara kompleks, masih banyak

kekurangan yang harus dibenahi bersama tentang pendidikan baik pada persoalan

sarana dan prasarana penunjang maupun peningkatan mutu pendidikan.

Diskursus peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan

pendidik dalam menguasai strategi pembelajaran sebagai hal utama dalam

menentukan kualitas belajar. Berbagai macam strategi pembelajaran yang

dikembangkan diharapkan mampu menunjang proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional.2 Pengembangan strategi pembelajaran

1

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No. 20 Th. 2003, (Yogyakarta: Bening, 2010), h. 12 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lihat Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) h. 3 Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara maksimal dalam kehidupan masyarakat.

2

Slamet Alfabet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 9 disebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang mampu meningkatkan kualitas seseorang. Pada penjelasan lainnya, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lihat Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (t,t : Gita Media Press, t.th), h. 456. Hal tersebut juga merupakan perwujudan dari UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan yang layak”, dengan tujuan pendidikan nasional “mencerdaskan

(3)

sangat penting dilakukan oleh pendidik untuk memudahkan pendidik dalam

proses pembelajaran. Penguasaan strategi pembelajaranpun sangat dibutuhkan,

bahkan menjadi syarat untuk terciptanya pembelajaran aktif. Pendidik sebagai

subjek3 yang mempunyai peran utama dalam mentransfer pengetahuan dan ilmu

serta eksistensi nilai personal peserta didik, esensialnya harus memiliki kualitas

intelektual yang memadai.4

Strategi pembelajaran kontemporer membutuhkan jaringan pengoperasian

pembelajaran yang maksimal agar pencapaian kualitas belajar dapat terlaksana

secara optimal disetiap satuan pendidikan baik dalam pendidikan formal, informal

maupun non-formal.5 Pendidikan akan selalu dihadapkan dengan beberapa

tantangan globalisasi yang harus disikapi oleh pendidik dengan mengedepankan

profesionalisme. Paradigma yang harus diperhatikan oleh pendidik dewasa ini

diantaranya, Pertama, pendidik tidak terjebak pada rutinitas belaka tetapi selalu

mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus menerus untuk

meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. Kedua, pendidik mampu menyusun

dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, kreatif, inofatif,

efektif dan menyenangkan yang dapat memotivasi peserta didik. Ketiga, dominasi

pendidik dalam pembelajaran dikurangi, sehingga memberikan kesempatan

3

Sebagai tenaga professional, pendidik melaksanakan sistem dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, serta menjadi warga negara yang demokratis. Cermati Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

4

Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh melalui pengalaman indrawi dan ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan memenuhi standar atau sesuai dengan kaidah ilmiah. Cermati UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidik berkewajiban: menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis dan logis, pendidik mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memberi teladan, menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercyaan yang diberikan kepadanya. Lihat Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendis, 2006), h. 49

(4)

kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri dan kreatif dalam proses belajar

mengajar. Keempat, pendidik mampu memodifikasi dan memperkaya bahan

pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih

bervariasi.6

Strategi merupakan pendekatan yang dipakai oleh pendidik dalam

memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber dan menentukan peranan

peserta didik dalam proses pembelajaran.7 Pembelajaran merupakan cabang dari

didaktik atau ilmu mengajar, oleh karena itu sering disebut didaktik khusus. Kata

metodologi dibentuk dari dua kata yaitu “methodos” yang berarti jalan ke

sedangkan “logos” berarti ilmu. Metodologi pembelajaran dapat diartikan suatu ilmu yang memberikan jalan menuju ke terjadinya proses belajar-mengajar.

Secara umum didaktik khusus atau metodologi pembelajaran adalah bagian ilmu

mengajar yang membicarakan berbagai strategi pembelajaran dan sistem

penyampaian bahan pembelajaran untuk semua bidang pembelajaran serta cara

menyampaikan bidang pembelajaran tertentu.8 Secara kualitatif pendidik perlu

meningkatkan seluruh potensi dan keterampilannya. Salah satu segi yang harus

dikuasai, dan dihayati oleh seorang pendidik adalah masalah-masalah

belajar-mengajar.

Pendidik menyesuaikan strategi pembelajaran dengan bahan pelajaran.

Biasanya segala macam pelajaran diberikan dengan metode ceramah atau metode

kuliah, artinya pendidik berbicara dan peserta didik mendengarkan. Kemudian

pendidik memberika ulangan atau tes untuk menyelidiki hingga manakah bahan

6

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 42-43

7

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 73 mendukung definisi di atas, Lihat Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Grasindo, 1991), h. 1 dalam proses pembelajaran, pendidik harus memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan atau pandangan.

8

(5)

pelajaran itu ditangkap oleh peserta didik.9 Pendidik yang hanya memberikan

pelajaran dengan satu cara, sering dirasa membosankan atau melelahkan dan tidak

heran apabila ada peserta didik yang mengantuk atau menyibukan diri sendiri,

sedangkan pendidik terus berbicara di depan kelas. Pendidik yang selalu

memperhatikan cara menyusun dan menyajikan bahan pelajaran, maka

pembelajaran yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang berguna bagi

peserta didik. Macam-macam penyajian bahan pelajaran, seperti teknik diskusi,

kerja kelompok, penemuan/discovery, simulasi, unit teaching, microteaching,

brain storming, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, penyajian kerja

lapangan, rool-playing, Tanya jawab/dialog, pemberian tugas dan resitasi,

ceramah, metode mengajar non-directive, teknik penyajian interaksi massa, dan

metode mengajar berdasarkan prinsip-prinsip interdisiplinaritas.10

Strategi pembelajaran juga dipengaruhi oleh gaya mengajar. Mengajar

berarti membimbing aktivitas anak. Anak hanya dapat berenang dengan berenang

sendiri, jadi melakukan kegiatan itu sendiri, setiap orang dapat menerima dan

memahaminya. Tugas pendidik adalah mengatur lingkungan serta membimbing

aktivitas anak. Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman

adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak belajar. Mengajar

berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Terdapat pendidik yang mengajar baik pada taman kanak-kanak tetapi menemui

kegagalan mengajar pada peserta didik tingkat Sekolah Dasar.11

Seorang pendidik dapat mengajar berhitung menurut cara yang sama dari

tahun ketahun yakni dengan melatih hitungan-hitungan dalam buku. Pada

kesempatan yang lain, pendidik menghubungkan pelajaran berhitung dengan

pengalaman peserta didik dalam kehidupannya, hasilmya autentik dan tahan lama.

Banyak pendidik memberikan pelajaran untuk keperluan ujian yang segera akan

9

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 15

10

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 5

11

(6)

dilupakan oleh peserta didik. Dalam suatu penyelidikan ternyata bahwa, pelajaran

menghitung menimbulkan frustasi pada peserta didik, pelajaran itu justru merusak

pribadi peserta didik. 12 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang

harus dimiliki pendidik dalam pengelolaan peserta didik, diantaranya pendidik

memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain

strategi pembelajaran yang sesuai dengan keunikan masing-masing peserta

didik.13 Dalam hal ini, menelaah fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada

bahasan sebelumnya, peningkatan mutu pendidikan melalui kualifikasi pendidik

dengan mengedepankan profesionalitas diantaranya untuk mengatasi

hambatan-hambatan dalam pembelajaran yang seringkali dirasakan oleh peserta didik, maka

penulis mengkonstruksikan pembelajaran quantum learning sabagai pendekatan

dalam mencapai tujuan pembelajaran, kemudian merelevansikannya pada

pendidikan multikultural sebagai bentuk integrasi dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pembelajaran quantum learning dan penerapannya dalam

pendidikan multikultural?

12

J. Mursel, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 5

13

(7)

BAB II WACANA

Prawacana sebelumnya telah mendeskripsikan beberapa konsep pendidikan,

dan strategi pembelajaran serta konstruksi teori yang mendasar terkait

pembahasan makalah ini dari beberapa ahli melalui penelurusan historis maupun

ahistoris pada kajian ilmiah terdahulu. Hal ini tentunya telah memberikan dasar

pemahaman untuk memperjelas wacana sebagai bahan kajian yang relevan.

Esensialnya paradigma nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan melalui

integrasi konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidik dan

peserta didik harus ditelaah sebagai suatu konsep dinamis prokualifikasi mutu

yang berperan penting dalam membentuk peserta didik mencapai tujuan

pendidikan nasional. Memperkuat konsep sebagai refleksi atas data aktual tentang

pendidikan dan usaha peningkatan mutu pendidikan, penulis mengumpulkan,

menelaah dan memaparkan kajian teoritik prapembahasan. Oleh karena itu konsep

pendidikan multikultural, dan perkembangannya sebagai pembaharuan dalam

pendidikan penting untuk diketahui sebagai pijakan awal kerangka teoritik

sebelum mengintegrasikannya dalam pembelajaran quantum learning.

A. Pembelajaran quantum learning dan penerapannya pada pendidikan multikultural

Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar

memiliki kemampuan sosial dengan perkembangan individu yang optimal,

memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan

budaya sekitarnya. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia,

sehingga manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan

lingkungan budayanya. Atas dasar inilah, pendidikan tidak boleh dilepaskan dari

budaya yang melingkupinya sebagai kuensekuensi dari tujuan pendidikan yaitu,

mengasah rasa, karsa dan karya.14 Pendidikan demokratis dan pendidikan

pluralis-multikultural merupakan sebuah rangkaian. Masing-masing saling bergantung dan

14

(8)

saling mempengaruhi. Oleh karena itu, membangun pendidikan yang

berparadigma pluralais-multikultural merupakan kebutuhan yang tidak bisa

ditunda lagi. Dengan paradigma semacam ini, pendidikan diharapkan membentuk

anak didik yang memiliki cakrawala pandang yang luas, menghargai perbedaan,

penuh toleransi, dan penghargaan terhadap segala sesuatu bentuk perbedaan.15

Dalam konteks kompetensi metodologis, pendidik harus memahami dan

memiliki kemampuan dalam menerapkan pendekatan, metode dan strategi

pembelajaran yang relevan dengan objek (peserta didik), efektif dan

menyenangkan atau sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAIKEM). PAIKEM adalah sebuah pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam

dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan

penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara pendidik menggunakan

berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan),

supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.16 PAIKEM

merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling

sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama; proses Interaksi (peserta didik berinteraksi secara aktif dengan pendidik, rekan peserta

didik, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua; proses Komunikasi (peserta didik mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan pendidik

dan rekan peserta didik lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).

Ketiga; proses Refleksi, (peserta didik memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah

lakukan). Keempat; proses Eksplorasi (peserta didik mengalami langsung dengan

15

Ngainun Naim, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruz, 2008), h. 73

16

Dewi Laksmi dan Masitoh., Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009), h. 56.

(9)

melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan

dan/atau wawancara).17

Pelaksanaan PAIKEM harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas

belajar peserta didik, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan

pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas peserta

didik, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual

dimaksudkan bahwa kekuatan belajar peserta didik terletak pada indera „mata‟

(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial

terletak pada indera „pendengaran‟ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada „perabaan‟ (seperti menunjuk,

menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi

modalitas peserta didik tersebut, maka seorang pendidik harus mampu merancang

media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan

kecenderungan potensi atau modalitas belajar peserta didik. Secara garis besar,

PAIKEM dapat dideskripsikan sebagai berikut: Peserta didik terlibat dalam

berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka

dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Pendidik menggunakan berbagai

alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk

menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran

menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Pendidik mengatur kelas

dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan

menyediakan „pojok baca‟. Pendidik menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Pendidik mendorong

peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah,

untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik dalam

menciptakan lingkungan sekolahnya.

17

(10)

Quantum Learning merupakan terobosan baru berdasarkan prinsip

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).

Strategi menurut Kemp merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dilakukan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien.18 Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Cary juga

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada peserta didik. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran

yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai, maka

diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan hal tersebut.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa strategi adalah a plan of operation

achievement something, sedangkan metode adalah a way in achievement

something.19

Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip

pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis analisis sistem dan teori ilmiah

yang mendukung. Model pembelajaran berdasarkan teori belajar dikelompokan

menjadi empat model pembelajaran, model tersebut merupakan model umum

perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pendidik sering mengelompokan quantum learning sebagai salah satu strategi atau

juga metode pembelajaran, namun berdasarkan pengertian dan beberapa istilah

yang telah penulis jelaskan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa quantum

learning merupakan satu konsep pembelajaran yang disusun dari berbagai

teori pendidikan, psikologi, sosial, dan beberapan teori lainnya. Penekanan

teori lebih pada konsep psikologi. Teori ini berakar dari upaya Georgi Lozanov,

pendidik berkebangsaan Bulgaria, yang bereksperimen dengan apa yang disebut

sebagai Sugestopedia, peinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi

18

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h. 18

19

(11)

hasil dan kondisi belajar dan setiap detail prosesnya memberikan sugesti positif

dan negative. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti yang

positif adalah memberikan posisi nyaman kepada peserta didik di kelas,

memasang musik latar dalam pembelajaran, meningkatkan partisipasi individu,

menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan agar informasi mudah

disampaikan dan diterima oleh peserta didik dan menggunakan pendidik yang

terlatih dalam bidang seni dan pengajaran sugestif. 20

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur

informasi.21 Para pendidik mendefinisikan quantum learning sebagai

interaksi-interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah

energy.22 Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pecerpatan

belajar dan neurolinguistik dengan teori keyakianan, serta model pendidik sendiri,

termasuk diantaranya konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lainnya,

seperti teori otak kiri dan kanan, pilihan modalitas visual, audio dan kinestetik,

teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic, belajar berdasarkan pengalaman,

belajar dengan symbol, dan simulasi dalam pembelajaran. .23

20

Bobbi Deporter, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: Mizan, 2011), h. 14 Cetak miring dan tebal ditambahkan penulis. Pembelajaran quantum learning menekankan konsep psikologis untuk memetakan kondisi peserta didik. Hal ini untuk mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh peserta didik, sehingga pendidik dapat dengan mudah memilih pendekatan atau strategi pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran. Istilah lain yang hamper sama dengan sugestology adalah percepatan belajar. (accelerated Learning). Cara ini menyatukan hal-hal sekilas nampak akan tetapi tidak mempunyai persamaan misalnya, hiburan, permainan, warna, cara berfikir, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional, namun semua unsur ini ternyata dapat bekerjasama dan menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

21

Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku yang dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara pendidik dan peserta didik. Pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan factor penting untuk merangsang otak.

22

Sebagai contoh rumus yang terkenal seperti fisika quantum masa kali kecepatan cahaya khuadrat sama dengan energy. Segala aktivitas peserta didik jika dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan peserta didik tersebut maka akan memberika dampak positif pada proses pembelajaran.

23

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Quantum learning merupakan model yang komprehensif mencakup teori

pendidikan dan implementasinya di kelas secara nyata. Model ini menyatukan

praktik-praktik berbasis penelitian dibidang pendidikan. Jika pendidik mampu

mengenali tipe belajar dan melakukan pembelajaran yang sesuai, maka belajar

akan memberikan hasil yang optimal. Dalam penerapan pendidikan multikultural

berdasarkan konsep dan teori yang dikonstruksi, bahwa pembelajaran quantum

learning memberikan kemudahan pada pendidik untuk melakukan pemetaan

budaya berdasarkan pendekatan psikologis melalui penekanan pada konsep

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai Litbang Agama, 2009

Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tahun 2006 BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan.

Alfabet, Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Departemen Agama RI, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendis, 2006

Deporter, Bobbi, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, Bandung: Mizan, 2011

Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1997

Hartono, T. Meningkatkan Rancangan Instruksional untuk Memperbaiki Kualitas Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 1995

Ibrahim, Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2007

Laksmi, Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat, 2009

Mursel, J. Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara, 2002

Naim, Ngainun, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta: Ar-Ruz,

2008

(14)

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo, 2012

Sagala, Saiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: ALFABETA, 2009

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1994

Suparlan, pembelajaran aktif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), Bandung: PT Genesindo, 2009.

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, t,t : Gita Media Press, t.th, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini yaitu menambahkan kapasitas transformator menjadi 10 ampere dan penggunaan konduktor besi terhadap kinerja peleburan yang terjadi pada alat

Main form Form pelanggan Proses Tampilkan Fom () Menu () click form pelanggan () update data () Admin Koneksi database () Koneksi database () delete data () Close form ().

Setelah menghasilkan suatu produk, produsen perlu menetapkan system distribusi, yang termasuk dalam sistem distribusi diantaranya adalah terdapat pihak -pihak yang terkait

Ada juga yang menyebutnya dengan istilah ionoforesis yang artinya kurang lebih juga sama dengan elektroforesis, yaitu perindahan tempat ion-ion yang relatif kecil lebih

 Lombok Utara : Infrastruktur Pendukung, Efektivitas Promosi dan Penguasaan Bahasa Inggris Masih Perlu Perhatian.  Tana Toraja : Penguasaan Bahasa, Biro

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kulit batang tumbuhan Polyalthia rumphii mengandung senyawa metabolit sekunder golongan steroid dan

Hasil penelitian ditemukan bahwa interpretasi konsep budaya lokal oleh pramuwisata kota Makassar termasuk ke dalam kategori baik, berdasarkan indikator-indikator ketepatan

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Progaran Studi Teknik listrik