• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI STRATA

Dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi strata pohon di kawasan hutan sekunder kampus Universitas Riau menggunakan metode jarak (distance method) pada 11 Juni 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan riset lapangan yang dilakukan dengan metode survei. Pengukuran dilakukan pada 16 point sampling. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah parang, gunting tanaman, cutter, tali plastik, meteran, dan alat tulis.Parameter pengukuran meliputi KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif), DR (Dominansi relatif), NP (Nilai penting), dan H’(Indeks keanekaragaman). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa vegetasi di kawasan Hutan Sekunder Universitas Riau memiliki tingkat keanekaragaman yang sedang dan stabil, ditunjukkan dari nilai indeks keanekaragamannya sebesar 1,22. Vegetasi hutan sekunder Universitas Riau didominasi oleh spesies Alstonia scholaris. Hal ini dikarenakan kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang berbeda-beda. Sehingga vegetasi di dominansi oleh spesies yang mempunyai kemampuan adaptasi dan bertahan hidup lebih baik pada lokasi pengamatan.

Kata Kunci : Vegetasi, Metode Jarak

Pendahuluan

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.

(2)

komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Anonim. 2009).

Dalam kegiatan analisis untuk komunitas, ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel antara lain metode kuadrat (quadran methods), metode transek (transeck methods), metode loop (loop methods), dan metode titik (point less/point methods). Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method” merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter 10 cm dan tinggi pohon 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam.

Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana struktur dan komposisi vegetasi strata pohon di kawasan hutan sekunder kampus Universitas Riau menggunakan metode jarak? Oleh karena itu, maka perlu dilakukan percobaan dengan tujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi strata pohon di kawasan hutan sekunder kampus Universitas Riau menggunakan metode jarak.

Bahan dan Metode

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2016 di Laboratorium Alam Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Riau, Jl. Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan riset lapangan yang dilakukan dengan metode survei. Pengukuran dilakukan pada 16 point sampling. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum adalah parang, gunting tanaman, cutter, tali plastik, meteran, dan alat tulis.

Cara kerja metode jarak yaitu (1) Penentuan lokasi sampling yang mewakili karakteristik kawasan. (2) menentukan jalur pengamatan/transek berupa garis lurus yang memotong area yang akan dianalisis (3) tentukan satu titik pengamatan pada transek sebagi titik pengamtan . pada titik tersebut dibuat garis dengan arah tegak lurus (garis imajiner) pada transek sehingga membagi daerah pengamatan menjadi empat kuadrat. (4) lakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua pohon yang terdapat didalam plot mencakup : nama jenis atau nama lokal pohon, diameter batang setinggi dada atau keliling batang setinggi dada. (5) Data hasil pengamatan dicatat pada tabel data untuk kemudian dianalisis untuk menghitung masing-masing parameter pengamatan.

(3)

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Data hasil pencacahan vegetasi pohon pada 16 point sampling

No Jenis Jumlah

Tabel 2. Rangkuman data hasil pencacahan vegetasi pohon pada 16 point sampling

No Jenis KR (%) FR (%) DR (%) NP D

1 Alstonia scholaris 65,63 50 87,87 203,49 350649,7 2 Tunjang Rusa 17,19 28,13 5,49 50,80 21888,87 3 Litsea accedentoides 6,25 12,5 4,47 23,22 17837,67 4 Rhodamnia cinerea 3,13 3,13 0,63 6,88 2521,918

5 Caseria 4,69 3,13 1,26 9,07 5018,322

6 Pisang pisang 1,56 3,13 0,29 4,97 1146,575

Jumlah 100,00 98,44 100 100 399063

H’ 1,22

Keterangan : KR (Kerapatan relatif), FR (Frekuensi relatif), DR (Dominansi relatif), NP (Nilai penting), H’(Indeks keanekaragaman)

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh 63 pohon yang terdiri dari 6 spesies pohon pada 16 plot pengamatan. Spesies yang paling banyak ditemukan yaitu pulai (Alstonia scholaris) sebanyak 42 pohon. Spesies ini menempati 16 titik dari total 32 titik poin yang ditempati. Basal area dari spesies ini yaitu 20478,03 dari total keseluruhan basal area 23305,42 dengan kerapatan jenis 719,18 pohon/ha. Untuk nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan nilai penting tertinggi didapatkan dari spesies Alstonia scholaris tersebut, yaitu dengan KR 65,63%, FR 50%, DR 87,87%, NP 203,49.

Kerapatan relatif dari berbagai jenis pohon yang diamati pada setiap plot menunjukkan bahwa spesies Alstonia scholaris mendominasi kerapatan area pengamatan dengan persentase 65,63% yang kemudian diikuti oleh spesies pohon tunjang rusa, Litsea accedentoides, Rhodamnia cinerea, Caseria, dan pisang pisang. Nilai dominansi relatif untuk tiap tumbuhan pada lokasi pengamatan berbeda-beda, dominansi terbesar ialah dari spesies Alstonia scholaris sebesar 87,87%. Dominansi relatif merupakan persentase penutupan suatu spesies terhadap suatu areal yang didapatkan dari nilai basal area untuk spesies pohon. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah.

(4)

terkonsentrasi pada satu spesies saja. Nilai frekuensi relatif juga digunakan untuk melihat kerapatan spesies dalam lokasi pengamatan.

Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Spesies Alstonia scholaris memiliki nilai frekuensi relatif sebesar 50% yang merupakan nilai tertinggi dibanding spesies lainnya. Frekuensi merupakan ukuran dari regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalam lima kelas berdasarkan besarnya persentase yaitu:

FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental) FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori)

FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan) FK = 75%-100% : Kehadiran absolut

Berdasarkan pembagian persentase frekuensi menurut Raunkiser maka spesies

Alstonia scholaris termasuk dalam kehadiran sedang (konstan). Hal ini menunjukkan bahwa spesies ini konstan kehadirannya dalam setiap plot, dalam artian spesies ini selalu ada dalam setiap plot pengamatan.

Pengukuran indeks Nilai Penting (NP) dilakukan untuk mengetahui dominasi spesies di setiap tingkat pertumbuhan dalam suatu komunitas. Nilai NP yang tinggi dapat menunjukkan suatu penguasaan atau dominasi yang tinggi pula (Saharjo dkk, 2011). Keanekaragaman spesies menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi spesies tumbuhan dari suatu komunitas. Sementara itu, Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui kekayaan spesies serta keseimbangan jumlah individu setiap spesies dalam ekosistem (Soerianegara dalam Marpaung, 2009). Pada pengamtan dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman berdasarkan Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Simpson. Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Simpson tidak menilai keanekaragaman dan dominasi dari segi masing-masing spesies tumbuhan, melainkan menilai tingkat keanekaragaman dan dominasi tumbuhan dari segi kondisi lahan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) spesies tumbuhan penyusun pada lokasi pengamatan ialah 1,22. Dari nilai tersebut berarti ekosistem hutan pada pengamatan mempunyai keanekaragaman yang termasuk dalam kategori sedang. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ekosistem hutan tersebut dalam keadaan stabil. Nilai 1 < H’ < 3 berarti keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang, serta tekanan ekologis yang sedang. (Fitriana, 2006).

Jadi, untuk vegetasi pada lokasi pengamatan memiliki tingkat keanekaragaman yang tergolong sedang, dan terdapat dominansi suatu spesies tertentu dalam vegetasi tersebut. Indeks sedang pada komunitas Hutan Laboratorium Alam Pendidikan Biologi ini menandakan bahwa vegetasi pada lokasi ini stabil. Hal ini juga menandakan spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut memiliki kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang berbeda-beda. Sehingga terdapat dominansi dari spesies tertentu saja yang dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang ada pada lokasi pengamatan tersebut.

KESIMPULAN

(5)
(6)

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Analisis Vegetasi. (online) Http://cheabiofkip.blogspot.com. (Diakses 15 Juni 2016).

Fitriana, Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoo-bentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Biodiversitas

7(1):67-72.

Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Marpaung, A. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. (online) http://boy marpaung.wordpress.com/2009/04/20/ apa-dan-bagaimana-mempelajari- analisa-vegetasi/ (Diakses 13 Juni 2016)

Gambar

Tabel 1. Data hasil pencacahan vegetasi pohon pada 16 point sampling

Referensi

Dokumen terkait

Sementara jika kita lihat pada tiap Program Studi, mahasiswa DPI dan DKV memiliki skor terendah untuk komponen ini dengan kategori tidak puas, beberapa alasan

Brebes 14032952510910 MUHAMMAD ABDURROSYAD MUSLICH 3091 Teknik Komputer dan Jaringan SMK WICAKSANA AL-HIKMAH SIRAMPOG

 pada pemeriksaan jebakan nervus medianus, melakukan hiperfleksi  pada pergelangan tangan dengan mempertemukan kedua punggung tangan. Pada paseien yang menderita

Bajo Lamanggau di kenal beberapa tradisi yang turun-temurun dilaksakan. Namum berdasarkan informasi yang penulis peroleh di lapangan, budaya atau kebiasaan di atas telah

1) Diskon, yaitu pengurangan harga karena perbedaanjumlah produk yang dibeli, waktu pembelian dan pembayaran. 2) Harga Geografis, yaitu penetapan harga karena ongkos angkut

Metode ini juga menekankan pada pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul dan bertujuan untuk menggambarkan secara obyektif bagaimana implementasi fatwa

Kesemutan atau parestesia biasanya berupa sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, dan parestesia terjadi jika dingin atau panas di suatu bagian

Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu (a) umpan orang ( human bait ), (b) menangkap nyamuk yang istirahat di dinding ( resting ) baik di dalam rumah dan