• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberantasan Korupsi di Negara Lain Sin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemberantasan Korupsi di Negara Lain Sin"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberantasan Korupsi di Negara Lain: Keberhasilan Singapura Menjadi

Negara Bebas Korupsi

Hari Waskito

Diploma IV Akuntansi Reguler, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan Email: hari.dgand@gmail.com, hari.waskito@customs.go.id

Abstrak – Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi, Diploma IV Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Paper ini membahas tentang pemberantasan tindak korupsi di Negara-negara lain, dalam paper adalah Singapura. Singapura merupakan salah satu Negara dengan indeks persepsi korupsi terbesar, sehingga menempatkannya sebagai salah satu negara paling bersih dari korupsi di dunia. Dukungan dari pemerintah berupa political will dan juga kesadaran dari masyarakat, berperan penting dalam pemberantasan korupsi di Singapura.

Kata Kunci – korupsi, singapura, political will, CPIB

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indoneisa memerlukan waktu selama 67 tahun untuk menyamai kerja Singapura dalam memberantas korupsi. Begitulah ungkapan dari salah satu media online dalam hal menanggapi praktek pemberantasan korupsi di Singapura. Memang Singapura dikenal sebagai Negara dengan tingkat korupsi yang rendah. Hal ini terbukti dengan indeks korupsi untuk Singapura mencapai angka 9 pada tahun 2012, sehingga menjadikan Singapura sebagai jajaran Negara terbersih di dunia.

Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas oleh manusia secara maksimal. Korupsi tumbuh seiring dengan semakin kompleksnya kepentingan dan ini terjadi di berbagai belahan dunia tak terkecuali dengan Singapura.

Di Singapura, kita mengenalnya sebagai negara yang sudah maju, juga terjadi tindak korupsi, meski pun jumlahnya tidak terlalu banyak. Pada tahun 2012, Singapura memiliki Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebesar 9,7. Sementara itu. Indonesia berada pada posisi yang cukup memperihatinkan di mana

IPKnya hanya berkisar di angka 3 sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat 118 dari 176 negara di dunia. IPK adalah ukuran persepsi yang merupakan refleksi pandangan dari pengusaha dan masyarakat baik dari dalam negeri maupun luar negeri (responden survei) terhadap penggunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi/golongan (korupsi) di pejabat publik. IPK tersebut merupakan laporan hasil survei lembaga Transparansi Internasional (TI) yang berkedudukan di Berlin, Jerman.

Melihat kesuksesan Singapura dalam memberantas korups, sehingga mampu menempatkan posisinya sebagai Negara yang bersih dari praktek korupsi, tidak ada salahnya kalau Indonesia berguru kepada negara tetangganya tersebut. Sejauh manakah peran dari lembaga korupsi di Singapura serta sejauh mana peran pemerintah Singapura dalam memberantas korupsi, paper ini akan memaparkannya lebih lanjut.

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan paper ini adalah: a. Mengetahui bagaimanakah pemberantasan

(2)

b. Mengetahui apa tugas dan fungsi lembaga pemberantas korupsi di Singapura,

c. Mengetahui sejauh manakah peran pemerintah Singapura dalam memberantas korupsi. Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah: a. Sebagai pelaksanaan tugas mata kuliah

Seminar Pemberantasan Korupsi

b. Mengetahui praktek-praktek pemberantasan korupsi di negara lain

1.3. Perumusan Masalah

a. Bagaimanakah praktek pemberantasan korupsi yang digalakkan di Negara Singapura?

b. Apa tugas dan fungsi dari lembaga pemberantasan korupsi di Singapura?

c. Sejauh manakah peran pemerintah Singapura dalam pemberantasan korupsi?

2. LANDASAN TEORI

Konsepsi mengenai korupsi baru timbul setelah adanya pemisahan antara kepentingan keuangan pribadi dari seorang pejabat negara dan keuangan atas jabatannya. Prinsip ini muncul di negara-negara barat setelah adanya Revolusi Perancis dan di negara-negara Anglo-Sakson, seperti Inggris dan Amerika Serikat, pada permulaan abad ke-19. Sejak itu penyalahgunaan wewenang demi kepentingan pribadi, khususnya dalam soal keuangan, dianggap sebagai tindak korupsi. Demokrasi yang muncul di akhir abad ke-18 di Barat memandang pejabat sebagai orang yang diberi wewenang atau otoritas (kekuasaan), karena mereka dipercaya oleh umum, penyalahgunaan dari kepercayaan tersebut dilihat sebagai penghianatan. Konsep demokrasi sendiri mensyaratkan suatu sistem yang dibentuk, dikelola dan diperuntukkan bagi rakyat. Konsep politik semacam itu sudah barang tentu berbeda dengan apa yang ada dalam konsep kekuasaan tradisional.

Dalam konsep kekuasaan tradidonal raja atau pemimpin adalah negara itu sendiri. Ia tidak

mengenal pemisahan antara raja dengan negara yang dipimpinnya. Seorang raja atau pemimpin dapat saja menerima upeti dari bawahannya atau raja menggunakan kekuasaan atau kekayaan negara guna kepentingan pribadi atau keluarganya. Perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai korupsi, kekuasaan politik yang ada di tangan raja bukan berasal dari rakyat dan rakyat sendiri menganggap wajar jika seorang raja memperoleh manfaat pribadi dari kekuasaannya tersebut.

Secara etimologis, korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, buruk, memutarbalik atau menyogok. Korupsi tumbuh seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan berada di berbagai belahan dunia, bahkan di negara maju sekali pun, seperti halnya Singapura. Korupsi ada di berbagai tingkatan dan tidak ada cara yang mudah untuk memberantasnya. Dampak masif korupsi teramat luas, mulai dari mengancam urusan kenegaraan sampai berdampak pada kehidupan masyarakat baik secara moril maupun materiil. Korupsi telah menciptakan pemerintahan irasional, pemerintahan yang didorong oleh keserakahan, bukan oleh tekad untuk mensejahterakan masyarakat. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat, yang memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak. Sebagai akibat dari korupsi ketimpangan antara si miskin dan si kaya semakin kentara..

(3)

alam dan bantuan luar negeri. Sementara itu dalam dimensi yang lain, yang umumnya terjadi di kalangan menengah dan bawah, biasanya bersentuhan langsung dengan kepentingan rakyat atau orang banyak. Korupsi yang terjadi di kalangan menengah dan bawah acap menghambat kepentingan kalangan menengah dan bawah itu sendiri, sebagai contoh adalah berbelitnya proses perizinan, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), proses perizinan di imigrasi, atau bahkan pungutan liar yang dilakukan oleh para polisi di jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan bisnis, dan lain sebagainya.

Budaya lokal juga menjadi akar dari tumbuhnya korupsi. Budaya yang dianut dan diyakini masyarakat kita telah sedikit banyak menimbulkan dan membudayakan terjadinya korupsi. Dalam budaya Patron-Klien (bos dan anak buah), seorang klien bertindak atas perintah dari patron (atasan). Dalam hubungan Patron-Klien ini dimungkinkan terjadinya pertukaran jasa atau barang. Umumnya Patron akan bertindak dengan mengutamakan kepentingan dia sendiri, sedangkan klien akan bertindak dengan alih “asal bapak senang”. Dalam hubungan ini, ketidaksetaraan akan terjadi, dan tindakan-tindakan di luar etika sangat dimungkinkan, dan dari sinilah korupsi mulai terbentuk.

Sebab-Sebab Korupsi

Penyebab korupsi bervariasi dan beraneka ragam. Faktor-faktor secara umum yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan korupsi antara lain yaitu :

 ketiadaan pemimpin yang cakap, yang memiliki political will dalam pemberantasan korupsi,

 sistem pendidikan yang kurang menekankan akan pentingnya akhlak, moral, dan agama,

 tingkat kemiskinan yang semakin meluas.

 tidak adanya tindakan hukum yang tegas.

 kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.

 struktur pemerintahan.

 Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

Greeds (keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

Opportunities (kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

Needs (kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

Exposures (pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

Macam-Macam Korupsi

Berdasarkan pasal-pasal UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001, terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :

1. merugikan keuangan Negara, 2. suap-menyuap,

3. penggelapan dalam jabatan, 4. pemerasan,

5. perbuatan curang,

(4)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum Singapura

Singapura adalah sebuah negara kecil dengan luas wilayah 704 kilometer persegi. Singapura terletak di wilayah Asia Tenggara tepatnya di penghujung Semenanjung Malaysia. Republik Singapura terletak 137 kilometer dari khatulistiwa. Jumlah penduduk Singapura pada atahun 2012 ialah sekitar 5,3 juta jiwa.

3.2. Gambaran Umum dan Sejarah Pemberantasan Korupsi di Singapura

Singapura memiliki sebuah pasar ekonomi yang maju dan terbuka, dengan PDB per kapita kelima tertinggi di dunia. Bidang ekspor, perindustrian dan jasa merupakan hal yang penting dalam ekonomi Singapura. Untuk mendukung kesuksesan Singapura dalam bidang ekonomi, juga dibutuhkan adanya suatu sistem pemberantasan korupsi yang baik.

Korupsi merupakan sebuah penyakit yang ada di hampir seluruh pemerintahan di dunia. Korupsi harus diberantas agar sebuah negara dapat membentuk pemerintahan yang bersih dan efektif. Salah satu negara yang dapat dikatakan berhasil memberantas korupsi adalah Singapura. Sebuah lembaga survei yang bermarkas di Hong Kong, Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menyebutkan, Singapura menduduki peringkat kelima dunia negara terbersih dari korupsi. Singapura merupakan negara dengan indeks korupsi yang mengagumkan. Negara ini jauh meninggalkan Indonesia. Indeks persepsi koruspi Singapura saja mencapai angka 9,7 untuk 2012, sedangkan Indonesia hanya pada angka 3. Peringkat yang didapat oleh Singapura ini tidak terlepas dari keberhasilan pemberantasan korupsi yang tekah dilakukan.

Pemberantasan korupsi di Singapura sendiri memiliki sejarah yang panjang. Pada awalnya pemberantasaan korupsi di Singapura dilakukan di lingkaran birokrasi. Para pejabat hingga pegawai rendahan tak asing dengan praktik-praktik korupsi dalam segala bentuknya, termasuk suap-menyuap. Pemerintah Singapura pun membentuk badan khusus pemberantasan korupsi yang diambil dari institusi kepolisian. Namun, badan khusus di lembaga ini pun tidak mampu mengatasi korupsi yang merajalela. Tertangkapnya pejabat senior di kepolisian, lantaran terbukti menerima suap dari pedagang opium, menjadi bukti bahwa intitusi dipercaya tidak mampu memberantas korupsi.

Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) yang semula menjadi bagian kepolisian pun dijadikan lembaga mandiri. Gerakan-gerakan pemberantasan korupsi ini kemudian menguat begitu People's Action Party di bawah pimpinan Lee Kwan Yew yang berkuasa pada tahun 1959. Lee Kwan Yew memproklamirkan 'perang terhadap korupsi'. Beliau menegaskan: 'no one, not even top government officials are immuned from investigation and punishment for corruption'. 'Tidak seorang pun, meskipun pejabat tinggi negara yang kebal dari penyelidikan dan hukuman dari tindak korupsi'. Tekad Lee Kwan Yew ini didukung dengan disahkannya Undang-Undang Pencegahan Korupsi (The Prevention of Corruption Act/ PCA) yang diperbaharui pada tahun 1989 dengan nama The Corruption (Confiscation of Benefit) Act. Tindak lanjut dari undang-undang ini adalah dibentuknya lembaga antikorupsi yang independen di negara tersebut, yang diberi nama 'The Corrupt PracticesInvestigation Bureau (CPIB).

(5)

berkarakter kuat, memiliki kekuasaan yang besar. Baginya, Singapura tidak pernah akan jaya dan disegani di seluruh dunia jika negara ini masih diliputi korupsi.

Tanpa ada political will yang kuat dari Lee, bisa jadi, lembaga antirasuah CPIB tidak berdiri. Atau, lembaga ini berdiri namun hanya sekedar simbol, dan tidak memiliki “taji” untuk memberantas korupsi. CPIB diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk menggunakan semua otoritas dalam memberantas korupsi, dan diukung publik. Kendati Lee memiliki kekuasaan yang besar, namun ia tak bisa melakukan intervensi. Lembaga ini benar-benar merupakan lembaga yang kuat, tak bisa disentuh oleh siapapun.

Pemberantasan korupsi di Singapura dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Praktik-praktik korupsi di birokrasi dari tahun ke tahun semakin terkikis, karena masyarakat dan pemerintahannya memiliki tekad kuat untuk membangun negara yang bersih dari segala macam bentuk penyelewengan uang negara. Masyarakat berperan aktif mengamati segala sesuatu yang mencurigakan, dan kemudian melaporkan jika ada indikasi penyelewengan, termasuk para pejabat negara yang kehidupannya di luar kewajaran.

Pemerintah Singapura mempunyai visi yang jelas dalam pemberantasan korupsi. Dengan penduduk yang beragam, di antarannya etnis Cina, Melayu, dan India, demokratisasi di negara bekas jajahan Inggris ini relatif berjalan. Demokrasi lebih memungkinkan pemberantasan korupsi dilakukan. Singapura selain sebagai negara maju di bidang ekonomi, Product Domestic Bruto (PDB) per kapita kelima tertinggi di dunia, menjadi pusat keuangan terbesar nomor empat dunia. Struktur ekonomi Singapura didukung bidang ekspor, industri, dan jasa.

Pemerintah Singapura menyadari, untuk mendukung kesuksesan dibidang ekonomi,

termasuk menarik investasi asing, dibutuhkan sistem pemberantasan korupsi yang baik. Dari mulai pencegahan hingga praktik-praktik korupsi, harus dicegah. Dibentuknya CPIB tahun 1952, sebagai organisasi yang terpisah dari polisi, setidaknya bertujuan agar negara ini mendapat simpati dari negara lain. Untuk itu, korupsi dibidang pelayanan publik harus ditangani secara intensif.

Gebrakan pemberantasan korupsi yang dilakukan CPIB dinilai cukup berhasil. Korupsi di lingkungan Departemen Bea Cukai dapat diberantas. Publik saat itu sudah mulai gerah terhadap layanan bea cukai yang selalu dinilai dengan uang pelicin. Perizinan dijual-belikan, barang-barang ilegal pun membajir di pelabuhan Singapura. Para penyelundup memanipulasi pajak, mereka membayar pajak lebih sedikit daripada yang seharusnya, atau bahkan banyak yang tidak membayar pajak sama sekali.

CPIB pun melakukan operasi pengusaha pembuatan minuman keras ilegal. Penyelenggaraan rumah-rumah candu dan warung-warung kopi yang menjual minuman keras tanpa izin, yang selama ini membayar kepada petugas bea cukai, disisir habis. Korupsi di bea cukai tidak hanya dilakukan pegawai rendahan, namun juga dilakukan oleh pejabat tingkat tinggi. Berkat adanya usaha pemberantasan korupsi ini, maka pada tahun 1981, Departemen Bea dan Cukai Singapura berhasil mengurangi tindak korupsi sampai hampir 80 %.

3.3. Lembaga Pemberantasan Korupsi

(6)

Undang-undang ini memberi kekuasaan pada CPIB untuk menginvestigasi dan menangkap para koruptor. Lembaga inilah yang bertugas melakukan pemberantasan korupsi di Singapura. Kepada lembaga ini diberikan wewenang untuk menggunakan semua otoritas dalam memberantas korupsi. Namun, bukan berarti Kepolisian Singapura, sebagai penegak hukum di Singapura, kehilangan kewenangan untuk menyelidiki dan menyidik kasus korupsi. Mereka tetap memiliki kewenangan itu. Namun, setiap kali penyelidikan dan penyidikan itu mengarah pada korupsi, kepolisian Singapura menyerahkannya pada CPIB. Bahkan, untuk pemeriksaan internal anggota polisi, jika terindikasi korupsi, akan diserahkan ke CPIB pula. CPIB sebagai organisasi pemerintah juga melakukan kegiatannya di sektor privat. Biro ini diketuai oleh seorang direktur yang bertanggung jawab langsung pada perdana mentri. CPIB bertugas untuk :

- Menjaga intergritas dari public service dan memastikan ada nya transaksi yang bebas korupsi di sektor publik. Biro ini juga memastikan tidak adanya mal praktek yang dilakukan aparat publik dan apabila terjadi mal praktek, biro ini harus melaporkannya pada departemen pemerintah yang bersangkutan dan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai aksi mendisiplinkan aparat. Walaupun tugas utama dari biro ini adalah melakukkan investigasi korupsi, biro ini juga melakukan investigasi terhadap hal lain yang sejenis dengan korupsi berdasarkan undang-undang. - Melakukan pencegahan korupsi dengan

menganalisa cara kerja dan prosedur dari lembaga-lembaga publik untuk mengidentifikasi kelemahan administrasi yang ada di lembaga tersebut yang dapat menimbulkan peluang melakukan korupsi dan mal praktek kemudian melaporkan hal tersebut

kepada kepala lembaga badan yang bersangkutan sehingga sistem dapat diperbaiki dan pencegahan korupsi dapat dilakukan.

3.4. Hubungan dengan Pemerintah

Meskipun CPIB dikatakan sebagai suatu organisasi yang bebas, namun bukan berarti tidak ada campur tangan pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satu bentuk campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dalam hal kepemimpinan CPIB. Berdasarkan PCA, presiden memiliki wewenang untuk menunjuk direktur atau pemimpin tertinggi dari CPIB. Selain itu presiden juga berhak menunjuk deputi direktur serta asisten direktur dan investigator istimewa yang menurut presiden layak untuk menempati jabatan tersebut.

Yang harus digarisbawahi adalah walaupun presiden memiliki kewenangan untuk menunjuk orang-orang yang nantinya akan menduduki jabatan penting di CPIB namun presiden tidak mempunyai hak untuk ikut campur dalam hal pemberantasan korupsi. Dalam hal pemberantasan korupsi, tidak ada seorang atau satu badanpun yang berhak mengendalikan biro ini. Kendali presiden hanya terbatas pada penunjukan orang-orang yang menempati jabatan di yang telah disebutkan di atas. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga CPIB agar tetap dapat berjalan searah dengan pemerintah.

Investigator yang ditunjuk oleh presiden ini memiliki “sertifikat penunjukan” atau semacam kartu garansi yang digunakan oleh penegak hukum lokal untuk melakukan tugasnya. Kartu garansi ini berupa kekuasaan untuk melakukan investigasi berupa:

 Kekuasaan untuk menahan seseorang yang dicurigai sebagai koruptor tanpa membawa surat perintah penahanan (berdasarkan pasal 15 PCA)

(7)

 Kekuasaan untuk mencari, yaitu kekuasaan untuk memasuki segala tempat dengan kekerasan apabila dibutuhkan untuk mencari tersangka pelaku korupsi

3.5. Faktor yang Memengaruhi Pemberantasan Korupsi di Singapura

Keberhasilan pemberantasan korupsi di Singapura sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a. Adanya political will yang tinggi dari pemerintah Singapura untuk memberantas korupsi. Political will ini terutama ditunjukkan oleh Lee Kuan Yew, Perdana Mentri Singapura melalui pidatonya yang terkenal pada tahun 1979 dan Minister for Home Affairs, Ong Pang Boon sebagaimana yang dikatakannya di depan Legislative Assembly. Political will yang besar ini kemudian ditunjukkan melalui pembentukan CPIB.

b. Kuatnya hukum terutama peraturan mengenai anti korupsi. Berbagai peraturan ini mengatur mengenai:

a) memperkuat fungsi pengadilan

b) memperkuat para investigator dengan berbagai kekuasaan yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya c) memberi kekuasaan pada para

prosecutor public untuk mendapatkan informasi dari berbagai pihak

d) memberi pengertian pada masyarakat mengenai tugas dan fungsi CPIB sehingga masyarakat dapat memberi dukungan terhadap tugas dan fungsi dari lembaga ini

e) Adanya hukuman yang berat bagi para koruptor. Seseorang yang terbukti melakukan korupsi dapat dikenai hukuman hingga $100,000 atau

hukuman penjara selama 5 tahun. Apabila koruptor tersebut berasal dari sektor publik yang artinya ia akan merugikan Negara dengan korupsinya maka hukuman bisa dinaikkan hingga 7 tahun

c. Adanya pendidikan anti-korupsi. Pemerintah Singapura menyadari bahwa sikap anti-korupsi harus ditanamkan semenjak dini. Oleh sebab itu CPIB sebagai lembaga pemberantas korupsi melakukan Learning Journey Briefing bagi siswa-siswi sekolah menengah pertama di Singapura. d. Adanya analisis mengenai metode

kerja. Sebagaimana telah disampaikan di atas, CPIB memiliki wewenang untuk menganalisis metode kerja dan prosedur suatu lemabaga untuk meminimalkan tingkat korupsi.

e. Adanya deklarasi asset dan investasi. Setiap aparat publik harus memberitahukan, saat dia diangkat dan setiap tahunnya, mengenai daftar kekayaan dan investasi yang dimilikinya termasuk jumlah tanggungan yang dimilikinya. Nantinya apabila aparat tersebut mendapatkan kekayaan lebih dari yag seharusnya bisa didapat dari gaji yang diterimanya maka dia akan dintanyai mengenai bagaimana cara ia mendapatkan kekayaannya tersebut.

(8)

karena dikhawatirkan akan terjadi penyuapan.

4. KESIMPULAN

Dari pemamapran yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa korupsi dapat terjadi di Negara mana

saja, termasuk Singapura yang dikenal sebagai Negara maju,

b. Diperlukan suatu lembaga yang memiliki kekuasaan penuh dalam pemberantasan korupsi tanpa ada campur tangan dari pemerintah, c. Dalam pemberantasan korupsi tidak mengenal

adanya pandang bulu. Semua diperlakukan secara sama dan adil. Setiap pihak yang melakukan tindakan korupsi, wajib diperiksa dan diadili dengan seadil-adilnya,

d. Perlu dukungan dari berbagai pihak dalam pemberantasan korupsi. Adanya political will

dari pemerintah dan juga dukungan dari masyarakat, dapat membantu proses pemberantasan korupsi. Kesadaran dari berbagai pihak akan meningkatkan budaya kedisiplinan sehingga tercipta Negara yang teratur dan bersih dari tindakan korupsi.

DAFTAR REFERENSI

1. www.iblog4acause.com/2011/08/how-singapore-is-corruption-free.html

2. www.jurnas.com/news/73181/Kejar_Indeks_K orupsi_Singapura,_Indonesia_Butuh_67_Tahu n_/1/Nasional/Politik&strip=1

3. allaboutadministration.blogspot.com/ 4.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Kami yakin dengan target atau segmentasi pasar yang kami tuju ini akan membuat usaha ini menjadi lebih berkembang karena melihat dari usaha yang menjanjikan dan demografi yang

Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus,

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran matematika menggunakan model TAI ( Team Assisted Individualizaion ) bernantuan CD interaktif pada siswa

Dalam hal ini, timbul pertanyaan dimana sistem Pemasyarakatan itu berdiri dalam bagian dari proses penegakan hukum? Apakah sebagai bagian yang mendukung tegaknya hukum

Agar peenrapan sistem Just In Time berjalan dengan efektif dan efisien, kegiatan yang harus dilakukan perusahaan diantaranya : (1) Mengadakan pelatihan pada semua

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Dengan demikian penulis menyimpulkan dari rumusan masalah bahwa (1) Berdirinya Yayasan Pesantren Ahlu Shafa wal Wafa bermula pada pengajian rutinan kajian tasawuf

Pemberian pupuk 0 organik dan pupuk anorganik 0 yang seimbang, mampu meningkatkan 0 kesuburan tanah pada lahan 0 sawah bekas galian C dan berpengaruh 0 nyata terhadap