• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH DOMESTIK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP THE EFFECT OF DOMESTIC WASTE COMPOST ON VEGETATIVE GROWTH OF SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.) FORM BUD CHIP SEE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH DOMESTIK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP THE EFFECT OF DOMESTIC WASTE COMPOST ON VEGETATIVE GROWTH OF SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.) FORM BUD CHIP SEE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH DOMESTIK TERHADAP

PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (

Saccharum officinarum

L

.

)

ASAL BIBIT

BUD CHIP

THE EFFECT OF DOMESTIC WASTE COMPOST ON VEGETATIVE GROWTH

OF SUGAR CANE (

Saccharum officinarum

L.) FORM

BUD CHIP

SEED

Cyntia Yolanda Apriscia*), Nunun Barunawati dan Karuniawan P. Wicaksono

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia

*)E-mail : cyntiaapriscia@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan industri gula nasional adalah rendahnya produktifitas tanaman tebu sebagai bahan utama produksi gula. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesuburan lahan Indonesia yang semakin menurun. Usaha yang harus dilakukan oleh petani tebu adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menggantinya dengan pupuk organik. Salah satu jenis pupuk organik yang potensial digunakan yaitu pupuk kompos limbah domestik, komposisi limbah yang memiliki kualitas paling baik diperoleh dari kelompok sampah yang didominasi oleh sisa makanan, sayur dan buah dengan kadar unsur N, P, K, C-organik masing-masing sebesar 3,14 %, 6.98 %, 2,14 %, 35,02 %, pH 6,9 dan C/N rasio 11. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik dengan 75% dosis rekomendasi (4,5 ton ha-1) memberikan

pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah anakan).

Kata kunci: Kompos Limbah Domestik, Bud chip, Fase Vegetatif, Tebu

ABSTRACT

(2)

Keywords : Domestic waste compost, Bud chip seed, Vegetative growth, Sugar Cane

PENDAHULUAN

Konsumsi gula masyarakat Indonesia sebesar 2,83 juta ton per kapita pada tahun 2011 dengan produksi gula pasir nasional sebesar 2,6 juta ton dimana menyebabkan defisit gula pasir nasional sebesar 200-300 ribu ton dan diperkirakan mencapai 5,7 juta ton pada tahun 2014 (Hairani et al., 2014). Salah satu permasalahan industri gula nasional tidak terlepas dari faktor pe-nyebabnya pada kondisi lahan Indonesia yang semakin menurun kesuburannya. Penggunaan pupuk anorganik melampaui dosis menjadi alasan utama mengapa industri gula berbasis tebu di Indonesia tidak dapat mengalami peningkatan (Ditjenbun, 20013). Usaha yang harus dilakukan oleh petani tebu adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menggantinya dengan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang potensial salah satunya adalah pupuk kompos limbah domestik yang merupakan hasil dekomposisi dari sampah kota yang berupa limbah rumah tangga, industri, pasar dan seresah tanaman. Hal tersebut ditambahkan dengan penelitian Tyaswati (2005) yang menyatakan bahwa hasil kompos sampah kantin yang dikombinasikan dengan sisa-sisa tanaman dan rumput, termasuk kompos yang berkualitas baik. Kompos yang memiliki kualitas paling baik diperoleh dari kelompok sampah yang didominasi oleh sisa makanan. sayur dan buah dengan kadar unsur N, P, K, C-organik masing-masing sebesar 3,14 %, 6.98 %, 2,14 %, 35,02 %, pH 6,9 dan C/N rasio 11.

Bud chip adalah teknik pembibitan

tebu secara vegetatif yang menggunakan bibit satu mata, tebu yang digunakan biasanya berumur 5-6 bulan yang berasal dari kultur jaringan yang kemudian ditanam di Kebun Bibit Pokok (KBP). Menurut Prasetyo (2013) bibit Bud chip yang siap ditanam pada Kebun Bibit Datar (KBD) adalah bibit yang telah disemai hingga berumur 75 HST dan telah diberi perlakuan sebelum di tanam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.).

BAHAN DAN METODE

Januari hingga bulan Mei 2015 di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana (1 faktor) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis pupuk kompos limbah domestik dang 4 ulangan sehingga terdapat 24 petak percobaan dengan rincian sebagai berikut: P0: Tanpa pupuk kompos limbah domestik; P1: Pupuk kompos limbah domestik 25% dosis rekomendasi(1,5 ton ha-1); P2: Pupuk kompos limbah domestik rekomendasi (7,5 ton ha-1).

Data hasil pengamatan yang di-peroleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Tekecil) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan merupakan pertambah-an ukurpertambah-an, berat dpertambah-an jumlah sel pada suatu makhluk hidup. Tebu adalah tanaman sub tropis yang dapat tumbuh optimal di lahan kering maupun lahan basah. Pertumbuhan tanaman merupakan fungsi dari genotip dan lingkungan. Ahmed et al., (2012) menyata-kan waktu tanam dan menyata-kandungan unsur hara pada tanah sangat berpengaruh terhadap produksi tebu.

(3)

bibit bagal. Bibit mata tunas tunggal dapat menghasilkan 10 anakan tiap tanaman dibandingkan dengan bibit bagal hanya 5 anakan tiap tanaman (Rokhman, 2014).

Hasil analisa menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan). Sedangkan pemberian pupuk kompos limbah domestik tidak berpengaruh nyata pada panjang akar tanaman tebu.

Tinggi Tanaman

Batang merupakan bagian tanaman yang paling utama dalam budidaya tanaman tebu. Pertumbuhan batang tebu merupakan stadium terpenting yang sangat menen-tukan besarnya hasil bobot tebu. Terjadinya pertumbuhan batang disebabkan oleh ada-nya pertumbuhan pucuk dan pertumbuhan pada dasar ruas (Djajadi. 2013).

Hal ini berkaitan dengan penelitian Purwanti (2008) yang menyebutkan bahwa pembentukan dan pertumbuhan batang tebu mencapai puncaknya di bulan ketiga, tetapi kurang lebih 50% batang-batang tersebut akan mati dan populasi batang menjadi stabil saat tebu berumur 6 bulan. Pola populasi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi intrinsik tebu (varietas misalnya) dan kondisi lingkungan seperti air dan status hara tanah (baik kekurangan maupun kelebihan).

Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap rerata tinggi tanaman pada umur pengamatan 2, 3, dan 4 BST. Perlakuan P3 memberikan rerata tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan sebelumnya pada umur pengamatan 3 dan 4 BST(Tabel 1.). Sedangkan pada umur pengamatan 2 BST perlakuan P4 memberikan rerata tertinggi pada tinggi tanaman.

Pemanjangan batang tebu dipengaruhi oleh ketersdediaan air, pupuk, suhu, dan lama penyinaran yang cukup. Pada kondisi stres air akan terbentuk ruas-ruas yang lebih pendek. Proses pemanjangan batang pada dasarnya

merupakan pertumbuhan yang didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang (Sugeng, 2014).

Jumlah Daun

Harjanti (2014) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa unsur nitrogen yang diaplikasikan akan berdampak pada merangsang pertumbuhan tebu serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daun tanaman akan menjadi hijau yang berfungsi untuk proses fotosintesis tanaman.

Perlakuan pupuk kompos limbah domestik menunjukan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur pengamatan 1 dan 4 BST (Tabel 2.). Perlakuan P5 memberikan rerata jumlah daun tertinggi pada umur pengamatan 1 BST namun berbeda nyata pada perlakuan P4. Sedangkan pada umur pengamatan 4 BST perlakuan P3 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata terhadap rerata jumlah daun.

Dalam penelitiannya Putri (2013) menyatakan bahwa pemberian kompos dengan prosentase yang lebih banyak mampu memberikan unsur nitrogen bagi tanaman. Seperti diketahui bahwa fungsi nitrogen bagi tanaman ialah sebagai pembentuk zat hijau daun dan penyusun protein. Adanya unsur nitrogen yang banyak di dalam tanaman digunakan oleh daun untuk berfotosintesis. Sehingga meng-hasilkan jumlah daun yang banyak, luas daun besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis. Apabila proses fotosintesis berjalan dengan baik maka fotosintat yang dihasilkan juga semakin meningkat untuk ditranslokasikan pada bagian tanaman yang lain.

Jumlah Anakan

Pertumbuhan anakan adalah tumbuhnya mata-mata pada batang tebu di bawah tanah menjadi tanaman baru. Pembentukan anakan paling optimal dimulai pada saat tanaman berumur 8-12 MST (Septiani, 2012).

(4)

dengan terbentuknya tunas-tunas baru secara bertahap, mulai dari tunas primer sampai tunas tersier. Pada umur tanaman ini, pertumbuhan kesamping terus terjadi hingga mencapai pertumbuhan jumlah tunas maksimum pada umur tebu sekitar 4 bulan (Sugeng, 2014). Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan jumlah anakan yang menunjukan hasil berbeda nyata pada pengamatan 3 dan 4 BST(Tabel 3). Perlakuan P3 menunjukan hasil rerata tertinggi pada jumlah anakan umur pengamatan 3 dan 4 BST. Sedangkan pada umur pengamatan 1 dan 2 BST perlakuan P5 menghasilkan jumlah anakan tertinggi pada tanaman tebu. Pembentukan anakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti varietas, cahaya, suhu, irigasi (kelembaban tanah) dan aplikasi pemupukan. Menurut Faradiba (2012) pada umur 15 MST pertumbuhan anakan akan berhenti karena terjadi persaingan unsur hara dan tanaman akan mulai memanjangkan batang dan pembentukan daun. Batang anakan tebu

sedikit terlihat dengan tinggi kisaran 10 cm

– 30 cm.

Pemberian bahan organik berupa pupuk kompos limbah domestik diharapkan dapat menyuplai unsur Nitrogen tanah yang dibutuhkan tebu untuk membentuk anakan. hara N ini diperlukan tanaman untuk pembentukan protein dan hijau daun, disamping itu berperan penting dalam asimilasi karbohidrat. Kekurangan N akan t,menyebabkan tanaman menjadi kerdil dengan jumlah anakan sedikit dan produksi rendah.

Diameter Batang

Penggunaan beberapa pupuk organik pada pertanaman bibit tebu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi bibit tebu yang akan dihasilkan melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga kesuburan tanah kembali meningkat (Zulkarnain, 2013).

Tabel 1 Rerata Tinggi Tanaman Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Pada Umur

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 6.63 10.38 a 87.25 a 144.38 a

P1 7.13 15.00 b 74.75 a 156.75 ab

P2 8.63 14.63 b 85.88 a 162.38 ab

P3 9.94 20.13 c 143.25 b 219.38 d

P4 9.63 21.38 c 129.63 b 167.88 bc

P5 11.25 22.26 c 142.88 b 182.88 c

BNT 5% tn 3.38 21.62 18.49

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik.

Perlakuan Jumlah Daun Tanaman (helai) Pada Umur

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 5.63 a 7.75 9.88 15.88 a

P1 5.63 a 9.63 11.50 21.38 b

P2 6.00 a 14.63 10.13 26.63 c

P3 7.25 b 18.63 21.51 39.5 d

P4 7.63 bc 16.00 25.00 29.63 c

P5 8.30 c 14.25 19.88 31.25 c

BNT 5% 0.88 tn tn 5.21

(5)

Tabel 3 Rerata Jumlah Anakan Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik

Perlakuan Jumlah Anakan Tanaman (batang) Pada Umur

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 0.63 0.63 1.75 a 1.50 a

P1 0.50 1.13 1.50 a 3.75 b

P2 1.25 2.75 2.63 a 3.75 b

P3 0.88 3.38 5.13 bc 6.50 d

P4 1.73 3.38 5.75 c 4.88 c

P5 2.13 4.00 4.13 b 4.63 bc

BNT 5% tn tn 1.32 1.07

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

Tabel 4 Rerata Diameter Batang Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik

Perlakuan Diameter Batang Tanaman (cm) Pada Umur

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 0.54 0.51 a 1.81 a 2.56

P1 0.49 0.58 ab 1.63 a 2.98

P2 0.61 0.76 b 1.81 a 3.13

P3 0.74 1.13 c 3.25 b 4.06

P4 0.79 1.38 d 3.00 b 3.46

P5 0.75 1.19 cd 2.75 b 3.84

BNT 5% tn 0.23 0.54 tn

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

Tabel 5 Rerata Panjang Akar Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik

Perlakuan Panjang Akar Tanaman (cm) Pada Umur

1 BST 2 BST 3 BST 4 BST

P0 9.63 9.00 13.13 18.25

P1 8.50 11.25 13.25 17.63

P2 9.25 12.25 15.38 18.00

P3 12.38 15.00 17.00 23.75

P4 11.63 14.63 15.50 24.88

P5 12.50 15.50 14.63 22.25

BNT 5% tn tn tn tn

Keterangan : tn= tidak nyata.

Minardi (2002) menyebutkan bahwa penyerapan hara dan penyebarannya dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu batang, semakin besar diameter batang akan semakin besar pula ukuran batang.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang tebu. Pada umur pengamatan 2 BST perlakuan P4

(6)

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang tebu. Pada umur pengamatan 2 BST perlakuan P4 memberikan hasil diameter tertinggi, sedangkan pada umur pengamatan 3 BST perlakuan P3 memberikan hasil rerata tertinggi dan berbedanya terhadap diameter batang tanaman (Tabel 4.).

Menurut Minardi (2002) bahwa bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik. Oleh karena itu zat pengatur tumbuh yang disediakan oleh bahan organik yang terkandung dalam kompos limbah domestik sangat penting dalam pembentukan organ tumbuhan seperti batang dan daun. Semakin besar diameter batang akan semakin besar pula ukuran batang.

Panjang Akar

Tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit. Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang (Song Ai N, 2013)

Selanjutnya Purwanti (2008) menyebutkan diduga zat hara yang dapat diserap perakaran hanya sedikit karena sebagian digunakan oleh mikroorganisme tersebut sebagai sumber energi untuk memperbanyak diri dan perkembangan hidupnya.

Pada pengamatan panjang akar perlakuan pupuk kompos limbah domestik pada berbagai dosis tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman tebu. Pada pengamatan umur 1 dan 2 BST perlakuan P5 memberikan hasil rerata tertinggi pada panjang akar tanaman (Tabel 5.). Sedangkan pada pengamatan

umur 4 BST perlakuan menghasilkan rerata tertinggi pada panjang akar tanaman. Hasil tersebut berkaitan dengan hasil analisis pupuk kompos limbah domestik yang memiliki kandungan Phospat sebanyak 0.22% yang termasuk rendah jika dilihat dari standar kandungan kompos yang ditetapkan oleh Permentan (2011) yaitu sebesar 0.33% Phospat dalam pupuk kompos.

Pertumbuhan akar tanaman dipengaruhi oleh unsur Phospat yang terdapat pada tanah. Phospat dibutuhkan tanaman untuk metabolisme dan pembentukan organ tanaman, dengan demikian ketersediaan unsus Phospat di dalam tanah akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Zaif, 2015).

KESIMPULAN

Pemberian pupuk kompos limbah domestik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan). Peningkatan dosis pupuk kompos limbah domestik berhubungan erat dengan pertumbuhan vegetatif tanaman tebu. Perlakuan pupuk kompos limbah domestik dengan 75% dosis rekomendasi (4,5 ton ha-1) berbeda nyata pada

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan. Namun pemberian pupuk kompos limbah domestik pada berbagai dosis tidak berbeda nyata terhadap panjang akar tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M., K. P. Baiyeri, and B. C. Echezona. 2012. Effect of planting parts and potassium rate on the productivity of sugarcane (Saccharum

officinarum L.). Exploration

Agriculture & Horticulture. 2 (1): 23-30.

Djajadi. 2013. Silika (Si): unsur hara penting dan menguntungkan bagi tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Perspektif. 1 (12) : 47-55.

(7)

Bululawang (BL) pada lahan tegal dan lahan tidur (studi kasus di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep). J. Agrointek.

3(6): 1-7

Harjanti, R. A. 2014. Pengaruh takaran pupuk nitrogen dan silika terhadap pertumbuhan awal (Saccharum

officinarum L.) pada inceptisol.

Vegetalika. 3 (2) : 35- 44.

Minardi, S. 2002. Kajian komposisi pupuk NPK terhadap hasil beberapa varietas tanaman buncis tegak

(Phaseolus vulgaris L.) di tanah

alfisol. Sains Tanah. 2(1): 18-24.

Mulyono, D. 2009. Evaluasi kesesuaian lahan dan arahan pemupukan N, P, dan K dalam budidaya tebu untuk pengembangan daerah Kabupaten Tulungagung. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 11(1): 47-53

Purwanti, E. 2008. Pengaruh dosis pupuk majemuk dan konsentrasi Em-4 terhadap pertumbuhan bibit stek tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Tanah dan Agroklimatolog. i 9(1): 1-7

Putri, A. D. 2013. Pengaruh komposisi media tanam pada teknik bud chip tiga varietas tebu (Saccharum

officinarum L.). Jurnal Produksi

Tanaman. 1 (1) : 16 – 23.

Rokhman, H. 2014. Jumlah anakan dan rendemen enam klon tebu (Saccharum officinarum L.) asal bibit bagal, mata ruas tunggal, dan mata tunas tunggal. Vegetalika 3 (3) : 89– 96.

Song Ai N. dan Patricia T. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal Bioslogos. 1 (3) : 31-39.

Sugeng. 2014. Fase pertumbuhan tanaman tebu. http://detiktani .blogspot.com/2013/fase.pertumbuha n-tebu.html. Diakses pada tanggal 16 Desember 2014.

Zaif. 2015. Pertumbuhan dan perkembangan. www.zaifbio. wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015.

Zulkarnain, M. 2013. Pengaruh kompos, pupuk kandang, dan custom-bio terhadap sifat tanah, pertumbuhan

dan hasil tebu (Saccharum officinarum L.) pada entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri).

Indonesian Green Technology

Gambar

Tabel 1 Rerata Tinggi Tanaman Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik
Tabel 3 Rerata Jumlah Anakan Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Mengarahkan perhatian siswa dengan permasalahan menarik yang sesuai topik.. Melakukan refleksi pada

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut: (1) Strategi implementasi nilai kejujuran kedisiplinan dan tangung jawab

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Pontianak pemahaman potensi diri fisik peserta didik mencapai persentase

Salah satu bentuk formulasi yang dapat dikembangkan dalam perlakuan benih tanaman rempah dan obat berupa setek, seperti benih tanaman lada dan nilam, adalah dengan

Hasil yang diharapkan dari desain interior desain berupa konsep dan penerapannya pada desain interior Four Points Hotel Solo yang mampu mengakomodir kegiatan

Komunikasi electronic word of mouth melalui media elektronik mampu membuat konsumen tidak hanya mendapatkan informasimengenai produk dan jasa terkait dari