• Tidak ada hasil yang ditemukan

perencanaan kota komersial pada koridor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perencanaan kota komersial pada koridor"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB I

BAB I

(4)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kecamatan Lirik merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Indragiri Huluyang sudah mengalami perkembangan yang masih minim, ini ditandai dengan sedikitnya pertambahan jumlah penduduk yang ada dari tahun ke tahun.Adapun luas Kecamatan Lirik pada tahun 2014 adalah 233,60 km2 atau 22.040 Ha,mempunyai 17 desa dengan pusat pemerintahan berada di desa Lirik Area.

Selain itu perkembangan pembangunan fisik di wilayah Kota Kabupaten Inhu sendiri telah mengalami perubahan, Salah satunya di Kecamatan Lirik yang mengalami berbagai perkembangan terutama pada sektor migas, dan kecamatan ini memiliki jaringan jalan yang strategis karena berada pada jalur lintas nasional yang menghubungkan antara kabupaten pelalawan dan kabupaten Indragiri Hulu.

Maka dari itu dengan adanya penyusunan,pemanfaatan lahan dan pengembangannya mampu memajukan Kabupaten Inhu ini bukan hanya dari sektor perekonomiannya, namun sektor-sektor lainya seperti pendidikan, pemerintahan, sosial, perdagangan dan jasa, SDA,dan olahraga agar dapat dikembangkan mutu atau kualitas serta potensi fisik yang dimilikinya dan lebih dikembangkan lagi untuk kedepannya.

Adanya penyusunan penataan ruang di Kabupaten Inhu yang menggambarkan mutu komponen penyusunan ruang sehingga terwujud keserasian, keselarasan, dan keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan faktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi, dan struktur (keterkaitan jaringan infrastruktur dengan pusat pemukiman dan jasa).

Perkembangan daerah kawasan perkotaan tepatnya di Desa japura dan Desa Lirik Area dimulai dengan adanya pembangunan bandar udara japura sebagai bandar udara yang di kabupaten inhu, dan dengan adanya potensi Perindustrian Pertamina Migas. Hal itu menyebabkan timbulnya perkembangan aktivitas permukiman penduduk saat itu, walaupun sudah terdapat beberapa masyarakat melayu yang telah mendiami daerah di sepanjang jalan koridor kawasan perkotaan di Desa Japura kawasan hunian mereka. Kawasan perkantoran lebih dominan berkembang di Desa Lirik Area namun masalah pembangunan kota terhalang karena adanya kawasan industri Pertamina.

(5)

pola bangunan disepanjang koridor jalan Lintas timur sebagai perdagangan dan jasa dan juga sebagai kawasan pemukiman. Keberadaan pasar Japura sebagai tarikan utama penduduk melakukan aktivitas perdagangan dan jasa, sehingga hampir keseluruhan bangunan di koridor kawasan perkotaan di Desa Japura digunakan sebagai perdagangan dan kawasan pemukiman.

Struktur Ruang kawasan yang terbentuk oleh dua elemen yaitu elemen pembetuk struktur tata ruang kawasan yang linear dan berbentuk grid, kedua struktur ini membentuk kawasannya masing-masing. Elemen struktur ruang linear terbentuk secara jelas pada koridor jalan Lintas Timur khususnya pada kawasan sekitar Desa Japura yang memang berkembang pesat sebagai kawasan perdagangan dan jasa, sedangkan elemen struktur ruang grid terbentuk dipermukiman warga disekitar koridor Jalan Lintas Timur Japura. Elemen pembentuk Figure Ground berupa elemen solid merupakan elemen yang menjelaskan tentang keteraturan massa bangunan yang ada di koridor Jalur terdiri dari Block Tunggal, Block yang mendifinisi sisi, dan Block Medan. Untuk elemen void terdiri dari dua yaitu Sistem Terbuka yang sentral dan sistem Tertutup yang Linear. Elemen-elemen solid/void tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena secara bersama-sama membentuk unit perkotaan yang menunjukkan sebuah tekstur perkotaan dalam dimensi yang lebih besar.

Karakteristik kawasan koridior Jalan Lintas Timur Japura bersifat heterogen, bahwa terdapat dua atau lebih pola yang saling berbenturan, sehingga membentuk pola figure ground yang heterogen (bermacam). Keberadaan makam Raja – Raja Japura, memiliki sejarah dan budaya yang begitu kental dengan Desa Japura.

Perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa yang meliputi pasar, pertokoan, warung, dan sebagainya, yang bersifat linear mempengaruhi perkembangan Desa Japura yang termasuk kedalam PPL kabupaten Inhu.Melihat potensi tersebut, di wilayah ini dimungkinkan akan selalu berkembang kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan dan pasar swalayan dengan skala sedang dan besar.Pola bangunan pada kawasan koridor Jalan Lintas Timur Japura memiliki kerapatan antar bangunan yang kurang terbangun dengan layak, hal yang dikarenakan pembangunan yang di dasarkan oleh dana pribadi masyarakat, namun tidak sebandingdengan ketersediaan lahan untuk kawasan terbangun. Karakteristik yang ditunjukan oleh analisis Place merupakan analisis yang menggambarkan suatu bentang budaya dari struktur ruang kota dalam hal ini koridor Jalan Lintas Timur Japurayang merupakan salah satu kawasan embrio di Kecamatan Lirik.

(6)

Keberadaan Masjid, Pasar, Makam Raja Japura, dan Bandar Udara memiliki struktur ruang kawasan baik yang digunakan sebagai perdagangan dan jasa maupun permukiman merupakan salah satu pola perkembangan dari kawasan Desa japura yang menunjukan suatu identitas atau karakteristik dari Desa japura sendiri.

Analisis kondisi fisik dengan teori perancangan kota dimaksud dengan menjelaskan bentukan-bentukan fisik pada struktur ruang di Kecamatan Lirik dengan beberapa variabel yang ada pada teori perancangan kota, variabel tersebut terdiri dari tata guna lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pejalan kaki, aktivitas pendukung, penandaan, serta preservasi.

Kompleksitas permasalahan pada koridor di Jalan Lintas Timur perlu dipikirkan secara komprehensif alternatif pemecahannya. Oleh sebab itu penataan terhadap koridor sangat diperlukan guna menata vista dan serial vision (pengertian serial vision—yang dikutip dari buku Ruang Publik dalam Arsitektur Kota oleh Prof.Ir. Edy Darmawan, M.Eng—yaitu penataan secara visual suatu penggal jalan tertentu atau ruang terbuka, dengan menempatkan focal point atau kontras tertentu sehingga menimbulkan suatu dramatisasi dalam suatu deretan visual, dengan demikian pengamat akan merasa terkejut terhadap suatu pandangan yang terlihat sepotong-sepotong) koridor dari daerah tersebut, diantaranya penanganan masalah parkir yang keberadaanya masih mengganggu aktivitas lainnya, pemberian fasilitas berupa area Pedagang kaki Lima (PKL) yang dapat menampung semua kegiatan yang ada dan memfungsikan kembali alun-alun sebagai ruang publik kota, pemberian elemen-elemen yang dapat mengikat arsitektur masa lampau dan masa kini menjadi satu kesatuan yang harmonis serta pemberian perabot jalan (street furniture) yang merupakan fasilitas penunjang yang ada di koridor Jalan Lintas Timur. Koridor Jalan Lintas Timur yang merupakan koridor utama kota membutuhkan penataan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan caramengetahui secara rinci permasalahan-permasalahan yang ada dan menggali potensi di sepanjang koridor sehingga dapat memberikan solusi-solusi yang tepat serta mewujudkan ruang publik dan vista kota yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

(7)

industri yang begitu aktif di Kabupaten Inragiri Hulu, terutama industri yang ada di Kecamatan Lirik ini tidak lagi hanya terkenal di dalam negeri, namun berskala kan internasional. Sebut saja Pertamina, Pertamina merupakan salah satu industri di Kecamatan Lirik yang begitu sangat menjanjikan, baik dari segi lapangan pekerjaan maupun perekonomian sehingga dapat di rencanakan timbulnya pusat – pusat kegiatan wilayah.Lirik juga memiliki letak kawasan yang sangat strategis . dikarenakan Kecamatan Lirik terletak pada pintu gerbang utama keluar dari Kabupaten Pelalawan menuju lintas Jakarta. Hal tersebut yang dapat menjadi daya tarik dan keunikan Kecamatan Lirikuntuk dapat dikembangkan dimasa yang akan datang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi dilapangan, Kecamatan Lirik memiliki kawasan industry migas ( pertamina ) yang dapat ikut mengembangkan daerah sesuai dengan potensi yang ada. Pemanfaatan lahan yang efisien sangat dibutuhkan agar tidak terjadi alih fungsi (share) kawasan yang tidak sesuai dengan penataan ruang. Untuk itu dibutuhkan rencana pengembangan kawasan Kecamatan Lirik berbasis industri yang belum terealisasi dengan baik, dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan sektor pendukungnya, sehingga Kecamatan Lirik dapat meningkatkan potensi yang berdaya guna dan hasil guna bagi ekonomi masyarakat.

Dalam upaya pengembangan Kecamatan Lirik dengan memperhatikan kawasan perkotaan, terdapat isu-isu atau permasalahan yang terjadi dan menjadi faktor utama dalam rencana pengembangan Kawasan tersebut. Permasalahan utama dalam

pengembangan industri di Kecamatan Lirik adalah belum berkembangannya kawasan

perkotaan di kec Lirik sebagai Pusat Pelayanan Lokal . Hal tersebut terjadi karena adanya faktor pendukung yang membentuk masalah utama. Faktor pendukung tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya kinerja pemerintah

 Kurangnya kinerja pemerintah dalam pemanfaatan TGL membuat masih banyaknya lahan kosong yang seharusnya dapat digunakan sebagai potensi untuk pengembangan kota Lirik.

(8)

 Selain itu, perubahan fungsi kawasan atau konservasi lahan, seperti perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman karena ada factor pendukung yang berperan. Misalnya, kawasan pertanian yang dekat dengan pusat kota dijadikan kawasan permukiman karena pertimbangan kawasan perdagangan yang lebih efisien.

2. Kurang Optimalnya Pengembangan potensi Koridor Jalan Nasional

Belum berkembangnya Kecamatan Lirik dalam Penyediaan Fasilitas , Pelayanan Pendukung Perdagangan & Pengoptimalan kawasan Insentif

3. Keterbatasan Lahan antara kawasan industri dan Lahan Pemerintah dalam Proses Penataan Ruang dan Tata Guna Lahan.

 Hal ini terjadi dikarenakan lahan Kawasan Industri ( berskala International ) mengakibatkan banyak lahan di sekitar industry yang tidak boleh dibangun oleh pemerintah ataupun masyarakat.

(9)

Studio Perencanaan Kota 9

Isu Pokok:

Belumoptimalnyadampakpositiv e dari KSK Koridor Utara Jalan Lintas Timur (Jalintim)

Sumateraterhadapperkembangan Kecamatan Lirik

Pusat–pusat perdagangan dan jasa masih terpencar

BelumTercapainyaSistemPerkotaanWil ayah Kecamatan Lirik sebagai PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) & PPL

(Pusat Pelayanan

Lingkungan)usatKegiatanLokalPromos

Belum terpenuhinya kebutuhan Infrastrukur cagar budaya berupa bangunan khusus sebagai objek/daya tarik terhadap gambaran budaya INHU di kecamatan Lirik

Sulitnya menemukan kebutuhan pokok untuk kebutuhan sehari-hari

Penurunankegiatanekonomiperkotaandis ektorperdagangandanjasa

Aksesibilitas internal daneksternal yang tidak baik di KawasanPerdagangandanjasa di Japura

Kurangnya peduli pemerintah atas cagar budaya/ ciri khas dari daerah

(10)

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah terkait penataan koridor kawasan perkotaan Lirik sebagai gerbang kabupaten inhu dengan menganalisa bentuk masalah - masalah perkotaan beserta potensinya . Untuk Tahap selanjutnya yaitu:

1.3.2 Sasaran

Menganalisa berbagai bentuk masalah-masalah perkotaan beserta potensi yang terdapat diwilayah study khususnya kawasan perkotaan Lirik sebagai Pusat Pelayanan Lokaldan memberikan out put / hasil akhir berupa arahan dan kebijakan yang nantinya diharapkan mampu diterapkan diberbagai Stakeholder

Adapun sasaran yang ingin di capai dengan terlaksanya kegiatan ini adalah:

1. Mewujudkan kondisi kota yang kondusif di Kecamatan Lirik.

2. Mewujudkan kawasan perkotaan yang menjadikan Kecamatan Lirik sebagai pusat pelayanan lokal

3. Menciptakan Kesingkronan kebijakan Pemerintah Kabupaten Inhu dengan

Kondisi Real koridor kawasan perkotaan Lirik.

4. Mewujudkan hasil akhir / output berupa rencana hasil study.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi 1.4.1.1 Wilayah Makro

Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu terletak di bagian selatan Provinsi Riau yang berbatasan dengan Provinsi Jambi, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.1 yaitu peta orientasi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal skala 1 : 50.000, wilayah Kabupaten Indragiri Hulu secara geografis terletak pada 00˚06’ 21” LU – 01˚ 05’ 27” LS dan 101˚ 46’ 23” – 102˚ 42’ 24” BT.

Dengan batas-batas wilayah adalah:

- Sebelah utara : Kabupaten Pelalawan; - Sebelah timur : Kabupaten Indragiri Hilir;

- Sebelah selatan : Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Tebo; - Sebelah barat : Kabupaten Kuantan Singingi.

Selaras dengan penetapan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

(11)

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya; maka ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dalam konteks RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Indragiri Hulu meliputi: wilayah daratan, wilayah udara, dan dalam bumi. Sehubungan letaknya tidak berbatasan dengan laut, maka tidak terdapat ruang wilayah laut untuk Kabupaten Indragiri Hulu.

Wilayah daratan, dalam arti termasuk perairan di dalamnya (inland water) yaitu sungai dan danau, mempunyai luas kurang lebih 8.198,26 km² atau 819.826 Ha. Luas wilayah daratan ini merujuk kepada Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3902). Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa luas wilayah Kabupaten Indragiri Hulu sebelum adanya pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi adalah 15.854,29 km² dan luas Kabupaten Kuantan Singingi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang tersebut adalah 7.656,03 km², sehingga luas Kabupaten Indragiri Hulu setelah ditetapkannya Undang-Undang tersebut adalah 8.198,26 km², yaitu pengurangan dari 15.854,29 km² dengan 7.656,03 km².

Wilayah udara Kabupaten Indragiri Hulu adalah ruang udara yang yang terletak di atas wilayah daratan tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wilayah dalam bumi Kabupaten Indragiri Hulu adalah ruang dalam bumi yang terletak di bawah wilayah daratan tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Gambar 1.2

Peta Orientasi Kabupaten Indragiri Hulu

(12)

Gambar 1.3

Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hulu

(13)

a. Pembagian Wilayah Administrasi.

Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu secara administrasi pemerintahan terbagi atas 14 (empat belas) kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 178 desa dan 16 kelurahan atau total desa dan kelurahan adalah 194 desa/kelurahan. Pada Tabel 1.1 dikemukakan nama-nama kecamatan, ibukota kecamatan, serta jumlah desa dan kelurahan pada masing-masing kecamatan tersebut.

Tabel 1.1: Pembagian wilayah Administrasi Kabupaten Indragiri Hulu, Tahun 2013

N

o Kecamatan Ibukota Desa Kelurahan Jumlah

1 Peranap Peranap 10 2 12

2 Batang

Peranap Selunak 10 0 10

3 Seberida Pangkalan

Kasai 10 1 11

4 Batang

Gansal Seberida 10 0 10

5 Batang

Cenaku Aur Cina 20 0 20

6 Kelayang Simpang

Kelayang

16 1 17

7 Rakit Kulim Petonggan 19 0 19

8 Pasir Penyu Air Molek 8 5 13

9 Lirik Lirik 17 0 17

1 0

Sungai Lala Kelawat 12 0 12

1

2 Rengat Barat Pematang Reba 17 1 18

1

3 Rengat Rengat 10 6 16

1 Kuala Cenaku Kuala Cenaku 10 0 10

(14)

4

Sumber : SP2012,BPS Indragiri hulu

Wilayah kecamatan sejumlah 14 kecamatan tersebut merupakan penetapan pada kondisi mutakhir tahun 2013, setelah pemekaran dari wilayah kecamatan sebelumnya. Penggambaran ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dengan pembagian administrasi pemerintahan tingkat kecamatan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.3. Untuk lebih jelasnyaorientasi kabupaetn inhu dan administrasi Kab.Indragiri Hulu beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Nama-nama Ibukota dan Luas Wilayah di Kabupaten Inhu Tahun 2013

N

Peranap Selunak * 0 10 10

3 Seberida Pangkalan

Kasai 960.29 1 10 11

4 Batang

Gansal Seberida 950 0 10 10

5 Batang

Cenaku Aur Cina 970 0 20 20

6 Kelayang Simpang

Kelayang 879,84 1 16 17

7 Rakit Kulim Petonggan * 0 19 19

8 Pasir Penyu Air Molek 372.5

0

5 8 13

9 Lirik Lirik 233.6

0 0 17 17

1 Sungai Lala Kelawat * 0 12 12

(15)

1

1 Lubuk Batu Jaya Lubuk Batu Tinggal * 0 9 9

1 2

Rengat Barat Pematang Reba 921 1 17 18

1

4 Kuala Cenaku Kuala Cenaku * 0 10 10

Kab Indragiri

Hulu Rengat-Pmt Reba 8198.25 16 178 178

Sumber : SP2012,BPS Indragiri hulu 1.4.1.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro

Kecamatan Lirik yang ibukotanya Desa Lirik Area merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hulu yang terletak di Pulau Sumatera yang terbentang diantara 0000’ Lintang Utara - 10 37’22” Lintang Utara dan 1010 26’41” Bujur Timur - 1020 10’54” Bujur Timur.

Kecamatan Lirik memiliki batas – batas :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Sei.

Lala.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rengat Barat.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Batu Jaya dan Kabupaten

Pelalawan.

Luas Wilayah kecamatan Lirik sebesar233,60 km2 atau 22.040 Ha. Wilayah administrasi yang memiliki luas wilayah terbesar di Kecamatan Lirik adalah desa Lirik Areadengan luas km2. Sedangkan desa merupakan desa dengan luas terkecil se Kecamatan Lirik dengan luas hanya km2.

Jarak terjauh antara kantor desa dengan ibukota kecamatan adalah desa Redang Seko dengan jarak ± 13 km, sedangkan yang terdekat dengan Ibukota Kecamtan Lirik adalah desa Gudang Batu dan desa Rejosari dengan jarak ± 0,5 km. Secara umum keadaan topografi adalah berupa dataran meskipun ada beberapa daerah yang berbukit – bukit, sementara ketinggian permukaan air laut untuk di daerah Lirik adalah sekitar ±6 meter

(16)

Gambar 1.3

Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Lirik

(17)

Gambar 1.4

Peta Administrasi Kecamatan Lirik

(18)

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Secara garis besar, lingkup penelitian penyusunan laporan perencanaan ini meliputi: a. Aspek fisik

- Fisik alam yang meliputi: Geologi, Geografi, Topografi, Hidrologi, Vegetasi dan Klimatologi

- Struktur Ruang yang meliputi: Pola pemanfaatan guna lahan dan kedudukan

dalam konselasi regional.

- Ketersediaan Utilitas kota: Sarana, prasarana.

b. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:

(19)

- Rencana pengembangan kawasan pemukiman

- Rencana pengembangan kawasan argoindustri

c. Aspek nonfisik

Identifikasi dan analisis aspek nonfisik digunakan untuk melihat karakteristik, permasalahan, serta potensi yang memeperngaruhi perkembangan kawasan yang meliputi:

- Kependudukan yang meliputi: Komposisi, struktur (sosial, ekonomi), mobilitas dan persebaran penduduk serta SDM.

- Pola aktivitas yang meliputi : Kegiatan perekonomian dan non perekonomian.

d. Aspek Kawasan perdagangan dan jasa.

- Sistem Aktivitas

- Sistem Peregerakan

- Sistem Sebaran aktivitas

e. Studi literatur dan peraturan perundangan

Literatur yang digunakan dalam laporan perencanaan ini tertuang pada bab II, yang berisikan berbagai bentuk teori yang berkaitan dengan tema yang diangkat dan peraturan perundangan sebagai dasar hukum atas perencanaan yang dilakukan dalam penelitian seperti UU No. 26 Tentang Penataan Ruang.\

f. Pengambilan gambar / foto

Pengambilan gambar / foto dilakukan pada saat observasi dilapangan, foto di ambil sebagai bentuk bukti akan kondisi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

g. Identifikasi permasalahan pelaksanaan pembangunan kawasan

Melakukan identifikasi terhadap permasalahan pelaksanaan pembangunan yang ada pada saat ini, dengan mencari solusi dan rencana strategis pemerataan pembangunan yang cocok dan tepat dengan potensi SDA dan teknologi yang ada.

h. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan

Melakukan perkiraan atau proyeksi kebutuhan pembangunan kawasan dimasa yang akan datang, minimal 10 tahun kedepan dengan mengetahui jumlah infrastruktur yang dibutuhkan dimasa yang akan datang.

i. Pemetaan dan pembuatan gambar eksisting atau data factual

Pemetaan dilakukan dengan menggunakan autocad, pembuatan peta didigit ulang sesuai dengan RTRW Kabupaten Indragiri Hulu dan pembuatan gambar

(20)

sesuai dengan kondisi eksisting yang dilengkapi dengan data factual yang diperoleh selama penelitian.

j. Analisa dan penyusunan konsep

- Membuat analisa terhadap kawasan yang akan dikembangkan serta meyusun konsep yang tepat yang dapat mendukung analisa tersebut untuk direncanakan dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan sektor pendukung lainnya. Melakukan kajian atau metode terkait dengan pendekatan normatif, kuantitatif, dan deskriptif .

- Melakukan analisa terhadap sektor perekonomian untuk mengetahui lajupertumbuhan ekonomi Kecanatan Lirik.

- Melakukan analisa tehadap kebutuhan ruang / spasial di Kecamatan Lirik

terhadap penggunaan lahan dan kondisi fisik alamnya

- Melakukan analisa terhadap sektor kependudukan untuk mengetahui proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Lirik.

- Melakukan analisa terhadap kebutuhan sarana di tahun proyeksi. - Melakukan analisa terhadap kebutuhan prasarana di tahun proyeksi k. Penyusunan rencana program pembangunan di Kecamatan Lirik.

Membuat suatu program rencana pembangunan yang tepat berdasarkan kondisi saat ini dan dapat dipergunakan dimasa yang akan datang dan dapat mempengaruhi perkembangan Kecamatan Lirik dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanmasyarakat serta meningkatkan pemerataan pembangunan di Kecamatan Lirik.

Melakukan kajian terhadap teori – teori yang terkait perkembangan industri di Kecamatan Lirik.

1.5 Sistematika Penyajian

Penyajian laporan Ustek ini secara sistematisa kan di bagi dalam beberapa bagian yaitu:

Bab I Pendahuluan:

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup materi dan kawasan studi , metodologi penelitian, keluaranatau output dan kerangka berfikir.

Bab II Kajian Teori

Pada Bab ini berisikan tentang Teori-teori yang mendukung Tema penelitian

Bab III Gambaran Umum

Bab ini berisikan tentang kebijakan pemerintah setempat baik berupa UU maupun PP serta Gambaran Umum Kabupaten Inhu dan Gambaran Lokasi StudyKawasan Perencanaan.

(21)

Bab IV Metodologi dan Pendekatan

Bab ini berisi tentang pendekatan perencanaan yang digunakan beserta Metodologi yang berkaitan dan relevan selain itu juga terdapat Kerangka berfikir Makro dan Kerangka Analisa Makro.

Bab V Manajemen Pelaksanaan

Bab ini berisikan tentang proses pelaksanaan kegiatan yang di atur dan di tetapkan hingga kegiatan study ini selesai.

BAB

II

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

Didalam Proses studi perencanaan ini dibutuhkan dua pendekatan melalui kajian teori – teori yang mendukung demi memudahkan dalam melakukan proses perencanaan kawasan argoindustri, sbg Pintu gerbang menuju PKW di Rengat.

2.1 Teori Perencanaan Pusat Pelayanan Kawasan

Kriteria PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untukmelayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa yang mengemban fungsi dengan tingkatpelayanan kecamatan atau beberapa desa sebagai berikut :

a. pemerintahan kecamatan; b. pertanian;

c. pendidikan menengah; d. peternakan;

e. pariwisata;

f. pertambangan/Perindustrian g. perkebunan;

h. pengembangan permukiman; dan

i. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa.

2.2Kawasan koridor komersial pada Jalan Arteri Primer a. Kawasan Koridor Komersial

(23)

komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota, letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial). Koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang pemanfaatan ruang di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran yang kompleks dan pusat pekerjaan di dalam kota (Bishop,1989). Ketika jalan raya diperluas dari pusat kota ke pinggiran kota yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya pertokoan, restoran dan area parkir maka lahirlah koridor komersial ditandai dengan deretan bangunan komersial, parkir halaman depan, jalan berorientasi pejalan kaki dan barisan elemen penanda sepanjang jalan utama dari pusat kota ke pinggiran kota.

Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa koridor komersial

merupakan konsentrasi toko retail, yang melayani area perdagangan umum yang terletak di sepanjang jalan.

b. Jalan arteri primer

Menurut fungsinya jalan dikelompokkan atas jalan arteri, kolektor, lokal, dan jalan Lingkungan. Jalan Lintas Timur merupakan Jalan arteri primer. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 UU No. 38 tahun 2004 bahwa jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

Berdasarkan status jalan, Jl. Lintas Timur adalah jalan nasional, dimana jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional. Berikut adalah dimensi jalan arteri primer menurut pasal 7 UU No. 38 tahun 2004.

Gambar 2.1 : Kondisi minimal ideal jalan arteri primer

(24)

Sumber : UU No. 38 tahun 2004.

Mengacu pada pengertian kawasan koridor komersial dan jalan arteri primer dapat disimpulkan bahwa kawasan koridor komersial pada jalan arteri primer adalah area perdagangan dan jasa serta komersial lainnya yang terletak di lingkungan kawasan jalan yang melayani distribusi barang dan jasa skala nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dengan persyaratan kecepatan rata-rata minimal 60 Km/jam, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2.2.1 Perkembangan koridor komersial.

Awal tahun 1980 bermunculan kumpulan pertokoan seiring meningkatnya pembangunan jalan raya dalam jumlah cukup besar dan terdiri dari berbagai jenis. Selanjutnya bermunculan mall dan departemen store yang menempati site besar di perempatan jalan.

Pada tahun 1980-an pengembang memperluas investasi dengan mengembangkan format retail berkelompok (cluster retail) yang secara khusus menjual produk tertentu menjadi toko tunggal bertema besar, seperti elektronik, furnitur, dan lain-lain yang bertujuan merebut pangsa pasar dari toko kecil dan supermarket. Format baru ini membutuhkan lahan yang besar pada lokasi yang strategis dan berdampak terhadap kepadatan lalu-lintas.

Pada 1990-an, perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen menyebabkan pergeseran pusat perbelanjaan tertutup dan bentuk koridor ke bentuk open air shopping yakni kegiatan belanja yang dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi ruang terbuka. Kegiatan belanja seperti ini membutuhkan site besar untuk mendukung aktifitas retail, hiburan, dan kegiatan makan. Perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang berorientasi kendaraan sepanjang koridor ke pengalaman belanja yang dilakukan dengan

(25)

pengembangan pusat kota dengan menambahkan hunian dan kantor di atas fungsi retail, dan lokasi yang dipilih berada di persimpangan jalan utama. (Bohl, Charles C., 2002). Aspek yang mempengaruhi perkembangan mall dan shopping center adalah jarak perjalanan, perubahan selera konsumen, gaya hidup dengan waktu yang terbatas dan kebutuhan tempat hiburan. Alasan lainnya adalah perubahan permintaan pasar, perubahan kebijaksanaan publik, ide-ide baru urban desain dan perubahan budaya (Bohl, Charles C., 2002).

2.2.2 Pentingnya penataan kembali kawasan koridor komersial

Permasalahan koridor komersial dengan nilai positif dan negatif yang dimilikinya terjadi pada kota-kota di dunia termasuk koridor jalan arteri primer. Permasalahan ini membutuhkan solusi yakni penataan sesuai dengan persoalan dan karakter kawasan koridor tersebut. Setiap kawasan koridor komersial memiliki karakter yang berbeda meskipun memiliki persoalan mendasar yang sama.

Persoalan kawasan koridor komersial mencakup dua persoalan pokok yakni: koridor komersial kurang aktif dan tidak menjadi destinasi utama untuk berbelanja padahal pertumbuhan retail positif. Persoalan pokok lainnya adalah menurunnya kualitas fisik ruang koridor dan kawasan sekitarnya.

Adanya persoalan dan fenomena perkembangan koridor komersial mendorong perlunya penataan kembali kawasan koridor Jalan .

2.2.3 Place making sebagai strategi untuk mengaktifkan kawasan koridor komersial

Kunci kesuksesan kawasan koridor komersial sehingga menjadi kawasan koridor komersial yang aktif adalah daya tarik tempat/ ruang kawasan koridor komersial tersebut. Untuk menciptakan daya tarik tempat/ ruang, dibutuhkan strategi place making guna mencapai kesuksesan suatu tempat.

2.2.4 Pengertian place making

Place making adalah proses mengubah ruang (space) menjadi place sehingga akan menarik sejumlah besar manusia karena bersifat menyenangkan, menarik dan menawarkan kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Placemaking adalah cara dimana semua

(26)

manusia mengubah tempat mereka, menemukan diri mereka ke tempat di mana mereka tinggal (Schneeklth, L. Dan Shibley, R.G., 1995)

Place making terkenal dengan karakternya yang berfokus terhadap aktivitas, manajemen, komunitas, dan sosialibilitas. Hasil akhir dari strategi placemaking adalah terciptanya pengembangan ruang publik yang berkualitas baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya (Tiesdell, 1996), seperti plaza, taman, jalan, serta kawasan komersial pada

main street. Strategi placemaking pusat kawasan dan merupakan nilai tambah bagi retail entertaiment. Kombinasi fungsi dan format pusat kawasan harus merupakan kombinasi yang imbang antara komersial dan kegiatan hiburan serta rekreasi non-profit.

Pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan dan koridor komersial bukan hanya karena kegiatan komersial namun karena seting publik yang memungkinkan orang untuk bertemu, berbaur, berjalan-jalan, dan melihat-lihat. Daya tarik format koridor komersial dan pusat perbelanjaan sebagai sebuah tempat untuk berkumpul merupakan esensi utama pendorong suksesnya kawasan komersial.

Koridor komersial dengan format yang kompak, mixed-use, pedestrian oriented merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai koridor komersial yang aktif, pengurangan polusi udara, kemacetan lalu-lintas dan preservasi ruang terbuka serta menciptakan lingkungan dan komunitas yang lebih nyaman.

2.2.5 Place making pada kawasan koridor komersial

Perubahan spirit of place samar, sulit di analisis secara formal dan konseptual namun tetap terjadi. (Relph, 1976, p.99). Suatu tempat dapat memiliki spirit atau sense of place ketika tempat tersebut memiliki kualitas, konsistensi dan keandalan.

Ruang kota yang baik adalah ruang yang mewadahi transaksi aktifitas ekonomi pada berbagai tingkat dan lapisan dan menyediakan ruang untuk transaksi sosial dan budaya Montgomery (1998). Montgomery menjelaskan indikator kunci dari vitalitas suatu kawasan yakni :

1. Tingkat variasi dalam penggunaan lahan primer, termasuk perumahan.

2. Proporsi bisnis lokal yang dimiliki atau kebebasan jenis usaha/ bisnis, terutama pertokoan.

3. Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam hari dan sore. 4. Kehadiran dan kekhususan koridor komersial

5. Ketersediaan bioskop, teater, bar, pub, restoran dan budaya lainnya / tempat pertemuan, menawarkan layanan dari berbagai jenis, harga dan kualitas.

(27)

memungkinkan orang menonton dan beraktivitas seperti program animasi budaya.

7. Pola penggunaan lahan campuran memungkinkan perbaikan dan investasi kecil dibidang properti.

8. Ketersediaan unit yang berbeda ukuran dan biaya.

9. Inovasi dalam tampilan arsitektur baru, menyediakan berbagai jenis bangunan, gaya dan desain.

10. Kehidupan jalanan dan bagian depan jalan yang aktif.

Aspek penting dalam mendesain main street dan town center (Bohl, Charles C., 2002) terdiri dari:

1. Kemampuan mengadaptasi urban form dengan mudah

2. Kombinasi entertainment retail dan niche restaurant

3. Detail desain bangunan, lingkungan kota yang bervariasi dan dekorasi wajah jalan (streetscape) yang menarik.

4. Menempatkan toko langsung berhubungan dengan sisi jalan. 5. Mengubah parkir badan jalan dengan gedung parkir

6. Keragaman aktivitas pada level pejalan kaki.

7. Menyediakan ruang berkumpul publik yang cukup (public gatering space) 8. Menata karakter pedestrian berskala manusia, keintiman ruang publik kawasan

historis. 9. Visibilitas

Kebijakan kota yang dapat dilakukan untuk pendukung place making padakawasan koridor komersial adalah (Bohl, Charles C., 2002):

1. Pembangunan menekankan skala lingkungan dan manusiawi menciptakan kota yang berskala manusia.

2. Menggunakan analisis pasar untuk menginformasikan perencanaan dan menentukan produk yang diinginkan.

3. Area istirahat di dalam kawasan dan terhubung dengan jalan-jalan dan trotoar. Menciptakan sektor keuangan publik yang dapat membantu pelaksanaan pembangunan, dengan menarik partisipasi sektor swasta.

4. Mendefinisikan gerbang masuk kawasan dimana pengunjung tahu ketika masuk dan meninggalkan kawasan.

(28)

5. Kebijakan kota dapat mengendalikan ukuran dan penempatan elemen

6. Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan. Kawasan ramah pejalan kaki dihubungkan dengan prasarana publik. Pemerintah merencanakan dan membangun jaringan pejalan kaki antar distrik.

7. Menata dimensi blok, pengambil kebijakan mengatur ketinggian bangunan dan jarak antar blok. persyaratan garis sempadan fleksibel.

8. Parkir paralel, tidak memerlukan taman parkir, tidak menutup jalan untuk lalu lintas dan mengijinkan truk menarik dan menyerahkan barang di depan toko. 9. Mengatur standar pencahayaan (ukuran, dan tingkat pencahayaan).

10. Kawasan pejalan kaki harus dapat diakses dan fokus pada program transit dan transportasi.

11. Program perumahan kota yang terjangkau.

Street as place adalah upaya membentuk place pada ruang jalan dalam rangka mengembalikan fungsi jalan bagi kepentingan publik yang mempertimbangkan pejalan kaki (PPS, 2009). Street as place membentuk kembali jalan sebagai tempat yang disiapkan untuk meningkatkan vitalitas ekonomi yang lebih baik dan memberikan peluang untuk kepentingan umum. Street as places mengintegrasikan berbagai elemen koridor jalan dengan menciptakan vitalitas tempat dimana orang merasa aman, nyaman, merasa memiliki dan bersosialisasi. Placemaking pada kawasan koridor komersial menurut PPS (Project for Public Space) meliputi elemen-elemen sebagai berikut :

1. Kenyamanan dan identitas (Comfort and Image) a. Merefleksikan identitas dan budaya lokal

b. Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan yang baik, lansekap dan perabot jalan yang memberikan kemudahan dan kenyamanan.

c. Kejelasan dan pembatasan elemen penanda untuk memberikan informasi. 2. Aksesibilitas dan tautan (Access and Linkages)

a. Kemudahan melintasi dan menyeberang di jalan

b. Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan pejalan kaki. c. Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi public

3. Fungsi dan aktifitas (Uses & Activities)

a. Pemakai betah beraktifitas pada ruang koridor.

b. Aktifitas lantai dasar yang mengundang dan terbuka untuk pengunjung. c. Keragaman aktifitas seperti restaurant, toko, dan layanan usaha lainnya.

(29)

a. Masyarakat dapat melakukan aktifitas bersama pada ruang koridor. b. Rasa memiliki terhadap ruang koridor

c. Representatif untuk mewadahi kegiatan segala jenis usia dan kondisi.

Aspek yang dipertimbangkan (issue of concern) dalam membentuk place pada penataan kawasan komersial koridor jalan arteri pada tabel II.1 berikut.

Tabel 2.1 : Aspek yang dipertimbangkan dalam membentuk place pada kawasan komersial koridor jalan ateri primer

No Aspek Perancangan Place

Indikator Place

1. Fungsi dan Aktifitas

 Variasi penggunaan lahan termasuk perumahan.

 Kebebasan jenis usaha pertokoan

 Pola jam buka, dan adanya kegiatan malam dan sore

hari

 Pola penggunaan lahan campuran untuk investasi bidang properti

 Kehidupan jalanan dan bagian depan yang aktif

 Kombinasi entertainment retail dan niche

restaurant

 Aktifasi lantai dasar yang mengundang dan terbuka

untuk pengunjung

2. Identitas karakter dan

keunikan

 Kekhususan setiap kawasan koridor komersial

 Merefleksikan identitas dan budaya lokal

3. Kenyamanan  Terdapat ruang untuk duduk, elemen pencahayaan,

lansekap dan perabot jalan yang memberikan kenyamanan

4. Kemudahan  Parkir paralel, tidak menutup jalan untuk lalu lintas.

 Kemudahan melintasi dan menyeberang jalan

5. Visibilitas  Kejelasan elemen penanda dalam memberikan

informasi.

 Mendefinisikan secara jelas pintu masuk dan keluar kawasan.

(30)

6. Aksesibilitas dan tautan

 Menempatkan toko langsung berhubungan dengan

sisi jalan.

 Menyediakan berbagai pilihan jenis transportasi publik.

 Area istirahat dalam kawasan terhubung dengan jalan dan trotoar.

 Menata sistem transit dan transportasi.

7. Berorientasi pejalan

kaki

 Beraneka ragam aktifitas pejalan kaki.

 Karakter pedestrian berskala manusia.

 Trotoar mengakomodasi dan memberi kenyamanan

pejalan kaki.

 Membangun jalur pejalan kaki antar kawasan. Kawasan ramah pejalan kaki di hubungkan dengan prasarana publik. Pemerintah membangun jaringan pejalan kaki antar distrik.

8. Berorientasi

komunitas/masyaraka t

 Tersedia ruang berkumpul publik yang representatif dapat mewadahi kegiatan segala jenis usia dan kondisi termasuk anak-anak dan diffeable people

9. Keunikan  Detail Desain Bangunan, Lingkungan urban yang

variatif.

 Dekorasi wajah jalan (Streetscape) yang menarik.

10. Kesenangan,

Kegembiraan

 Terdapat bioskop, Teater, bar, pub, restoran dan budaya lainnya, tempat pertemuan dengan berbagai jenis, harga dan kualitas.

 Taman, lapangan dan ruang sudut, memungkinkan

orang menonton dan beraktifitas seperti program animasi-animasi budaya.

11. Adaptif  Kemampuan mengadaptasi bentuk kota dengan

mudah.

12. Skala Manusiawi  Skala lingkungan membentuk kota berskala

manusia

13. Regulasi  Kebijakan kota mengendalikan ukuran dan lokasi

elemen penanda.

 Kebijakan kota mengatur ketinggian bangunan dan

jarak antar blok dan persyaratan garis sempadan.

(31)

Sumber : Hasil rangkuman (Mei 2011), Bohl, Charles C.(2002), Montgomery (1998), Carmona et al (2003), Project for Public Spaces (2003).

Place making adalah strategi untuk menata kawasan koridor komersial yang esensinya dikaji dari landasan teori danstudi kasus yang kemudian dapat merumuskan prinsip normatif pengembangan dan perancangan kawasan koridor komersial perkotaan.

2.2.6 Linkage sebagai elemen pemersatu kawasan koridor komersial.

Linkage adalah garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain (Trancik 1986). Garis semu bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian dan ruang terbuka yang berbentuk segaris. Keterkaitan ini melibatkan organisasi dari berbagai garis yang mengaitkan bagian-bagian kota dan desain dari kumpulan ruang (Trancik, 1986). Kumpulan ruang dapat berupa garis lahan, ruang sirkulasi, aksis pembentuk organisasi, deretan pepohonan, ruang-ruang terbuka maupun pinggiran bangunan. Secara bersama-sama elemen tersebut membentuk suatu sistem keterkaitan yang konstan dan perlu diperhatikan saat akan melakukan penambahan maupun perubahan di dalam suatu ruang kota.

Fumihiko Maki dalam ”Investigation into Collective Form” menyatakan bahwa:

”Tautan (linkage) adalah pengikat dalam suatu kota. Ia merupakan satu tindakan menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik pada suatu ”. Oleh karena itu dibutuhkan elemen penghubung dari satu kawasan ke kawasan lain maupun dalam satu kawasan itu sendiri untuk membantu warga mengerti bagian kotanya dan mempermudah akses menuju suatu kawasan. linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan yang berbeda, dimana terdapat 2 pendekatan linkage perkotaan:

1. Linkage yang visual, 2. Linkage yang struktural,

Tautan struktural dilakukan dengan membentuk jaringan atau hubungan secara struktural pada kawasan yang letaknya saling berdekatan tetapi agak terisolir dan berdiri sendiri, sedangkan tautan visual adalah menghubungkan dua atau lebih fragmen kota menjadi satu kesatuan secara visual. Pada tautan visual terdapat elemen pembentuk yang menghasilkan hubungan secara visual dengan baik, yaitu: garis, koridor, sisi, sumbu dan

(32)

irama. Setiap elemen memiliki ciri khas atau suasana tertentu. Upaya menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain sehingga tercipta satu hubungan yang baik adalah dengan mempertimbangkan aspek sebagai berikut:

1) Memperhatikan sistem sirkulasi eksisting dalam kawasan seperti: sistem sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan, sistem transportasi dan sistem perpindahan atau pola pergerakan manusia dengan berjalan atau berkendaraan. 2) Memperhatikan elemen-elemen perkotaan yang sudah tersedia di kawasan

seperti jalur pejalan, fungsi bangunan, vegetasi dan elemen lain yang dapat mendukung terciptanya tautan satu kawasan dengan kawasan lain.

2.2.7 Identitas sebagai pembentuk citra kawasan koridor komersial.

Identitas merupakan suatu keadaan, sifat, ciri-ciri khusus, jati diri seseorang atau benda (Poerwadarminta, 1987). Identitas kawasan merupakan sesuatu yang objektif tentang seperti apa sebenarnya rupa atau bentuk suatu tempat (Montgomery, 1998). Identitas merupakan ciri khas suatu tempat, yang menyebabkan adanya perasaan terhadap suatu tempat. Identitas kawasan bisa terlihat dari bahan apakah yang dipakai, pola yang terdapat, warna serta apa yang dilakukan masyarakat ditempat tersebut (Zahnd, 1999). Upaya membentuk identitas tempat pada kawasan koridor komersial menurut Bohl (2002) antara lain :

1. Mengembangkan penggunaan fungsi campuran

2. Menyediakan jalur pedestrian untuk pasar harian dan perayaan festival 3. Menata pusat kawasan hijau dan air mancur

4. Menyediakan gedung pertemuan sebagai tempat berkumpul untuk pertemuan asosiasi, pernikahan, resepsi dan perayaan yang bersifat privat maupun publik. 5. Mengembangkan konsep perumahan baru

6. Mengembangkan retail

7. Mengembangkan lingkungan tempat kerja baru

8. Mengembangkan tempat leisure dan konsep entertainment/ hiburan.

9. Meningkatkan pertumbuhan yang smart, pembangunan yang sustainable dan lingkungan komunitas yang layak ditinggali (livable).

(33)

2.2.8 Pengembangan fungsi campuran pada kawasan koridor komersial

Kajian mixed use corridor dielaborasi dari kajian tujuh koridor komersial fungsi campruan di kota Kitchener yang terdiri dari: Belmont Avenue (Upper & Lower); King Street (East & West); Lancaster Street; Queen Street; dan Victoria

Street (North & South).

Tujuan pengembangan kawasan koridor dengan pendekatan mixed use corridor adalah :

1. Meningkatkan aktifitas koridor berskala manusia dan pengembangan sesuai arahan kebijakan lokal.

2. Kualitas bangunan dan desain lansekap membentuk sense of place dan identitas koridor

3. Menciptakan kawasan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan mendukung transit.

4. Kualitas ruang publik yang baik menciptakan kreatifitas dan identitas koridor.

Aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam penataan kawasan

koridor berdasaran pendekatan mixed use corridor adalah: 1. Tata guna lahan:

Mengembangkan fungsi hunian, tempat kerja dan mengintensifkan pengembangan berorientasi transit. Komponen yang ditata dalam guna lahan kawasan koridor komersial adalah:

a. Penggunaan lahan

Prinsip penggunaan lahan :

1. Menerapkan fungsi campuran berupa: retail, rukan, townhouse, perkantoran, restoran dan layanan lain.

2. Penggunaan lahan yang memperkuat ekonomi dan mendorong penggunaan transportasi umum.

b. Berskala manusia

Prinsip sesuai skala manusia adalah massa bangunan berskala manusia.

c. Mengutamakan fungsi retail

(34)

d. Memperkecil penggunaan lahan. 2. Bentuk bangunan

Bentuk bangunan meliputi kepadatan, ketinggian dan ukuran lantai. Dalam konteks perkotaan, mixed use corridor harus memiliki bentuk perkotaankompak.

Komponen yang ditata dalam penataan bentuk bangunan kawasan koridor komersial adalah:

a. Penempatan bangunan

Prinsip penempatan bangunan:

1. Bangunan baru menciptakan pola bangunan yang konsisten dan

memperkuat batas jalan dengan variasi ruang terbuka.

2. Setback konsisten untuk mendukung skala bangunan yang sama. b. Site sudut

Prinsip site sudut:

1. Bangunan diletakkan dekat dengan persimpangan

2. Site sudut diperkuat dengan ketinggian bangunan yang lebih besar untuk menegaskan persimpangan.

c. Hamparan Jalan

Prinsip hamparan jalan:

Konsistensi batas ruang jalan perkotaan untuk setiap koridor, berupa: rasio tinggi dan lebar, minimum 1: 4 dan maksimum 1:1 .

d. Ruang transisi

Prinsip ruang transisi: menata ruang transisi antar bangunan. e. Tinggi bangunan

1. Tinggi bangunan kompatibel dengan bangunan sekitarnya untuk membentuk ruang jalan dan karakter wilayah.

2. Menghadirkan bangunan bertingkat rendah dan bertingkat sedang.

3. Ketinggian bangunan maksimum dirancang sesuai proporsi lebar jalan, dan tidak boleh melebihi ketinggian 1:1 sampai rasio lebar.

f. Skala yang manusiawi

1. Desain bangunan untuk kenyamanan pejalan kaki

2. Memiliki hubungan yang kompatibel ke bangunan sekitarnya 3. Menjaga proporsi jalan

3. Desain bangunan

(35)

a. Desain fisik bangunan Prinsip desain bangunan:

Bangunan baru respek dengan bangunan sekitarnya.. b. Bangunan berlantai rendah (1-3 lantai)

Prinsip bangunan berlantai rendah:

1. Tinggi bangunan mengekspresikan bagian lantai dasar.

2. Perlengkapan mekanik harus dilindungi dari pandangan publik c. Bangunan berlantai sedang (3-8 lantai)

Prinsip Bangunan berlantai sedang:

1. Desain bangunan mendefinisikan bagian dasar pertengahan dan bagain atas bangunan dengan menekankan fasad dan artikulasi garis atap .

2. Bentuk slab mendefinisikan lantai dasar dan artikulasi fasad 3. Sempadan bangunan untuk menjaga batas pandangan dari jalan. d. Fasad bangunan

1. Mendukung fasad lantai dasar yang aktif dengan memperbanyak bukaan jendela, artikulasi elemen penanda dan detail arsitektur.

2. Fasad bangunan didesain untuk mengurangi kesan bulk, berkontribusi terhadap tema atau karakter koridor.

4. Parkir

Komponen yang diatur dalam penataan parkir adalah: Lokasi, parkir podium, gedung parkir, parkir badan jalan dan parkir sepeda.

5. Transit

Komponen yang ditata dalam penataan transit kawasan koridor komersial adalah: a. Bentuk dan desain bangunan transit

b. Jalur sepeda

c. Penempatan pemberhentian transit d. Transit Amenities

e. Transit shelter

f. Rencana urban commuter

6. Desain lansekap

(36)

Lansekap digunakan untuk mendefinisikan ruang, menciptakan karakter streetscape dan merupakan penyangga. Desain lansekap meningkatkan lingkungan pejalan kaki yang memerlukan penekanan lebih besar pada skala, bentuk, tekstur garis, dan warna.

Komponen yang ditata dalam penataan lansekap kawasan koridor adalah:

a. Wajah jalan b. Ruang Hijau Kota c. Rumput boulevards d. Ruang publik

7. Pencahayaan

Pencahayaan meliputi komponen fungsional dan estetika streetscape.

Komponen yang diatur dalam penataan pencahayaan kawasan koridor komersial adalah: a. Pencahayaan streetscape

b. Tingkat pencahayaan koridor jalan c. Pencahayaan ranah publik

8. Elemen penanda

Komponen yang diatur dalam penataan elemen penanda kawasan koridor

komersial adalah:

a. Elemen penanda streetscape b. Pencahayaan Elemen penanda c. Ukuran elemen penanda

9. Ruang publik

Ruang publik adalah struktur utama kota berupa jalan, jalur pedestrian, taman, ruang terbuka, dan aksesibilitas ke bangunan umum.

Komponen yang ditata dalam menata ruang publik pada kawasan koridor komersial adalah:

a. Ukuran blok dan konektifitas

b. Ruang terbuka kota dan Infrastruktur hijau c. Ruang parkir dan Parkir sepeda

(37)

10. Gerbang kawasan :

Komponen yang diatur dalam menata pintu gerbang pada kawasan koridor komersial adalah:

a. Bentuk dan orientasi bangunan b. Desain bangunan

c. Desain lansekap d. Public art

e. Crosswalk treatment f. Lighting

Berdasarkan uraian aspek-aspek penting yang dipertimbangkan dalam penataan kawasan koridor dengan pendekatan mixed use corridor dapat disimpulkan komponen yang ditata dan prinsip perancangan pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Komponen dan prinsip perancangan kawasan koridor komersial yang mengembangkan fungsi campuran

Komponen yang ditata Prinsip

Tata guna lahan

Pilihan penggunaan lahan Menerapkan fungsi campuran: retail,

rukan, townhouse, perkantoran, restoran dan fasilitasnya. Penggunaan lahan komersial memperkuat ekonomi .

Sesuai skala manusia Massa bangunan berskala manusia.

Mengutamakan retail. Retail lantai dasar mendorong

bangunan mixed use.

Bentuk bangunan

Penempatan bangunan Setback yang konsisten mendukung

skala bangunan yang sama.

Site sudut Site sudut diperkuat dengan ketinggian

bangunan yang lebih besar untuk menegaskan persimpangan.

Hamparan Jalan Konsistensi batas ruang jalan.

Rasio tinggi dan lebar minimum 1: 4

(38)

dan maksimum 1:1.

Tinggi bangunan Tinggi bangunan menghasilkan

ruang jalan, dan kompatibel dengan bangunan sekitarnya.

Bangunan 2 -8 lantai untuk transisi bentuk dan massa yang tepat.

Skala yang manusiawi Bangunan dirancang untuk

kenyamanan pejalan kaki.

Desain bangunan

Desain fisik bangunan Bangunan baru respek dengan

bangunan sekitarnya

Tinggi bangunan mendefinisikan elemen lantai dasar.

Bangunan berlantai rendah (1-3 lantai) Tinggi bangunan mengekspresikan

bagian lantai dasar dengan menekankan detail desain serta kesesuain garis atap.

Perlengkapan mekanik harus dilindungi dari pandangan publik.

Bangunan berlantai sedang (3-8 lantai) Desain bangunan mendefinisikan

bagian dasar, pertengahan dan atas bangunan dengan asad dan artikulasi garis atap.

Bentuk slab memberi definisi yang baik tentang bagian lantai dasar dan artikulasi fasad bangunan.

Fasad bangunan Desain fasad lantai dasar yang aktif.

fasad didesain untuk mengurangi kesan bulk, mendukung tema atau karakter koridor.

Ruang publik

Ukuran blok dan konektifitas Kavling blok kompatibel dengan

ukuran blok sekitarnya.

Menggabungkan jaringan jalan yang saling berhubungan.

Pedestrian linkage mendorong jarak perjalanan lebih pendek.

Infrastruktur hijau Mengintegrasikan sistem alam yang

ada.

Menata infrastruktur hijau di sepanjang koridor.

Konektifitas dan aksesibilitas ke

(39)

masuk taman.

Menyediakan fasilitas pejalan kaki seperti area duduk.

Mengintegraskan public art

Meningkatkan akses ke taman melalui pedestrian linkage.

Ruang publik kota Menyediakan berbagai ruang publik

kota sepanjang koridor transit utama, seperti taman kota, alun-alun, plaza, halaman

Desain streetscape Mendesain streetscape melalui

elemen :

Amenity zona:

Mendefinisikan amenity zona dengan elemen vertikal sebagai street furniture

seperti pohon dan lampu jala.

Zona trotoar:

 Batas zona trotoar diperlukan di sepanjang jalan.

 Trotoar yang luas di sepanjang koridor jalan utama dan kawasan dengan laluintas pejalan kaki tinggi.

Zona sempadan depan:

 Terletak antara garis batas tanah depan dan fasad bangunan berupa elemen hard dan soft lansekap termasuk pohon.

Pohon jalan Sesuai arahan jenis pohon yang

ditanam di daerah perkotaan.

Perabot jalan Perabot jalan dan lampu

dikoordinasikan dalam desain, warna dan skala.

Parkir sepeda Menyediakan parkir sepeda di lokasi

yang tepat.

Tema streetscape Tema unik streetscape dieksplorasi di

setiap segmen koridor.

Pintu Gerbang

Bentuk dan orientasi bangunan

Bangunan membingkai persimpangan jalan dan membentuk massa bangunan untuk menonjolkan persimpangan.

Desain bangunan Pintu masuk gedung utama berorientasi

pada persimpangan.

lansekap Gerbang masuk didefinisikan melalui

hardscape dan lansekap.

Public art Fitur seni publik meningkatkan

kualitas ranah pubik

(40)

dipertimbangkan pada gerbang utama. Fitur dapat berupa sculpture, elemen penanda artistik, pola paving, elemen interaktif seperti

pencahayaan, air dan lain-lain. Penggunaan seni publik harus dikoordiasikan dengan dinas kebudayaan kota.

Crosswalk treatment Perlakuan terhadap penyeberangan

khusus diarahkan di persimpangan gerbang.

Tangga penyeberangan diarahkan di persimpangan transit utama terletak di sepanjang koridor pusat transit. Mendesain trotoar penyeberangan yang dekoratif

Pencahayaan pencahayaan pada gerbang

perempatan untuk meningkatkan pencahayaan pejalan kaki dan penampilan streetscape.

Parkir

Lokasi Parkir samping dan belakang

bangunan.

Parkir podium Parkir bawah tanah untuk skala

pengembangan besar.

Gedung parkir Berinteraksi dengan streetscape

melalui artikulasi fasad bangunan, lantai dasar untuk retail.

Parkir badan jalan eksistensi curb yang berisi fitur

lansekap, elemen streetscape.

Parkir sepeda Berbagi parkir sepeda yang disediakan

di dekat tempat transit, dalam

kompleks perumahan dan tempat kerja.

Transit

Guna lahan Guna lahan berorientasi pejalan kaki

dengan menempatkan toko makanan, restoran, layanan pribadi, kantor dan retail di sepanjang rute transit utama dan stasiun transit.

Penempatan bangunan Menempatkan bangunan dekat dengan

jalan untuk mengurangi jarak

perjalanan ke stasiun transit dan tempat berhenti.

Lokasi transit Interval jarak maksimum 250 m.

Fasilitas transit Menata fasilitas pejalan kaki (peta,

bangku, tempat sampah)

Shelter transit Menyediakan tempat penampungan

transit di halte transit utama.

Desain lansekap

(41)

sepanjang semua jalan.

Urban Green Mempromosikan kota hijau, pohon

jalan dan tempat tanaman.

Rumput boulevards Menata rumput boulevard sepanjang

frontage hunian.

Ruang publik Ruang publik dan semi publik terdiri

dari hard and soft lansekap

Buffering Area parkir dan utilitas dilindungi dari

jalan

Pencahayaan

Streetscape Membentuk identitas lingkungan

pedestrian dan masyarakat.

Desain perlengkapan pencahayaan sesuai dengan konteks perkotaan dan meningktakan daya tarik streetscape

Hirarki pencahayaan koridor jalan Koridor fungsi campuran :

 Memperbaiki penampilan

streetscpae melalui baner dan keranjang bunga gantung.

 Meningkatkan pencahayaan pejalan kaki melalui peningkatan

pencahayaan ranah privat.

Jalan umum: Pencahayaan mencerminkan skala jarak dan tinggi, membentuk karakter kawasan

Jalan utama:Meningkatkan pencahayaan pejalan kaki dan pengguna transit

Gerbang Perempatan:

meningkatkan pencahayaan gerbang persimpangan.

Ruang Publik pencahayaan ruang publik berskala

pedestrian dan menata lampu dekoratif.

Signage

Streetscape Menyatu dengan desain fasad dan

berkontribusi terhadap desain . Elemen penanda mempertahankan skala manusia dan menyatu dengan lansekap.

Jenis elemen penanda Skala ,desain dan penempatan yang

tepat.

Mengurangi ukuran elemen penanda Intensif elemen penanda yang didesain

untuk lalu lintas kendaraan dikurangi.

Sumber: Prinsip perancangan tujuh mixed use corridor city of Kitchener (2001).

(42)

2.2.9 Pengembangan kawasan koridor komersial yang berorientasi pejalan kaki

Walkabel adalah konsep yang mendukung place making koridor komersial sehingga menjadi kawasan koridor yang berorientasi pejalan kaki. Dalam buku An Introduction to Sustainable Transportation: Policy, Planning and Implementation yang ditulis Schiller, Bruun dan Kenworthy 2010, Roger K. Lewis mengatakan kriteria desain untuk memotivasi kota yang walkable adalah:

1. Pola jalan mudah diarahkan, blok yang tidak terlalu besar, dan persimpangan yang tidak terlalu jauh. Jalan harus kontinyu dan saling berhubungan.

Menyediakan jalur kendaraan dan pejalan kaki lebih dari satu jalur. 2. Jalan umum harus proporsional dalam menata lebar trotoar, strip tanaman

jalur kendaraan informal dan median.

3. Meningkatkan kualitas streetscape dan memberi kemudahan serta

kenyamanan. Komponen yang ditata adalah vegetasi streetscape, pencahayaan dan signage, furnitur jalan yang nyaman, material paving yang menarik. 4. Aman untuk berjalan siang atau malam hari, tanda penyeberangan jelas. 5. Bangunan menghadap jalan umum membutuhkan penataan fasad.

Aspek penting dalam menciptakan dan mempertahankan walkable commercial corridor : (Dom Nozzi, 2010)

1. Mementingkan pejalan kaki.

2. Kepadatan hunian. Masyarakat hidup dalam jarak berjalan kaki, menyediakan jaringan penghubung antar blok (tiga sampai lima blok).

3. Dimensi berskala manusia.

Indikatornya adalah:

a. Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur. b. Bangunan berbatasan dengan jalan dan trotoar. c. Teras depan berhubungan langsung dengan trotoar. d. Tempat parkir di belakang gedung.

(43)

f. Penggunaan fungsi campuran, lantai bawah toko atau kantor lantai atas hunian.

g. Jalan berskala manusia menciptakan perasaan menyenangkan di ruang luar dan menciptakan sense of place.

4. Keaktifan dan keragaman retail.

5. Lalu lintas yang tenang (traffic calming) dengan strategi : a. Menyediakan parkir badan jalan.

b. Jalan tidak lebih dari dua atau tiga jalur.

c. Lebar jalur lalu lintas tidak lebih dari 3 atau 3,5 m.

d. Kanopi pohon yag menonjol ke jalan mengurangi kecepatan kendaraan.

6. Aktifitas 24 jam.

7. Kavling yang sempit mendorong variasi elemen pintu, jendela dan elemen

lainnya, memberi pengalaman yang menyenangkan bagi pejalan kaki.

8. Terlindung dari cuaca Kenyamanan terhadap pengaruh iklim panas dan hujan

adalah penting dengan:

a. Menyediakan arcade depan bangunan di sepanjang trotoar. b. Manata kanopi pohon yang tinggi, sejajar, dari spesies jenis

pohon yang sama menjorok ke jalan dan trotoar. 9. Trotoar yang lebar. Indikatornya adalah:

a. Lebar trotoar: 1,6 meter sampai 6 meter. b. Lebar trotoar disesuaikan dengan fungsi jalan.

c. Menyeimbangkan kenyamanan dan kebutuhan pejalan kaki. 10. Tampak depan bangunan yang aktif.

11. Menata median dan lansekap jalan ..

12. Jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja, sekolah, taman dan tempat belanja harus dalam jarak dekat maksimal seperempat mil.

13. Kawasan koridor yang walkable adalah menyediakan ruang tempat berkumpul dan berinteraksi berupa: tempat hiburan, toko bahan makanan, kantor pos dan lain-lain.P anjang blok jalan singkat, untuk mengurangi jarak berjalan yakni tidak lebih dari 150 meter, lebih disukai berkisar 60 sampai 90 meter.

14. Pemusatan vista ke bangunan umum.

(44)

15. Bisnis yang tepat/ sesuai.

16. Menekan aktivitas pejalan kaki., tidak menghendaki retail berukuran besar, drive-through, pompa bensin, penjualan dan service mobil dengan .

Enam kriteria desain jaringan pejalan kaki yang sukses (Southworth, 2005): a. Konektivitas

b. Keterkaitan dengan moda lainnya c. Pola penggunaan lahan

d. Keamanan e. Kualitas jalan f. Lingkungan jalan

(45)

BAB III

TINJAUAN WILAYAH STUDI 3.1 Tinjauan Kebijakan Pembangunan

3.1.1 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 ditetapkan bahwa: tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan.

Sesuai dengan Pasal 25 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu mengacu kepada :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau;

2. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan 3. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD).

Dengan demikian maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu akan

dirumuskan dengan mengacu kepada ketiga hal tersebut. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Indragiri Hulu merupakan arah tindakan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Selanjutnya strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah -langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah kabupaten yang diharapkan. Visi pembangunan Kabupaten Indragiri Hulu tersebut diterjemahkan sebagai “Indragiri Hulu Sejahtera Tahun 2015”

(46)

Untuk terwujudnya visi pembangunan Kabupaten Inhu, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Inhu sebagai berikut :

1. Mewujudkan Daya Saing Daerah

Maksudnya adalah memperkuat perekonomian daerah yang berbasis pada potensi dan keunggulan daerah, meningkatan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam serta efisien dan efektif dengan tetap memegang prinsip-prinsip berkelanjutan (sustainable), meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang mampu menguasai IPTEK dengan memiliki nilai-nilai moral religius dan kultural, pembangunan infrastruktur yang maju dan mampu diakses secara merata.

2. Mewujudkan Suasana Kehidupan Masyarakat dan Menyelenggarakan Pemerintahan Yang Demokratis.

Maksudnya adalah menjadikan suasana kemasyarakatan dan penyelenggaraan pemerintahan yang dinamis sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila dan konstitusi negara dalam koridor NKRI. Semakin mantapnya kelembagaan politik, masyarakat dan kebudayaan, semakin dinamisnya komunikasi dan interaksi antara masyarakat dan pemerintah dalam memperjuangkan dan mewujudkan kepentingan publik yang lebih luas serta semakin berkembang, mantap dan mapannya suasana kehidupan yang menjunjung hukum dan perwujudan penegakan hukum yang adil, konsisten serta tidak diskriminatif.

3. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Hasil-Hasilnya

Maksudnya adalah agar seluruh wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dan seluruh kelompok masyarakat dapat berkembang, maju dan sejahtera secara bersama-sama tanpa ada tertinggal ataupun ditinggalkan, keberpihakan pembangunan kepada kelompok rentan menjadi prioritas, berkembangnya aksesbilitas yang dapat menjangkau seluruh wilayah, hilangnya diskriminasi termasuk gender.

4. Mewujudkan Suasana Aman, Damai dan Harmonis Yang Bermoral, Beretika dan Berbudaya.

Maksudnya adalah dengan menciptakan keadaan kondusif pada aspek ekonomi, sosial budaya, dan politik. Sebagai daerah yang pada awalnya memiliki tingkat heterogenitas namun telah melebur dalam suatu nilai kultur yang dijunjung secara bersama yakni melayu, maka harmonisasi dalam kehidupan masyarakat yang telah terwujud harus dapat dipertahankan dan kembangkan agar mampu menjadi filter

(47)

nilai-nilai yang ada dan mengakomodir nilai-nilai yang mampu membawa perubahan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dan lebih sejahtera.

5. Mewujudkan Daerah Yang Memiliki Peran Pada Tingkat Regional

Adalah merupakan upaya untuk menjadi Kabupaten Indragiri Hulu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kenegaraan dan sistem sosial ekonomi dan kebudayaan minimal pada tataran regional sehingga perlu semakin dimantapkan identitas dan integrasi yang dapat menjadikan kebanggaan tersendiri sebagai masyarakat Indragiri Hulu mendorong meningkatkan dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan diberbagai aspek dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar daerah pada skala regional.

Sesuai dengan visi Kabupaten Inhu yang tertulis “Indragiri Hulu Sejahtera Tahun 2015”makna visi tersebut tertuang dalam judul studio yaitu “Penataan koridor kawasan perkotaan Lirik sebagai gerbang kabupaten Inhu”, dapat diketahui bahwa Kecamatan Lirik memiliki potensi industriyang memanfaatkan sumber daya alam yaitu migas dan hal ini rasanya telah sesuai dengan visi Kabupaten Inhu yang ada.

Juga terdapat pada misi Kabupaten Inhu untuk mewujudkan visinya yaitu tertuang dalam poin pertama dan poin kelima yaitu “Maksudnya adalah memperkuat perekonomian daerah yang berbasis pada potensi dan keunggulan daerah, meningkatan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam serta efisien dan efektif dengan tetap memegang prinsip-prinsip berkelanjutan (sustainable), meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang mampu menguasai IPTEK dengan memiliki nilai-nilai moral religius dan kultural, pembangunan infrastruktur yang maju dan mampu diakses secara merata. ”Point kelima”Adalah merupakan upaya untuk menjadi Kabupaten Indragiri Hulu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kenegaraan dan sistem sosial ekonomi dan kebudayaan minimal pada tataran regional sehingga perlu semakin dimantapkan identitas dan integrasi yang dapat menjadikan kebanggaan tersendiri sebagai masyarakat Indragiri Hulu mendorong meningkatkan dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan diberbagai aspek dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar daerah pada skala regional”

Berdasarkan misi Kabupaten Inhu diatas hal ini sepertinya masih belum bisa berjalan dengan baik di Kabupaten Inhu khususnya Kecamatan Lirik karena masih

Gambar

Gambar 1.2Peta Orientasi Kabupaten Indragiri Hulu
Gambar 1.3Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hulu
Tabel 1.1: Pembagian wilayah Administrasi
Gambar 1.3Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Lirik
+7

Referensi

Dokumen terkait