• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa Depan kakus Politisi Eceran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Masa Depan kakus Politisi Eceran"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Masa Depan Politisi Eceran

"There are two things that are important in politics. The first is money and I can't remember what the second one is."— Mark Hanna.

Dibukanya keran demokrasi di Indonesia menjadi euphoria dan harapan bagi masyarakat Indonesia. Reformasi menjadi gong yang di tabuh bertalu-talu, pertanda babak baru kehidupan di Indonesia. Hal ini membuka peluang eksistensi partai politik yang makin beragam. Konsekuensinya berupa banyak aktivis yang berjuang atas nama reformasi, berbondong-bondong berkonstribusi dalam kehidupan politik Indonesia melalui partai politik.

Refromasi berjalan, musim demokrasi dimulai. Pemilu berjalan secara reguler dan relatif lancar hingga partai dan parlemen menjadi cukup ‘bergairah’. Kehidupan politik Indonesia menjadi dinamis, mayoritas the ruling elite sebelumnya adalah militer (Periode 1966 – 1998) kini bergeser para aktivis yang menjadi the ruling elite baru. Di sisi lain, pilihan tipologi demokrasi yang dianut makin hari makin menuju titik liberal, begitu bebas dan sedang mencari bentuknya yang dapat menyatu dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Hal menarik untuk diperhatikan dari perjalanan ini adalah aktor yang menyertainya. Mereka adalah aktivis yang dahulu berjuang bersama-sama rakyat untuk menghentikan rezim orde baru. Mereka yang kini aktif di partai politik (dan kini menjadi elit) - meminjam istilah Budiarto Shambazy - sebagai “politisi eceran”; Politisi yang memulai karirnya dari bawah dengan melatih diri lewat bersentuhan dengan persoalan di akar rumput, atau dulu mereka adalah seorang yang sejak mahasiswa menjadi aktivis yang belajar gerakan kemudian menjadi pelopor terjadinya reformasi dan kini menjadi aktor di partai politik atau di pusat kekuasaan.

Kehidupan politik di Indonesia berjalan beriringan dengan musim demokrasi yang membawa kepada pilihan pragmatis, dimana partai politik berorientasi pada perolehan

electoral, sehingga menyebabkan partai politik cenderung bergerak ‘ke tengah’ secara ideologis dengan tujuan memperlebar jangkauan pemilih (Meitzner; 2008). Dengan pilihan gerakan partai yang pragmatis tersebut, menyebabkan partai politik bergerak ekstra aktif dengan menggarap segala segmen pemilih. Kondisi yang demikian ini menyebabkan segala aktifitas politik selalu membutuhkan sandaran pendanaan. Setiap aktor politik harus mempunyai modal capital sebagai back up aktifitasnya. Singkat kata, biaya berdemokrasi di setiap senti Indonesia menjadi semakin mahal.

Apa kabar Sang Politisi Eceran? Adakah Ia beradaptasi dengan Musim Demokrasi?

(2)

dijalankan. Memaksimalkan jaringan akses dalam pemerintahan dan parlemen hingga berburu proyek atau sekedar menjadi calo/makelar proyek. Pada titik ini tak sedikit politisi eceran yang terjerembab dalam perilaku koruptif. Ironi pertama, perjuangan reformasi yang berbasis menolak korupsi kini berbalik meracuni.

Di sisi lain, tren utama bangsa saat ini condong kepada kekuatan pasar. Bersamaan dengan konsolidasi demokrasi yang berbasis pasar, para pelaku pasar akan makin berkepentingan dengan dunia politik dan kebijakan (policy making). Pasar memiliki kekuatan dominan dalam penentuan setiap kebijakan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Pasar menjadi arena baru dan telah mempenetrasi hampir semua aspek kehidupan. Terlepas dari perdebatan tentang bentuk/jenis pasar atau tentang peran negara dalam pasar; faktanya pasar berkekuatan dominan. Dari mulai ritual budaya dan agama sampai dengan layanan kesehatan dan pendidikan diwarnai oleh aspek dan karakter pasar (Anies Baswedan; Kompas, 31 Oktober 2006). Konsekuensinya adalah makin dominannya kalangan pebisnis terjun ke dunia politik. Ini menjadi etape penting bagi pebisnis Indonesia, panggung politik memberikan eksitensi bagi kalangan pebisnis untuk bisa mewarnai hasil kebijakan pemerintah. Sehingga, Kondisi Indonesia ke depan adalah dunia politik yang akan (makin) diwarnai oleh generasi yang memiliki basis aktivitas bisnis, memiliki pendidikan yang lebih baik (lulusan luar negeri), dan memiliki jaringan nasional bahkan internasional yang mapan. Tentunya panggung politik Indonesia makin berwarna, politisi eceran yang menghiasi panggung politik saat ini akan berdendang bersama kalangan pebisnis yang mulai merambah ke panggung politik.

Simbiosis antara kalangan pebisnis dan politisi eceran setidak-tidaknya menghasilkan beberapa hal; (1) Politisi eceran akan menjadi ‘King Maker’ atau tim sukses yang akan menopang eksistensi Kalangan Pebisnis. Politisi eceran harus mengalah, sekalipun memiliki jam terbang politik yang lebih tinggi (Berproses dari bawah), namun tidak memiliki

back up financial yang dipersyaratkan oleh musim demokrasi Indonesia. Ironi Kedua, perjuangan panjang menghantam benteng orde baru ternyata menghasilkan pembajakan demokrasi oleh pemilik modal, politisi eceran yang bertarung tanpa kenal lelah menghasilkan ‘Karpet Merah’ bagi pendatang baru berbaju modal. Politisi eceran harus menerima kenyataan menjadi pemain di layer kedua dalam kontestasi politik. Menjadi catatan bahwa idealisme atau gagasan yang mereka miliki belum tentu seutuhnya tersalurkan sebagaimana perjuangan mereka sebelumnya. (2) Politisi Eceran berkontestasi dengan Kalangan Pebisnis yang langsung terjun ke dalam panggung politik. Politisi eceran harus mencari sponsor atau mengumpulkan pendaan aktifitas politik dari berburu rente. Pada titik ini tentunya menjadi rawan karena proses kontestasi yang akan dihadapi politisi eceran membuat dirinya tersandera oleh demokrasi berbasis pasar atau modal. Ironi Ketiga, Politisi Eceran menjadi tersandera akibat vitalnya pendanaan dalam setiap aksi untuk memperjuangkan gagasan. Belum seutuhnya memulai pertarungan, separuh jiwa politisi eceran telah dikekang oleh persyaratan musim demokrasi Indonesia.

(3)

maupun peserta kontestasi dalam demokrasi. Ini harus menjadi renungan bersama. Proses pengambilan keputusan yang melibatkan banyak sisi politik tentunya harus diisi oleh figur yang kredibel. Salah satunya, Politisi Eceran. Hal ini cukup beralasan, jam terbang dan dinamika yang telah dilalui menghasilkan kematangan yang memadai untuk berproses dalam musim demokrasi. Penunjang lainnya, politisi eceran yang telah terbiasa berjuang dengan mengkader dirinya dari bawah pantas diberikan ruang dan apresiasi, dikarenakan telah terbentuknya karakter yang kuat dan khas untuk menjadi seorang

Politisi Professional. Bagaimana berjuang dengan memaksimalkan keminimalan yang ada. Sehingga, musim demokrasi yang kurang kondusif bagi politisi eceran perlu untuk diperbaiki bersama, political cost yang besar hanya akan mendorong perilaku koruptif dan pola transaksi kepada masyarakat di setiap pemilu menjadi suatu hal yang tidak mendidik. Apalagi di perparah oleh hasil kebijakan yang belum maksimal dihasilkan oleh sang aktor yang tersandera oleh dinamika situasi dan kondisi dunia politik.

Menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi generasi kini agar tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama. Pengabdian di dunia politik harus di awali dengan persiapan yang matang dan menjalankan segala prosesnya dengan integritas, kapabilitas, dan visi yang kuat. Generasi terkini harus sadar bahwa politik bukanlah mata pencaharian tetapi suatu wadah pengabdian untuk mengurusi urusan ummat, semata-mata untuk kepentingan umum.

Berbagai rumusan harus dihasilakan untuk menekan biaya politik yang mahal pada musim demokrasi Indonesia kini. Solusi untuk menghadapi hal ini harus segera dihasilkan sebagai upaya penyelamatan demokrasi dari high cost democracy. Tawaran gagasan dari ironi musim demokrasi ini dapat berupa, (1) Adanya pembatasan biaya kampanye di setiap kontestasi politik. Hal ini cukup beralasan karena pembajakan demokrasi dapat diminimalisir dari bahaya money politics. Politisi harus belajar bagaimana menciptakan, merawat, dan membina basis sejak dini melalui interaksi sosial, bukan dengan cara-cara instan melalui transaksi jual-beli singkat yang menjadi salah satu penyebab high cost democracy dan banalitas politik. (2) Dana Politik yang digunakan harus rinci dan jelas asal, jumlah, dan alokasinya. Ini penting agar terhindar dari bahaya penggunaan dana-dana hasil korupsi. Di sisi lain, dapat mendukung terwujudnya iklim kontestasi politik yang

fair, yang berbasis pada perjuangan gagasan dan kerja-kerja politik yang cerdas dan berkesinambungan, bukan atas dasar banalitas kontestasi yang money oriented. (3)

Setiap pendanaan yang berkaitan dengan aktivitas politik harus diaudit secara terbuka dan transparan. (4) Sanksi pidana dan pengenaan sanksi tegas berupa larangan ikut pemillu

bagi politisi yang menggunakan dana-dana yang tidak legal sumbernya.

(4)

Semua usulan di atas tergolong cukup sulit untuk dilaksanakan dalam waktu singkat. Namun harus di kampanyekan secara simultan dan terus-menerus. Suatu negara akan efektif jika dijalankan dengan sistem yang baik dan dijalankan oleh orang yang benar. Sistem dan Aktor merupakan jalinan berkelindan saling menopang antara satu dan lainnya. Seorang kesatria tidak akan menjadi sakti jika kawah candradimuka yang ada tidak elok untuk sang kesatria beraksi. Semata-mata ini hanyalah ikhtiar untuk menyelamatkan generasi, menyambung nafas politisi eceran.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah adanya peralihan penggunaan alat penyelaman dari kompresor tambal ban menjadi penyelaman dengan menggunakan

Biji maupun stek batang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman jarak pagar, namun memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang beragam pada media

1) Pendapatan pokok, artinya pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil yang didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menjadikan permasalahan yang terjadi sebagai topik penelitian

Fraktur tengkorak yang menyertainya dijumpai pada 85-95% kasus, sedang sisanya (9%) disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur terutama pada kasus

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran,

Standar faktor eksternal dalam pembuangan sampah sangat baik bila dikumpulkan pada tempat sampah permanen lalu dibakar; saluran pembuangan air limbah sangat baik

Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus gawat darurat yang