• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Korea dalam Kancah Global di Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bahasa Korea dalam Kancah Global di Awal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Bahasa Korea dalam Kancah Global di Awal Abad ke-21:

Gambaran Sekilas

1

Suray Agung Nugroho

1. Pengantar

Banyak keberhasilan yang bisa diceritakan mengenai bangsa Han atau Korea

dalam perkembangan budaya, politik, ekonomi, dan sosial budayanya dalam awal abad

ke-21 ini. Pencapaian nyata yang layak diketahui adalah terobosan tercapainya

pendapatan per kapita lebih dari US$ 25.000 pada tahun 20102; terlampauinya cadangan

devisa sebesar US$ 270 milyar3; terpeliharanya situasi pemerintahan yang demokratis

sejak awal tahun 1990an dengan pemerintahan sipil yang mengawal Korea menuju abad

ke-21 dengan mantap4; semakin terkenalnya budaya Korea melalui gelombang

Korea ’Hallyu’-nya ke seluruh penjuru dunia; serta semakin banyaknya orang asing

mempelajari bahasa Korea baik untuk kepentingan sendiri, bisnis, dan budaya.

Sebelum semua hal tersebut tercapai, perlu disimak bahwa pada tahun 1960-an

sebenarnya Korea tidaklah berbeda jauh dengan Indonesia dalam hal pembangunan

negaranya. Namun, Korea bisa dikatakan telah memimpin dalam hal pencapaian

1

Tulisan ini adalah pengembangan lebih lanjut dari riset kecil mengenai Bahasa Korea dalam perspektif budaya global yang penulis lakukan pada tahun 2005. Dalam kurun waktu 5 tahun hingga tahun 2011, bahasa Korea terus mengalami perubahan dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan bangsa Korea. Untuk itulah, tulisan ini memaparkan singkat apa yang terjadi =eas&rank=8#ks (Dalam situs ini dilaporkan bahwa per 31 Desember 2010 Korea berada di bawah Cina, Jepang, Rusia, Arab Saudi, Taiwan, Brasil, dan India dalam hal cadangan devisa negara).

4

(2)

ngunannya. Dalam waktu singkat yaitu setelah perang Korea tahun 1950 – 1953, Korea

telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan sehingga dapat disejajarkan

dengan negara-negara industri maju lainnya.

Sebagai salah satu negara Asia yang sedikit banyak memiliki kesamaan di

tengah perbedaan-perbedaan yang ada, Korea telah mampu menarik perhatian beberapa

kalangan akademisi di seluruh dunia termasuk di perguruan tinggi Indonesia. Dalam hal

ini, Korea telah dijadikan sebagai suatu kajian ilmu untuk dipelajari dan diteliti sebagai

kajian khusus. Salah satu kajian yang mulai berkembang adalah kajian mengenai bahasa

Korea. Perkembangan ini memang sudah menjadi suatu kebutuhan mengingat terus

meningkatnya hubungan kedua negara dalam berbagai bidang. Untuk itulah, penting

bagi Indonesia yang telah mulai banyak melakukan kajian kawasan Asia Timur seperti

Cina dan Jepang untuk juga terus memperkuat kajian mengenai Korea. Dalam tulisan

ini, dari berbagai macam ranah kajian Korea, salah satu yang menjadi topik pembahasan

adalah bahasa Korea.

Untuk itulah, demi suatu cita-cita untuk terus memperkenalkan bahasa

Indonesia di tingkat internasional, maka banyak yang bisa dipelajari dari Korea.

Terlebih, Korea telah banyak melakukan banyak hal dalam upaya pengenalan dan

pengajaran bahasa Korea sebagai bahasa asing di negara-negara lain. Sebagai gambaran

singkat, di negara tetangga Korea yaitu, Cina dan Jepang banyak terdapat universitas

yang menjadikan bahasa Korea sebagai program studi resminya. Di Cina terdapat

sekitar 70 perguruan tinggi yang memiliki prodi Korea pada tahun 2009, sementara itu

di Jepang terdapat lebih dari 3000 lembaga kursus bahasa Korea. Hal tersebut belum

termasuk sekitar lebih dari 250 SMP dan SMA yang mengajarkan bahasa Korea sebagai

(3)

universitas di 64 negara yang menawarkan bahasa Korea dalam mata kuliahnya.5

Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah bahasa Korea telah menjadi salah satu

bahasa asing yang penting untuk dilirik? Melihat hal tersebut, banyak yang melihat

bahwa keadaan belumlah seperti bagaimana Cina dan Jepang melihat bahasa Korea,

namun arah ke sana telah ada. Maka, apabila saat ini bahasa Jepang telah menjadi salah

satu bahasa pilihan di tingkat sekolah menengah atas di Indonesia, bahasa Korea belum

mencapai taraf itu. Untuk itulah perlu dilakukan langkah-langkah oleh kedua negara

untuk terus memacu perkembangannya. Salah satu alasan utama mengapa bahasa Korea

perlu terus dipupuk untuk diperkenalkan di Indonesia dalam lembaga formal, selain

melalui perguruan tinggi yang sudah mengembangkannya, yaitu UI, UGM, dan UNAS;

adalah masih timpangnya jumlah ahli Korea di Indonesia, sementara Korea telah

mencetak para ahli Indonesia dalam bidang bahasa dan budaya Indonesia sejak tahun

1960an—suatu pemikiran ke masa depan yang cemerlang saat itu.6

Sementara itu, Indonesia baru bisa dikatakan secara resmi memiliki suatu

program studi yang berkaitan dengan bahasa Korea sejak tahun 2003 di UGM dan 2006

di UI, walaupun sebenarnya ada sebuah lembaga yaitu, Pusat Studi Korea UGM yang

didirikan sepuluh tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1996. Usaha-usaha tersebut dapat

dilihat sebagai bentuk kerjasama bidang akademik antarkedua negara dan juga untuk

meningkatkan kajian tentang Korea di Indonesia.

Tulisan singkat mengenai bahasa Korea ini akan memaparkan sejarah bahasa

Korea secara singkat, perkembangan bahasa Korea dewasa ini, dan apa saja yang terjadi

dengan bahasa ini di tingkat pergaulan dunia sehingga bisa dilihat bagaimana bangsa

5

Park Dong-geun, Everything You Wanted to Know about the Korean Language (The National Institute of The Korean Language, Juli 2010), hal. 112-113.

6

(4)

(Malay-Korea memandang bahasanya sendiri yang didengung-dengungkan sebagai lambang

kebanggaan mereka terlebih-lebih dalam abad ke-21 ini.

2. Sejarah singkat

Sampai sekarang tidak ada yang tahu dengan pasti berapa lama orang Korea

telah menggunakan bahasa Korea. Namun ada yang meyakini orang Korea telah

menggunakan bahasanya lebih dari dua milenia. Saat itu bangsa Cina memberikan

pengaruh yang besar terhadap negara-negara sekitarnya, termasuk Korea. Sebagai salah

satu akibatnya, sekitar 50 persen kosakata bahasa Korea berakar dari bahasa Cina.7

Perlu diketahui bahwa pada jaman dulu bangsa Korea tidak memiliki tulisan

sendiri, sehingga mereka mengadopsi karakter Cina yang digunakan untuk representasi

bahasa Korea. Secara historis, Gugyeol, Hyangchul, dan Idu adalah istilah-istilah yang sering muncul bila membicarakan bagaimana bahasa Korea ditulis dengan karakter Cina

pada jaman dulu.8 Jadi selama hampir 1500 tahun orang Korea memakai bahasa Korea

untuk percakapan sehari-hari tetapi memakai karakter Cina untuk menuliskan

bahasanya. Hal ini membuat kemampuan memahami karakter Cina adalah sesuatu yang

penting bahkan sejak dini, terutama bagi mereka yang bisa bersekolah di seodang atau

balai belajar di desa (Choi, 2006). Namun semua itu berubah setelah penguasa keempat

7 http://www.chinatraveldepot.com/C201-Chinese-Language-Influence (Diakses tanggal 2 April 2011)

(5)

Dinasti Jeoson (1392-1910) yaitu, Raja Sejong menciptakan sistem penulisan bahasa

Korea yang disebut dengan Hangeul pada tahun 1443 dan yang diresmikan sebagai karakter nasional pada tanggal 9 Oktober 1446. Setelah adanya Hangeul, maka

pengajaran Hangeul dan pemahaman karakter Cina dikembangkan bersamaan, namun

Hangeul semakin mendapat tempat karena kesederhanaan dan kemudahan dalam

mempelajarinya.

Salah satu alasan yang mendasari penciptaan Hangeul adalah banyaknya rakyat

jelata yang tidak bisa membaca dan menulis saat itu akibat adanya hak istimewa

mengenal baca-tulis hanya untuk kaum bangsawan. Dengan semangat pencerahan

rakyatnya, Raja Sejong dibantu dengan para cendekianya pada saat itu berkumpul untuk

mengkaji dan akhirnya menciptakan Hangeul. Hari ditetapkannya abjad Korea itu sudah

lama dirayakan sebagai hari lahir Hangeul. Pada hari itulah seluruh rakyat Korea secara

khusus memberikan penghormatan terhadap jasa Raja Sejong. Ketika abjad Korea itu

dikenalkan kepada masyarakat awam, Raja Sejong berikrar untuk mendidik rakyatnya

dengan abjad yang benar.

. Sesungguhnya, pada waktu abjad Hangeul diresmikan, para sarjana ilmu

Konfusius mengajukan keberatan terhadap Raja Sejong. Para sarjana itu berpendapat

bahwa kebudayaan Korea tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan Cina. Oleh karena itu,

mereka memandang bahwa abjad Hangeul terlalu sederhana dan mudah sehingga

merupakan abjad yang rendah. Namun, karena tidak mendapat dukungan dari rakyat,

keberatan para sarjana itu akhirnya tersingkir dengan sendirinya karena rakyat justru

menyambut dan mempelajari abjad itu dengan tekun sehingga abjad itu menjadi bagian

penting dalam hidup mereka.

(6)

Setelah mengalami beberapa kali pembaharuan dari masa ke masa, maka sekarang

terdapat hanya 14 konsonan dan 10 vokal. Di samping itu, terdapat juga 5 konsonan

ganda dan 11 gabungan vokal. Hangeul sangat sederhana apabila dibandingkan dengan

huruf Cina, dan rakyat Korea mengakui bahwa sistem fonetis dari abjad itu dapat

mengekspresikan berbagai macam bunyi, termasuk kicauan burung dan raungan

binatang liar. Bangsa Korea sangat bangga memiliki Hangeul karena mereka

beranggapan bahwa dengan Hangeul bangsa Korea mempunyai identitas tersendiri di

antara bangsa-bangsa di dunia. Dari segi keindahan, Hangeul berbentuk sederhana dan

mudah dipelajari sehingga dapat dikuasai dalam waktu singkat.

Saat Korea di bawah penjajahan Jepang, memakai bahasa dan tulisan Korea

sangat dibatasi. Namun, justru dengan adanya tindakan represif itu, rakyat Korea

memakai bahasa dan abjad Korea sebagai lambang perlawanan. Sejak tahun 1948, tiga

tahun setelah merdeka, pemerintah Republik Korea telah menerapkan pemakaian

Hangeul dalam dokumen-dokumen resmi dan buku pelajaran. Namun demikian, selama

beberapa tahun setelah dikeluarkan ketetapan tersebut, huruf Cina masih tetap dipakai

bersama-sama dengan Hangeul. Keadaan ini masih terdapat sampai sekarang, tetapi

huruf Cina dipakai secara sangat terbatas.

Sehubungan dengan hal ini, rakyat Korea patut berterima kasih atas jasa Raja

Sejong karena Korea telah menjadi negara yang rakyatnya hampir tidak ada yang buta

huruf.9

3. Posisi bahasa Korea dalam kacamata global dewasa Ini

9

(7)

Sebelum membicarakan mengenai posisi bahasa Korea di dunia ini, ada baiknya

mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi dengan bahasa Korea di tengah-tengah

masyarakatnya sendiri.

Walaupun bahasa Korea dengan abjad Hangeul-nya dianugerahi ‘King Sejong

Literacy Prize’ oleh UNESCO pada 8 September 1990 sebagai salah satu warisan

budaya yang agung, banyak kawula muda Korea—seperti halnya di Indonesia—yang

tergila-gila dengan apa pun yang berbau Inggris. Hal ini bisa dilihat wajar karena

seseorang masih dilihat juga dari sisi seberapa besarkah kemampuannya berbahasa

Inggris. Penggunaan bahasa Korea tidak lepas dari pengaruh bahasa Inggris yang

akhirnya banyak diserap ke dalam bahasa Korea. Dengan semakin banyaknya kata-kata

serapan ini, bisa dikatakan bahwa bahasa Korea yang digunakan di Korea Selatan tidak

semurni bahasa Korea di Korea Utara. Fakta ini dapat terlihat dalam poster, nama toko,

nama-nama tempat perbelanjaan dan nama restoran yang banyak memakai bahasa

Inggris, Perancis, atau Italia untuk menunjukkan kesan mewah dan elegan. Bahkan

lirik-lirik lagu K-Pop banyak yang disisipi bahasa asing terutama bahasa Inggris untuk

menunjukkan ke-hip-an lagu-lagu grup-grup musik Korea saat ini. Apabila hal ini dilihat sebagai dampak buruk semakin terbukanya Korea, maka bisa dikatakan

penggunaan bahasa Korea tidak jauh berbeda dengan pemakaian bahasa Indonesia yang

banyak terpengaruh oleh bahasa asing.

Namur demikian, bahasa Korea tetap merupakan bahasa yang terus berkembang

di tengah semakin kaburnya batas antarbangsa dan semakin mudahnya komunikasi

lintas negara dewasa ini. Untuk itulah, untuk mengetahui letak bahasa Korea dalam

percaturan bahasa-bahasa di dunia, paling tidak ada dua posisi penting bahasa Korea

(8)

bidang ini akan terlihat bagaimana bahasa Korea berperan dalam menampilkan

karakteristik produk budaya Korea ke masyarakat dunia sekaligus bagaimana bahasa

Korea digunakan dalam dunia bisnis. Setelah menelaah dua bidang ini, selanjutnya akan

dibahas sekilas mengenai perkembangan bahasa Korea dalam dekade awal abad ke-21

ini.

3.1. Bahasa Korea dilihat dari kacamata budaya

Sejak hiruk pikuk Piala Dunia 2002 di mana Korea menjadi tuan rumah bersama

dengan Jepang hingga tahun 2010 di mana pengaruh budaya Korea semakin terasa,

beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia gencar bersaing menayangkan film-film,

sinetron-sinetron, dan musik Korea. Bahkan, terdapat beberapa sinetron Korea yang

‘sukses’ di layar kaca, sebut saja Winter Sonata, Endless Love, Dae Jang Deum, dan Boys Befote Flowers—segelintir yang kemungkinan besar diingat oleh pecinta Korea di

Indonesia. Sinetron-sinetron buatan negeri ginseng ini telah berhasil menarik perhatian

sebagian masyarakat Indonesia, bahkan beberapa bintang sinetron tersebut telah

menjadi idola di tanah air. Hal ini baru berbicara mengenai situasi di Indonesia, padahal

Korea telah berhasil mengekspor budaya popnya ke penjuru dunia pada awal abad ke-21

ini.

Situasi di atas adalah sebagian kecil dari apa yang disebut Hallyu—istilah

buat-an ybuat-ang bermakna pengaruh budaya modern Korea di negara-negara lain—yang mulai

merebak di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Terlebih lagi, fenomena K-Pop

yang mulai menggelegar dan menyambangi pecinta Korea mulai tahun 2009 hingga

(9)

negara-negara Asia lain seperti Cina, Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand, Vietnam

dan bahkan Jepang dalam hal besarnya pengaruh Hallyu terhadap negera-negara itu.

Tidak banyak yang menyangka bahwa Korea akan berhasil ‘mengekspor’

budaya popnya sebegitu besar dan gencar seperti halnya yang terjadi dengan budaya

pop Jepang yang telah terlebih dahulu menyerbu Asia pada era 90-an. Berhubungan

dengan Hallyu ini, terutama dengan K-Pop (Korean Pop)-nya akhir-akhir ini, fenomena Hallyu semakin mencengkeram para remaja di seluruh Asia dan kawasan dunia lainnya.

Banyak artis Korea semakin menjadi idola para remaja di belahan dunia lain. Hal ini

terbukti dengan banyaknya konser-konser artis Korea yang diadakan karena diundang

oleh para penyelenggara event dari berbagai negara. Terlebih lagi, banyak yang berhasil

terjual habis tiketnya. Selain itu banyak pula situs-situs dan jejaring sosial tentang artis

Korea yang didedikasikan khusus untuk para pemain drama Korea dan para penyanyi

Korea yang bisa diakses oleh para penggemarnya.

Sekarang, pertanyaan yang timbul dari situasi tersebut adalah adakah hubungan

Hallyu (baca: budaya Korea modern) dengan bahasa Korea?

Secara mudah bisa digambarkan bahwa fenomena tersebut secara tidak langsung

semakin membuat bahasa Korea semakin terkenal. Semua produk budaya ‘modern’

Korea tersebut adalah asli Korea dalam arti baik lagu, sinetron, maupun filmnya

memakai medium bahasa Korea sebagai bahasa pengantarnya. Sudah barang tentu, saat

memasuki negara-negara lain dan dikonsumsi oleh para konsumen di belahan negara

lain, produk tersebut banyak yang masih menggunakan bahasa Korea—sebelum melalui

proses sulih suara—terutama untuk drama. Di sinilah letak salah satu keberhasilan

(10)

Apabila sebelumnya publik Asia lebih dulu terbiasa dengan bunyi bahasa

Mandarin atau Jepang, maka sejak dekade awal abad ke-21 ini, bahasa Korea telah

mulai terbiasa terdengar di radio dan televisi di dunia Internasional; serta mulai terbiasa

terlihat oleh mata semua orang baik yang bisa membaca maupun hanya melihat tulisan

Hangeul di koran, majalah, dan internet. Apalagi dengan masuknya teknologi

dwi-bahasa pada acara-acara televisi tertentu, dwi-bahasa Korea dalam sinetron maupun film

buatan Korea akhirnya dapat dikenal masyarakat. Khusus mengenai kaitannya dengan

internet, ada satu hal yang patut dicatat di sini yaitu, fakta bahwa bahasa Korea berada

di posisi ke-10 sebagai bahasa yang sering digunakan di media internet pada tahun

2009.10 Hal ini sudah barang tentu menjadikan bahasa Korea sebagai salah bahasa yang

penetrasi dan signifikansinya di ajang global menjadi takterbantahkan. Sebagai

gambaran, bahasa Korea menempati urutan ke-13 dengan pengguna sebanyak 71 juta

orang di dunia ini sebagai bahasa yang paling digunakan. Jumlah ini pun baru dihitung

dari Korea Selatan dan Korea Utara, belum termasuk para imigran Korea beserta

keturunannya yang sampai saat ini berdiam di Cina, Amerika, Jepang, Rusia, Kanada,

Australia, Amerika Selatan, Selandia Baru, Australia, dan negara-negara Eropa serta

Asia lainnya.11

3.2. Bahasa Korea dilihat dari kacamata bisnis

Bagian tulisan ini tidak akan menyinggung bisnis secara mendalam karena

makna bisnis sangatlah luas. Namun, yang akan dipaparkan di sini hanyalah satu kasus

10

Bahasa Korea berada di dalam daftar top ten internet world user by language. Dalam daftar ini, Korea berada di bawah Rusia; di mana bahasa Inggris menempati posisi nomor satu. (www.internetworldstats.com/stats7.htm) Diakses tanggal 2 April 2010.

11

(11)

saja yaitu, bahwa bahasa Korea menyebar ke seluruh dunia seiring dengan

meningkatnya penanaman modal asing (PMA) Korea ke negara-negara lain.

Investasi asing langsung di suatu negara menuntut penguasaaan asing oleh para

SDM tempat investasi tersebut berada. Hal ini tak terkecuali di Indonesia, di mana

Korea menjadi salah satu investor aktifnya. Terkait dengan hal ini, investasi perusahaan

Korea yang merelokasi pabriknya maupun yang hanya membeli saham

perusahaan-perusahaan lokal juga memerlukan SDM Indonesia yang paling tidak mengetahui

bahasa dan budaya Korea walaupun tidak sempurna—terlepas dari adanya anggapan

bahwa memiliki kemampuan bahasa Inggris sudah cukup bahkan untuk bekerja di

perusahaan-perusahaan Korea.

Namun anggapan tersebut ada benar dan tidaknya. Malahan, apabila budaya

Korea benar-benar dipahami, maka anggapan tersebut sama sekali salah. Ternyata

bangsa Korea dengan budayanya sendiri menuntut para pekerja di tempat

perusahaannya untuk mengenal dan memahami lebih lanjut bahasa berikut budaya

Korea. Alasan singkatnya adalah dengan menguasai bahasa Korea maka seseorang bisa

menempatkan dirinya dalam berkomunikasi dengan orang Korea, terlebih dalam dunia

bisnis. Hal itu tidak lepas dari adanya tingkatan kesopanan pemakaian bahasa Korea—

hampir mirip dengan bahasa Jawa.

Pada penelitian yang pernah dilakukan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah

Mada tahun 2003 & 2004 yang menganalisis pemahaman antarbudaya pada perusahaan

asing Korea di Indonesia, terdapat beberapa hal yang bisa menggambarkan hal tersebut.

Salah satu yang bisa dipaparkan di sini adalah adanya dukungan empiris bahwa

pemahaman antarbudaya khususnya komunikasi antarbudaya di dalam perusahaan

(12)

ditentukan serta untuk meminimalisir masalah atau konflik yang terjadi akibat adanya

perbedaan budaya. Penelitian tersebut memberikan satu rekomendasi berupa perlunya

peningkatan pemahaman antarbudaya di kalangan karyawan, baik karyawan lokal

maupun karyawan Korea di perusahaan Korea di Indonesia.(Kim et al., 2004)

Ketika perusahaan Korea berekspansi ke negara lain, mereka menghadapi

masalah bagaimana memanajemen perbedaan budaya. Latar belakang budaya Korea

(dalam hal ini Konfusianisme) menyebabkan orang Korea pada tataran tertentu

memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam berhubungan dengan orang asing. Hal ini

terkadang berakibat pada cara orang Korea berhubungan dengan orang asing, dalam hal

ini hubungan antara karyawan dengan pimpinan perusahaan. Untuk itulah, pemahaman

bahasa Korea dan dalam hal ini tentunya budaya Korea sangatlah penting. Tentu

sebaliknya, orang Korea yang juga menjadi pemilik perusahaan pun, juga harus bisa

memahami perbedaan budaya para karyawannya.

Pada intinya, gambaran singkat ini hanya ingin menunjukkan bahwa PMA dari

Korea ke negara-negara lain berimplikasi bahwa bahasa Korea dan budayanya ternyata

ikut serta terbawa oleh para pemilik modal. Untuk itu, perlu dipahami bahwa apa yang

sebenarnya terjadi adalah tidak adanya pemahaman bagaimana orang Korea memakai

bahasanya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahasa Korea mirip dengan bahasa

Jawa yang memiliki tingkatan pemakaian tergantung dengan siapa seseorang berbicara.

Tanpa adanya pengetahuan dasar dan sesederhana ini, sering muncul kesalahpahaman

yang dapat mengganggu jalannya komunikasi. Gambaran ini bisa saja terjadi tidak

hanya di Indonesia, namun bisa di seluruh lini perusahaan Korea yang tersebar di

seluruh dunia. Inilah gambaran satu kasus bahwa bahasa Korea semakin menyebar

(13)

pelak lagi bahasa Korea menjadi salah satu bahasa penting yang wajib diketahui dan

dipelajari oleh pebisnis, mitra, dan pelaku bisnis internasional terutama yang

bersinggungan dengan Korea.

4. Sekilas perkembangan bahasa Korea di dalam dekade awal abad ke-21

Melihat perkembangan bahasa Korea pada saat ini seperti melihat mobil lama

namun semua mesinnya diganti dengan kecepatan dan kemampuan baru. Bahasa Korea

didorong untuk tumbuh dan berkembang pesat di tengah-tengah fakta bahwa bahasa ini

telah menjadi bahasa nasional Korea yang sekaligus juga diharapkan bisa menjadi

bahasa ‘wajib’ bagi para peminat Korea. Salah satu caranya adalah dengan adanya

kebijakan pemerintah Korea untuk mengharuskan orang asing yang ingin bekerja dan

belajar di Korea untuk menguasai bahasa Korea dengan standar tertentu, yaitu dengan

diberlakukannya TOPIK (Test of Proficiency in Korean). Di sini sudah terlihat

lompatan jauh upaya pemerintah Korea untuk membuat bahasa Korea sebagai bahasa

pengantar di negara itu dalam bidang bisnis dan akademik—selain dengan tetap

berlakunya bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional.

Pemberlakuan kebijakan TOPIK ini didukung penuh oleh sebuah lembaga

pemerintah, yaitu The Institute for Curriculum and Evaluation yang khusus menangani

ujian bahasa Korea baik di Korea sendiri maupun di negara lain di seluruh dunia.

Sebagai informasi, ujian ini dilaksanakan setahun dua kali secara serentak di seluruh

dunia. Dengan terus ditingkatkannya bahan ajar, penerbitan buku pelajaran bahasa

Korea, dan pendaftaran online di seluruh dunia, arus perkembangan bahasa Korea

(14)

sekitar 2000 orang pada tahun 1997 saat diberlakukannya sistem ini, namun pada tahun

2009 telah melonjak menjadi 180.000 orang.12

Apa yang mendasari hal ini bisa juga ditelusuri dari pernyataan presiden Kim

Dae Jung pada saat menjabat presiden Korea Selatan tahun 1998. Beliau mengatakan

bahwa salah satu tujuan pemerintahannya adalah meningkatkan ekspor budaya Korea.

Korea harus bisa menjadi suatu negara yang tidak hanya bisa mengekspor hasil industri

manufakturnya, namun juga harus bisa memberikan sesuatu yang lain kepada dunia,

yaitu melalui produk budaya. Pada saat ini sudah terlihat hasilnya yaitu, bahasa Korea

pun telah menjadi semacam ‘ekspor’ budaya atau lebih tepatnya bisa dikatakan bahwa

bahasa Korea telah menjadi salah satu duta budaya Korea di kancah dunia.

Pemerintah Korea pun saat ini terus berusaha tak henti-hentinya

mempertahankan citra yang diperolehnya dari semakin dikenalnya bahasa dan budaya

Korea ini. Beberapa upaya pemerintah dan pihak swasta Korea dapat dilihat dari dua

ringkasan sepak terjang bahasa Korea dalam dasawarsa terakhir.

Pertama, pemerintah Korea pada abad ke-21 ini telah memiliki televisi kabel yang disiarkan secara internasional semacam BBC, CNN, atau NHK, yaitu dengan KBS

World dan Arirang. Dengan ini, masyarakat Korea di seluruh dunia tetap dapat

mengikuti perkembangan negaranya dalam bahasa mereka sendiri dan begitu juga

masyarakat internasional dapat juga ikut mempelajari bahasa maupun bidang lain dari

pemberitaaan khusus tentang Korea lewat saluran ini. Terkait dengan bidang penyiaran,

salah satu siaran radio internasional Korea, yaitu KBS International Radio melalui

www.world.kbs.co.kr menyapa para penggemar Korea lewat 11 bahasa asing, termasuk

bahasa Indonesia. Salah satu siarannya adalah mengajarkan atau memperkenalkan

12

(15)

bahasa Korea. Tentu saja hal ini tak lepas dari semakin banyaknya peminat pembelajar

bahasa Korea. Di sisi lain, yaitu di dunia internet; salah satu situs terkenal nomor satu13

di Korea yaitu, www.naver.com memberikan pelayanan kamus online yang sangat

interaktif sehingga semua orang—bukan saja orang Korea, dapat mengakses bahasa

Korea dengan mudah karena situs tersebut menyediakan kamus online Korea, Inggris,

dan beberapa bahasa terkemuka di dunia. Hal ini tentunya menarik para pembelajar dan

pemerhati bahasa Korea untuk menggunakan fitur yang tersedia tersebut.

Kedua, perguruan tinggi-perguruan tinggi Korea Selatan bekerja sama dengan universitas di negara lain membuka program bahasa Korea baik sebagai program pilihan

maupun sebagai program studi. Program ini didukung dengan pengiriman para pengajar

bahasa Korea ke negara-negara tersebut dan juga pengiriman para tenaga pengajar

universitas lokal untuk belajar bahasa Korea di Korea. Tidak berhenti di sini, beberapa

dari mereka yang telah menjadi pengajar bahasa Korea diberi kesempatan untuk

mengikuti lokakarya dan penyegaran bahasa Korea di berbagai universitas Korea yang

banyak memiliki program pelatihan bahasa Korea untuk orang asing. Ribuan orang

asing setiap tahun datang ke Korea baik atas bantuan beasiswa maupun biaya pribadi

untuk langsung mempelajari bahasa dan budaya Korea. Universitas-universitas ternama

yang menjadi tujuan utama para pembelajar asing adalah misalnya, Yonsei University,

Kyunghee University, Ewha Womans University, Hankuk University of Foreign Studies,

Korea University, Seoul National University, Sogang University, dan beberapa

universitas negeri dan swasta baik di Seoul maupun di kota-kota propinsi lain.

13

Menurut situs pemeringkat website alexa,

(16)

Khusus mengenai hal ini, perlu ditambahkan adanya dua buah lembaga yang

perlu disinggung kiprahnya dalam memajukan bahasa Korea di tingkat internasional

karena berperan memberikan beasiswa kepada mahasiswa internasional untuk belajar

bahasa dan budaya Korea, selain bidang-bidang lain tentunya. Kedua lembaga tersebut

adalah NIIED (The National Institute for International Education) dan KF (Korea

Foundation). Selain itu, searah dengan cita-cita pemerintah Korea untuk mengglobalkan

bahasa Korea, maka muncullah berbagai macam lembaga yang berkaitan dengan bahasa

Korea seperti, International Korean Language Foundation – 한국어세계화재단

(www.sejonghakdang.org); The National Institute of the Korean Language –

국립국어원 (www.korean.go.kr); Hangeul Society – 한극학회 (www.hangeul.or.kr);

International Association for Korean Language Education – 국제한국어교육학회

(www.iakle.com); Society of Korean Dialect - 한국방언학회 (www.sokodia.or.kr);

atau bahkan ada lembaga seperti Society of Korean Semantics – 한국어의미학회

(www.semantics.or.kr), dan banyak situs-situs lain yang terkait dengan bahasa Korea

dan Hangeul.

Sebagai catatan terakhir dalam tulisan mengenai perkembangan bahasa Korea

dengan Hangeul-nya saat ini, perlu disinggung dua kehebohan pemberitaan media

massa Korea yang terjadi pada paruh terakhir tahun 2010.

Pertama adalah adanya berita mengenai penetapan Hangeul sebagai médium

suku Cia-Cia di kota Bau-Bau Sulawesi untuk menuliskan bahasa lisannya. Walaupun

sebenarnya tidak ada pernyataan resmi yang menyatakan bahwa suku tersebut memakai

Hangeul14, apa yang terjadi pada tahun 2009 itu menunjukkan adanya kemungkinan

atau wacana bahwa Hangeul bisa digunakan untuk menuliskan beberapa bahasa lisan

14

(17)

yang tidak memiliki sistem penulisan karena memang karakter Hangeul dibuat untuk

bisa mencerminkan bahasa lisan sebagaimana adanya.

Kedua adalah apa yang terjadi pada bulan Oktober - November 2010 yaitu,

berita yang menyenangkan buat orang Korea terutama para pecinta budaya Korea. Kali

ini datang dari Amerika karena seorang artis dan produser hip hop terkenal yaitu, will

i.am merilis musik video (MV) yang penuh dengan nuansa Hangeul di hampir seluruh

tampilannya.15 Bersama seorang rapper Nicki Minaj, MV lagu hip hop berjudul ‘Check

It Out’ ini disutradarai oleh seorang Amerika keturunan Korea, yaitu Rich Lee yang

telah malang melintang dalam industri hiburan Amerika. Dengan adanya MV ini

banyak orang Korea berkomentar dan menghargai usaha yang dilakukan Lee dan will

i.am. dalam memperkenalkan budaya Korea—dalam hal ini Hangeul ke pentas musik

dunia. Apa pun maksud penampilan Hangeul tersebut, fakta tersebut membantu promosi

Korea yang memang tak pernah diam membantu apa pun upaya untuk memperluas

gaung bahasa Korea dan Hangeul-nya ke seantero dunia.

Satu hal yang perlu dilihat dari dua hal tersebut adalah fakta bahwa bangsa

Korea sangat menaruh perhatian yang tinggi terhadap perkembangan dan masa depan

bahasanya, sehingga semua upaya dan perhatian diberikan pemerintah dan swasta untuk

mempertahankan jati diri bangsanya ini.

5. Penutup

Merebaknya Hallyu di seluruh penjuru dunia telah menunjukkan adanya aliran

budaya dari Korea ke negara-negara lain. Begitu pula dengan semakin luasnya cakupan

investasi Korea di berbagai bidang perdaganan. Terlepas dari dampak panjang yang

15

(18)

http://www.pinayinkorea.com/?tag=hangul-korean-language-letters-will-i-am-akan terus berlanjut, keberhasilan korea ini memang suatu fenomena tersendiri dalam

dunia global. Dalam situasi dunia di mana pertukaran informasi terjadi hampir tanpa

halangan apa pun, Korea telah berhasil menjejakkan pengaruhnya di dunia.

Seiring dengan hal itu, semakin dikenalnya bahasa Korea dan semakin

terbukanya tuntutan untuk mengenal dan mempelajari bahasa negara ini, tak bisa

dilepaskan dari peran pemerintah dan swasta baik dari media massa, industri,

masyarakat, dan lembaga pendidikan yang secara sadar maupun tidak telah membantu

terjadinya aliran budaya yaitu, pengenalan bahasa Korea ke seluruh dunia. Bahkan,

dengan sinergi pemerintah dan swastalah bahasa Korea berhasil memasuki semua sudut

negara-negara lain di dunia.

Perubahan yang dialami oleh bahasa Korea, dari suatu bahasa yang hanya

dipakai oleh sekitar 70 juta jiwa menjadi salah satu bahasa dunia yang mulai semakin

dikenal merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Sebagai sebuah negara

yang banyak diperhitungkan kiprahnya di kawasan Asia, Korea tidak bisa begitu saja

dilihat sebelah mata. Banyak hal yang bisa dipelajari dari fenomena itu, terutama

bagaimana semua pihak di dalam negeri bersatu padu membuat fenomena itu menjadi

suatu komoditas yang berharga bagi bangsa.

Bagi Indonesia, selain banyak yang bisa dipelajari, dengan semakin banyaknya

produk budaya Korea yang secara sadar atau tidak telah menemani kehidupan

masyarakat Indonesia, pentinglah kiranya pemahaman terhadap bahasa dan budaya

Korea mulai diperkenalkan di tingkat yang lebih luas lagi. Tidak hanya di kalangan

perguruan tinggi seperti saat ini, namun bisa juga dimulai dari kalangan sekolah

menengah sehingga pemahaman tentang Korea semakin luas yang akhirnya diharapkan

(19)

Referensi

Choi, Wan-gee. The Traditional Education of Korea. Seoul: Ewha Womans University Press. 2006. hal. 40-41

Fakta-Fakta tentang Korea. Seoul: Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata. 2008.

Ha, Tae Hung. Guide to Korean Culture. Seoul: Yonsei University Press. 1985.

Kim, Geung-seob, et al. “Pemahaman Antarbudaya di Perusahaan Korea. Laporan Penelitian. Pusat Studi Korea UGM, 2004.

Nugroho, Suray Agung, “The Recent Depiction of Hallyu in Indonesia”. Paper disampaikan pada The 10th Korea Forum yang diselenggarakan oleh KISEAS,

SEASREP dan Pusat Studi Korea UGM, Juli 2010.

Park, Dong-geun. Everything You Wanted to Know about the Korean Language. Seoul: The National Institute of The Korean Language. Juli 2010.

Yang, Seung-yoon, Seputar Kebudayaan Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995

Laman

www.alexa.com/topsites/countries/KR

www.chinatraveldepot.com/C201-Chinese-Language-Influence

www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/

www.glyphs.webfoot.com/blog/2011/03/12/hangul-1446-ad-korea/

www.internetworldstats.com/stats7.htm

www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2010/10/113_74114.html

www.liquida.com/literacy-rate-in-asian-countries

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan Bersama (cukup jelas) 21.1.. Pemeriksaan dan

Hanya pada indikator tentang kesesuaian harga produk dengan manfaat yang dirasakan, persentase Cheers lebih rendah dari Aqua (79%). Selain itu, dapat dilihat juga bahwa

Bentuk Jaminan Penawaran dari Asuransi/Perusahaan Penjaminan (cukup jelas).. Formulir lsian Kualifikasi

Atas peran serta dan dukungan dari pihak peserta lelang, Kami atas nama Tim Pokja/ ULP mengucapkan banyak terima kasih. Atas peran serta dan dukungan dari pihak peserta lelang,

Berdasarkan uraian di atas, maka pada program kreativitas mahasiswa ini dibuat GETEM KOBENG ( Nugget Tempe Koro Benguk) yang diharapkan dapat menjadi salah

katkan keasaman dalam air hujan. Berdasarkan hasil penelitian, variasi jarak pada penempatan DFC ternyata memberikan pengaruh terhadap kadar sulfat yang terkandung

Hak asasi yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak termuat dalam suatu piagam terpisah, tetapi tersebar dalam beberapa pasal, terutama Pasal 27-31, dan

Pembuatan dari sistem informasi penilaian kinerja karyawan bertujuan untuk membantu penilai dalam menilai kinerja karyawannya dengan hasil yang akurat serta