MAKALAH MASALAH KESEHATAN PADA TODDLER
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An
Kelompok 3
Utin Saidatul Hasanah (22020116120021)
Khosidah (22020116120024)
Kurniati Dwi Setyaningsih (22020116120025) Tri Vita Amalia (22020116120026) Nanda Alifia Desiana (22020116120028)
A.16-1
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Materi tentang Demam
A. Definisi Demam
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral, rektal, dan aksila (Ismoedijanto, 2000).
B. Tipe-tipe Demam
Menurut Nelwan (2007), terdapat beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai, antara lain:
Demam Septik
Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. Demam Interemiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Demam Kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
C. Manifestasi Klinis Demam
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diper-hatikan oleh pasien.
menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Ge-jala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau ku-rang.
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spek-trum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesi-fik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagno-sis).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu:
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau mani-festasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai dengan gejala demam (Ismoedijanto, 2000).
E. Patofisiologi Demam
pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi, evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak relatif lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat penting, terutama untuk daerah tropis.
Demam merupakan akibat dari kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas.
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410 C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan (Ismoedijanto, 2000).
menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam (Arief, 2015).
Asuhan Keperawatan pada Toddler
Gambaran Kasus :
Anak K perempuan usia 2 tahun dibawa keluarga dirawat dengan kejang demam. Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari yang lalu. Menurut kelurga demam anak hanya turun dengan pemberian antipiretik. Anak mengalami batuk pilek. Bayi tidak mau makan dan minum. Saat dilakukan pengkajian anak sudah tidak kejang suhu tubuh anak 38,8oC, nadi 130 kali/menit. Anak menolak makan apapun, susu masih mau meskipun sedikit.
1. PENGKAJIAN 1) Identitas Pasien
Nama : An. K
Tempat, tanggal Lahir :
-Umur : 2 tahun (toddler)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan :
-Status perkawinan : Belum Menikah Status pendidikan :
-Diagnosa medis : Hipertermia (Demam)
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ibu
No. yang bisa dihubungi : 085555777150
Alamat : Semarang
2) Riwayat penyakit a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan umum : kejang dan demam. c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat penyakit dahulu pada gambaran kasus. d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat riwayat kesehatan keluarga pada gambaran kasus.
3) Pemeriksaan fisik
Kesadaran : kesadaran penuh (composmentis) Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital :
Nadi : 130x/menit
Suhu : 38,8 oC (Demam Tinggi)
HR : Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
RR : Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
4) Pengkajian pada Kebutuhan Dasar a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : anak menangis, kurang istirahat karena susah tidur ketika badannya demam.
b. Makanan/Cairan
Gejala : tidak mau makan, hanya mau minum susu sedikit c. Neurosensori
Gejala : anak mengalami kejang selama kurang lebih 5 menit. d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: ketidaknyamanan anak karena batuk pilek
2. PENGELOMPOKAN DAN ANALISIS DATA Data Subjektif
a. Anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari yang lalu.
b. Keluarga mengatakan bahwa demam anak hanya turun dengan pemberian an-tipiretik.
Data Objektif
a. Suhu tubuh klien 38,8°C. b. nadi 130 kali/menit.
c. Klien mengalami batuk pilek.
d. Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit. e. Klien tidak mau makan dan minum.
f. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu.
No Hari, tanggal
Data Fokus Masalah Etiologi Paraf
1. Selasa, 27 Februari 2018
Data Subjektif
Klien mengalami demam tinggi sejak 2 hari yang lalu.
Data Objektif
Suhu tubuh klien 38,8°C.
Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit.
Hipertermia
Data Subjektif
-Data Objektif
Klien tidak mau makan dan minum.
3 Selasa, 27 Februari 2018
Data Subjektif
-Data Objektif
Keletihan akibat metabolisme meningkat saat demam tinggi
demam tinggi.
Intoleransi
3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal
Hipertermia berhubungan
dengan sepsis [00007] Kel 3
2. Selasa, 27 Februari 2018
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan [00002]
Kel 3
No Tanggal Dx Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Paraf
1. 27
Februari 2018
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan demam tinggi anak dapat menurun dengan kriteria sebagai berikut :
Termoregulasi (0800)
Hipertermia dari skala 3 (sedang) ke skala 4 (ringan)
Dehidrasi dari skala 3 (sedang) ke skala 4 (ringan)
Status Neurologi (0909)
Hipertermia dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Aktifitas kejang dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Manajemen kejang (2680)
Aktivitas :
1. Pasang IV line dengan benar.
2. Catat lama
kejang.
kejang dengan benar.
kembali pasien setelah kejang.
Pencegahan kejang (2690)
Aktivitas :
1. Instruksikan keluarga untuk memanggil jika
dirasa akan
terjadinya kejang 2. Jaga penghalang
tempat tidur tetap di naikkan
3. Singkirkan obyek
potensial yang
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan asupan makan klien membaik dengan kriteria sebagai berikut :
Nafsu makan (1014)
Hasrat/ keinginan untuk makan dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Mencari makanan makan dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Intake makanan makan dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Intake nutrisi makan makan dari skala 3 (cukup terganggu)
Manajemen Nutrisi (1100)
Aktivitas :
1. Tentukan status gizi pasien dan
ke skala 4 (sedikit terganggu)
Intake cairan makan dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Rangsangan untuk makan makan dari skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 (sedikit terganggu)
Status nutrisi: Asupan makanan dan cairan (1008)
Asupan makanan secara oral dari skala 3 (cukup
menyimpang dari rentang normal) ke skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal)
Asupan cairan secara oral dari skala 3 (cukup menyimpang dari rentang normal) ke skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal)
5. Anjurkan
keluarga terkait dengan
kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan usia
3 27 Februari
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
Monitor tanda-tanda vital (6680)
2018 jam diharapkan intoleransi aktivitas anak dapat teratasi dengan kriteria sebagai berikut :
Tanda-tanda vital (0802)
Suhu tubuh menurun dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran normal) ke skala 4 (deviasi yang ringan dari kisaran normal).
Tingkat pernapasan membaik dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran normal) ke skala 4 (deviasi yang ringan dari kisaran normal).
Status Nutrisi (1004)
Asupan makanan dari skala 3 (cukup menyimpang dari rentang normal) ke skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal).
Asupan cairan dari skala 3 (cukup menyimpang dari rentang normal) ke
Aktivitas :
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat. 2. Monitor dan
laporkan tanda
dan gejala
hipertermia. 3. Monitor warna
kulit, suhu, dan kelembaban. mual dan muntah. 3. Identifikasi
perubahan nafsu
makan dan
aktivitas akhir-akhir ini.
skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal).
Energi membaik dari skala 3 (cukup menyimpang dari rentang normal) ke skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal).
disukai, konsumsi yang berlebihan terhadap
makanan siap saji, makan yang terlewati, makan tergesa-gesa, interaksi anak dan orang tua selama makan dan frekuensi serta lamanya bayi makan) 5. Monitor adanya
(warna) pucat, kemerahan dan jaringan
konjungtiva yang kering.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu Dx Tindakan
Keperawatan
bersedia dipasang IV
O : Pasien terlihat merintih ketika dipasang IV
07.05 1 Mencatat lama kejang yang dialami klien dan mencatat karakteristik kejang.
S : Keluarga mengatakan bahwa
anak sering
mengalami kejang O : Pasien terlihat diam
Kel 3
07.10 1 Memberikan
obat-obatan anti kejang dengan benar kepada klien.
S : Pasien mengatakan
lumayan nyaman setelah meminum obat
O : Klien terlihat mulai tenang, keluarga
memberikan obat kejang saat pasien mengalami kejang
Kel 3
07.10 1 Memonitor status neurologis dan
memonitor tanda-tanda vital.
S : Keluarga mengatakan bahwa setelah diberikan obat anti kejang, anak mulai tenang dan membaik O : Pasien dapat diajak berbicara dan terlihat lebih baik
07.15 1 Orientasikan kembali pasien setelah kejang.
S : Pasien mengingat apapun
yang ada
disekitarnya
O : Pasien terlihat terdiam dan tenang
Kel 3
07.20 1 Mengintruksikan
keluarga untuk
memanggil perawat jika dirasa akan terjadinya kejang
S: Keluarga pasien mengatakan akan segera memanggil perawat jika kejang terjadi
O: Keluarga pasien terlihat setuju
Kel 3
07.25 1 Menjaga penghalang tempat tidur tetap di naikkan
S : Pasien mengatakan
nyaman jika pagar tempat tidurnya tetap dinaikkan O : Pasien terlihat nyaman dan tenang
07.30 1 Menyingkirkan obyek
potensial yang
membahayakan, yang ada di lingkungan pasien.
S : Keluarga mengatakan bahwa khawatir jika anak terkena
benda-benda yang
berbahaya saat kejang
O : Keluarga membantu perawat untuk menjauhkan benda-benda yang sekiranya
berbahaya bagi pasien
Kel 3
09.00 2 Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.
S : Keluarga mengatakan bahwa anak masih susah untuk makan O : Status gizi pasien belum ada perkembangan dan klien selalu “rewel” saat diberi makan
09.05 2 Menentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
S : Keluarga dan pasien mengatakan apa saja yang menjadi preferensi
makanan bagi
pasien
O : Keluarga dan pasien aktif saat berdiskusi tentang preferensi makanan bagi pasien
Kel 3
09.10 2 Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
S : Klien bersedia untuk diperiksa bunyi jantungnya O : Terdengar bunyi loop-doop
Kel 3
09.15 2 Membuat penyajian makanan dengan cara yang menarik
S : Klien mengatakan suka dengan bentuk makanannya
O : Klien telah mengabiskan makanannya, terlihat sudah tidak bersisa makannya
09.20 2 Menganjurkan keluarga terkait dengan
kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan usia
S : Keluarga klien mengatakan sudah memberi makanan yang sesuai dengan usia anaknya O : Keluarga klien sudah memberikan makanan yang sesuai kepada klien
Kel 3
09.25 3 Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat.
S: Klien bersedia untuk untuk dicek O: Klien terlihat tenang ketika dilakukan
pengecekkan
Kel 3
3 Memonitor dan
laporkan tanda dan gejala hipertermia.
S : Keluarga mengatakan bahwa gejala hipertermia
masih sering
kambuh
O : Keluarga selalu melaporkan kepada
perawat saat
terdapat tanda dan gejala hipertermia pada pasien
Kel 3
09.30 3 Memonitor warna kulit, suhu, dan kelembaban.
S : Klien mengatakan
bersedia dilakukan pengkajian
O : Klien terlihat tenang
09.30 3 Mengidentifikasi kemungkinan
perubahan tanda-tanda vital.
bersedia dilakukan pengkajian
O : Klien terlihat tenang
Kel 3
3 Memonitor adanya mual dan muntah
S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual O : Klien terlihat tidak muntah
Kel 3
3 Mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan aktivitas akhir-akhir ini.
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah mau makan
3 Menentukan pola
makan (misalnya makanan yang disukai dan tidak disukai,
konsumsi yang
berlebihan terhadap makanan siap saji, makan yang terlewati, makan tergesa-gesa, interaksi anak dan
S : Keluarga klien mengatakan selalu memberikan
makanan yang disukai anaknya dan memberikan makanan yang bergizi
O : Klien terlihat
orang tua selama makan dan frekuensi serta lamanya bayi makan)
makan dengan lahap dan tidak terlihat tergesa-gesa atau cepat 3 Memonitor adanya
(warna) pucat,
kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering
S : Klien mengatakan mau lakukan
pengecekkan namun Bersama ibunya
O : Klien terlihat sedikit takut
Kel 3
5. EVALUASI KEPERAWATAN Tanggal
Hipertermia dan kejang menurun dari skala 3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang, pasien minum obat saat demam kejang terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi
Tetap memantau TTV pada anak, dan segera memberikan intervensi apabila demam kejang terjadi lagi
2 S
O
A P
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah memiliki hasrat atau nafsu untuk makan meskipun dalam jumlah yang sedikit dan anak lebih banyak minum daripada makan Pasien masih suka “rewel” saat makan, makanan yang diberikan tidak semuanya habis termakan, pasien lebih suka minum, makan dan minum secara normal lewat oral
Masalah belum sepenuhnya teratasi
Memantau TTV pasien, memberikan pilihan beberapa makanan yang disenangi anak, menyediakan makanan dengan menarik
Kel 3
3 S
O A P
Kel 3
1 Maret 2018 Pukul 09.00 WIB
1 S
O
A P
Keluarga mengatakan bahwa panas pada anak sudah menurun dan kejang-kejang sudah berkurang
Hipertermia dan kejang menurun dari skala 3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang, pasien minum obat saat demam kejang terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi Tetap memantau TTV pada anak
2 S
O
A P
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah memiliki hasrat atau nafsu untuk makan dalam jumlah yang lebih banyak
Pasien sudah makan dalam jumlah meskipun tidak dihabiskan seluruhnya, tidak ada masalah dengan turgor kulit, makan dan minum dengan normal melalui oral
Masalah mulai teratasi
Menyediakan pilihan beberapa makanan yang disenangi anak, menyediakan makanan dengan menarik, mengkaji status gizi anak
Kel 3
3 S
O
A P
Merangsang Kenaikan set point hipotalamus anterior
DEMAM TINGGI
Dx : Hipertermia berhubungan dengan
sepsis/virus (00007)
NOC :
Termoregulasi (0800), Status Neurologi (0909)
NIC :
Manajemen kejang (2680) Pencegahan kejang (2690) Infeksi virus/sepsis
(batuk dan pilek)
Menolak makan dan minum
Penurunan asupan makanan
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan (00002)
NOC :
Nafsu makan (1014) Status nutrisi: Asupan makanan dan cairan (1008)
NIC:
Manajemen Nutrisi (1100) Ketidakseimbangan Kejang < 15 menit Memacu metabolisme
yang sangat cepat
Jantung dipompa lebih kuat dan cepat
Frekuensi napas cepat
Keletihan/kelemahan
Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(00092)
NOC :
Tanda-tanda vital (0802)
Status Nutrisi (1004)
NIC :
Monitor tanda-tanda vital (6680)
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Jurnal Pendidikan , 658-661. Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth
Edi-tion.United State : Mosb
Herdman, T. (2015). Nanda International Inc. diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Ismoedijanto. (2000). Demam pada Anak. Sari Pediatri, 103-108.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edi-tion.United State:Mosby
Nelwan, R.H.H. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi Keempat. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.