SEBARAN INVERTEBRATA DI PERAIRAN TELUK SEMUT, SENDANG BIRU, MALANG.
Oktiyas M.L ¹*, Ruhma Ruksalana H., Ivan Muhtadiansyah, Abdur Rosyid, Prima Tegar A., Jaka Harry M.W., Dzikri Alfath, Ramanto Lukman Y., Akhyar Maududi, Suryo WIcaksana, Tommy Harriski, Maulana
A., Sigit Rijatmoko.
Ilmu Kelautan¹, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
*Korespondensi: omuzakyl@ub.ac.id
ABSTRAK
Reef Check merupakan protokol monitoring terumbu karang yang digunakan secara luas. Tekniknya sederhana untuk dipelajari dan bisa dipelajari oleh pelaku non-profesional, serta datanya kuat secara ilmiah. Data yang dikumpulkan yaitu perhitungan penutupan jenis substrat, ikan, invertebrata, spesies langka dan dampak yang terjadi di lokasi. Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies invertebrata target dan kelimpahan invertebrata target. Lokasi penelitian berada di wilayah Perairan Teluk Semut, Sendang Biru, Malang Selatan. Dilakukan pengambilan data di 2 stasiun agar dapat dilakukan perbandingan dan mendapatkan perhitungan dari pengamatan tersebut, sedangkan metode penelitian menggunakan Belt transect sejauh 100m pada 2 titik yang berbeda. Setiap transek sabuk memiliki lebar 5m (masing-masing selebar 2.5 m di setiap sisi transek), dilakukan pengamatan dengan pola “S” dan melihat sampai pelosok karang. Keseluruhan area yang disurvei seluas 20m x 5m = 100m². Hasil dari monitoring spesies adalah Stenopus hispidus dengan jumlah tertinggi sebanyak 7 ekor, dan beberapa spesies lainnya. Keanekaragaman stasiun 1 lebih dominan daripada stasiun 2. Indikator kondisi terumbu karang yang sehat berada pada banyak sedikitnya populasi triton dan crown of thorn. Sedikitnya jumlah invertebrata yang ditemukan berarti terjadinya keseimbangan ekosistem antara tutupan karang dan populasi ikan. Meskipun, daerah tersebut juga merupakan daerah penangkapan ikan dengan bukti adanya jaring yang mengganggu kehidupan karang. Tingginya produktifitas primer diperairan karang menyebabkan perairan ini sering merupakan tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan. Daerah tersebut perlu tindakan lebih lanjut, agar ekosistem dapat tetap terjaga dan pulih kembali dengan keanekaragaman yang tinggi.
Kata Kunci: Reef Check, Invertebrata, Belt Transect, Teluk Semut, Sendang Biru
ABSTRACT
Reef Check is a coral reef monitoring protocol that was widely used. The technique was simple can be done by every one who had scientific. The data collected is the calculation of the closing of the type of substrate, fish, invertebrates, rare species and the impact that occurred at the site. Invertebrate are animals group which do not have a backbone. This study aims to identify the target invertebrate species and abundance of invertebrate targets. The location of research is in the area of Teluk Semut, Sendang Biru, South Malang. Data collection is done at two stations in order to do a comparison and get the calculation of these observations, while the research method using the belt transect as far as 100m at 2 different points. Each transect belt has a width of 5m (respectively width of 2.5 m on each side of the transect), was observed with “S” pattern and look to remote reefs. Overall surveyed area measuring 20m x 5m = 100m². The results of the monitoring show Stenopus hispidus has the highest number of 7 animals, and several other species. Station 1 has a more dominant diversity than station 2. Indicators of healthy coral reefs are at more or less the population of triton and a crown of thorn. The least amount of invertebrate discovered show the ecological balance between the coral cover and fish populations. Although, the region is also an area of fishing with nets disturbing evidence of coral life. The high primary productivity of waters causing coral these waters is often a place of spawning, rearing and foraging. That’s area needs further action, so that the ecosystem can be maintained and restored with high diversity.
PENDAHULUAN
Invertebrata merupakan organisme yang paling beragam hadir di bumi. Terdapat hampir 95 % dari populasi hewan dari invertebrate. Beradasarkan Uni internasional tentang Konservasi Alam pada saat tahun 2009 lebih dari 1,3 juta invertebrata diidentifikasi. Invertebrate mencakup sekitar 75% dari spesies yang dikenal di Planet. Jumlah actual invertebrate tidak diketaui, ada beberapa prediksi bahwa mungkin ada puluhan juta invertebrata. Invertebrata dating dalam berbagai bentuk dan ukuran dan memberikan layanan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Invertebrata yang paling umum temasuk spons, annelida, echinodhermata, mollusca, dan arthropoda. Spesies baru invertebrata sedang ditemukan secara teratur, fakta menghawatirkan lagi adalah bahwa ada cukup informasi tentang organisme ini, invertebrata mungkin akan punah dan para ilmuwan tidak akan pernah tahu bahwa mereka ada (Budisma, 2015).
Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Animalia yang termasuk dalam kelompok ini memiliki habitat yang sangat bervariasi, dari laut, sungai, darat, bahkan sampai pegunungan. Hewan ini kebanyakan memiliki umur yang relative singkat. Jarang ada yang sampai berusia lebih dari satu tahun. Berdasarkan jenis simetri tubuhnya, invertebrate dapat dibedakan menjadi kelompok hewan bersimetri radial dan bilateral. Kelaompok hewan tertentu disebut hewan bersimetri radial karena tubuhnya dapat dipotong menjadi dua bagian yang simetris melalui lebih dari satu arah, biasanya berbentuk silindris atau membulat. Bagian tubuh sebelah atas yang dekat dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian sebelah bawah disebut sub oral (Riandri, 2007).
Jika seluruh hewan yang ada di alam kita kelompokkan berdasarkan ada tidaknya tulang belakan, maka sebagian besar hewan termasuk kepada hewan yang tidak bertulang (Invertebrata dan Avertebrata). Hewan invertebrate ada yang tersusun dari satu sel (uniseluler) dimana seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri. Sedangkan hewan invertebrate yang tersusun oleh banyak sel (multiseluler) sel-selnya mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan organ tubuh dan aktivitasnya semakin komplek (Storer, 1957).
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi spesies invertebrata target
yang berada di perairan Teluk Semut, Kabupaten Malang, dan menghitung jumlah kelimpahan invertebrata target tersebut.
METODOLOGI
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan pada 12 Desember 2015 di perairan Sendang Biru, Malang Selatan dengan mengambil dua titik Dive Spot. Stasiun 1 yaitu Teluk Semut 1 dan Stasiun 2 yaitu Teluk Semut 2. Teluk Semut 1 berada di koordinat (8°26'50.31"S dan 112°40'38.94"E), dan lebih ke timur. Teluk Semut 2 berada di arah barat daya dengan titik koordinat (8°26'52.42"S dan 112°40'40.86"E) (Gambar 1.). Data yang diambil berupa data invertebrata perairan teluk Semut sebagai indicator kondisi perairan Sendang Biru. Pengambilan data diilakukan dengan melakukan penyelaman pada kedalaman 3-5 meter. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain :
Tabel 1. Alat dan Bahan
Alat Fungsi
SCUBA Set Perangkat
penyelaman
Sabak Media penulisan data
Pensil Alat tulis
Kamera Dokumentasi dala dan
Roll meter Transek dalam penentuan lokasi pengambilan data
GPS Penentu titik koordinat
lokasi pengambilan data
Bahan Fungsi
Invertebrata Objek pendataan
PENGAMBILAN DATA INVERTEBRATA Metode yang digunakan pada penelitian ivertebrata ini adalah Belt Transect. Setiap transek jalur lebarnya 5 m dengan 2,5 m pada setiap sisi garis transek. Jumlah daerah survei untuk tiap segmennya (20 m)adalah 20m x 5m = 100m2, bila dikali 4 segmen jumlah keseluruhannya adalah 400 m2 setiap kontur kedalaman.
Dipilih site yang mewakili komunitas karang di suatu terumbu, misalnya ditentukan dengan Metode Manta Tow atau Timed Swim. Tandai transek sepanjang 20 m dengan jumlah ulangan 5 kali di dua kedalaman (3-5 meter dan 9-10 meter) di tiap stasiun, jika transek akan digunakan secara permanent, maka ditandai dengan besi penanda setiap jarak 5 meter. Bentangkan transek garis secara “kuat” dan sedekat mungkin ke permukaan substrat (0-15 cm). Bergerak secara perlahan sepanjang transek sambil mencatat bentuk pertumbuhan (jika mungkin genus dan spesies) yang ditemukan secara langsung di bawah garis (tape). Catat tempat transisi (perubahan) dalam sentimeter dimana bentuk pertumbuhan, organisme, substrat mengalami perubahan. Untuk mendapatkan keakuratan maka pengamat harus mencatat semua perubahan bila transek garis meng-intercept suatu lifeform atau koloni tunggal lebih dari satu kali. Bila terdapat kesulitan dalam membaca tape (meteran), dapat juga dilakukan pengukuran panjang kategori dengan menggunakan sabak/alat tulis bawah air yang telah diberi ukuran tertentu (dalam sentimeter), dengan cara ini hanya diperlukan untuk mengetahui titik awal (0 cm) dan titik akhir (2000 cm) pengamatan, salah satu kategori lifeform tertentu (biasanya yang dominan) dapat diabaikan sehingga panjangnya akan diperoleh dari pengurangan
panjang total transek dengan panjang seluruh kategori lifeform yang lain.
Penggunaan metode ini memiliki kelebihan, yaitu akurasi data dapat diperoleh dengan baik dan lebih banyak seperti struktur komunitas yaitu persentase tutupan karang hidup/mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni, dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh. Juga struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang dapat disajikan dengan baik. Namun, metode tersebut menuntut kemampuan individu yang tinggi, yaitu selain mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi jenis karang secara langusng atau dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies, peneliti juga dituntut untuk menjadi penyelam yang baik.
HASIL
Tabel 2. Spesies Teluk Semut 1
NO Spesies
Jarak Transek
TOTAL 0-20m 25-45m 50-70m 75-95m
09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05
1 Banded coral shrimp I - II - IIII - - - 7
2 Diadema II - II - III - - - 7
3 Pencil urchin - - I - - - 1
4 Collector urchin - - I - - - 1
5 Sea cucumber - - - -
6 Crown-of-thorns - - - -
7 Triton - I - I - - - - 2
8 Lobster - - - II - - 2
9 Giant clam <10 cm - - - -
10 Giant clam 10-20 cm - - - -
11 Giant clam 20-30 cm - - - -
12 Giant clam 30-40 cm - - - -
13 Giant clam 40-50 cm - - - -
Invertebrata yang ditemukan pada lokasi Teluk Semut 1 pada jarak 0-20 M ditemukan spesies Banded Coral Shrimp (1), Diadema (2), Triton (1), jarak 25-45 ditemukan Banded Coral Shrimp (2), Diadema (2), Pencil Urchin (1),
Collector Urchin (1), Triton (1), jarak 50-70 ditemukan Banded Coral Shrimp (4), Diadema (3), Lobster (2), dan pada jarak 75-95 tidak ditemukan spesies invertebrata.
Tabel 3 Hasil Teluk Semut 2
NO Spesies
Jarak Transek
TOTAL 0-20m 25-45m 50-70m 75-95m
09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05
1 Banded coral shrimp - - - III - 3
2 Diadema - - - -
3 Pencil urchin - - - -
4 Collector urchin - - - -
5 Sea cucumber - - - II - 2
6 Crown-of-thorns - - - -
7 Triton - - - -
8 Lobster I - - - 1
9 Giant clam <10 cm I - - - 1
10 Giant clam 10-20 cm - - - -
11 Giant clam 20-30 cm - - - -
12 Giant clam 30-40 cm II - - - 2
Pada stasiun Teluk Semut 2 ditemukan spesies Invertebrata pada jarak 0-20 yaitu Lobster (1), Giant Clam ukuran <10 cm (1), Giant clam ukuran 30-40 cm (2), jarak 25-45 m dan jarak 50-70 tidak ditemukan spesies Invertebrata. Pada jarak 75-95 ditemukan Banded Coral Shrimp (3) dan Sea Cucumber (2).
Kegitan reefcheck pada bagian Invertebrata juga melakukan monitoring dampak (Impact) yang terdapat pada stasiun Teluk Semut 1 dan stasiun Teluk Semut 2 dengan 2 kali pengulangan didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4. Impact Teluk Semut 1
NO Impact
Jarak Transek
TOTAL 0-20m 25-45m 50-70m 75-95m
09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05
1
Coral damage:
boat/anchor I - - - II - - - 3
2 Coral damage: dynamite - - - -
3 Coral damage: other - - - III - - - - 3
4 Trash: fish nets - - - -
5 Trash: general - - - -
6
Bleaching (% of
population)* - - - -
7 Bleaching (% of colony) - - - -
8 Coral Disease - - - -
9 Rare Animal - - - -
Pada stasiun Teluk Semut 1 ditemukan impact pada jarak 0-20 sperti Coral Damage: Boat/anchor (1), jarak 25-45 ditemukan impact seperti coral damage: other (3), jarak 50-70
ditemukan impact coral damage: boat/anchor (2), dan jarak 75-95 tidak ditemukan impact seperti yang lainnya.
Tabel 5. Impact Teluk Semut 2
NO Impact
Jarak Transek
TOTAL 0-20m 25-45m 50-70m 75-95m
09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05 09:40 11:05
1
Coral damage:
boat/anchor - - - - I - - - 1
2 Coral damage: dynamite - - - -
3 Coral damage: other - - - I - - - - 1
4 Trash: fish nets I - - - II - - - 3
5 Trash: general I - - - II - I - 4
6
Bleaching (% of
population)* - - - 10% - 10%
7 Bleaching (% of colony) - - - -
8 Coral Disease - - - -
Pada stasiun Teluk Semut 2 ditemukan impact pada jarak 0-20 yaitu Trash: Fish nets (1) dan Trash: General (1), jarak 25-45 ditemukan impact Coral damage: Other (1), jarak 50-70 ditemukan impact coral damage: boat/anchor (1), Trash: Fish Nets (2), dan Trash: general (2), jarak 75-95 ditemukan impact Trash: general (1), dan bleaching dengan kisaran 10%.
PEMBAHASAN
Banded coral shrimp atau disebut sebagai Stenopus hispidus. Spesies ini hidup di daerah terumbu karang. Spesies S.hispidus merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kesehatan ekosistem terumbu karang. Banded coral shrimp merupakan udang pembersih yang memakan parasit. Fungsinya yang penting terhadap ekosistem terumbu karang dapat berdampak buruk apabila banded coral shrimp terkena overfishing. Banded coral shrimp memiliki nilai jual yang tinggi dan terkenal di pasar perdangangan hewan laut.
Banded Coral Shrimp adalah salah satu udang pembersih yang paling populer di
perdagangan biota laut. Banded coral shrimp memiliki nama latin Stenopus hispidus. Stenopus hipidus adalah udang pembersih yang hidup di ekosistem terumbu karang dan berasosiasi dengan terumbu karang. Persebaran Stenopus hispidus sangat luas dan tersebar diseluruh dunia. Spesies ini memiliki fungsi dalam ekosistem, yaitu memakan ectoparasites, jaringan mati atau terluka. Stenopus hispidus biasa ditemukan di celah – celah karang dan bergantungan pada karang (Chockley, 2002).
Sea urchin atau biasa disebut landak laut merupakan invertebrata yang hidup di ekosistem terumbu karang. Hewan ini merupakan salah satu indikator untuk mengamati kesehatan suatu ekosistem terumbu karang. Sea urchin adalah spesies yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Spesies ini merupakan konsumsi penting di beberapa daerah karena memiliki protein yang tinggi. Perdagangan sea urchin mencakup pasar internasional.
Sea urchin adalah spesies yang sudah ada sejak 450 juta tahun yang lalu dan tergolong kelas Echinoidea yang berada pada filum Echinodermata. Sea uchin tidak memiliki sistem pernapasan dan sirkulasi khusus, tidak memiliki pembulu darah, jantung dan tidak ada molekul pengikat oksigen. Pada dasarnya sea urchin memiliki mulut, sistem pencernaan, gonad, sistem saraf yang dilindungi oleh kerangka keras. Diluar bagian kerangka yang keras terdapat duri dan podia (kaki) (James, 2010).
Lobster merupakan spesies yang bernilai ekonomi yang tinggi. Lobster hidup di ekosistem terumbu karang. Hewan ini merupakan salah satu indikator pada ekosistem terumbu karang. Lobster saat ini telah terkena overfishing dan telah diekspoitasi di beberapa daerah. Hewan ini dijadikan indikator karena terkena ancaman over fishing.
Lobster termasuk kedalam famili Palinuridae. Lonster dikenal dengan spiny lobster atau rock lobster. Lobster tergolong decapod crustacea yang memiliki permintaan komersial yang tinggi di pasar internasional. Lobster hidup di daerah tropis dan sub tropis. Lobster secara ekonomi meruapakan spesies yang paling penting dan saat ini telah diekspoitasi di beberapa daerah. Lobster memiliki ancaman dari overfishing akibat nilai ekonomiya yang tinggi (Gonzales, 2011).
Giant Clam biasa dikenal dengan kima atau kerang raksasa. Hewan ini jenis kerang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kima dapat dimakan atau dimanfaatkan cangkangnya untuk Gambar 2. Grafik Hasil Invertebrata
kerajinan seni. Kima hidup di ekosistem terumbu karang dan menempel pada substrat bebatuan atau karang. Kima merupakan organisme indikator karena populasinya yang menurun akibat overfishing.
Giant clam memiliki nama latin Tridacna spp. yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Giant clam sangat populer dijadikan konsumsi dan kegunaan lainnya. Giant clam dapat dijadikan makanan mentah ataupun dimasak. Cangkangnya dapat dimanfaatkan untuk dijual sebagai souvenir atau di pahat. Fungsinya yang beragam mengancam populasi hewan ini. Penangkapan yang mudah dan nilai ekonomi yang tinggi menyebabkan penurunan populasi secara drastis (Leung, 1993).
Triton adalah hewan yang memiliki fungsi yang sangat penting di ekosistem terumbu karang. Triton merupakan predator dari Crown of Thorn yang merupakan pemakan karang meja. Saat ini populasi triton turun akibat overfishing. Ancaman overfishing ini diakibatkan oleh nilai ekonomisnya yang tinggi. Triton saat ini dijadikan indikator kesehatan ekosistem terumbu karang.
Triton merupakan hewan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Triton memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Triton merupakan salah satu hewan yang kelimpahannya menurun akibat overfishing di seluruh dunia. Satu-satunya tempat dimana kelimpahan triton tinggi yaitu di daerah barrier dan patch reef dimana akses sulit untuk menangkap triton (Hopkins, 2009).
KESIMPULAN
Hasil penelitian identifikasi spesies invertebrata dan pengamatan kondisi kesehatan karang yang dilakukan di perairan Sendang Biru pada stasiun Teluk Semut 1 dan 2 didapatkan spesies invertebrata berupa Banded Coral Shrimp (BCS), Sea Cucumber, Diadema Urchin, Collector Urchin, Pencil Urchin, Lobster, dan Kima. Pengamatan kondisi kesehatan karang dengan indikator impact, bleaching, dan disease menunjukkan kondisi kesehatan karang yang kurang baik. Hal ini disebabkan dampak aktivitas manusia, seperti bungkusan sampah, jaring dari kegiatan penangkapan ikan, dan bekas jangkar kapal nelayan ditemukan pada tutupan karang.
Kelimpahan Invertebrata yang didapat saat penelitian adalah Banded Coral Shrimp (BCS) Stenopus hispidus sebanyak 7 ekor, Sea Cucumber dan Diadema Urchin sebanyak 3 ekor. Collector Urchin, Pencil Urchin, Lobster, dan Kima juga ditemukan dengan jumlah 1 ekor
per spesies. Kelimpahan invertebrata yang ditemukan sebanding dengan kondisi kesehatan karang hidup (living reef) yang kurang baik dan jumlah ikan yang rendah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penelitian, terkhusus kepada pihak PJB (Pembangkit Jawa-Bali) yang bersedia menyediakan peralatan observasi bawah air dan kepada seluruh mahasiswa mata kuliah selam keahlian sehingga dapat terselenggaranya dan paper ini dapat terselesaikan dengan baik.
PEMBAGIAN TUGAS
Ruhma Ruksalana H. (Roll dan Pembahasan); Ivan Muhtadiansyah (Abstrak); Abdur Rosyid (Pendahuluan); Prima Tegar A. (Pendahuluan); Jaka Harry M.W. (Hasil); Dzikri Alfath (Hasil); Ramanto Lukman Y. (Abstrak); Akhyar Maududi (Metode); Suryo WIcaksana (Pembahasan); Tommy Harriski (Penyusunan); Maulana A. (Metode); Sigit Rijatmoko (Kesimpulan).
REFERENSI
Budisma. 2015. Pengertian Invertebrata, Ciri
dan Contoh. (diakses dari
http://budima.net/2014/11/pengertian-invertebrata-ciri-dan-contoh.html pada hari
Rabu, 23 Desember 2015 pukul 20.00 WIB)
Chockley, Brandon R. 2002. Natural History And Factors Influencing Population Structure In The Banded Coral Shrimp (Stenopus Hispidus). Florida: University of Florida
Gonzales Oscar dan Wehrtmann Ingo S. 2011. Postlarval Settlement Of Spiny Lobster, Panulirus Argus (Latreille, 1804) (Decapoda: Palinuridae), At The Caribbean Coast Of Costa Rica. Costa Rica: Universidad de Costa Rica
Hopkins Anna. 2009. Marine Invertebrates As Indicators Of Reef Health. London
James Philip dan Siikavuopio Sten. 2010. A Guide to the Sea Urchin Reproductive Cycle and Staging Sea Urchin Gonad Samples. Breivika, US: Nofima AS.
Riandri, Heny. 2007. Sains Biologi. Solo : Tiga Serangkai
Setiawan, Fakhrizal. 2010. Panduan Lapangan Identifikasi Ikan Karang dan Invertebrata Laut. WCS Indonesia Marine program, site Sulawesi Utara.