• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam Berkomunikasi Menggunakan Short Message Service (SMS).

Cipto Wardoyo

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan cara berkomunikasi manusia, hal ini tentu juga berpengaruh terhadap realisasi kesantunan berbahasa. Bahasa dalam layanan pesan singkat atau Short Message Service (SMS) adalah fenomena kebahasaan yang menarik untuk diteliti karena bahasanya yang unik. Penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam dua rumusan masalah, pertama bagaimana realisasi kesantunan tindak tutur mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam berkomunikasi menggunakan SMS, yang kedua faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi kesantunan mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan SMS. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan data apa adanya dan menganalis data secara holistik dan komprehensif. Sumber data diambil dari mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan menggunakan metode DCT (Discourse Completion Test). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesantunan mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan layanan SMS terhadap dosen lebih tinggi dibanding dengan realisasi kesantunan mahasiswa terhadap orang tua dan temannya. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesantunan dalam kominikasi melalui SMS adalah faktor kedekatan, jarak sosial, status dan usia.

Pendahuluan

Kesantunan dalam berbahasa akhir-akhir ini semakin menipis dengan mulai tergerusnya nilai-nilai budaya dan agama oleh arus globalisasi yang semakin kencang menerpa bangsa Indonesia. Era globalisasi di satu sisi memberikan peluang dan keuntungan bagi kita, namun di sisi lain era ini juga memberikan dampak negatif yakni mulai menurunnya tingkat pengamalan nilai-nilai luhur agama dan budaya. Generasi muda sebagai manusia Indonesia yang lahir di abad milenium tentunya mereka memiliki tantangan jaman yang berbeda dengan orang tua mereka. Era baru teknologi digital telah membuat hidup manusia menjadi lebih praktis dan berjalan lebih cepat.

Perkembangan teknologi komunikasi tentu berpengaruh besar terhadap pergeseran budaya dan kebiasaan masyarakat. Sebelum ditemukannya telepon genggam orang berkomunikasi langsung secara lisan ataupun menggunakan surat melalui kantor pos, namun dengan adanya perkembangan telepon genggam orang bisa berkomunikasi langsung dari jarak jauh dengan telepon atau layanan pesan singkat atau biasa disebut SMS (Short Message Service). Dalam layanan pesan singkat ini tentunya pengguna telepon genggam diharapkan mampu membuat pesan secara singkat, padat dan jelas karena penerima pesan berharap pesan itu jelas, tidak bertele-tele dan mudah dipahami. Walaupun begitu pengirim pesan tentu harus pula mengikuti kaidah sopan santun jika pengguna SMS ingin berkomunikasi melalui layanan singkat dengan orang tua, dosen atau orang yang mereka hormati.

Pesan layanan singkat sebagai salah satu cara berkomunikasi yang mudah dan sederhana merupakan bentuk dari kemajuan teknologi komunikasi, namun tentunya ini juga terkadang membawa permasalahan tersendiri ketika tidak disikapi secara baik dan bijak. Tidak sedikit orang tua, guru atau dosen yang mengeluhkan gaya penulisan SMS generasi muda yang cenderung semaunya dan menggunakan istilah-istilah gaul yang tidak dimengerti oleh orang tua. Bahasa-bahasa gaul atau populer di dunia remaja tentunya adalah suatu fenomena yang tidak bisa dihindari dan merupakan bentuk kreatifitas remaja dalam berbahasa, namun tentunya ini menjadi permasalahan ketika mereka juga menggunakan bahasa gaul ketika mereka menuliskan SMS kepada dosen atau orang tua.

Dalam berkomunikasi kita menggunakan tuturan untuk menyampaikan pesan ke pada pendengar atau pembaca, menurut Austin (1962) dan Searle (1969) ketika kita membuat suatu tuturan pada hakikatnya kita tidak hanya mengungkapkan kalimat tuturan itu secara verbal saja, akan tetapi pada saat yang sama kita juga melakukan suatu tindakan. Ketika seorang mahasiswa menulis pesan singkat kepada

dosen melalui telepon seluler dengan menuliskan “Maaf bapak ini dengan Saiful, bisakah saya menemui

bapak hari ini di kampus?” kalimat ini tidak hanya dipandang sebagai tuturan verbal semata, namun pada

(2)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

layanan singkat kepada dosen dengan menggunakan “Bapak di mana sekarang? Saya tunggu bapak di

kampus”

Kesantunan berbahasa sangat berperan penting dalam efektifitas komunikasi dan juga penting untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial. Ketika seseorang ingin menyampaikan pesan, supaya pesan tersebut bisa diterima dengan baik dan efektif maka ia harus memperhatikan konteks, misalnya kepada siapa dia berbicara, situasinya formal atau informal, dan pilihan kata apa yang cocok ia gunakan dalam situasi tersebut. Dalam budaya masyarakat timur orang orang akan selalu menjunjung tinggi etika dan kesantunan dalam berkomunikasi.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti penggunaan layanan SMS yang dilakukan mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam berkomunikasi dengan dosen, orang tua dan temannya. Penulis membatasi permasalahan penelitian dengan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana realisasi kesantunan mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam menggunakan layanan pesan singkat dan faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi kesantunan mahasiswa dalam menggunakan layanan pesan singkat.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Cresswel (1994: 2) penelitian kualitatif adalah proses memahami permasalahan sosial atau yang berkaitan dengan manusia secara menyeluruh, kompleks dan holistik. Lebih jauh Marvasti (2004: 7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif mendeskripsikan dan menganalisa kualitas pengalaman manusia. Dari dua pengertian metode penelitian kualitatif di atas dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif menganalisis data secara deskriptif, holistik dan menyeluruh mengenai fenomena-fenoma sosial kemanusiaan untuk dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh dan komprehensif.

Data diambil dari data primer yakni dengan menggunakan teknik DCT (Discourse Completion Test). Mahasiswa Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung dipilih secara random sampling dari jurusan Bahasa Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Arab dan Terjemah Bahasa Inggris. Menurut Blum-Kulka et al (1989) DCT telah banyak digunakan oleh banyak peneliti untuk mengetahui performa tindak tutur. DCT adalah teknik yang meminta subjek penelitian untuk memberikan respon sesuai dengan situasi atau konteks yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini DCT menggunakan quesioner yang telah diberikan situasi dan konteks lalu mahasiswa diminta untuk mengisi quesioner sesuai dengan kebiasaan mereka sebenarnya.

Ada beberapa keuntungan menggunakan metode DCT yang disampaikan Wouk (2006) yakni bisa mengendalikan data sesuai dengan pokok kajian yang akan dibahas, perbedaan konteks situasi dan konteks kebahasaan yang akan dibandingkan cukup tinggi, mampu dipergunakan untuk memperoleh data dari responden lebih banyak dibanding dengan role play sehingga dengan banyaknya data tentu akan membuat data secara statistik lebih valid.

Kesantunan Berbahasa

Kesantunan yang identik dengan keramahan, toleransi dan akhlak mulia yang bersifat universal. Semua orang walaupun berbeda suku, bangsa atau budaya tetap memahami dan mengakui adanya prilaku santun sesuai dengan kaidah dan norma yang disepakati di dalam masyarakatnya. Ada sejumlah pakar yang menulis mengenai teori kesantunan berbahasa, diantaranya adalah Lakoff (1973), Brown dan Levinson (1978), Leech (1983), Yule (1996) dan Chaer (2010). Lakof (1973) mengatakan bahwa tuturan itu akan dianggap santun apabila memenuhi tiga kaidah yakni formalitas (formality), ketidaktegasan

(hesitancy), dan persamaan (equality). Menurut Lakof sebuah tuturan dianggap santun apabila tuturan itu

terdengar tidak memaksa atau tidak angkuh, memberikan beberapa pilihan atau alternatif kepada lawan bicara, dan lawan bicara merasa tenang karena merasa tidak direndahkan posisinya. “ Bapak harus bisa membantu kami untuk menyukseskan acara ini” tuturan ini terdengar tidak santun jika diucapkan oleh mahasiswa kepada dosen karena terkesan kalimat ini mamaksa dan memerintah, tetapi kalimat itu akan lebih santun bila tuturannya diubah menjadi: “ Kami mohon partisipasi atau bantuan bapak agar acara ini sukses”.

(3)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

untuk berdiskusi tentang suatu topik yang belum dipahaminya . Maka ketika mengirim pesan melalui SMS agar tuturan itu santun akan didahului dengan permintaan maaf contoh:“ Maaf, bisa menggangu

waktu bapak? saya ingin berdiskusi dengan bapak tentang topik yang belum saya pahami.” Tuturan

tersebut didahului dengan kata “maaf” karena kita dianggap telah melanggar negative face sang dosen,

karena mahasiswa tersebut melanggar negatif face dosen maka mahasiswa tersebut perlu untuk mengungkapkan kata maaf dalam tuturannya.

Face yang kedua menurut Brown dan Levinson adalah positif face (muka positif) yakni citra diri setiap orang yang mempunyai keinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimiliki dan diyakininya diakui orang lain sebagai suatu yang baik, menyenangkan dan patut dihargai. Kita akan dianggap santun

apabila mengatakan “Mobil bapak bagus, warnanya menarik” tuturan ini bersifat positif terhadap

pendengar, namun apabila kita mengatakan “ mobil bapak tidak menarik, warnanya norak” tuturan ini

dianggap tidak santun karena mengkritisi atau tidak menghargai apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jarak sosial dan faktor kedekatan antara seseorang dengan orang lain, selain itu faktor –faktor lain seperti budaya, umur dan status sosial juga mempengaruhi kesantunan seseorang dalam berbahasa (Yule, 1996).

Prinsip Kesantunan Leech

Leech (1990) menyatakan ada enam prinsip kesantunan yang disebut dengan maksim agar peserta tutur dianggap santun dalam beriteraksi melalui percakapan dengan mitra tutur.

a. Maksim Kebijaksanaan (tact maxim)

Maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah para pembicara ketika bertutur hendaknya memegang prinsip untuk selalu membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan memaksimalkan keuntungan pihak lain.

b. Maksim Kedermawaan (Generosity Maxim)

Dengan maksim kedermawaan atau maksim kemurahan hati, pembicara diharapkan dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan membuat keuntungan diri sekecil mungkin.

c. Maksim Penghargaan (Approbation Maxim)

Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mancaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.

d. Maksim Kesederhanaan ( Modesty Maxim)

Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan tinggi hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri.

e. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim)

Maksim permufakatan seringkali disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun.

f. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)

Di dalam maksim kesimpatian, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagi tindakan tidak santun.

Skala Kesantunan

Ada beberapa macam skala pengukur tingkat kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penilitian kesantunan berbahasa. skala itu antara lain :

(4)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

disebut dengan rank rating didasarkan atas kedudukan relative tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya.

Lakoff (1973) menyatakan bahwa ada tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya kesantunan di dalam aktifitas bertutur. Ketiga ketentuan itu, antara lain :Pertama adalah skala formalitas, dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa enak dan nyaman dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh terkesan angkuh. Yang kedua adalah skala ketidaktegasan atau seringkali disebut skala pilihan menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dan kerasan dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Yang ketiga adalah skala kesekawanan atau kesamaan menunjukkan bahwa agar dapat bersifat santun, orang haruslah bersikap ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu dengan pihak lain. Agar tecapai maksud demikian penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabat.

Realisasi kesantunan SMS Mahasiswa kepada dosen

Dosen dalam konteks ini memiliki usia lebih tua dibanding mahasiswa dan secara status sosial lebih tinggi dibanding mahasiswa akan menimbulkan strategi berkomunikasi yang berbeda apabila dibandingkan dengan cara berkomunikasi dengan sesama. Menurut Yule (1996) umur dan status sosial sangat mempengaruhi kesantunan seseorang dalam berkomunikasi. Ini sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan seseorang kepada orang yang lebih tua atau orang yang jabatannya lebih tinggi. Contoh data yang ditemukan melalui metode DCT dari strategi SMS mahasiswa kepada dosen:

Asslmu „alaikum. Maaf pak, ini sama dewi anak BSA kls A. Pak, saya ingin bimbingan skripsi hari ini perkiraan bapak ada waktu luang tidak?

Asslmu „alaikum wr wb.Bapak, maaf sebelumnya, saya Ayu Nurjanah semester 8. Saya ingin bimbingan skripsi. Apakah bapak ada waktu luang?

Asslmu „alaikum wr wb. Pak ini Yuni, maaf ganggu waktunya. Pak, hari ini saya mau bimbingan, bisa ga pak?

Pada data di atas, mahasiswa memulai SMS dengan salam pembuka dan memperkenalkan diri hal ini sesuai dengan maksim kedermawanan Leech (1983). Salam pembuka dan memperkenalkan diri adalah bentuk kesantunan dalam berkomunikasi dengan menggunakan telepon seluler untuk memperkenalkan diri sebelum menyampaikan pesan layanan singkat kepada dosen.

Kalimat dalam data ini diawali dengan kata “maaf” yang tentunya ini menunjukan bentuk

penghargaan dan penghormatan mahasiswa terhadap dosen karena mengganggu waktu dosen tersebut dengan mengirimkan layanan SMS. hal ini sejalan dengan maksim kebijaksanaan Leech (1990) yakni meminimalisir kerugian mitra tutur, hal ini juga sesuai dengan teori Brown dan Levinson (1978) bahwa tindak tutur permintaan untuk bimbingan skripsi melanggar negative face dosen yakni setiap orang pada dasarnya berkeinginan untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemauannya, tanpa diperintah atau diminta melakukan sesuatu untuk orang lain. Kata “maaf” pada hakikatnya untuk meminamilisir kerugian mitra tutur. Realisasi kesantunan selanjutnya dengan meminta waktu untuk bimbingan sripsi namun

dalam bentuk pertanyaan “Apakahbapak ada waktu luang?” ini menandakan adanya skala ketidaktegasan

(hesitancy) yang menurut Lakof (1973) sebagai kaidah dalam kesantunan berbahasa yakni menghindari

tuturan yang terkesan angkuh dan memaksa.

Realisasi Kesantunan SMS Mahasiswa Kepada Orang Tua

Di bawah ini adalah data-data SMS yang dikumpulkan melalui metode DCT yang berkonteks seorang anak yang memberitahu orang tuanya bahwa ia tidak bisa pulang kampung karena harus menunggu ujian praktik.

Umi, maaf Dian gak bisa pulang sekarang-sekarang soalnya masih ada ujian praktik. Paling nanti pertengahan liburan baru bisa pulang. Miss you ^-^

Yah, kayanya q pulangnya diundur. Soalnya ini masih nunggu buat ujian praktek.

Mamah, teteh ga bisa pulang dulu untuk libur semester soalnya ada ayang belum selesai, masih nunggu

ujian pratek di kampus..salam sayang 

Bunda maaf yah... Sarah ngga bisa pulang minggu ini masih ada ujian praktek di kampus.... kangen selalu....

(5)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

hubungan secara darah maupun hubungan emosional. Ini tentunya akan mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang pada orang tuanya. Banyak para anak yang menganggap orang tua adalah sahabat, pengayom dan teman terbaik dalam kehidupannya, ini tentu akan membuat komunikasi antara anak dan orang tua lebih mencair dan tidak kaku. Hal ini sejalan dengan teori Leech (1990) bahwa skala jarak sosial akan mempengaruhi kesantunan seseorang dalam berkomunikasi.

Kalimat pemberitahuan yang disampaikan anak kepada orang tua banyak menggunakan kata sapaan sayang seperti mamah, umi, bunda, ayah yang merupakan panggilan sayang anak pada orang tuanya. Kalimat-kalimat ungkapan emosi cinta terlihat dalam beberapa kalimat sebagai bentuk kasih sayang anak pada orang tuanya misalnya :salam sayang, kangen selalu, dan miss you ^_^

Strategi Kesantunan SMS Mahasiswa Kepada Sesama Temannya

Di bawah ini adalah data-data SMS yang dikumpulkan melalui metode DCT yang berkonteks seorang mahasiswa yang ingin meminjam novel kepada temannya karena ada ada tugas dari dosen.

Sob, pinjem buku novel, karena disuruh dosen buat sinopsisi novel.

Lur, boleh pinjem novel! Kalau boleh besok bawa ke kampus, buat bahan tugas Cuy, aku pinjem novel yah buat bikin sinopsis novel buat tugas

Bro, aku pengen pinjem novel.... buat bikin sinopsis tugas novel euy

Data di atas adalah komunikasi antara mahasiswa dengan temannya. Dalam komunikasi ini mahasiswa tidak memperlihatkan prinsip kesantunan dalam berkomunikasi karena kedekatan jarak dan hubungan emosional membuat mereka tidak menerapkan kaidah-kaidah kesantunan berbahasa.Kesamaan status sosial dan usia membuat mereka bisa berkomunikasi yang secara nyaman dan enak dengan menanggalkan formalitas dan kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Ini bisa terlihat dengan banyaknya kalimat-kalimat kasual keseharian atau nonformal yang muncul dalam komunikasi mereka.

Dalam komunikasi menggunakan SMS di atas peserta tutur juga menggunakan kata sapaan gaul khas anak muda yang melambangkan kedekatan seperti : bro yang dalam bahasa formal berasal kata

brother. Mereka juga menggunakan kata sob yang berasal dari kata sobat dan lur dari kata sadulur yag

berarti saudara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan sesamanya.

Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang diperoleh melalui DCT dapat disimpulkan bahwa realisasi kesantunan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam berkomunikasi dengan dosen menggunakan kaidah-kaidah kesantunan sebagaimana yang dikemukakan oleh prinsip kesantunan Leech dan mereka menerapkan skala kesantunan Lakof yakni skala ketidaktegasan, yakni mengupayakan tuturan tidak terkesan memaksa dan bernada angkuh. Ketika berkomunikasi dengan orang tua terlihat mahasiswa cenderung menggunakan bahasa yang lebih informal dan akrab. Mahasiswa akan cenderung lebih akrab dan tanpa jarak ketika mereka berkomunikasi dengan temannya, hal ini bisa terlihat dengan munculnya kata-kata gaul atau populer anak muda. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor status sosial dan jarak akan membuat mahasiswa berkomunikasi dengan bahasa yang lebih santun, hal ini terlihat bagaimana mereka berkomunikasi dengan dosen. Kesantunan ini nampak tidak terlihat ketika mahasiswa berkomunikasi dengan orang tuanya dan temannya.

Referensi

Austin, John L.1962. How to Do Things with Words. Great Britain: Oxford University Press.

Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication: the Meaning of Messages. New Jersey : Pearson Education inc.

Brown, Penelope and Stephen C Levinson. 1992. Politeness Some Universals In Language Use. Great Britain: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya. Chaer, Abdul.2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT Rineka. Cresswell. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing among five approaches. Cutting, Joan. 2003. Pragmatic and Discourse. New York: Routledge

Leech, Geofrey. 1990. Principles of Pragmatics. New York: Longman Group limited Levinson, Stephen C. 1995. Pragmatics. New York: Cambridge University Press

(6)

Wardoyo, Cipto.2014. Realisasi Kesantunan Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam

Wouk, Fay. 2006. Strategies of apologizing in Lombok Indonesia. Journal of Politeness Research 2 (2006), 277-311

Referensi

Dokumen terkait

bagian pangkal ruas pada abdomen berwarna putih kuning dan semakin ke ujung abdomen berwarna coklat kekuningan.. Embelan berbelah seperti katup menandakan bahwa

Sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam menjalankan otonominya, didukung dengan Organisasi Perangkat Daerah yang ditetapkan dengan

Si deciamos que la primera idea de espacio surge de la de con- tenedor de nosotros mismos, la casa, o de los dioses, el tem- plo, no es de extrañar que, cuando la idea de espacio

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,618 artinya bahwa 61,8% dari insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) serta motivasi kerja (Z) mempengaruhi

Berdasarkan hasil penelitian manajemen strategi peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Medan sudah berjalan dengan baik, jika dilihat dari kerja sama tim yang

Berdasarkan data tabel tersebut, maka produk pengembangan akan berakhir saat skor penilaian terhadap media pembelajaran ini telah memenuhi syarat kelayakan dengan tingkat kesesuaian

Logika fuzzy dapat digunakan untuk menggambarkan suatu sistem dinamika yang kacau, dan logika fuzzy dapat berguna untuk sistem yang bersifat dinamis yang kompleks

Analisis regresi ini dihitung untuk mengetahui besarnya Pengaruh Persepsi Harga, Kualitas Pelayanan, Lokasi, Brand image dan Kualitas Produk terhadap Keputusan