• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIC AWARENESS PEMILIH PEMULA PEMILU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIC AWARENESS PEMILIH PEMULA PEMILU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

POLITIC AWARENESS PEMILIH PEMULA PEMILU 20141 Dr. Eni Maryani2 , email : eni.maryani@unpad.ac.id

Kualitas Pemilu dan pemimpin yang terpilih dalam sebuah Pemilu salah satunya ditentukan oleh kesadaran politik para calon pemilihnya. Kesadaran politik calon pemilih akan menentukan tingkat partisipasi dan kualitas partisipasi dalam Pemilu yang akan diikuti. Pemilih pemula membutuhkan berbagai informasi dan motivasi untuk dapat menyadari posisi baru mereka sebagai calon pemilih untuk pertamakalinya dalam sebuah Pemilu. Berdasarkan data sementara terdapat sekitar 67 juta orang pemilih pemula untuk Pemilu di Indonesia yang akan berlangsung pada bulan April tahun 2014. Studi ini dilakukan dengan survey dan wawancara mendalam terhadap siswa SLTA di Kecamatan Jatinangor, sebuah kawasan pendidikan di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa informasi tentang Pemilu 2014 yang didapatkan pemilih pemula di Jatinangor masih sangat minim. Sebagian besar menyatakan Media dan tokoh masyarakat menjadi sumber informasi pemilu bagi mereka, sebaliknya yang menyebutkan KPUD sangat sedikit. Pengetahuan mereka tentang politik dan Pemilu masih sangat terbatas (iiliterate) akan tetapi mereka memiliki kepedulian pada sistem politik Indonesia dan percaya bahwa Pemilu dapat dilakukan dengan ‘jurdil’, serta menyadari hak pilihnya. Hanya sebagian kecil memandang buruk politik dan Pemilu, serta memiliki fanatisme kelompok dalam memilih (misinformed). Sangat sedikit yang dapat dikategorikan activist dan tidak ada yang expert terkait Pemilu. Mereka memiliki potensi terlibat money politic dan dimobilisasi partai. KPUD masih perlu meningkatkan kerjasamanya dengan berbagai pihak termasuk kalangan NGO dan akademisi setempat, untuk melakukan voter education.

Kata kunci; political awareness, pemilih pemula, dan media

1 Dipublikasikan dalam Seminar Besar Nasional Komunikasi dan Kongres Ikatan

Sarjana Komunikasi (prosiding)

2 Eni Maryani, Dosen Jurusan Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi,

(2)

A. Pendahuluan

Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia adalah metode untuk memilih wakil rakyat (legislatif) dan pimpinan pemerintahan (kepala eksekutif). Pemilu di Indonesia yang terjadi setelah masa reformasi memiliki dinamika yang berbeda dibandingkan di masa sebelumnya atau masa Orde Baru. Pasca reformasi dapat dikatakan Pemilu Indonesia lebih demokratis dan bebas. Dominasi penguasa yang mempertahankan status quonya terus menerus melalui Pemilu tidak lagi terjadi. Selain itu tidak ada lagi tekanan pada calon pemilih khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya untuk memilih partai tertentu. Pada masa-masa sebelumnya kepala pemerintahan Indonesia (eksekutif) tidak dipilih secara langsung melalui Pemilu akan tetapi dipilih oleh anggota legislatif hasil Pemilu. Saat itu kepala pemerintahan sangat kuat sehingga dianggap mampu mempengaruhi putusan anggota legislatif.

Melemahnya kekuatan penguasa di Indonesia pasca reformasi, dimanfaatkan oleh sekelompok pihak yang menggunakan uang untuk mempengaruhi proses Pemilu dan mendapatan keuntungan dari calon pemimpin atau anggota DPR maupun DPRD terpilih. Denga kata lain kekuatan penguasa yang dominan beralih pada kekuatan pengusaha yang juga menjadikan ajang pemilu untuk menginvestasikan uangnya dalam lingkaran kekuasaan. Upaya ini dilakukan agar dapat memperlancar usaha atau urusan mereka di masa yang akan datang apabila calon yang didukungnya berhasil terpilih. Penggunaan uang oleh para kandidat untuk mendongkrak citranya dan membujuk calon pemilih dengan uang seringkali juga disebut money politic.

(3)

Pemilu langsung, sehingga suara pemilih menjadi lebih penting dibanding Pemilu di masa Orde Baru.

Kondisi yang terjadi terkait dengan diamika Pemilu di Indonesia menimbulkan pertanyaan-pertanyan; apakah para calon pemilih sudah memiliki bekal memadai tentang pemilu baik tentang proses, partisipasi maupun implikasi kualitas Pemilu dalam kehidupan bernegara atau bermasyarakat. Apakah para calon pemilih sudah memahami Pemilu dari berbagai aspek sehingga mampu menggunakan hak pilihnya untuk berpartisipasi dalam pemilu secara berkualitas?. Apakah para pemilih khususnya pemilih pemula sebagai warganegara yang pertama kali mendapat hak untuk memilih atau berpartisipasi dalam Pemilu? Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut kemudian dibahas lebih lanjut dalam penelitian tentang Pemilih Pemula pada Pemilu 2014 yang menjadi dasar penulisan artikel ini.

B. Tinjauan Pustaka

Kesadaran politik atau dikenal dengan political awareness berdasarkan perbedaannya dapat dikategeorikan ke dalam 5 kategori 3 1). Illiterate, adalah seseorang yang secara politis buta huruf. Mereka tidak membaca dan mengikuti saama sekali berita-berita atau isu politik disekitarnya baik dia media maupun lingkungannya 2). Misinformed, adalah mereka yang telah lekat sekte ekstrim, masalah emosional, gerakan atau kepribadian yang karismatik. Mereka sering dogmatis tentang pandangan mereka dan lebih memilih dendam partisan karena mereka akan kehilangan perdebatan obyektif. Orang dalam kategori ini biasanya akan mengklaim untuk memilih tetapi sering tidak . 3) General atau kesadaran umum. 4). Activis - individu ini memiliki pemahaman yang baik tentang isu-isu , yang dapat membaca rincian sekte dalam masing-masing pihak dan telah bekerja pada setidaknya satu pemilu. 5). Expert, Ahli adalah seorang individu yang memahami bahasa diplomasi dan dapat menyusun strategi dengan lembaga dan organisasi masyarakat bila diperlukan. Mereka selalu berpartisipasi sebagai pemilih dalam setiap Pemilu dan melakukannya secara terbuka.

Berdasarkan kategori di atas maka para pemilih pemula dapat dilihat dalam beberapa karakteristik dari kelima kategori yang tersebut. Selanjutnya berdasarkan karakteristik yang ditemuka dari para pemilih maka kita bisa menilai kecenderungan seseorang atau sekelompok orang terkait dengan keterlibatnnya dalam Pemilu 2014. Melalui karakteristik yang dikemukan oleh Hutchinson tentang 5 level 3 Hutchinson, Alex, (2007), “The Five Levels of Political Awareness”,

(4)

kesadaran politik, maka kita juga dapat mengetahui dinamika pemilu berdasarkan kesadaran politik para pemilih pemula di Jatinangor dan kemungkinan memperkirakan bentuk partisipasi mereka dalam Pemilu 2014.

Selain memahami pemilih maka dalam membahas pemilu tentu kita harus memahami substansi materi pemilu yang harus diketahui para calon pemilih. Pertama-tama perlu diketahui bahwa dalam Pemilu 2014 nanti bagi masyarakat Kabupaten Sumedang atau Jatinangor, mereka akan memilih: 1). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 2). Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), 3). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, 4). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota, dan 5) Presiden dan Wakil Presiden.

Adapun partai nasional yang megikuti pemilu 2014 adalah: 1). Partai NasDem (Ketua : Surya Paloh), 2). Partai Kebangkitan Bangsa* (Ketua : Muhaimin Iskandar), 3). Partai Keadilan Sejahtera* (Ketua : M. Anis Matta), 4). Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan* (Ketua : Megawati Soekarnoputri), 5). Partai Golongan Karya* (Ketua : Aburizal Bakrie), 6). Partai Gerakan Indonesia Raya* (Ketua : Suhardi), 7). Partai Demokrat* (Ketua : Susilo Bambang Yudhoyono), 8). Partai Amanat Nasional* (Ketua : M. Hatta Rajasa), 9). Partai Persatuan Pembangunan* (Ketua : Suryadharma Ali), 10). Partai Hati Nurani Rakyat* (Ketua : Wiranto), 14). Partai Bulan Bintang (Ketua : M. S. Kaban), 15). Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (Ketua : Sutiyoso). Selain itu terdapat 3 partai lokal di Aceh yang mengikuti Pemilu 2014 yaitu 1) Partai Damai Aceh (Ketua : Tgk. Muhibbussabri AW), 2). Partai Nasional Aceh (Ketua : Irwansyah), 3). Partai Aceh (Ketua : Muzakir Manaf)Masing-masing partai akan mengusulkan orang-orangnya untuk menjadi anggota DPR atau DPRD dengan daftar urutannya.4

Untuk menyebarluaskan materi Pemilu pada khalayak dalam rangka demokratisasi maka dibutuhkan media untuk menyebarluaskannya. Tanpa penyebarluasan materi tersebut melalui media maka akan sangat sedikit masyarakat yang dapat dijangkau untuk memahami Pemilu. Sedikitnya orang yang memahami Pemilu maka masyarakat yang berpartisipasi juga akan sedikit sehingga tidak saja kuantitas peserta Pemilu yang rendah akan tetapi juga kualitas pemilu akan berkurang.

Oleh karena itu secara umum diasumikan bahwa media menjadi hal penting terkait dengan keberhasilan dan kegagalan sebuah Pemilu. Hal itu tentu saja masih perlu dibuktikan secara operasional dalam konteks atau waktu yang berbeda. Pemikiran tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Dahlan bahwa ;

the relationship between democracy and the media is seemingly very clear. There is a popular, general perception that both are closely related. Ostensibly, development of mass media and increasing exposure to mass communications stimulates modernization and the growth of democracy in society. Likewise, rapid democratic progress creates media development and growth (Dahlan, 2000, 72)

(5)

beragam menuntut cara-cara sosialisasi yang berbeda. Remaja sebagai pemilih pemula pasti memiliki kesadaran politik yang berbeda, tujuan yang berbeda dan juga sikap dan perilaku politik yang khas dibandingkan generasi diatasnya. Keikutsertaan mereka sebagai pemilih untuk pertama kalinya dalam sebuah kegiatan sebesar Pemilu tentu diharapkan dapat memanfaatkan haknyaa dan berpartisipasi dengan kesadaran yang didasarkan pengetahuan yang benar tentang pemilu.

Komisi Pemilihan Umum Pusat (KPU) atau Daerah baik kota maupun kabupaten (KPUD) yang bertanggung jawab terhadap Pemilu telah menyiapkan beragam materi dan bentuk media untuk menyosialisasikan materi tentang Pemilu 2014. Akan tetapi permasalahannya, apakah hal ini mencukupi? Kalau tidak, bagaimana seharusnya pengembangan kuantitas dan kualitas kegiatan untuk mengupayakan meningkatnya kesadaran politik para pemilih terkait pemilu 2014?. Hal ini membutuhkan tidak saja kerja keras KPU akan tetapi juga kerjasama KPU maupun KPUD dengan berbagai pihak yang peduli dan bersedia turut serta dalam proses atau kegiatan pendidikan bagi para calon pemilih atau voter education.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mix method yang menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan survey, wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Merujuk pada tujuan penelitian maka analisis data dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Prosedur penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama penelitian dilakukan dengan menyusun proposal, design penelitian, instrument penelitian. Seluruh proses tersebut didukung oleh studi literatur dan observasi. Tahap selanjutnya dilakukan koordinasi dengan sekolah-sekolah SLTA di Kecamatan Jatinangor. SLTA yang menjadi responden adalah siswa-siswa dari SMA Negeri I Jatinangor, SMA PGRI Jatinangor dan SMKN PGRI Jatinangor sejumlah 89 responden, yang terdiri dari laki-laki (49.44 %) dan perempuan (50.46%).

Selain survey juga dilakukan wawancara mendalam pada beberapa pemilih pemula untuk mendapat data yang lebih mendalam terkait dengan pengetahuan, sikap atau perilaku pemilih pemula terhadap Pemilu 2014. Setelah pengumpulan data survey melalui kuesioner dan wawancara mendalam selesai maka maka dilakukan pengolahan data. Analisis deskriptif kemudian dilakukan dengan mengintegrasikan semua data yang diperoleh dan merujuk pada pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan.

D. Hasil Penelitian dan Analisis

(6)

bahkan melebihi kepemilikan TV yang mencapai 79.77% dari keseluruhan responden. Selain itu kepemilikan komputer 49.43% mulai melampaui kepemilikan radio 44.94. Akses terhadap jaringan internet juga sudah mulai berkembang bagi sebagian responden yang memiliki jaringan internet di rumah (23.60). Media sebaran yang banyak beredar seperti poster umumnya sebagian besar (67.41)dari mereka hanya kadang-kadang saja meliha (67.41) begitu pula brosur lebih dari setengah responden (50.56%) menyatakan kadang-kadang saja melihat brosur.

Merujuk pada hasil penelitian di atas, maka handpone menjadi salah satau alat komunikasi yang memiliki potensi besar untuk menjadi alat utama dalam menyosialisasikan inforasi tentang Pemili di kalangan pemilih pemula. Selain itu penggunaan televisi untuk menyebarluaskan pemilu pada para pemilih pemula juga masih cukup signifikan. Radio dan internet juga masih dapat dimanfaatkan karena penetrasinyaa masih cukup tinggi. Sementara penggunaan media sebaran harus benar-benar inovatif, kreatif dan terletak sangat strategis sehingga dapat mencuri perhatian khalayak dalam hal ini para remaja sebagai calon pemilih pemula.

Televisi masih disebut sebagai media yang dijadikan sumber informasi oleh sebagian besar responden (73.03%) dan mulai diikuti berkembangnya perilaku yang menjadikan media online sebagai sumber informasi seperti dikemukakan oleh sebagian besar responden. (68.545). Media online yang sering digunakan oleh para responden adalah facebook (84.27%), dan diikuti penggunaan oleh lebih dari separuh responden yaitu Twitter (51.68%) dan Web site ( 50.56%). Berdasarkan data penggunan media online maka penggunaan internet dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para calon pemilih pemula dapat difokuskan pada berbagai media sosial terutama facebook selain twitter.

(7)

menyatakan membutuhkan informasi tentang Pemilu 2014. Antusias para calon pemilih ini tentunya harus mendapat respon yang baik dari berbagai pihak yang peduli akan terselenggaranya Pemilu yang berkualitas terutama KPUD yang bertanggung jawab untuk mengelola atau mengkoordinasikan berabagai upaya untuk melancarkan kegiatan pemilu dan mengupayakan pemilu yang berkualitas di Daerah dalam hal ini Kabupaten Sumedang.

Sumber informasi Pemilu menurut sebagian besar sebagain besar responden menyebabkan pengetahuan tentang Pemilu yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 partai yang akan mengikuti Pemilu. Hal ini diungkapkan oleh hampir separuh responden (48.31%). Hanya sebagian kecil responden (25.83) yang menyatakan mengetahui lebih dari 10 partai peserta Pemilu, Bahakan ada sebagain kecil responden (4.49%) yang menyatakan mengetahui semua partai yang akan terlibat dlam Pemilu 2014.

Pemilu yang akan diikuti oleh para responden sebagai pemilih pemula dimaknai sebagai pemilihan Presiden oleh hampir seluruh responden (80.90), sementara yang memahami bahwa Pemilu juga memilih anggota Legislatif di tingkat kabupaten (DPRD) hanya sebagian kecil responden (22.47%). Artinya pengetahuan para pemilih pemula tentang apa yang akan dipilihnya dalam Pemilu masih belum menyeluruh.

Kesadaran politik responden diantaranya pertama-tama terungkap melalui kepedulian mereka terahadap sistem politik di Indonesia. Mayoritas responden (80.90%) menyatakan

(8)

hal yang penting dalam kehidupan bernegara. Diharapkan mereka juga memiliki kesadaran bahwa Pemilu merupakan hal yang penting dalam sistem politik Indonesia.

Pernyataan bahwa Pemilu akan menentukan kepimpinan Indonesia lima tahun kedepan disetujui oleh sebagian besar responden (93. 26%). Artinya sebagian besar responden memiliki keadaran politik dalam hal memahami arti penting Pemilu dalam sistem politik Indonesia sebagai Negara yang setuju bahwa Pemilu dapat dilakukan dengan Jujur dan Adil. Akan tetapi terdapat pula sebagian kecil responden (7.86%) yang menyatakan ketidaksetujuannya bahwa Pemilu dapat dilakukan secara Jujur dan Adil.

Selain itu kesadaran mereka untuk beraprtisipasi dalam Pemilu dengan menggunakan hak pilihnya, juga dimiliki oleh hampir seluruh responden (95.50%). Salah seorang responden menyatakan dengan tegas dalam wawancara bahwa “Saya mau banget ikutan pemilu, karena saya punya hak” (Wawancara, Ls, 2013). Akan tetapi responden lain menyatakan alasan lain tentang keikutsertaannya dalam Pemilu seperti dalam ungkapan berikut ““Saya ikut pemilu, karena saya ingin membuktikan janji-janji para calon legislative yang sudah berjanji pada kami.” (Wawancara, Sr, 2013)

Hanya sebagian kecil yang memiliki kecenderungan untuk tidak berpartisipasi dalam Pemilu dengan tidak menngunakan hak pilihnya (1,13%) dan sebagian lain menyatakan tidak tahu (2,25%). Ajakan untuk tidak mengikuti atau ‘Golput’ ternyata juga sudah mereka terima dari ornag-orang disekitar mereka misalnya seperti yang diungkapkan oleh seorang responden yang tinggal di Panti Asuhan. Responden tersebut mengemukakan ;

Yang mengajak saya untuk golput yaitu Ibu Panti saya. Karena kata ibu panti, kalau kita memilih belum tentu ada yang benar. Jadi mendingan ga usah milih aja.”….“Iya, apalagi kalau kita sudah memilih orang itu tetapi orang itu tidak sesuai dengan janjinya. Seperti korupsi gitu, ya lebih baik ga usah memilih.” (Wawancara, Sr, 2013).

(9)

tidak tahu (3.37%) apakah mereka akan menggunakan hak pilihnya atau tidak.

Responden sebagai pemilih pemula dalam Pemilu 2014 walaupun hampir seluruhnya menyatakan akan menggunakan hak pilihnya akan tetapi hanya sebagian responden yang sudah terdaftar (61.80%). Sementara sebagian lainnya menyatakan tidak tahu (37.09%) apakah mereka sudah terdaftar sebagai pemilih atau belum. Bahkan sebagian kecil responden menyatakan tidak peduli (1.2%) apakah mereka sudah terdaftar atau belum.

Sebagai anak muda dan pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini,menjadi incaran banyak partai atau tim sukses para kandidat untuk dilibatkan dalam money politic. Menghadapi hal tersebut sebagian besar responden (66%) mengemukakan bahwa tawaran uang untuk memilih seorang kandidat akan mereka tolak. Akan tetapi sebagian lainnya masih dapat atau memiliki kemungkinan untuk terlibat karena sebagian dari mereka (30.33.%) menyatakan tidak tahu apakah mereka akan menolak atau tidak (20.22%). Bahkan sebagian kecil lainnya tidak peduli tentang kemungkinan tersebut dan apa tindakan mereka (10.11%).

Selain dijadikan saasaran untuk menggunakan hak pilihnya berdasarkan pesanan pemberi uang, para pemilih pemula ini juga memiliki kemungkinan untuk dilibatkan dalam berbagai kampanye melalui proses mobilisasi dengan imbalan uang. Terkait dengan kemungkinan tersebut sebagian besar responden (66.29%) menyatakan akan menolak. Akan tetapi masih terdapat cukup banyak responden (33.50%) yang tidak menyatakan penolakannya langsung. Sebagian dari mereka menyatakan tidak tahu ( 20.22%) apakah mereka akan menolak atau menerima ajakan kampanye partai dengan imbalan uang. Selain itu sebagian lainnya (13.28%) juga tidak peduli apakah mereka nanti akan menolak atau menerima tawaran tersebut.

Terkait dengan money politic terdapat juga paandangan responden yang merasa bahwa Pemilu Indonesia masih rentan money politic seperti dalam ungkapan berikut :

(10)

korupsi dan banyak yang gak bener sesuai dengan harapan kita.” (Wawancara, Az, 2013).

Fanatisme kelompok dalam pemilu sehingga partisipasi Pemilu tidak didasarkan dengan informasi yang benar dapat terjadi dan melibatkan para pemilih pemula. Untuk mengetahui kemungkinan sikap tersebut maka ditanyakan pada para responden apakah mereka hanya akan memilih kelompok mereka, kerabat, atau orang-orang yang sewilayah dengan mereka. Berdasarakan isian kuesioner diketahui bahwa

Sebagian besar (67.42%) tidak mengatakan tidak setuju. Artinya mereka menganggap bahwa memilih kandidat hanya didasarkan pada kandidat yang berasal dari kelompok, kerabat atau orang-orang sewilayahnya merupakan hal yang seharusnya atau wajar, walaupun hampir separuh responden diantaranya masih manyatakan kekurangsetujuaannya. Akan tetapi hanya sebagian kecil (31.58%) yang menyatakan secara tegas tidak setuju (25.84%) atau sangat tidak setuju (6.74%) dengan pemikiran tersebut.

Merujuk pada data di atas maka dapat dikatakan bahwa para rema atau pemilih pemula masih memiliki pandangan yang terkait dengan budaya kolektif masyarakat. Pemilihan yang kemudian didasarkan pada kekerabatan atau kelompok tertentu mengenyampingkan kuaitas kandidat yang seharusnya menjadi alasan penting dalam memilih pemimpin. Apabila kesadaran tentang pertimbangan memilih seorang kandidat tidak ditingkatkan maka hal tersebut dapat mengurangi kualitas partisipasi pemilih pemula. Oleh karena itu voter education bagi para pemilih pemula masih harus terus ditingkatkan untuk Pemilu 2014 yang lebih berkualitas. E. Kesimpulan

Berdasarkan anaalisis yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpuan berikut :

 Informasi tentang Pemilu 2014 yang didapatkan pemilih pemula di Jatinangor masih sangat minim. Sebagian besar menyatakan Media dan tokoh masyarakat menjadi sumber informasi pemilu bagi mereka, sebaliknya yang menyebutkan KPUD sangat sedikit.

 Pengetahuan mereka tentang politik dan Pemilu masih sangat terbatas (iiliterate) akan tetapi mereka memiliki kepedulian pada sistem politik Indonesia dan percaya bahwa Pemilu dapat dilakukan dengan ‘jurdil’, serta menyadari hak pilihnya.

(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

Hutchinson, Alex, (2007), “The Five Levels of Political Awareness”,

blogcritics.org/the-five-levels-of-political-awareness/

Komisi Pemilihan Umum (2013), Anak Cerdas Berdemokrasi, website : www.kpu.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditunjukkan dengan menghilangnya puncak titanium dengan Pada pola difraksi emakin meningkat waktu pemaduan semakin lebar puncak alumunium yang bahwa ukuran

Mashlahah mursalah disini dapat dipahami bahwa peraturan mengenai pembebanan biaya dalam PTSL tidak terdapat dalam dalil syara‟, namun sekalipun tidak terdapat

Skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan Pemberian Cairan Rehidrasri pada Anak Balita Diare (Studi Kasus di

Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan na- sional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam Program Nasional Bagi

Artikel ini menampilkan hasil penelitian studi kasus yang bertujuan untuk menginvestigasi dimensi dan tingkat learner autonomy dalam kegiatan pembelajaran Bahasa

Seluruh iuran dan dana diinvestasikan ke dalam salah satu paket dari Paket Investasi di bawah ini (beri tanda “x” pada pilihan) ad. sesuai ketetuan

Lembar 1 putih = Asli untuk Bagian Administrasi DPLK; Lembar 2 merah = Salinan untuk Peserta/Pemberi Kerja Lembar 3 biru = Salinan untuk Bagian Keuangan DPLK; Lembar 4 hijau =

Permainan (game) ini membahas tentang Petualangan Si Joody dimana dengan menggerakkan karakter dari Si Joody supaya menemukan Fiko serta untuk mendapatkan nilai tertinggi sesuai