• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Ruang Terbuka Hijau Bantaran Sung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desain Ruang Terbuka Hijau Bantaran Sung"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kota Palu yang beberapa tahun belakangan ini telah melaksanakan program Green and Clean ternyata masih memiliki ruang terbuka hijau yang belum dikelola dengan baik. Banyak yang belum tersentuh sehingga potensinya belum dimanfaatkan secara luas. Salah satunya adalah RTH bantaran sungai kelurahan Lere. Walaupun RTH tersebut berada di kawasan strategis Kota, kondisinya masih dipenuhi oleh rawa dan semak belukar yang belum dikelola secara arif untuk kebutuhan masyarakat Kota.

Banyak permasalahan kenyamanan dan keamanan yang dapat kita temukan dalam bantaran sungai ini. Masalah-masalah tersebut antara lain tidak adanya penerangan saat malam hari, tidak adanya pagar pembatas pada tepian tanggul, kurang rapatnya area teduh dan masih banyak hal lainnya. Sebagaimna RTH harus memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya dan vegetasi suatu RTH bantaran sungai harus memiliki tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap yaitu rapat 90% dari luas area. Kerena tidak adanya penataan, vegetasi yang tumbuh di bataran sungai tersebut pun tidak sesuai dengan kriteria vegetasi untuk RTH bantaran sungai yang terdapat pada Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008. Umumnya vegetasi yang terdapat berupa pohon-pohon kelapa yang memiliki perakaran kurang baik, dan memiliki buah yang dapat seketika jatuh menimpa aktifitas seseorang yang berada di bawahnya. Kriteria vegetasi yang diinginkan oleh RTH bantaran sungai antara lain vegetasi yang memiliki sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah.

Pada RTH bantaran sungai kelurahan Lere yang bersebelahan dengan permukiman penduduk masih terdapat bangunan yang melanggar garis sempadan sungai. Bangunan tersebut berjarak kurang dari 3 meter dari bibir tanggul, yaitu ada yang mencapai 2 meter dari bibir tanggul. Bangunan tersebut harus ditertibkan dan perlu diantisipasi dalam desain RTH bantaran sungai kedepannya.

(2)

Kelurahan Lere sejatinya memiliki potensi yang menjanjikan dalam hal budaya yang dapat mencerminkan identitas kota. Potensi tersebut terdapat pada bangunan bersejarah Souraja/ Banua Oge. Untuk memunculkan citra kota sebaiknya filosofi desain dari sebuah bangunan Souraja dapat diterapkan dalam mendesain sebuah RTH bantaran sungai yang lebih bermakna (meaningful) bagi masyarakat Kota Palu khususnya.

B. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Untuk menyusun konsep perencanaan dan perancangan maupun mendesain Ruang Terbuka Hijau bantaran sungai kelurahan Lere, yang mampu mempertimbangkan faktor ekologis, sosial, kultural, dan ekonomi serta fungsional dan tanggap terhadap bencana banjir maupun erosi tepian sungai. Mendesain suatu RTH bantaran sungai yang rindang namun tetap memunculkan estetika arsitektur lokal.

2. Sasaran

Adapun sasaran dari penelitian ini adalah:

 Menyusun prinsip-prinsip desain RTH bantaran sungai

 Menganalisa dan menyusun konsep perancangan desain RTH bantaran sungai

kelurahan Lere

 Mentransformasikan konsep ke dalam bentuk desain.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mendesain Ruang Terbuka Hijau bantaran sungai yang berfungsi ekologis, sosial, kultural dan ekonomi?

2. Bagaimana mendesain RTH Bantaran sungai kelurahan lere yang memunculkan estetika arsitektur lokal?

D. BATASAN MASALAH/ RUANG LINGKUP

1. Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur yang berkaitan dengan Perancangan Landscape/ Ruang Terbuka Hijau bantaran sungai dan spesifikasi perencanaan.

2. Pembahasan diarahkan pada pembahasan arsitektural yang merupakan alternatif rancangan perencanaan tapak.

E. MANFAAT

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

(3)

tulisan ini juga dapat berguna bagi penelitian yang sama pada masa-masa yang akan datang.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi antara lain:

1. Terdapat bangunan yang melanggar garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Yaitu sekitar 2 meter dari tepian tanggul.

2. Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH tidak sesuai dengan standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008. Sebab banyak tanaman kelapa dan pisang yang bukan meruapakan tanaman untuk RTH bantaran sungai.

3. Jarak tanaman peneduh berjauhan, menyebabkan banyak daerah yang tak terlindungi tajuk pohon peneduh. Tidak setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan

4. Pembagian zona-zona tidak jelas untuk fungsi lindung dan budi daya. Menyebabkan eksploitasi dapat dilakukan pada seluruh kawasan bantaran sungai.

5. Desain RTH yang telah ada kurang mencerminkan identitas Kota Palu. 6. Tidak memenuhi standar kenyamanan termis ruang luar.

B. TEMA

(5)

C. GAGASAN/ IDE AWAL

Adapun gagasan yang dapat diajukan untuk mendesai RTH bantaran sungai kelurahan Lere adalah:

1. Mendesain RTH bantaran sungai dengan mempertimbangkan faktor ekologis, sosial, kultural, dan ekonomi

2. RTH bantaran sungai yang nyaman secara termis iklim tropis lembab kota Palu dengan peningkatan fungsi RTH hampir seperti hutan kota

3. Mendesain bantaran sungai yang berwawasan budaya karena dekat dengan kompleks rumah tradisional SouRaja dan bersebelahan dengan kawasan teluk yang merupakan identitas kota Palu

4. RTH bantaran sungai yang Aman, Hijau dan Bersih serta tanggap bencana.

5. Disain RTH yang mengarahkan view pada jembatan 4 yang telah menjadi landmark kawasan, sehingga pengunjung RTH dapat mengambil foto melatar belakangi sebuah landmark.

D. PENDEKATAN RANCANGAN/ STRATEGI DESAIN

Desain Ruang Terbuka Hijau Bantaran Sungai Kelurahan Lere Kota Palu

(6)

BAB III KAJIAN PUSTAKA

1. RTH SEMPADAN SUNGAI

A. Pengertian RTH Sempadan Sungai

RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.

Sesuai peraturan yang ada, sungai di perkotaan terdiri dari sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul.

a. Sungai bertanggul:

1) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

2) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

3) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;

4) Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1) harus dibebaskan.

b. Sungai tidak bertanggul:

1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:

a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

b) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

(7)

2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan kurang dari 500 km2, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya

50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

3) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan 2) diukur ruas per ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.

4) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1) tidak terpenuhi, maka segala perbaikan atas kerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan sungai menjadi tanggungjawab pengelola jalan.

Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang- kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

B. Kriteria Vegetasi untuk RTH Sempadan Sungai

Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:

a) sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah; b) tumbuh baik pada tanah padat;

c) sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan; d) kecepatan tumbuh bervariasi;

e) tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;

f) jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan; g) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

h) berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya; i) dominasi tanaman tahunan;

(8)

Tabel berikut ini adalah alternatif vegetasi yang dapat digunakan pada RTH sempadan sungai, namun karena adanya perbedaan biogeofisik maka pemilihan vegetasi untuk RTH sempadan sungai disesuaikan dengan potensi dan kesesuaian lahan pada daerah masing-masing.

(9)
(10)

C. Persyaratan Pola Tanam Vegetasi untuk RTH Sempadan Sungai

Persyaratan pola tanam vegetasi pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:

a) jalur hijau tanaman meliputi sempadan sungai selebar 50 m pada kiri- kanan sungai besar dan sungai kecil (anak sungai);

b) sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x 20 m diambil secara sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;

c) sebelum di lapangan, penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak ( random start ) pada peta. sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang dari garis sungai ke arah darat dengan lebar 20 m sampai pohon terjauh;

(11)

e) untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 m;

f) jarak maksimal dari pantai adalah 100 m;

g) pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

D. Pemanfaatan RTH Sempadan Sungai

Pemanfaatan RTH daerah sempadan sungai dilakukan untuk kawasan konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan bantaran sungai yang rawan erosi, pelestarian, peningkatan fungsi sungai, mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan pengendalian daya rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan.

Penatagunaan daerah sempadan sungai dilakukan dengan penetapan zona-zona yang berfungsi sebagai fungsi lindung dan budi daya.

Pada zona sungai yang berfungsi lindung menjadi kawasan lindung, pada zona sungai danau, waduk yang berfungsi budi daya dapat dibudidayakan kecuali pemanfaatan tanggul hanya untuk jalan.

Pemanfaatan daerah sempadan sungai yang berfungsi budi daya dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:

a) budi daya pertanian rakyat;

b) kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan C; c) papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan; d) pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum;

e) pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum maupun kereta api;

f) penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan, pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai dan danau; dan

g) pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan pengambilan dan pembuangan air.

Untuk menghindari kerusakan dan gangguan terhadap kelestarian dan keindahan sungai, maka aktivitas yang dapat dilakukan pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:

(12)

b) Mengamankan kawasan sempadan sungai, serta penutupan vegetasi di sempadan sungai, dipantau dengan menggunakan metode pemeriksaaan langsung dan analisis deskriptif komparatif. Tolak ukur 100 m di kanan kiri sungai dan 50 m kanan kiri anak sungai;

c) Menjaga kelestarian konservasi dan aktivitas perambahan, keanekaragaman vegetasi terutama jenis unggulan lokal dan bernilai ekologi dipantau dengan metode kuadrat dengan jalur masing-masing lokasi 2 km menggunakan analisis vegetasi yang diarahkan pada jenis-jenis flora yang bernilai sebagai tumbuhan obat;

d) Memantau fluktuasi debit sungai maksimum;

(13)

2. TEORI KENYAMANAN TERMIS DI RUANG BERIKLIM TROPIS LEMBAB A. Pandangan Umum

Dalam bidang atau teori arsitektur dan perancangan kota, atau teori mengenai ruang kehidupan manusia, pengetahuan tentang kenyamanan menjadi bagian penting. Kenyamanan adalah situasi dimana manusia mengekspresikan setuju dengan kondisi yang ada di lingkungannya. Karena itu keberhasilan suatu produk rancangan ruang senantiasa diukur dengan seberapa besar tingkat kenyamanan dalam konteks perencanaan arsitektur meliputi kenyamanan termis, suara, gerak dan cahaya, namun dalam bagian ini yang dibahas hanya menyangkut kenyamanan Termis.

Kenyamanan Termis secara umum dikenal sebagai rasa nyaman terhadap situasi termik di lingkungan sekitar tubuh. Situasi kenyamanan termis senantiasa dihubungkan dengan situasi klimatik.

Di daerah beriklim tropis lembab, temperatur udara dan terutama kelembaban udara yang relatif tinggi merupakan penyebab utama situasi tidak nyaman secara termal bagi manusia. Namun begitu masyarakat yang telah lama hidup di daerah beriklim tropis dan lembab ini, telah menunjukkan keberhasilannya dalam menghadapi tantangan iklim tersebut dari waktu ke waktu, yakni dengan menerapkan suatu tatanan dan rancangan hunian yang mampu beradaptasi dengan lingkungan klimatis di sekitarnya.

B. Proses Pertukaran Kalor antara Manusia dengan Lingkungannya

Pertukaran kalor antara tubuh manusia dengan lingkungannya, dimaksudkan sebagai terjadi suatu interaksi fisis antara tubuh dengan udara dan permukaan sekitar, terutama melalui cara-cara konveksi dan radiasi.

C. Perhitungan Skala Kenyamanan Termis

(14)

3. ARSITEKTUR BERWAWASAN IDENTITAS

Kesalahan gerakan arsitektur modern yang universal yang menempatkan bentuk di atas manusia, kiranya tidak perlu diulangi. Makna dan wawasan identitas, adalah menggali keunikan, kekhasan, karakter dan potensi setempat dengan segala kearifan tradisionalnya untuk diejawantahkan kembali dalam penampilan baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, bukan status quo.

4. TEORI DESAIN LANSEKAP

Unsur-Unsur desain antara lain Garis, Bidang, Ruang (space), Ruang Terbuka, Ruang dan Waktu, Ruang Mati, Bentuk dan Fungsi, Tekstur, Warna.

Prinsip desain antara lain, Keseimbangan atau Balance, Irama dan Perulangan, Penekanan dan Aksentuasi, Kesederhanaan, Kontras, Proporsi, Kesatuan.

Yang Perlu diperhatikan dalam Aplikasi desain antara lain, Bahan Material Lansekap, Skala, Sirkulasi, Tata Hijau, Fasilitas Parkir, Pencahayaan, Pattern dan Pola Lantai, Kenyamanan, Drainase, Rekayasa Lansekap, Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall).

Tahap-Tahap dalam Proses Perancangan Lansekap antara lain, Tahap Pendataan, Tahap Analisis, Tahap Analisis Tapak (Site Analysis), Tahap Skematik, Tahap Perancangan, Tahap Pengembangan Rancangan.

5. PENANGGULANGAN BANJIR

Penanggulangan secara umum (Hulu, Hilir, Menyerap, dan Mengalir) a. Keseimbangan antara menyerap dan mengalirkan air

b. Keseimbangan antara tindakan kolektif dan tindakan individual c. Tindakan sekaligus pada berbagai skala: lokal, nasional, dan global d. Keseimbangan antara Tindakan di Kawasan hulu dan hilir

e. Keseimbangan antara eksploitasi dan investasi lingkungan

(15)
(16)
(17)

BAB IV METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian di Kota Palu yaitu berada pada kawasan bantaran sungai kelurahan Lere.

B. SIFAT PENELITIAN

Adapun sifat penelitian yang dipakai adalah: 1. Deskriptif

Bertujuan menerangkan perkembangan RTH secara fisik atau frekuensi terjadinya aspek fenomena tertentu secara terperinci.

2. Data kualitatif

Data yang tidak berupa angka yang digunakan untuk menjelaskan tentang permasalahan penelitian yang ada secara deskriptif, dan data-data lain yang menunjang penelitian.

3. Data kuantitatif

Data yang berupa angka yang digunakan untuk menjelaskan tentang permasalahan penelitian yang ada secara deskriptif, dan data-data lain yang menunjang penelitian.

C. JENIS DATA DAN SUMBER PENELITIAN

Data-data yang dikumpulkan dalam peneliitian dilihat dari sumbernya sebagai berikut: 1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri melalui survei lapangan dan

wawancara secara langsung. Data yang dikumpulkan berupa kondisi fisik Ruang Terbuka Hijau bantaran sungai yang akan menjadi referensi. Selain data fisik, termasuk juga data yang bersifat sosial, serta peraturan-peraturan daerah dari pemerintah terkait dengan masalah penelitian.

2. Data Sekunder, yaitu data dalam bentuk ssudah jadi berupa hasil publikasi, buku atau sumber bacaan lain yang terkait dengan permasalahan penelitian.

(18)

Dalam penelitian ini alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data yaitu:

1. Pedoman wawancara berupa angket daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman dalam melakukan wawancara kepada narasumber data yang terpilih.

2. Gambar dan foto sebagai bahan pelegkap data dan analisis.

E. TEKNIK ANAALISIS DATA

Untuk mencapai tujuan penelitian, data yang diperoleh dengan wawancara dan penyebaran quesioner disajikan dalam bentuk tabulasi. Adapun masalah-masalah yang telah dirumuskan akan dianalisis dengan teknik pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Masalah-masalah yang telah dirumuskan akan dianalisis dengan teknik sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran umum dengan metode analisis deskriptif tentang kondisi RTH bantaran sungai di Kota Palu berdasarkan data-data dan informasi yang telah dikumpulkan sehingga memberikan gambaran perancangan RTH bantaran sungai di kelurahan Lere.

2. Untuk mempertajam analisis kondisi tapak, disajikan dalam bentuk sketsa/ gambar bentuk yang diambil berdasarkan kondisi langsung di lapangan.

(19)
(20)

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. 2. Untuk memunculkan citra kota sebaiknya filosofi desain dari sebuah bangunan

Souraja dapat ditransformasikan dalam mendesain sebuah landscape RTH bantaran sungai yang lebih bermakna (meaningful) bagi masyarakat Kota Palu khususnya.

B. SARAN

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Meneteri Pekerjaan Umum. Nomor:05/PRT/M/2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Sangkertadi, 2012. Kenyamanan Termis di Ruang Luar Beriklim Tropis Lembab. Alfabeta, Manado, 2013.

Budihardjo, Eko. Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta, 2006.

Hakim, Rustam. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta, 2011.

Mistra. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir. Griya Kreasi. Jakarta, 2007. B. Setiawan, Hardi. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta, 2010. Studi Kasus. Photos of Indonesian Riverside City

http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1573169

15 – 10 – 2013

Gambar

Tabel Alternatif Jenis Vegetasi untuk RTH Sempadan Sungai
gambar bentuk yang diambil berdasarkan kondisi langsung di lapangan.

Referensi

Dokumen terkait

dilihat dari data hasil matering selama 1 tahun di tahun 2015, dimana data yang dihasilkan dari data 1 bulan dari januari sampai desember 2015, untuk nilai temperatur

Bagi PT Royal Coconut khususnya PT Royal Coconut Airmadidi sebagai masukan yang dapat dipertimbangkan untuk mengetahui kinerja industri tepung kelapa ditinjau dari

The system consists of the member-level primary, secondary, and tertiary manufacturing processes databases, which are viable for various materials, production

Tempat, Tanggal Lahir Nama.. NIP Jabatan Eselon

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

judul GAMBARAN STRES DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA LANSIA sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Psikologi

Kata penghargaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perbuatan menghargai atau menghormati. Kata verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti secara

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the