• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN TENTANG HAK ASASI MANUSI DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGATURAN TENTANG HAK ASASI MANUSI DALA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pernyataan bahwa Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat) serta pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme, sebagaimana termuat dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan, telah dimuat menjadi materi norma dalam batang tubuh UUD 1945 hasil perubahan. Istilah Rechtstaat berbeda dengan rule of law. Rechtstaat berangkat dari tradisi sistem hukum Eropa kontinental. Sedangkan rule of law lebih dikenal dari negara sistem hukum Anglo Saxon.

Ciri-ciri suatu negara hukum yaitu; adanya Perlindungan terhadap HAM, adanya pemisahan kekuasaan, Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum, dan adanya peradilan administratif. Ciri-ciri negara hukum ini terdapat dalam konstitusi, dan tentunya sebuah negara mempunyai konstitusi yang berbeda jenisnya, dalam artian konstitusi secara tertulis (Written constitucy) maupun (unwritten constitucy) dan hal ini tidak mengurangi terhadap ciri dan nilai dari negara hukum tersebut.

Penegasan negara Indonesia adalah negara hukum dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 bahwa,”Negara Indonesia merupakan negara hukum”. Merujuk pada salah satu ciri-ciri negara hukum adalah perlindungan terhadap HAM, sehingga Indonesia memberikan perlindungan terhadap HAM melaui pengaturan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam konstitusinya yaitu Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab XI A yang terdiri dari Pasal 28A-28J dan pasal 29.

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berakibat terhadap perubahan tatanan ketatanegaraan kita. Akibat dari empat kali perubahan (amandemen Undang-Undang Dasar 1945) itu tidak hanya secara kuantitatif jumlah ketentuan (ayat) bertambah tiga kali lipat, yaitu dari 71 menjadi 199 ayat, melainkan juga telah terjadi perubahan mendasar yaitu, beralihnya supremasi MPR ke supremasi konstitusi,

(2)

Daerah, Komisi Yudisial) serta penghapusan lembaga tertentu yaitu Dewan Pertimbangan Agung, peningkatan jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia, penguatan sistem kesejahteraan sosial, dan, tidak ada lagi Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan hilangnya konsepsi supremasi parlemen (lembaga negara tertinggi) merupakan salah satu unsur penting rechtsstaat yaitu adanya pembagian dan pemisahaan kekuasaan, akhirnya terbentuk konsep baru mengenai supra struktur politik, dimana Lembaga Negara kini tidak berpusat pada satu Lembaga Tertinggi. Lembaga Negara berubah menjadi lembaga-lembaga yang sejajar dengan prinsip pembagian secara horizontal dimana kedudukan MPR kini sejajar dengan lembaga konstitusional lainya seperti DPR, DPD, MA dan BPK. Dengan kesejajaran tersebut, maka perlu diadakan suatu bentuk kontrol agar diantara lembaga tersebut dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan baik.

Salah satu bentuk pembagian dan pemisahan kekuasaan yang dikenal dengan prinsip check and balances adalah fungsi anggaran. Fungsi anggaran di Indonesia dijalankan oleh pemerintah yang bertugas menyusun Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (R-APBN), bersama dengan DPR yang bertugas menyetujui R-APBN, termasuk pengawasan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Perubahan Ketiga UUD 1945 telah diatur keberadaan sebuah Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai bagian dari cabang kekuasaan kehakiman, yang salah satu kewenangannya adalah melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945. Lembaga dan mekanisme yang diadopsi berbeda dengan sistem yang dikenal di Amerika Serikat, melainkan lebih menganut model Kelsen. Di dalam model Kelsen, kewenangan khusus untuk melakukan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar tidak merupakan bagian dari kewenangan mahkamah agung. Indonesia membentuk sebuah Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga yang berdiri sendiri atau terpisah dari Mahkamah Agung (MA).

(3)

dalam praktik peradilan umum di Indonesia, mencakup juga pemeriksaan tingkat banding, kasasi, dan Peninjauan Kembali (PK).

PERMASALAHAN

1. Bagaimana pengaturan tentang Hak Asasi Manusia pada UUD 1945 sesudah amandemen?

2. Bagaimana penerapan prinsip check and balances yang terjadi di lembaga pemerintahan khususnya lembaga legislaif sesudah perubahan UUD 1945?

3. Bagaimana pengaturan fungsi anggaran DPR sesudah amandemen ke empat UUD 1945?

(4)

PEMBAHASAN

A. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian ini mengandung arti bahwa HAM merupakan karunia dari yang Maha Kuasa kepada Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya, atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.

Dalam proses lahirnya hak asasi manusia di dunia terdapatnya beberapa naskah yang mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universal dan azasi. Naskah tersebut sebagai berikut :

1 Magna Charta (1215), suatu dokumen yang mencatat bebrapa hak yang diberikan Raja John kepada bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. 2 Bill of Rights (1689), undang-undang yang diterima Parlemen Inggris setelah

mengadakan perlawanan kepada Raja James II, dalam suatu revolusi tak berdarah.

3 Déclaration des Droits de l'Homme et du Citoyen (1789)suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Perancis, sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama.

(5)

Pengaturan tentang hak asasi manusia di Indonesia tercantum dalam UUD

2 Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.2

3 Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.3

4 Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.4

5 Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.5

6 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.6

7 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.7

8 Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.8

9 Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.9

(6)

memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.10

11Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.11

12Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.12

13Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.13

14Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.14

15Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.15

16 Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.16 17Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.17

18Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.18

(7)

pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.19

20Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.20

21Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.21

22Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM dalah tanggung jawb negara, terutama pemerintah.22

23Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.23

24Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghorsemata-matan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.24

(8)

B. Prinsip Check and Balances

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tidak terlepas dari adanya kristalisasi ide-ide demokrasi dari berbagai komponen bangsa dan refleksi atas perjalanan kehidupan bernegara dan kebangsaan selama puluhan tahun. Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan dari penyelenggaraan pemerintahan negara secara demokratis dan modern, anatara lain pembagian kekuasaan yang sesuai dengan prinsip check and balances yang ketat dan transparan pada lembaga pemerintahan seperti pada lembaga legislatif

Salah satu pembagian kekuasaan yang terjadi setelah perubahan UUD 1945 adalah bergesernya kekuasaan membentuk undang-undang yang dimilik oleh Presiden (executive heavy), kepada Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif heavy) yang diatur dalam pasal 20 UUD 1945. Dengan adanya pergeseran pembentuk undang-undang yang diserahkan kekuasaannya kepada DPR, maka Presiden hanya berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.25

C.Fungsi Anggaran Legislatif

Fungsi anggaran Dewan Perwakilan Rakyat berkaitan dengan fungsi legislasi dan fungsi pengawasan dari lembaga legislative itu sendiri. Fungsi legislasi menetapkan kebijakan yang harus dijadikan pegangan dalam penyusunan program dan anggaran. Yang terkait dengan fungsi anggaran adalah hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan program-program kerja pemerintahan dan pembangunan. Penyusunan program-program pemerintahan dapat dikukuhkan dalam bentuk hukum yang berlaku dan mengikat untuk umum. Dengan demikian program pemerintah dan pembangunan adalah produk hukum yang telah dikukuhkan dan bersifat mengikat untuk umum.

Perencanaan dan penganggaran keuangan negara Republik Indonesia dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, yaitu Presiden dan pengesahan anggaran

(9)

dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat serta pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah26.

Setiap melaksanakan penyusunan APBN maka pemerintah harus memperhatikan beberapa ketentuan yaitu :

I. Dilaksanakan secara terbuka dan akuntabel, artinya pelaksanaan APBN haruslah diketahui oleh seluruh pihak dan masyarakat untuk melakukan penyerapan aspirasi masyarakat seluas-luasnya serta menutup kemungkinan adanaya celah korupsi dan penyalahgunaan keuangan negara;

II. Ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

III. Penetapan APBN melalui undang-undang. Yang merupakan jaminan legalitas yakni masyarakat yang telah membayar pajak.

Fungsi anggaran legislative yakni DPR adalah pemeriksaan, persetujuan, dan pengawasan yang sesuai dengan implementasi negara hukum. Pendek kata, kedudukan DPR dalam pelaksanaan fungsi anggaran ini sebenarnya sangat kuat. namun dalam praktik, oleh karena kapasitas kelembagaan DPR juga kurang dilengkapi oleh staf pendukung yang memadai, DPR tidak memiliki kemampuan untuk menyiapkan konsep tandingan atau setidaknya bahan-bahan pembanding terhadap usulan yang diajukan oleh pemerintah. Kebutuhan akan kelembagaan DPR yang kuat di bidang anggaran ini juga mirip dengan kebutuhan yang sama di bidang legislasi yang sekarang telah dilengkapi dengan Badan Legislasi yang tersendiri. Namun, Badan Anggaran dan Badan Legislasi yang ada dewasa ini tidak lebih dari pengelompokan jenis pekerjaan seperti halnya komisi-komisi. Bekerjanya sistem kelembagaan sangat tergantung kepada kinerja individual anggota DPR yang diberi tugas untuk duduk di Badan Anggaran atau pun Badan Legislasi tersebut.

Sering berkembang anggapan bahwa DPR sekarang sudah terlalu kuat, melebihi Presiden dalam semua hal, termasuk dalam fungsi legislasi. Ada anggapan bahwa di masa Orde baru berkembang praktik “executive heavy”, sedangkan di masa reformasi berkembang praktik “legislative heavy”. Ada pula yang menganggap bahwa sistem ketatanegaraan kita menganut sistem presidensial, tetapi cita-rasanya

(10)

parlementer, karena kelemahan dalam praktik penyelenggaraan sistem pemerintahan presidentil selama masa reformasi 13 tahun terakhir.

B. Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Lahirnya pemikiran Hans Kelsen tentang Mahkamah Konstitusi tidak dapat dilepaskan dari runtuhnya Kekaisaran Austro-Hungarai (1919) pada akhir perang dunia I yang sekaligus menandai lahirnya Republik Austria. Pada tahun 1919-1920 Kelsen diangkat menjadi anggota Chancelery yang bertugas menyusun konstitusi dalam rangka pembaruan konstitusi Austria. Pada saat itulah Kelsen menyampaikan gagasannya untuk membentuk Mahkamah Konstitusi yang terpisah dalam sistem peradilan biasa yang fungsi utamanya adalah menegakkan konstitusi dan kewenangannya untuk membatalkan undang-undang jika bertentangan dengan konstitusi. Usul Kelsen diterima dan dimasukkan sebagai bagian dari konstitusi Austria yang disahkan dalam Konvensi Konstitusi 1 Oktober 1920, dikenal dengan nama Konstitusi Tahun 1920. Gagasan Kelsen mengenai Mahkamah Konstitusi dipengaruh dari ajarannya tentang hukum yakni ajaran seorang positivis yang memandang hukum sebagai hukum positif yang dikenal dengan nama “Teori Murni Tentang Hukum”.

Mahkamah Konstitusi Indonesia lahir setelah perubahan undang-undang dasar pada tahun 2001. Setelah melalui proses pembahasan yang mendalam, cermat dan demokratis akhirnya ide MK menjadi kenyataan dengan disahkannya Pasal 24 ayat (2) dan pasal 24 C UUD 1945.

Dalam pasal 24 ayat (2) hasil perubahan ketiga UUD 1945, dinyatakan :

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.

Pasal 24C UUD 1945 menyatakan :

(11)

ter-hadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus

pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.

(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.

(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.

Sesuai ketentuan UUD 1945 tersebut, kewenangan MK sebagai berikut :

a) Menguji undang-undang terhadap UUD (judicial review). . Gagasan tentang pembentukan Mahkamah Konstitusi muncul karena terdapatnya undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945. Hal ini dinilai bertentangan dengan konstitusi sebagai hukum tertinggi pada negara-negara yang menganut rechtsstaat. Pengajuan pengujian undang-undang dapat dilakukan oleh warga negara baik perserorangan maupun komunitas atau badan hukum yang menganggap hak konstitusinya atau undang-undnag tersebut bertentangan dengan UUD 1945;

(12)

kewenangannya dari undang-undang dasr. Argumentasinya, karena Mahkamah Konstitusi adalah benteng terakhir dalam menjaga konstitusi. c) Memutus pembubaran partai politik. Putusan MK terhadap pembubaran

partai politik telah membawa implikasi terhadap perolehan kursi DPR dimana terdapat partai politik yang akan kehilangan kursi.

d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Melalui penyelesaian sengketa pemilu, MK telah membawa perkara-perkara yang bersifat politis untuk diselesaikan melalui mekanisme hukum sehingga menghindarkan kemungkinan aksi kekerasan di jalanan atau di lobi-lobi partai politik; e) Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan

pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Dalam konteks ketatanegaraan Mahkamah Konstitusi dikonstruksikan :

Pertama, sebagai pengawal konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan konstitusional di tengah kehidupan masyarakat.

Kedua, MK bertugas mendorong dan menjamin agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan oleh semua semua komponen negara secara konsisten dan bertanggung jawab.

Ketiga, di tengah kelemahan sistem konstitusi yang ada, Mahkamah Konstitusi berperan sebgai penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan mewarnai keberlangsungan bernegaran dan berkebangsaan.

(13)

oleh pembentuk undang-undang, yang oleh MK ditemukan bertentangan dengan UUD 1945, dikesampingkan dan digantikan oleh kebijakan hukum yang baru, yang dirumuskan oleh MK.

Sebagai sesuatu hal baru yang diadopsi dalam praktik ketatanegaraan, konsep pengawasan dan penyeimbang terhadap satu cabang kekuasaan negara dengan memberi ruang bagi lembaga negara lain memasuki ranah kekuasaan satu cabang kekuasaan negara tertentu dan membatalkan keputusan atau kebijakan yang diambilnya. Hal iniboleh jadi merupakan satu persoalan tersendiri dalam penerimaan putusan MK serta tindak lanjut dalam implementasinya. Kewenangan yang disebut sebagai judicial review demikian,sesungguhnya telah memberi ruang dan kesempatan pada hakim MK untuk turut serta menjadi policy maker dalam pembuatan hukum,melalui pengujian dan tafsir maupun konstruksi hukum yang digunakan dalam rangka penyelesaian perselisihan yang dihadapkan padanya.

Tindak lanjut putusan MK yang membatalkan satu undang-undang, baik pasal, ayat atau bagiannya saja, membutuhkan kejelasan bagaimana proses implementasinya dilakukan agar dapat berlangsung efektif dalam koordinasi horizontal fungsional yang setara berdasar doktrin checks and balances. Hal tersebut akan selalu mengandung kontroversi sendiri dalam konsep separation of powers jika tanpa penjelasan yang cukup.

(14)
(15)

PENUTUP

Sejarah lahirnya Hak Asasi Manuis di dunia beraneka ragam yang ditulis dalam beberapa naskah yang kemudian dapat kita ketahui, seperti sejarah lahirnya HAM yang diyakini sebagai cikal bakal lahirnya pengakuan HAM secara universal adalah Magna Charta. Setelah lahirnya pengakuan terhadap HAM, maka tidak terlepas dari berdirinya negara Indonesia sebgai penganut paham negara hukum. Salah satu ciri dari negara hukum adalah mengakui dan menjamin adanya Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD 1945 terdapat pada satu bab khusus yaitu Bab XI A terdiri dari pasal 28A-28J dan pasal 29. Pengaturan pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 merupakan pasa-pasal yang sudah terjadinya perubahan pada tahun 2000. Jika dicermati banyaknya pasal-pasal tentang HAM di UUD 1945 yang terjadi pegulangan pada pasal-pasal sebelumnya. Seperti pengulangan atas pasal sebelumnya yakni pasal 28D ayat (3) dan pasal 27 ayat (1) bahwa terdapatnya prinsip persamaan dalam hukum dan pemerintahan.

Prinsip negara hukum selanjutnya adalah adanya prinsip check and balances yang bertujuan agar tidak terjadinya kekuasaan pemerintah yang bertumpu pada satu lembaga dan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang. Setelah terjadi perubahan UUD 1945 yang menyebabkan perubahan struktur ketatanegaraan yang tadinya bersifat vertical berubah menjadi struktur yang bersifat horizontal. Perubahan yang paling terlihat adalah perubahan kekuasaan presiden membentuk undang-undang, menjadi kekuasaan mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR selaku pembuat undang-undang. Perubahan kekuasaan ini sesuai dengan sistem prisedensiil yang dianut Negara Republik Indonesia.

(16)

heavy”. Ada pula yang menganggap bahwa sistem ketatanegaraan kita menganut sistem presidensial, tetapi cita-rasanya parlementer, karena kelemahan dalam praktik penyelenggaraan sistem pemerintahan presidentil selama masa reformasi 13 tahun terakhir.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

I Dewa Gede Palguna, Pengaduan Konstitusional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta; PT. RajaGrafindo

Persada, cetakan ke 5,2013).

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta: Bhuana Ilmu

Populer Kelompok Gramedia, 2009).

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia,1989).

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Edisi Revisi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014).

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Kencana, 2011)

Undang-Undang Dasar 1945.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan variabel profesionalisme sebesar 0,184 dengan nilai signifikan sebesar 0,086>0,05

Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah subjek masih belum memadai untuk dilakukan generalisasi pada kasus yang lebih luas, perlu menentukan kriteria inklusi subjek

Pada Gambar sinyal yang berwarna hijau, menujukkan bahwa 2x(n) mengalami penguatan atau pengalian amplitudo sinyal x[n], hal ini mebuktikab bahwa sinyal x[n] mengalami

Hasil dari penelitian ini adalah perhitungan anggaran harga pokok produksi yang terdiri dari anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, anggaran overhead untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 0,1 gram serbuk spora dengan media tanam subsoil dan subsoil : pasir (7:3) telah mampu menginfeksi perakaran bibit tusam yang

Temuan penelitian ini adalah (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor adalah meningkatkan keberhasilan keseluruhan program pembelajaran sekolah dengan membantu guru memecahkan

Hal ini disebabkan karena tidak adanya kemampuan (skill) yang dimiliki tenaga kerja serta produktivitasnya yang dinilai rendah pada sentra industri roti Jalan

Penelitian ini merupakan sebuah perbandingan hasil analisis isi SK dan KD dengan KI dan KD. Rumusan Masalah:1)bagaimanakah Taksonomi Tujuan Pembelajaran dalam SK