• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Manajemen Bisnis PPTKIS berbasis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desain Manajemen Bisnis PPTKIS berbasis"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1 DESAIN MANAJEMEN BISNIS PPTKIS SYARIAH "Mamba‘ul Rizqi"

Studi Manajemen Pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Hong kong menggunakan Desain Manajemen Bisnis Berbasis Syari‘ah.

Oleh: Mochammad Andre Agustianto.

A. PENDAHULUAN

Sejarah Pemberangkatan TKI ke luar negri

Sejarah pengiriman TKI ini bermula pada tahun 1890. Pemerintah Belanda mulai mengirim sejumlah besar buruh kontrak asal Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di perkebunan di Suriname. Tujuannya untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai bentuk pelaksanaan politik penghapusan perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih lapangan kerja yang dikehendaki. Akibat dari pembebasan para budak asal Afrika itu membuat perkebunan di Suriname terlantar dan menjadikan perekonomian Suriname yang bergantung dari hasil perkebunan merosot drastis. Adapun alasan pemerintah Belanda memilih TKI asal Jawa adalah karena faktor rendahnya tingkat perekonomian penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi dan padatnya penduduk di Pulau Jawa.

Periode pertama pemberangkatan TKI oleh Belanda diberangkatkan dari kota Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 diangkut menggunakan Kapal SS Koningin Emma. Pelayaran jarak jauh ini singgah di negeri Belanda dan tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890. Jumlah TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang terdiri 61 pria dewasa, 31 wanita, dan 2 anak-anak. Kegiatan pengiriman TKI ke Suriname yang sudah berjalan sejak 1890 sampai 1939 mencapai 32.986 orang, dengan menggunakan 77 kapal laut. Pada 3 Juli 1947 menjadi tanggal bersejarah bagi lembaga Kementerian Perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No 3/1947 dibentuk lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan nama Kementerian Perburuhan.

Pada masa awal Orde Baru Kementerian Perburuhan diganti dengan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk Kementeriannya sendiri.

(2)

2 oleh mereka yang mengurusi orang naik haji/umroh atau oleh orang Indonesia yang sudah lama tinggal atau menetap di Arab Saudi.

Adapun warga negara Indonesia yang bekerja di Malaysia sebagian besar datang begitu saja ke wilayah Malaysia tanpa membawa surat dokumen apapun, karena memang sejak dahulu telah terjadi lintas batas tradisional antara dua negara tersebut. Hanya pada masa konfrontasi kedua negara di era Orde Lama kegiatan pelintas batas asal Indonesia menurun, namun masih tetap ada.1 Jumlah TKI yang tercatat pertama kali pada 1983, yakni sebanyak 27.671 orang. Mereka bekerja di delapan negara. Jumlah itu membengkak pada 1992 yang mencapai 158.750 orang. Celakanya, dari jumlah TKI di luar negeri itu, mayoritas didominasi perempuan. Setelah 1980.2 Barulah sekitar tahun 1980-an, negara mulai melihat manfaat strategis pengiriman TKI ke luar negeri. Negara menganggap pengiriman TKI ke luar negeri sebagai sebuah jawaban atas absennya Negara dalam menyediakan lapangan kerja. Walaupun pengirinan TKI memiliki manfaat strategis yang cukup besar bagi berbagai persoalan domestik, namun kebijakan pemerintah mengenai TKI hanya bersifat ad hoc.3

B. PROFIL LEMBAGA

B.1. Pengenalan Singkat Tentang Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga Kerja Indonesia atau yang disingkat dengan TKI adalah setiap warga negara indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.4 Secara umum, Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negri ditinjau dari sektor lapangan pekerjaannya terbagi menjadi dua jenis: tenaga kerja formal dan tenaga kerja non formal.

Menurut kepala BNP2TKI, Mohammad Jumhur Hidayat yang disebut dengan TKI formal adalah mereka yang bekerja di luar negeri pada berbagai perusahaan atau organisasi yang berbadan hukum, memiliki kontrak kerja yang kuat, dilindungi secara hukum di negara penempatan, sehingga relatif tidak mendapatkan permasalahan selama bekerja di luar negeri.5 Sebagai contoh adalah mereka yang bekerja pada perusahaan-perusahaan asing. Sedangkan pengertian dari TKI informal yakni, suatu pekerjaan yang sangat mudah dimasuki, sejak skala tanpa melamar, tanpa ijin, tanpa kontrak, tanpa formalitas apapun, menggunakan sumberdaya lokal, baik sebagai buruh ataupun usaha

1

BNP2TKI, Sejarah Penempatan TKI, http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI, diakses pada tanggal 20 November 2014.

2

Mohamad Taufik, Tenaga Kerja Indonesia, http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html, diakses pada tanggal 20 November 2014.

3

Firman Hamdani, TKI Sejarah dan Masa Kini, http://gema-nurani.com/2011/12/tki-sejarah-dan-masa-kini/, diakses pada tanggal 20 November 2014.

4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negri.

5

(3)

3 milik sendiri yang dikelola dan dikerjakan sendiri, ukuran mikro, teknologi seadanya, hingga yang padat karya, teknologi adaptatip, dengan modal lumayan dan bangunan secukupnya. Mereka tidak terorganisir, dan tak terlindungi hukum.6 Untuk TKI informal ini sendiri, sasaran lokasi pekerjaannya bervariasi, mulai dari sopir, tukang kebun hingga penata laksana rumah tangga (PLRT). Selanjutnya Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagi pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.7

B.2. Latar Belakang Perusahaan

Keputusan untuk pergi meniggalkan tanah air tercinta menuju suatu tempat di belahan dunia lain untuk mencari penghidupan yang layak, sebenarnya bukanlah merupakan dambaan setiap orang. Artinya, manakala memungkinkan untuk mencari penghidupan di daerah sendiri, tentu seberapapun besaran pendapatan yang diterima jika bekerja di negara orang lain, secara naluri orang akan lebih condong untuk memilih bekerja sekaligus tinggal bersama-sama keluarga terkasih. Barangkali inilah yang kemudian melahirkan adagium "lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang lain". Namun apa daya, besarnya jumlah masyarakat di Indonesia yang tidak berbanding lurus dengan lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah membuat orang harus memilih. Terlebih bagi mereka yang berstatus sebagai tulang punggung keluarga. Walhasil, semangat nekat pun tidak bisa dicegah, hingga seolah membuat adagium baru sebagai bentuk antitesa adagium pertama, yakni "lebih baik berpisah sejenak dengan keluarga, daripada hidup berkalang cerca karena tak punya apa-apa".

Besarnya animo masyarakat akan keinginannya untuk berjuang mengadu nasib ke luar negeri terbaca oleh sebagian masyarakat lain sebagai celah atau peluang bisnis yang menggiurkan. Peluang itu di dapat dari butuhnya masyarakat yang ingin bekerja di luar negri akan jasa yang bersedia untuk mengurus dan menyiapkan segala hal, antara lain berkas dokumentasi dan lain-lain yang berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang yang ingin mengadu nasib di luar negri. Inilah yang kemudian melatar belakangi berdirinya PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) di Indonesia. PPTKIS ini secara singkat merupakan suatu perusahaan berbadan hukum yang telah memiliki izin tertulis dari pemerintah (Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) untuk

6 Hesty R. Wijaya, Sektor Informal :Katup Pengaman dan Sang Penyelamat yang Terabaikan,

http://fpbn3.blogspot.com/2008/09/sektor-informal-katup-pengaman-dan-sang.html. Diakses tanggal 23 November 2014.

7

(4)

4 menyelenggarakan proses pelayanan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negri.8 Diharapkan dengan adanya PPTKIS ini, pemerintah terbantu dalam proses pelayanan, pemberangkatan, penempatan dan lain lain yang dibutuhkan oleh calon tenaga kerja yang ingin berangkat bekerja ke luar negri.

Jika ditilik dari sejarahnya, opsi bekerja diluar negri adalah peluang posiitif baik bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan, maupun pemerintah yang terbantu dengan masalah penyediaan lapangan pekerjaan. Namun demikian yang terjadi belakangan justru sebaliknya, TKI santer di beritakan oleh berbagai media seolah menjadi sumber masalah bagi Indonesia, seperti masalah tidak terbayarnya gaji, penyiksaan, pemerkosaan, hingga pembunuhan. Banyaknya pekerja-pekerja Indonesia yang tersangkut masalah ketika bekerja di luar negri menjadi pekerjaan rumah baru bagi pemerintah. Yang mana setelah diselidiki, ternyata sebagaian permasalahan yang muncul, menjerat mereka TKI kita di luar negri yang tidak memiliki kecakapan dan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah diperjanjikan di awal (TKI Ilegal). Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar bagi pemerintah yang telah mempercayakan hal ini kepada PPTKIS selaku perusahaan yang melakukan rekrutmen dan seleksi bagi calon pekerja. Belum lagi munculnya banyak PPTKIS-PPTKIS abal-abal alias tidak memiliki izin resmi pemerintah yang menjadikan semakin bertambahnya status TKI-TKI ilegal di luar negri sana.

Munculnya permasalahan yang disebabkan kurangnya kompetensi dari pekerja tentu merupakan raport hitam bagi PPTKIS yang dalam pola rekrutmennya dipersyaratkan secara ketat oleh pemerintah melalui regulasi-regulasinya baik UU ketenaga kerjaan maupun Peraturan Mentri yang telah di tetapkan. Inilah yang kemudian menjadi latar belakang bagi kami PPTKIS "Mamba’ul Rizqi" yang ingin turut berpartisipasi dalam membantu program pemerintah membantu program pengentasan pengangguran dengan menjadi mitra pelayanan pemberangkatan tenaga kerja swasta dengan konsep baru. Tidak hanya sekedar ikut meramaikan pasar jasa yang sudah ada, namun sesuai dengan tajuk kebaruannya, PPTKIS ini selain menyediakan jasa pemberangkatan TKI dengan manajemen yang professional, juga melandaskan program kerjanya dengan prinsip-prinsip kesyariahan Islam, sehingga kerja sama yang tercipta antara pihak penyedia jasa dan calon tenaga kerja bersifat semi-bisnis,9 tidak 100% berorientasi profit yang rawan menjerumus ke arah human trafficking.

8

Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/V/2009.

(5)

5 Salah satu hal yang melatar belakangi lahirnya semangat ini adalah oleh karena melihat fakta yang ada bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia adalah beragama Islam. Di harapkan, dengan melalui pelayanan jasa PPTKIS berbasis syariah ini, CTKI yang dibina dan dilatih disini, tidak hanya hanya ahli dan berkompeten pada bidang kerja yang akan dilakoninya saja, namun juga memiliki bekal yang cukup mengenai pengetahuan agama. Sehingga ketika nantinya berada di penempatan kerja, identitas keislaman yang ada pada dirinya sanggup membetengi diri untuk bertindak dan berlaku sebagaimana mestinya akhlak dan kewajiban sebagai seorang muslim.

Terakhir, salah satu program unggulan yang kemudian dijadikan visi misi daripada PPTKIS ini adalah, sebisa mungkin memposisikan CTKI ketika diberangkatkan adalah sebagai calon pengusaha yang sedang ingin mencari modal di negara orang lain, bukan menjadikannya sebagai buruh atau komoditi berbentuk jasa semata. Sehingga nanti ketika sudah saatnya dan atas kehendak pribadi TKI, PPTKIS ini bersedia untuk menjadi rekanan dalam mengelolah hasil keringat menjadi sebuah usaha mandiri yang ketika kontrak kerja berakhir dan telah kembali ke tanah air nanti, membuat TKI tidak perlu lagi menjadi buruh di luar negri untuk kesekian kalinya. Adapun untuk fokus pelayanan jasa penempatan PPTKIS ini adalah hanya untuk TKI yang bekerja di sektor non formal dengan negara tujuan Hongkong dan Makau. Dengan demikian fokus rekrutmen ini adalah hanya untuk wanita yang telah memenuhi syarat sebagaimana yang diatur dalam UU, adapun alasan untuk tidak menerima rekrutmen laki-laki, hal tersebut dikarenakan pemerintah Hongkong dan Makau tidak menyediakan lapangan pekerjaan di sektor non formal untuk kategori laki-laki.

B.3. Nama dan Visi Misi Perusahaan

Perusahaan ini didirikan dengan nama "Mamba‘ul Rizqi", merupakan susunan kata berasal dari bahasa arab yang memiliki arti sumber rezeki. Di harapkan dengan berdirinya perusahaan ini, mampu menjadi sumber rezeki dan sumber penghidupan yang halal dan baik bagi semua orang yang bergabung di perusahaan ini, baik itu karyawan perusahaan maupun calon tenaga kerja yang dikirim ke luar negri.

Perusahaan ini memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi :

Berpartisipasi dalam membantu program pemerintah mengatasi masalah pengangguran, mengembangkan dan memberdayakan SDM serta meningkatkan taraf hidup masyarakat

(6)

6 (I) Memberikan pelayanan penyaluran dan penempatan tenaga kerja Indonesia

yang terbaik, proses cepat, transparan dan sesuai dengan nilai-nilai etika kejujuran.

(II) Menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, mampu bersaing, memiliki etos kerja tinggi, professional,dan berjiwa relijius.

(III) Memberikan peluang terbuka untuk bekerja sama, menjadi patner terpercaya dalam pemberdayaan dan pengelolaan bisnis, tenaga kerja Indonesia purna penempatan.

B.4. Tujuan Perusahaan

Setelah mengetahui latar belakang dan membaca visi dan misi perusahaan, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari pendirian lembaga ini adalah selain membantu program pemerintah dalam pengentasan pengangguran di dalam negeri, juga membantu para calon tenaga kerja Indonesia yang ingin mencari penghidupan di luar negri untuk mendapatkan informasi sebaik mungkin dan menjadi partner kerja yang professional yang patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Disamping itu, program kerja perusahaan ini juga didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang terfokus pada dua aspek, yang pertama pembiayaan, yang kedua aspek pembinaan dan pelatihan kerja calon tenaga kerja Indonesia.

Karena prinsip dasar yang perusahaan yang bergerak dibidang jasa, maka aspek pembiayaan adalah faktor mendasar pada kerja sama ini. Pada PPTKIS lain (yang tidak berbasis syariah), pembiayaan oleh calon TKI kepada PPTKI secara sederhana dilakukan dengan dua cara, ada yang melalui pembiayaan langsung di muka, dan ada yang melalui hutang berjangka. Permasalahan tidak akan terjadi jika calon tenaga kerja membayar biaya akomodasi dengan cara tunai di muka. Akan tetapi, permasalahan akan muncul manakala pembayaran dilakukan dengan konsep hutang berjangka, baik itu yang menggunakan jasa peminjaman uang non-bank, maupun bank-bank tertentu yang telah bekerja sama dengan pemerintah dalam hal pemberangkatan TKI yang dibingkai dengan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sepintas memang seolah tidak terjadi permasalahan apapun, namun jika di tinjau dari sudut pandang syariat, maka maka permasalahan akan terlihat pada aspek ini.

(7)

7 Yang kedua adalah aspek pembinaan dan pelatihan kerja. Hal yang membedakan PPTKIS lain dengan PPTKIS yang berlandaskan pada syariah adalah, jika PPTKIS lain dalam program pembinaan dan pelatihannya hanya terfokus pada hasil keterampilan, kompetensi dan mental calon tenaga kerja saja, maka di PPTKIS berbasis syariah ini bimbingan rohani dan wawasan keagamaan mendapatkan porsi yang seimbang dengan yang lainnya. Hal tersebut mengingat tujuan pemberangkatan PPTKIS ini adalah negara Hong Kong yang notabenenya merupakan negara non-muslim. Konsekwensi dari pengalaman yang sudah-sudah ketika hidup di negara non-muslim adalah harus bersabar terhadap tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan majikan terutama yang berkaitan dengan hal-hal berbau agama. Seperti larangan melakukan ibadah, paksaan memakan makanan dan minuman haram dan lain-lain. Hal ini, jika tidak dibekalkan kepada calon tenaga kerja kita, maka akan membuka peluang bagi mereka untuk meninggalkan perkara-perkara yang pokok dalam agama, sehingga mengabaikan tujuan esensi kenapa manusia dihidupkan sebagai mana Al-Qur‘an surat Adz-Dzariat ayat 56 "..dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku".

B.5. beberapa pihak yang terkait dalam mekanisme P2TKI

Sponsor : Pihak Yang Menjembatani Antara Calon Tenaga Kerja Dengan Pihak Penyalur (PPTKIS). Ada dua macam sponsor, yaitu: sponsor resmi; dan sponsor tidak resmi.

Sponsor Legal: sponsor yang secara struktural terdaftar di PPTKIS yang bersangkutan.

Sponsor Ilagal: sponsor yang tidak terkait secara struktural dengan pihak PPTKIS.

PPTKIS : Adalah sejenis perusahaan berbadan hukum yang telah memiliki izin tertulis dari pemerintah (Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) untuk menyelenggarakan proses pelayanan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negri.

Agensi : Mitra PPTKIS Indonesai yang berada di negara tujuan (HK), yang bertugas sebagai pihak pencari, penyedia sekaligus penyalur tenaga kerja Indonesia kepada para calon majikan.

BNP2TKI : Lembaga non pemerintah yang bertugas melakukan penempatan dan perlindungan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah (G to G) negara pengguna TKI.

(8)

8 keterampilan. Mulai dari keterampilan dalam berbahasa, sampai keterampilan dasar rumah tangga. (bisa dari pemerintah, swasta, perusahaan).

Disnaker : Memiliki peran serupa dengan BLKLN.

B.6. Struktur Kepengurusan Perusahaan

Susunan kepengurusan perusahaan ini dibentuk dengan seramping mungkin, guna terciptanya prosedur pelayanan yang cepat dan tidak berbelit-belit. Bentuk struktur kepengurusan ini terdiri dari delapan posisi utama, terdiri dari direktur utama hingga divisi-divisi. Berikut ini gambaran struktur kepengurusan beserta fungsi dan tugasnya masing-masing.

GAMBARAN STRUKTUR KEPENGURUSAN PERUSAHAAN PPTKIS SYARIAH "Mamba‘ul Rizqi"

No Nama Jabatan Tugas Pokok

1 Direktur Utama  Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.

BENDAHARA

MANAJER PERUSAHAAN DIREKTUR UTAMA

Div.AKOMODASI dan PERLENGKAPAN (div.III) Div. PEMBINAAN MENTAL SPIRITUALITAS DAN

KEAGAMAAN (div. II) Div. PELATIHAN KETRAMPILAN KERJA

dan BAHASA (div.I)

Div. REKRUITMEN CALON TKI (div.IV)

Div. PENGELOLAAN PENDAPATAN TKI (div.V)

(9)

9  Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber

pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

 Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-tertib; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah; menentukan urutan agenda; mengarahkan diskusi ke arah konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.

2 Bendahara  Melakukan pembukuan keuangan.  Pelaporan keuangan berkala.

 Melakukan pembayaran ke pihak-pihak terkait.  Mengelola keuangan secara sesuai syariat Islam. 3 Sekretaris  Penghimpun laporan.

 Mengagendakan pertemuan.

 Mengarsip segala hal yang berkaitan dengan dokumntasi perusahaan.

4 Manajer  Melakukan perencanaan strategi pemasaran dengan memperhatikan trend pasar (target rekrutmen) dan sumber daya perusahaan.

 Melakukan perencanaan analisis peluang pasar.

 Melakukan perencanaan tindakan antisipatif dalam menghadapi penurunan order.

 Menyusun perencanaan arah kebijakan pemasaran  Melakukan identifikasi dan meramalkan peluang pasar.  Merencanakan pengembangan jaringan pemasaran. 5 Divisi I

PELATIHAN

KETRAMPILAN KERJA

dan BAHASA

 Melatih dan membekali CTKI ketrampilan yang dibutuhkan pekerja sesuai dengan SKK PRT.10 (memasak, merawat bayi dan lansia, membereskan rumah dan berbagai keterampilan lainnya)

 Memberikan pengetahuan tentang hal-hal apa saja selama berada di penempatan.

(10)

10 

Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang

situasi, kondisi, adat-istiadat, budaya, agama, dan

resiko bekerja di luar negri.

bekerja bukanlah semata-mata mencari penghidupan dunia, melainkan mencari kebahagiaan dunia sekaligus akhirat secara bersama-sama.

 Memahamkan kepada calon TKI bahwa hakikat bekerja dalam Islam adalah beribadah, yang memiliki kadar nilai sama dengan berjihad di jalan Allah.

 Memberikan pemahaman ulang tentang arti Islam dan ketaatan kepada Allah.

 Memberikan tips hidup beragama di tengah masyarakat non Islami, sekaligus mengajarkan cara-cara beribadah di waktu-waktu padat bekerja.

 Memberikan trik-trik melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi jika dalam keadaan terdesak. 7 Divisi III

AKOMODASI dan

PERLENGKAPAN

 Menyiapkan segala kebutuhan calon tenaga kerja selama dalam masa penampungan

8 Divisi IV

REKRUITMEN CALON

TKI

 Melakukan penyebaran informasi kepada pasar dan calon tenaga kerja tentang jasa layanan PPTKIS berbasis syariah secara mendetil dan transparan.  Bertugas melakukan rekrutmen calon-calon tenaga

kerja Indonesia, baik melalui media, sosialisasi langsung dan lain sebagainya.

 Melakukan seleksi ketat para kandidat calon tenaga kerja Indonesia sesuai dengan ketentuan UU ketenaga kerjaan dan Peraturan Pemerintah.

(11)

11  Mengurusi segala macam administrasi yang dibutuhkan

oleh calon tenaga kerja. 9 Divisi V

PENGELOLAAN

PENDAPATAN TKI

 Bertugas untuk mengelola dana usaha para TKI yang berniat untuk menjadi patner usaha dengan menyalurkannya sesuai dengan bakat dan minat TKI  Melakukan pendampingan kepada TKI yang telah

memulai usaha sehingga mampu untuk berjalan secara mandiri.

C. PPTKIS BERBASIS SYARIAH SEBUAH TAWARAN SOLUSI

Sebelum masuk kedalam pembahasan manajemen PPTKIS berbasis syariah alangkah baiknya terlebih dahulu kita melihat gambaran manajemen konvensional atau manajemen yang selama ini dipakai oleh PPTKIS-PPTKIS lain dalam kegiatan pemrosesan CTKI mulai dari pemberkasan, pembekalan, pemberangkatan, penempatan hingga pemulangan. Hal tersebut perlu guna mengetahui perbedaan yang ada antara konsep yang telah ada dengan tawaran manajemen berbasis syariah ini.

Secara garis besar, ada tiga tahapan utama yang dilalui oleh seseorang saat menjadi tenaga kerja Indonesia. yakni: tahap pra penempatan, tahap penempatan, dan terakhir tahap purna penempatan. Penjelasannya sebagai berikut:11

1. Tahapan PRA PENEMPATAN 1.1.Perekrutan dan Seleksi

Dalam proses perekrutan terlebih dahulu PPTKIS harus memberikan informasi kepada calon TKI sekurang-kurangnya:

1. Tata cara perekrutan 2. Dokumen yang diperlukan 3. Hak dan kewajiban calon TKI

4. Situasi, kondisi dan resiko di negara tujuan 5. Tata cara perlindungan TKI

Beberapa persyaratan yang wajib dimiliki oleh CTKI adalah: 1. Sekurang-kurangnya usia 18 tahun12

2. Sehat jasmani rohani

11 Tahapan ini adalah tahapan resmi atau yang sesuai dengan ketentuan yang harus dilalui oleh seseorang ketika mendaftar sebagai CTKI. Adapun proses yang terjadi pada praktik lapangan berbeda-beda sesuai dengan kebijikan PPTKIS masing-masing.

12

(12)

12 3. Memiliki dokumen yang di perlukan (KIP, Ijasah, Akte,Surat Keterangan Ijin

Keluarga, Surat Keterangan Status Perkawinan, Sertifikat Kompetensi Kerja) 4. Tidak dalam keadaan hamil

5. Berpendidikan sekurang-kurangnya lulus SLTP*

*sesuai judicial review 2006, pendidiakan minimal SD sederajat.

NB: Pada tahap ini CTKI diberikan penyuluhan dan informasi secara lengkap mengenai segala hal yang berkenaan dengan bekerja di luar negri (Hak/Kewajiban, resiko, situasi negara tujuan, dan lain-lain) secara transparan, sehingga CTKI benar-benar mendapatkan gambaran riil : kondisi negara tujuan, dan bisa mengukur kesanggupan dan kemampuan diri dalam memutuskan pilihan.

Setelah semua syarat kelengkapan dokumen terlengkapi langkah selanjutnya adalah seleksi administrasi, dan jika ditnyatakan lulus maka berlanjut :

(a). Penanda tanganan perjanjian penempatan (b). Rekomendasi – Pembuatan Paspor (c). Pengurusan Visa

(d). Uji keterampilan (e). Pendidikan

Materi Pendidikan dan pelatihan kerja meliputi:

1. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja TKI.

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja diluar negri.

3. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan.

4. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon TKI.

1.2. Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi

1.3. Pengurusan Dokumen Lanjutan (Sertifikat kompetensi kerja, Surat keterangan sehat/medical chek up, Paspor)

Setelah melalui proses pelatihan dan pembekalan, akan diadakan seleksi uji kompetensi oleh pihak BLKLN untuk menjaring CTKI yang yang siap diberangkatkan. Adapun proses selanjutnya adalah:

(13)

13 2. Tahapan PENEMPATAN

2.1. Menyimpan data TKI

2.2. Melakukan monitoring atau pemantauan (Nama dan alamat majikan,

Kesehatan TKI, Pembayaran gaji TKI, Segala keluhan dan permasalahan

yang dihadapi TKI)

3. Tahapan PURNA PENEMPATAN

3.1.

Mengurus Administrasi kepulangan TKI

3.2.

Pemutusan hubungan kerja

C.1. Manajemen PPTKIS Konvensional13

Keterangan dari skema diatas sebagai berikut:

1. Hubungan antara calon TKI dan perusahaan jasa atau PPTKIS.

13

Skema ini bukanlah manajemen baku yang diterapkan oleh seluruh PPTKIS yang ada. Adapun penulisan model skema seperti hanyalah sebagai contoh yang akan dikomparasikan dengan konsep manajemen berbasis syariah karya penulis. Terakhir, penulis mendapatkan model skema ini dari hasil wawancara beberapa sumber tentang skema/tahapan menjadi TKI yang memeiliki kesamaan.

Calon TKI

PPTKIS

Calo/sponsor

Pemberkasan dokumen CTKI

INDONESIA

HONG KONG AGEN/

mitra kerja PPTKIS

USER/ Majikan BLKLN/ Disnaker Medical chek up

Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja TKI.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja diluar negri.

Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan.

(14)

14 i. Seseorang yang ingin atau berminat untuk mencari kerja ke luar negri

(Hongkong/ Makau) mendatangi langsung kantor PPTKIS dengan membawa berkas-berkas dokumentasi persyaratan yang dibutuhkan dalam pemrosesan. ii. Atau PPTKIS dalam hal ini melakukan kerja sama dengan pihak lain/ atau

memperkerjakan staf-nya untuk menjadi sponsor/calo, dan bertugas menyebarkan informasi rekrutmen dan peluang kerja ke daerah-daerah terpencil atau target pemasaran. Setelah mendapatkan target (CTKI), berkas-berkas yang dibutuhkan dalam pemrosesan terlebih dahulu diseleksi dan di verifikasi awal oleh sponsor sebeblum selanjutnya diserahkan ke kantor pusat untuk proses lebih lanjut.

iii. Bisa juga seseorang memiliki rekanan dengan pihak PPTKIS, tanpa ada hubungan kerjasama diatas kertas (biasa disebut calo ilegal). Ia mencari target-target yang hendak diajaknya bergabung untuk dipekerjakan ke luar negri. Setelah mendapatkan target dan memproses berkas-berkas yang dibutuhkan, calo ini kemudian melanjutkan berkas-berkas yang diterimanya ke kantor pusat untuk diproses lebih lanjut, dan mendapatkan fee dari PPTKIS atas CTKI tersebut.

iv. Setelah PPTKIS menerima dan telah memverifikasi data-data yang dibutuhkan. Tahapan berikutnya adalah pengurusan dokumen-dokumen baru seperti perjanjian kerja, paspor, visa dan lain sebagainya.

v. Karantina CTKI dimulai. Sampai disini biasanya pemrosesan berlangsung mengalir begitu saja. CTKI hanya diberitahukan bahwa pembiayaan yang dibutuhkan untuk pemberangkatan berkisar antara nominal sekian dan bagaimana alur pembayaran yang dilakukan. Tanpa ada proses merinci atau transparasi alokasi dana tersebut. Termasuk berapa lama dia akan tinggal di penampungan dan berapa lama dia mendapatkan pelatihan. Seringkali harga yang harus mereka bayar dipatok sebesar dua puluh juta rupiah.

vi. Mengantarkan CTKI ke BLKLN (Balai Latihan Kerja Luar Negri), atau DISNAKER, atau dilakukan pembinaan sendiri oleh PPTKIS bersangkutan, dengan materi sebagaimana yang telah disebutkan.

vii. Berikutnya, setelah peserta pelatihan kerja dan keterampilan dinyatakan lulus melewati berbagai materi yang diwajibkan, CTKI berhak mendapatkan sertifikat kompetensi. Dan sertifikat inilah yang nanti diperlukan untuk proses selanjutnya.

(15)

15 2. Hubungan PPTKIS dengan mitra kerja (Agent)

ix. Sebelum CTKI diberangkatn, untuk menentukan user. Terlebih dahulu pihak user dibantu oleh mitra kerja PPTKIS atau yang disebut agen, berkerja sama dengan PPTKIS untuk memediasi antara calon user dengan CTKI via teleconference (interview user). Tujuannya adalah agar tidak terjadi penyesalan oleh user dikemudian hari. Baru ketika dinyatakan cocok. CTKI diberangkatkan. (pada tahapan ini, bisa dikatakan kerja sama antara TKI dan PPTKIS selesai untuk sementara waktu dan dilanjutkan oleh kerjasama antara TKI dan agen)

x. Setelah tiba di negara tujuan, TKI disambut oleh agen setempat. Di tampung sementara wakt untuk dilakukan proses pemberkasan seperti lapor diri ke KJRI dan medical chek up oleh departemen kesehatan setempat.

xi. Baru kemudian setelah dinyatakan tidak ada masalah, sang user membawa pulang TKI untuk dipekerjakan sebagaimana kontrak tertulis.

xii. Proses selanjutnya yang terjadi adalah hanya proses pembayaran biaya pemberangkatan TKI. Dengan cara potongan gaji/ penyerahan gaji sendiri oleh TKI ke agen dan PPTKIS (jika pembiayaan dilakukan dengan cara hutang berjangka, namun kebanyakan bahkan hampir seluruhnya menggunakan model pembiayaan seperti ini).

xiii. Adapun untuk monitoring, menurut beberapa palaku (TKI) kurang atau bahkan tidak bekerja sama sekali, seringkali ketika menemui permasalahan mereka cenderung untuk melaporkannya kepada pihak berwenang (polisi setempat)

xiv. Setelah masa kerja usai, user memberikan tiket pulang kepada TKI dan dibantu oleh agen melakukan proses pemulangan.

xv. Setibanya di bandara Indonesia, TKI dipersilahkan pulang ke daerahnya masing-masing, dan diwajibkan untuk melaporkan diri kepada PPTKIS atas usainya masa kerja.

xvi. Ikatan kerjasama berakhir.

3. Rincian pembayaran14

No Jenis Pengeluaran Jumlah

1 Paspor Rp. 2.55.000,-

14

(16)

16 2 Cek kesehatan

Rp. 700.000,- 3 Visa kerja (ditanggung majikan) Rp. 5.500.000,-

4 Akomodasi, konsumsi, pelatihan Rp. 3.000.000,-

5 Perlatan dan bahan praktek Rp. 150.000,-

6 Uji kompetensi Rp. 400.000,-

7 Asuransi perlindungan Rp. 400.000,-

8 Bea pemeriksaan psikologi Rp. 0,-

9 Tiket penerbangan Ina-Hk (ditanggung majikan)

-

10 Airport tax -

11 Jasa agency (10% dari gaji TKI) Rp. 411.400,-

12 Jasa perusahaan (maksimum 1 bulan gaji TKI di negara penempatan)

Rp. 4.114.000,-

Total keseluruhan Rp. 14.530.400,- setara dengan HKD 13.209,- 15

4. Pembayaran ada yang melalui proses KUR dan ada yang non KUR. 4.1.Contoh pembiayaan Non KUR:

15

(17)

17 Biaya diatas telah dibayar sebesar Rp. 0,- (HKD 0) dan kekurangannya meminjam kepada (PEMBERI PINJAMAN), adapun jumlah pinjaman beserta bunganya adalah sebesar Rp. 16.784.300,- (HKD 15.258,-), dengan perincian sebagai berikut:

1. Pinjaman Rp. 14.530.400,-

2. Bunga Rp. 1.303.500,-

3. Biaya administrasi dan jasa pembayaran cicilan Rp. 950.400,- +

TOTAL Rp. 16.784.300,-

Model cara pembayaran mereka: Bulan

Ke-

Gaji Diterima Potongan Bea Adm PPTKIS

Potongan Bea Adm Agen

Pokok+Bunga Hasil yang di terima

1 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

2 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

3 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

4 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

5 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

6 3.740 HKD 56 HKD 90 HKD 2.399 HKD 1.197 HKD

7 3.740 HKD - - - 3.740 HKD

8 3.740 HKD - - - 3.740 HKD

9 3.740 HKD - - - 3.740 HKD

(18)

18 4.2.Tabel pembiayaan dengan KUR (cicilan sebanyak 12 bulan)

C.2. Analisa Manajemen Konvensional

Jika menganalisa model manajemen bisnis jasa penyaluran tenaga kerja diatas, sekilas memang tidak terdapat masalah yang berarti. Hampir bisa dikatakan apa yang diterapkan dalam pola manajemen mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah regulasikan oleh pemerintah RI dalam UU Ketenagakerjaan dan melalui Peraturan Pemerintah. Namun demikian, bukan berarti kesesuaian manajemen dengan regulasi tersebut menghindarkan TKI dari permasalahan-permasalahan yang ada. Salah satu buktinya adalah masih tingginya tingkat kasus yang terjadi menimpa TKI diluar negri. Terlebih jika kita tinjau manajemen tersebut dari segi kesyariahan sebuah pola transaksi. Maka akan kita lihat, disana terdapat tahapan yang secara syariat diharamkan untuk dilakukan oleh seorang muslim, yakni terkait masalah pembiayaan yang bernuansa ribawi.

Untuk ringkasnya permasalahan-permasalahan dari manajemen diatas dirangkum dalam beberapa poin sebagai berikut:

(19)

19 ini seringkali membuat PPTKIS mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada CTKI, salah satunya adalah dengan mengaburkan informasi yang seharusnya diterima oleh CTKI mengenai negara tujuan seperti memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, dan resiko bekerja diluar negri. Hal itu ditakutkan jika sang CTKI terlalu banyak pertimbangan maka berpotensi kehilangan target.

2. Lebih parah lagi jika mekanisme rekrutmen yang dilaluii oleh CTKI adalah melalui perantara calo illegal. Modusnya adalah seseorang yang tidak ada hubungan kerja secara resmi dengan PPTKIS terkait, berlaku seolah sebagai pegawai resmi PPTKIS dengan menjaring target di desa-desa atau kawasan potensial untuk merekrut CTKI dengan janji-janji dan iming-iming yang sering kali bertentangan dengan kondisi lapangan sebenarnya. Parahnya lagi, sering didapati CTKI yang direkrut adalah mereka yang tidak memenuhi persyaratan yang diregulasi oleh pemerintah, seperti umur atau standar minimal pendidikan misalnya. Namun oleh calo illegal ini, syarat-syarat tersebut dipenuhinya dengan apapun caranya demi mengejar fee yang akan di dapatnya dengan menyetor tiap kepala. Inilah yang seringkali menjadi awal permasalahan-permasalah yang timbul dikemudian hari. Bisa dimaklumi jika model kerjasama seperti ini (antara calo dengan PPTKIS) adalah untuk menghemat biaya operasional PPTKIS dengan menggunakan setor-fee16, berbeda ketika PPTKIS secara resmi menurunkan staf marketingnya untuk mencari target. Akan tetapi seringkali justru dari sinilah bibit permasalahan itu terjadi. Yang terjadi kerap sang calo akan secara membabi-buta merekrut target bagaimanapun caranya demi mengejar fee. 3. Pelatihan yang hanya terfokus pada ketrampilan dan skil hanya membekali TKI

dalam kebutuhan lahir, sedangkan dalam bekerja bekal batin tidak kalah pentingnya dengan bekal batin. Sehingga banyak didapati ketika TKI yang mudah depresi dan cenderung melakukan hal-hal yang tidak terpuji ketika sedang mendapatkan permasalahan dalam kerja.

4. Model pembiayaan yang menggunakan sistem bunga tidak menjadi masalah jika dilakukan oleh mereka yang notabenenya non-muslim, namun akan menjadi masalah besar jika hal itu dilakukan oleh CTKI yang berstatus muslim. Karena bertransaksi dengan sistim riba adalah termasuk bagian dosa besar dalam Islam. 5. Ketiadaan transparasi pembiayaan yang ditanggung oleh TKI. Seringkali mereka

hanya dibebankan dengan biaya sekitar Rp. 20.000.000,-. Dibayar dengan potong gaji 6-8 bulan. Padahal rincian yang sebenarnya dalam kontrak perjanjian, tidak

16

(20)

20 sampai sejumlah itu. terlebih pemerintah telah meregulasi batas maksimal pembiayaan TKI ke Hongkong sesuai Kepmenketrans No.98 tahun 2012 tanggal 24 Mei 2012 hanya sebesar Rp. 14.780.400,-.

6. Keterbatasan layanan informasi yang disediakan, dan ketiadaan inisiatif dari pihak PPTKIS menghadapi CTKI yang pasif dalam mencari informasi.

7. Tidak adanya monitoring yang serius dari pihak PPTKIS ketika TKI sudah berada di negara tujuan. Mengesankan seolah ketika TKI telah diberangkatkan ke negara tujuan, maka sedari itu juga tanggung jawab PPTKIS sudah selesai.

8. Lanjutan dari poin delapan, sekembalinya TKI dari negara penempatan seusai berakhirnya masa kontrak tidak difasilitasi dengan penjemputan dibandara oleh PPTKIS. Ketiadaan perlindungan semacam ini membuka peluang bagi oknum-oknum bandara atau pihak lain untuk memanfaatkan bahkan memeras harta benda TKI ketika di bandara hingga proses menuju kediamannya.

C.3. Manajemen Bisnis PPTKIS Berbasis Syariah

Di dalam ajaran Islam, bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga tidaklah sekedar aktifitas yang memiliki nilai duniawi semata, namun juga termasuk aktifitas yang dipandang memiliki sisi ukhrawi. Sebagaimana dapat kita jumpai ayat-ayat dalam al-Qur‘an yang menyuruh kepada manusia untuk mencari rizki di bumi Allah untuk kesejahteraan hidup dunia, salah satunya seperti yang berbunyi

اوغتباف دنع َّا ق لا

"Maka carilah rizki disisi Allah.." (QS. Al-Ankabut [29]: 17)

Rasulullah Saw. sebagai tauladan hidup manusia juga merupakan sosok mulia yang mencontohkan dalam hidupnya memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara bekerja. Sebagaimana nabi-nabi pendahulunya juga mencari rizki dengan bekerja. Oleh karena itu Rasulullah sangat mengapresiasi seseorang yang giat dan tekun dalam bekerja. Bahkan mengatakan bilamana pekerjaan tersebut dilakukan dengan niat yang benar maka Allah Swt. akan menilainya sebagai bagian dari amal ibadah yang layak mendapatkan pahala. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah riwayat.

(21)

21 bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan setan.” (HR Thabrani).

Dari uraian singkat ini bisa diambil hikmah jika bekerja merupakan suatu kegiatan bernilai ibadah, maka di dalam proses bekerja harus dilakukan dengan etika yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman pula. Jika seseorang melangkah mencari nafkah dan menyandarkannya pada tujuan duniawi saja, dengan menabrak nilai-nilai dan rambu-rambu syariat, tentulah yang demikian tersebut merupakan orang-orang yang merugi. Konsep dasar inilah yang melatar belakangi dibentuknya manajemen PPTKIS berbasis syariah. Manajemen ini dibentuk bertujuan untuk membantu masyarakat yang ingin bekerja di luar negri dengan melalui proses yang syar‘i, sehingga kedepan, segala aktifitas kerja yang dijalankan dinilai ibadah oleh Allah Swt. dan juga hasil yang didapatkannya pun halal dan mendapat keberkahan.

(22)

22

bahwa tujuan bekerja bukanlah semata-mata mencari penghidupan dunia, melainkan mencari kebahagiaan dunia sekaligus akhirat secara bersama-sama.

Memahamkan kepada calon TKI bahwa hakikat bekerja dalam Islam adalah beribadah, yang memiliki kadar nilai sama dengan berjihad di jalan Allah.

Memberikan pemahaman ulang tentang arti Islam dan ketaatan kepada Allah Swt.

Memberikan tips hidup beragama di tengah masyarakat non Islami, sekaligus mengajarkan cara-cara beribadah di waktu-waktu padat bekerja.

Memberikan trik-trik melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi jika dalam keadaan terdesak.

Pelatihan Ketrampilan Kerja

Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja TKI.. Membekali kemampuan berkomunikasi

dalam bahasa negara tujuan.

(23)

23 Keterangan dari skema diatas sebagai berikut:

1. Hubungan antara calon TKI dan perusahaan jasa atau PPTKIS.

a. Seseorang yang ingin atau berminat untuk mencari kerja ke luar negri (Hongkong/ Makau) mendatangi langsung kantor PPTKIS Syariah dengan

TKI

HongKong

User Majikan

Lapor Diri KJRI HongKong Medical Chek Up

Mitra Kerja PPTKIS Agen

PPTKIS dan Agen sama memonitoring

-bersama

hak dan kewajiban TKI selama bekerja

Kontrak Kerja Selesai

Diantar dan Dikawal Hingga selamat sampai

tujuan Disambut Perwakilan PPTKIS Dipulangkan ke

Indonesia

(24)

24 membawa berkas-berkas dokumentasi persyaratan yang dibutuhkan dalam pemrosesan.

b. Atau bisa mendatangi sponsor resmi yang dibuktikan dengan tanda pengenal resmi dari PPTKIS. yang sedang mengemban tugas menyebarkan informasi rekrutmen dan peluang kerja ke daerah-daerah terpencil atau target pemasaran. Setelah mendapatkan target (CTKI), berkas-berkas yang dibutuhkan dalam pemrosesan terlebih dahulu diseleksi dan di verifikasi awal oleh sponsor sebeblum selanjutnya diserahkan ke kantor pusat untuk proses lebih lanjut.

c. Setelah PPTKIS menerima dan telah memverifikasi data-data yang dibutuhkan. Sebelum benar-benar dipastikan layak untuk menjadi CTKI terlebih dahulu dilakukan fit & proper test. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh niat, kesungguhan dan persiapan pendaftar untuk bekerja diluar negri, hal ini diperlukan untuk menghindari depresi dan gangguan psikologi lainnya selama masa penempatan karena perbedaan antara harapan dan bayangan indah bekerja diluar negri dengan kenyataan sesungguhnya yang dihadapi.

d. Tahapan berikutnya adalah pengurusan dokumen-dokumen baru seperti perjanjian kerja, paspor, visa dan lain sebagainya. Sebelum dilakukan penandatangan dokumen kesepakatan apapun CTKI berhak untuk bertanya secara detil, atau sebaliknya PPTKIS harus berinisiatif untuk menjelaskan segala hal penting yang harus diketahui CTKI termasuk diantaranya berkaitan dengan hak dan kewajiban TKI.

e. Karantina CTKI dimulai. Sebelum CTKI menjalani tahapan ini, akan dijelaskan sebelumnya mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku. Termasuk berapa lamanya dia akan di bina, apa saja fasilitas yang disediakan selama menempati penampungan, hingga transparasi dana yang harus dibebankan kepada CTKI selama masa karantina, sehingga CTKI tahu betul besaran jumlah biaya yang harus dibayarnya nanti.

f. Selama berada dalam penampungan, CTKI wajib menjaga kesopanan, wajib melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, dan berpakaian sopan, rap[I dan menutup aurat.

(25)

25 h. Berikutnya, setelah peserta pelatihan kerja dan keterampilan dinyatakan lulus melewati berbagai materi yang diwajibkan, CTKI berhak mendapatkan sertifikat kompetensi. Dan sertifikat inilah yang nanti diperlukan untuk proses selanjutnya.

i. Tahapan setelahnya yaitu tes kesehatan atau medical chek up. Yang diakhiri dengan pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) yang dilanjutkan dengan pemberangkatan CTKI.

2. Hubungan PPTKIS dengan mitra kerja (Agent)

j. Sebelum CTKI diberangkatn, untuk menentukan user. Terlebih dahulu pihak user dibantu oleh mitra kerja PPTKIS atau yang disebut agen, berkerja sama dengan PPTKIS untuk memediasi antara calon user dengan CTKI via teleconference (interview user). Tujuannya adalah agar tidak terjadi penyesalan oleh user-TKI dikemudian hari (negosiasi mengenai hak dan kewajiban). Baru ketika dinyatakan cocok. CTKI diberangkatkan. Pada tahapan ini, kerja sama antara TKI dan PPTKIS masih terus berlanjut berbentuk monitoring dan pelayanan keluhan.

k. Setelah tiba di negara tujuan, TKI disambut oleh agen setempat. Di tampung sementara wakt untuk dilakukan proses pemberkasan seperti lapor diri ke KJRI dan medical chek up oleh departemen kesehatan setempat.

l. Baru kemudian setelah dinyatakan tidak ada masalah, sang user membawa pulang TKI untuk dipekerjakan sebagaimana kontrak tertulis.

m. Proses selanjutnya yang terjadi adalah hanya proses pembayaran biaya pemberangkatan TKI. Dengan cara potongan gaji/ penyerahan gaji sendiri oleh TKI ke agen dan PPTKIS. Pembiayaan dilakukan dengan cara tunai di awal transaksi atau menggunakan sistem pinjaman berjangka, namun kdengan menggunakan akad syariah.

n. Adapun untuk monitoring, akan selalu diadakan evaluasi pada tiap bulannya. Untuk memastikan hak kedua belah pihak (user dan TKI) terpenuhi. Disini TKI diwajibkan melaporkan keadaannya setiap 2 minggu sekali, jika terjadi keterlambatan maka akan dilakukan peneguran. Hal ini mengantisipasi kaburnya TKI, atau tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan user. o. Setelah masa kerja usai, user memberikan tiket pulang kepada TKI dan

dibantu oleh agen melakukan proses pemulangan.

(26)

26 sampai di depan pintu rumahnya tanpa dipungut biaya apapun. (biaya sudah terbayarkan diawal transaksi).

(27)

27

Konsep Pelatihan dan Pembinaan Kerja Serta Bimbingan mental Spiritualitas TKI

Kondisi TKI

2. Menanamkan etika bekerja dan berinteraksi dengan non muslim 3. Mengajarkan tata cara beribadah dalam kondisi terdesak

4. Mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari

5. Menjadikan Allah satu-satunya tempat berkeluh kesah ketika tertimpa musibah.

II

.

Pembekalan, Pengetahuan, Ketrampilan Kerja

I.

Pembekalan Mental Spiritual

1. Membekali, menempatkan dan mengembangkan kompetensi kerja TKI. 2. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan.

3. Mengajarkan hal-hal prinsipil dalam bekerja yang menjadi standar di negara penempatan kerja.

4. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja diluar negri.

(28)

28 3. Teknik Pembiayaan

Berbeda dengan PPTKIS konvensional, teknik pembiayaan yang dilayani pada PPTKIS syariah ini hanya menggunakan dua cara: tunai dan kredit berjangka. Adapun tunai sebagaimana yang dimaklumi, bahwa pembayaran dilakukan ketika terjadi kesepakatan pihak CTKI dengan PPTKIS. sedangkan untuk kredit berjangka, maka PPTKIS syariah hanya mau bekerja sama dengan bank-bank yang menerapkan sistem syariah atau juga melalui pembiayaan BMT.

3.1.Contoh Pembiayaan Kredit Berjangka Pada Perbankan Syariah.

Dengan menggunakan asumsi rincian beban pembiayaan yang sama, kita berikan contoh pembayaran yang melalui pembiayaan syariah di Bank BNI Syariah menggunakan akad ijarah multi jasa. Secara singkat yang dimaksud akad ijarah multijasa adalah akad pengambil alihan pembiayaan dari penyedia jasa kepada pihak perbankan. Sebagai contoh sederhananya:

Si A ingin mencuci motornya kepada si B yang membuka layanan jasa cuci motor. Harga jasa cuci motor tersebut adalah Rp. 10.000,-. Karena pada saat itu juga si A tidak memiliki uang, maka si A pergi mendatangi bank dan melakukan akad ijarah multijasa. Dari sini kemudian pihak bank mendatangi si B (penyedia jasa cuci motor), dan dia membayar jasa pencucian motor tersebut sebesar Rp. 10.000,-. Selanjutnya, pihak bank menjual jasa pencucian motor yang telah dibelinya dari si B tersebut kepada si A seharga Rp.12.000,-, dengan cara kredit.

Model akad seperti ini dibolehkan dalam Islam, bahkan DSN-MUI telah mengeluarkan fatwa akan legalitas pola transaksi ini sebagaimana yang terdapat pada Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/ VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa. Adapun besaran fee atau ujroh yang di dapatkan oleh bank pada transaksi ini bervariasi. Dan untuk bank BNI syariah sendiri menetapkan uroh berkisa 8% dari besaran jasa yang dibeli oleh pihak bank.

Untuk praktik pembayaran melalui BNI Syariah akad multijasa sebagai berikut, dengan rincian beban pimbiayaan sebesar Rp. 14.530.000,-. Maka pihak bank akan membebankan sekian persen pembiayaan awal kepada TKI dibayar tunai (Rp. 2 906.000,-), selanjutnya sisa dari pembiayaan tersebut akan dibeli terlebih dahulu oleh bank sebesar Rp. 11.624.000,-. Yang nanti harus di bayar secara cicilan oleh TKI selama 12 bulan sejumlah Rp.1.038.217,- lebih jelasnya sebagaimana pada table berikut:17

17

(29)

29 C.4. Detil Letak kesyariahan Konsep Manajemen PPTKIS Syariah

Dibagian ini akan diulas secara detil mengenai beberapa hal yang sebenarnya telah sedikit disinggung dalam beberapa pembahasan mengenai letak konsep kesyariahan dari pptkis ini yang sekaligus sebagai pembeda dengan PPTKIS konvensional.

1. Pola Rekrutmen: ketika ada seseorang mendatangi PPTKIS Syariah dan menyatakan niatnya untuk mendaftar, maka sebelum proses pemberkasan dan lain sebagainya. Pihak PPTKIS syariah berhak untuk mengetahui keseriusan dan sejauh mana niat pendaftar untuk bekerja diluar negri. Adapun tujuan dari upaya ini adalah:

a. Meminimalisir terjadinya kasus depresi atau gangguan mental sejenisnya yang menimpa TKI ketika merasakan bahwa pekerjaan yang dijalaninya bertolak belakang dengan yang dibenaknya ketika pertama kali mengetahui informasi tentang peluang bekerja diluar negri.

b. Mengantisipasi masuknya CTKI yang merupakan korban janji-janji manis pihak tidak bertanggung jawab.

c. Mengukur keseriusan dan kesungguhan CTKI, mengingat bekerja diluar negri tidaklah semudah bekerja di negri sendiri.

2. Seleksi Berkas: diantara salah satu syarat pemberkasan adalah adanya izin keluarga semisal ayah jika pendaftar belum menikah, dan izin suami ketika pendaftar telah menikah. Dalam ajaran Islam, ridha orang tua atau ridha suami yang dituangkan dalam bentuk izin adalah sangat diperlukan bagi seorang perempuan yang hendak bekerja. Hal ini dikarenakan, pemenuhan nafkah atas mereka adalah kewajiban bagi wali ataupun suami.18 Oleh karena

(30)

30 itu, dalam pernyataan izin wali atau suami harus disertai dengan kehadiran wali atau suami pendaftar, hal ini mengantisipasi pemalsuan izin yang berkonsekwensi melanggar kesyariahan dan berujung ketidak halalan rezeki yang di terimanya nanti. Disamping itu, perlunya kehadiran wali atau suami dalam hal ini adalah untuk mengetahui kenapa pendaftar di izinkan, apakah memang terdapat kondisi mendesak yang mengharuskan pendaftar di izinkan untuk bekerja diluar negri, atau justru merupakan paksaan orang tua dan lain sebagainya yang pada intinya proses ini sangat diperlukan untuk menjaga kesyariahan sistem manajemen ini.

3. Proses Pelatihan: sebagaimana yang telah disinggung di banyak poin bahwa pelatihan yang ditujukan tidak hanya terfokus pada aspek peningkata kompetensi dan keahlian CTKI. Lebih dari itu CTKI juga diberikan porsi yang seimbang tentang pengetahuan dan pengamalan agama pokok ajaran Islam.

4. Mekanisme Kerjasama: secara hakikat, hubungan yang terjalin antara PPTKIS dengan CTKI adalah hubungan kerjasama antara penyedia jasa dengan pengguna jasa, bukan hubungan antara pegawai dengan pimpinan. Oleh karena dalam mekanismenya, kedudukan mereka berdua adalah seimbang, bahkan bisa dikatakan CTKI memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari penyedia jasa. Oleh sebab itulah sudah selayaknya bagi PPTKIS untuk memperlakukan CTKI dengan sebaik mungkin. Selain itu, mengenai hubungan kerjasama yang dilandaskan pada akad-akad syariah sebagai berikut:

a. Antara PPTKIS dengan CTKI, ditransaksikan dengan menggunakan akad Ijarah amal (akad sewa jasa), dan segala ketentuan-ketuan yang berlaku dalam ijarah amal sebagaimana yang termaktub dalam literatur-literatur fikih, diberlakukan dalam jalinan kerjasama ini. PPTKIS bertindak sebagai mujir al-amal (penyedia jasa) dan CTKI berlaku sebaga mustajir penyewa jasa, dengan maqud alaih (obyek transaksi) berupa pelayanan jasa pemrosesan dari mulai pemberkasan, pemberangkatan, penempatan, perlindungan hingga pemulangan.

b. Antara TKI dengan User, menggunakan akad ijarah sebagaimana antara PPTKIS dengan CTKI. Dalam hal ini TKI bertindak sebagai mujir amal (penyedia jasa) sedangkan user bertindak sebagai mustajir (pembeli jasa) dengan maqud alaih (obyek transaksi) berupa layanan PLRT.

c. Antara PPTKIS dengan agen luar negri, ditransaksikan dengan akad simsarah (percaloan). Secara definitif pengertian akad simsarah adalah orang yang menjadi perantara antara pihak penjual dan pembeli guna melancarkan transaksi jual beli.19 Penggunaan akad tersebut cocok, mengingat fungsi daripada agen sendiri adalah mencarikan calon user yang hendak membutuhkan pelayanan jasa dari TKI.

Penjelasan sederhana tentang mekanisme akad ini:

Penjual jasa (TKI) pencari/pembeli jasa (user) calo (agen), namun dalam transaksi ini, posisi TKI sebagai penjual jasa diwakili oleh PPTKIS.

5. Model atau pola pembiayaan: berbeda dengan PPTKIS pada umumnya, PPTKIS syariah hanya mau menerima pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran yang sesuai nafkah istri, hadis Rasulullah Saw, “ .. Maka bertaqwalah kalian dalam urusan wanita. Karena sesungguhnya kamu mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan kalian minta kehalalan kemaluannya dengan mematuhi peraturan-peraturan Allah. Setelah itu, kamu punya hak atas mereka, yaitu supaya mereka tidak membolehkan orang lain yang kalian tidak menyukainya menduduki tikarmu. Jika mereka melanggar, pukullah mereka dengan cara yang tidak membahayakan. Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami) …’’ (HR. Muslim).

(31)

31 dengan ketentuan-ketentuan syariat, baik itu melalui perbankan syariah maupun melalui LKS lainnya. Oleh sebab itu, guna mempermudah proses pembiayaan PPTKIS ini berusaha untuk menjalin relasi dengan pihak-pihak perbankan dan LKS, agar CTKI bisa dengan mudah mengajukan produk pembiayaan berkonsep syariah, salah satunya Ijarah multijasa, sebagaimana yang telah di paparkan diatas.

6. Monitoring berkala dengan memberlakukan sistem absen dan denda bagi mereka yang enggak melaporkan dirinya secara berkala kepada petugas agen. Adapun tujuan kewajiban ini adalah sebagai tindakan preventif sekaligus monitoring dua arah yang dilakukan oleh TKI dengan agen, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, juga mengawasi akhlak perilaku TKI yang bersangkutan.

7. Penjemputan di bandara dan proses pengawalan, perlindungan dan pengantaran hingga sampai di depan rumah masing-masing, guna menghindar perbuatan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kemudian baru dilanjutkan dengan pemutusan kerjasama (kontrak) dengan mengucapkan terima kasih telah mempercayakan amanah ini kepada PPTKIS syariah.

C.5. Tabel perbandingan PPTKIS Konvensional dan PPTKIS berbasi syariah

NO PPTKIS Konvensional Sudut

pandang

3 Apapun prosesnya yang terpenting uang pinjaman kembali dan mendapatkan keuntungan

Pembiayaan Menggunakan pembiayaan berbasis syariah

4 TKI adalah komoditi bisnis Hubungan kerjasama

TKI adalah mitra kerja yang terjalin dengan ikatan antara penyedia jasa dan peminat jasa

5 Sepanjang pembayaran telah di dapat maka kerja sama berakhir

Prosedur Sangat memperhatikan dan mempertimbangkan keselamatan, kenyamanan dan kepuasan TKI sebagai mitra kerja sama 6 Siapapun boleh mendaftar dan

dijanjikan untuk diberangkatkan

Pola rekrutmen

Hanya memproses lanjut mereka yang lulus dalam fit & proper test (yang memiliki niat dan keseriusan tinggi, bukan yang hanya

(32)

32 Menggunakan model pembiayaan

konvensional.

Model transaksi

Menggunakan akad-akad syariah

D. PENUTUP

Demikian makalah desain konsep manajemen bisnis penyedia jasa PPTKIS berbasis syariah ini dibuat. Masih terdapat banyak kekurangan disana-sini yang membutuhkan penyempurnaan guna menciptakan suatu desain manajemen yang benar-benar bisa membantu dalam pemrosesan tenaga kerja Indonesia dalam bekerja ke luar negri dengan menggunakan manajemen yang sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam.

(33)

33 E. Daftar Pustaka

1. Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, jilid 6, Kairo: Maktabah al-Shafa, 1996.

2. Wahyuni, Dinar, Upaya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Wanita Pekerja Rumah Tangga, dalam jurnal: Tenaga Kerja Indonesia; Antara Kesempatan Kerja, Kualitas Dan Perlindungan, (Jakarta: P3DI 20122),

3. Firman Hamdani, TKI Sejarah dan Masa Kini, http://gema-nurani.com/2011/12/tki-sejarah-dan-masa-kini/, diakses pada tanggal 20 November 2014.

4. Hesty R. Wijaya, Sektor Informal :Katup Pengaman dan Sang Penyelamat yang Terabaikan, http://fpbn3.blogspot.com/2008/09/sektor-informal-katup-pengaman-dan-sang.html. Diakses tanggal 23 November 2014.

5. Humari, Perbandingan KUR TKI dengan Kredit TKI untuk calon TKI Singapura & Hongkong, https://pjtkidantki.wordpress.com/2012/07/31/perbandingan-kur-tki-dengan-kredit-tki-untuk-calon-tki-singapura-hongkong/. Diakses pada tanggal 20 November 2014.Mohamad Taufik, Tenaga Kerja Indonesia, http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-asal-usul-dan-sejarah-tki-pertama-kali.html, diakses pada tanggal 20 November 2014. 6. Nikky Sirait, BNP2TKI: Genjot Pengiriman TKI Formal,

http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/36026/bnp-tki-genjot-pengiriman-tki-formal. Diakses tanggal 23 November 2014.

7. Situs BNP2TKI http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-BNP2TKI, diakses pada tanggal 20 November 2014.

8. Website Resmi BNI Syariah, http://www.bnisyariah.co.id/calculator. Diakses tanggal 7 Januari 2015.

9. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negri.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul PENGARUH

Dengan diterimanya hipotesis tersebut maka mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Meral Elci (2007) menunjukkan bahwa apabila motivasi ekstrinsik semakin tinggi, maka

Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan cara membentuk kelompok konselor remaja di STIKes Kharisma Karawang

Tujuan dari penentuan lokasi ini adalah untuk mengetahui lokasi mana yang paling optimal ditinjau daei beberapa kriteria dan subkriteria yang paling sesuai

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah di atas dengan melakukan sintesis BCP yang menggunakan bahan dasar alami cangkang telur ayam negeri yang

Penelitian terhadap praksis wacana tentang pantangan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Pantai Utara Jawa Tengah ini bertujuan untuk menjelaskan dari mana sumber

Sehingga meskipun permasalahan program linier dapat diselesaikan dengan menggunakan metode grafik, akan tetapi untuk permasalahan program linier dengan lebih dari 3