ASUHAN KEPERAWATAN HIV DENGAN INFEKSI OPPORTUNISTIK CITOMEGALOVIRUS (CMV)
OLEH KELOMPOK 4:
SRI RESKY MUSTAFA 70300111078
NURFAIZAH 70300111064
NURSYAMSIAH 70300111065
VALDESYIAH 70300111085
WAHYUNI 70300111087
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi
Opportunistik Citomegalovirus (CMV) Teriring pula salam dan shalawat kepada
junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Dalam penulisan Asuhan keperawatan HIV dengan Infeksi Opportunistik
Citomegalovirus (CMV) ini tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan
yang luput dari pengamatan penulis karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penulis. Olehnya diharapkan adanya saran dan
kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga ini dapat
bermanfaat dan mendapat pahala di sisi Allah SWT.Amin.
Samata, 30 Juni 2014
Penulis
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Rumusan masalah...2
C. Tujuan...3
BAB II KONSEP MEDIS A. Definisi...4
B. Etiologi ...5
C. Klasifikasi...6
D. Menifestasi Klinis...7
E. Patofisiologi...9
F. Komplikasi...11
G. Penatalaksanaan...13
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian...15
B. Diagnosa...16
C. Penyimpangan KDM...17
D. Intervensi...18
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...35
B. Saran ...35
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) dalam sering dikelompokkan dalam infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus. Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil kebanyakan bersifat
silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang berat bagi fetus yang dikandung. Dapat pula menyebabkan infeksi kongenital, perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan seperti ini memang perlu diketahui dan dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab infeksi prenatal dapat berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau perinatal yang pada awalnya berjalan tanpa gejala dapat bermanifestasi di kemudian hari.
Infeksi CMV tidak selalu bergabung dalam infeksi TORCH, melainkan dapat berdiri sendiri, karena selain pada ibu hamil dan fetus, dapat menyerang setiap individu. Prevalensi infeksi sangat tinggi, dan walaupun umumnya bersifat silent, infeksi CMV ternyata dapat memicu banyak komplikasi pada berbagai sistem tubuh.
Pengetahuan tentang CMV dan respons imun terhadap CMV perlu didalami agar dapat diketahui bagaimana tubuh berusaha memberikan perlindungan, bagaimana kegagalan usaha perlindungan terjadi, sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit atau manifestasi klinik infeksi CMV. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium perlu dipelajari, agar dapat diketahui adanya infeksi asimtomatik, status infeksi, kemungkinan penyebaran infeksi baik di dalam tubuh sendiri ataupun di luar tubuh. Semua hal tersebut diperlukan dalam upaya memberikan wawasan untuk membantu penatalaksanaan infeksi CMV, melakukan pengobatan seawal mungkin, mencegah dampak negatif, baik pada individu dengan kompetensi imun yang baik maupun immunocompromised atau yang lemah, serta mencegah penyebaran atau penularan penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman konsep medis pada pasien HIV/AIDS cytomegalovirus ? 2. Bagaimana konsep keperawatan pada pasien HIV/AIDS dengan
cytomegalovirus ? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medispada pasien HIV/AIDS cytomegalovirus
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada pasien HIV/AIDS dengan cytomegalovirus
BAB II
I. KONSEP MEDIS A. Definisi
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah.
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Cytomegalovirus (CMV) suatu pathogen utama dalam pasien AIDS dengan yang menderita viremia CMV menetap. Pneumoniaitis dapat disebabkan oleh CMVdan sering di isolasi dari biopsi transbronkial. Beberapa kasus ulserasi dan perforasi usus CMV telah dilaporkan serta karioretinitis dan kebutaan tidak jarang terlihat dalam stadium akhir pasien AIDS. Virus hepatitis B sering ada dalam stadium akhir pasien AIDS maupun pada populasi berisiko. Kehati-hatian dalam mencegah penularan HBV dalam pasien AIDS harus diikuti juga Herpes simplex bila menyebabkan ulkus kulit mukosa yang luas dalam area mulut dan pnemonium seta bias menyear atau memperlihatkan keterlibatan visera. Herves soster bisa terlokalisasi pada distrubusidermatom atau bisa diseminata. Heves zoster di seminta terbaik dapat diobati dengan perawatan local dan terapi anti virus intravena, tetapi biasanya lesi ini kambuh. Virus Epstein-Barr bisa berhubungan dengan limfoma SSP (Saundres,1992).
B. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
splenomegali, ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus
Klasifikasi Virus
Group : Group I (dsDNA) Family : Herpesviridae Genus : Cytomegalovirus (HHV5) : Dimensi 100-200 nm.
Karakteristik CMV
a. Karakteristik CMV adalah sebagai berikut: termasuk famili Herpesvirus, diameter virion 100-200 nanomikron, mempunyai selubung lipoprotein(envelope), bentuk ikosahedral nukleokapsid, dengan asam nukleat berupa DNA double-stranded. Nama "Cytomegalo" mengacu pada ciri khas pembesaran sel yang terinfeksi virus, di dalam nukleusnya, dijumpai inclusion bodies, dan membesar berbentuk menyerupai mata burung hantu (owl’s eye).
C. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal). 2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung). 4. CMV pneumonitis (paru-paru). 5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung). 7. CMV colitis (usus). 8. CMV encephalitis (otak).
D. Manifestasi klinis
Pada usia bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya asimtomatik. Awitan gejala infeksi yang di dapat secara congenital dpat terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Masa inkubasi tidak diketahui. Berikut ini perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu setelah transfusi-3 sampai 12 minggu, dan setelah transplatasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urine sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang dan masih dapat diaktifkan kembali. Saat ini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi virus.
Tidak ada indikator yang dapat di ramalkan, tetapi sering dijumpai gejala-gejala berikut:
1. Petekie dan akimasis 2. Hepatoplenomegali
3. Ikterus neonaturum : hiperbilirubinemia direk 4. Mikrosefali dengan klasifikasi periventrikular 5. Retardasi pertumbuhan intrauterus
6. Prematuritas
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
a) Purpura
b) Hilang pendengaran c) Korioretinitis (kebutaan) d) Demam
e) Pneumonia
f) Takipneu dan dispnue
Kerusakan otak. (Cecily Lynn Bezt., 2009., buku saku keperawatan pediatric., Eds 5., EGC., Jakarta)
Pada orang dewasa sehat, CMV biasanya tidak menghasilkan gejala infeksi. Bila ada gejala, mungkin muncul sebagai pembengkakan ringan kelenjar getah bening, demam, dan kelelahan. Orang dengan infeksi HIV / AIDS dapat mengembangkan infeksi CMV yang parah, termasuk CMV retinitis, sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain. 1. Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur selama 3
minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis ( tanpa tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal ). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa.
dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.
3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2 ).
4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak-anak.
a. Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis ( trimester I ) atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif ( trimester II ) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauteri dengan embriopati.
b. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi intrakranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpura trombositopeni, DIC.
c. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau pembentukan psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap berisiko terjadinya kurang pendengaran atau retardasi psikomotor.
E. Patofisiologi
Ketika inang telah terinfeksi, DNA CMV dapat di deteksi oleh polymerase chain reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan sistem organ di dalam sistem tubuh. Pada permulaannya,CMV menginfeksi sel epitel dari kelenjar saliva, menghasilkan infeksi yang terus menerus dan pertahanan virus. Infeksi dari sistem genitif memberi kepastian klinik yang tidak konsekuen.meskipun replikasi virus pada ginjal berlangsung terus-menerus, disfungsi ginjal jarang terjadi pada penerima transplantasi ginjal (Cecily Lynn Bezt., 2009., buku saku keperawatan pediatric., Eds 5., EGC., Jakarta)
Patogenesis
Virus CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada di permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel, masuk ke dalam vakuole di sitoplasma, lalu selubung virus terlepas, dan nucleocapsid cepat menuju ke nukleus sel inang (uncoating) (Budipardigdo, 2007)
Riwayat infeksi CMV sangat kompleks, setelah infeksi primer, virus diekskresi melalui beberapa tempat dan ekskresi virus dapat menetap beberapa minggu, bulan, bahkan tahun sebelum virus hidup laten. Episode
infeksi ulang sering terjadi, karena reaktivasi dari keadaan laten dan terjadi pelepasan virus lagi. Infeksi ulang juga dapat terjadi eksogen dengan
strain lain dari CMV. Infeksi CMV dapat terjadi setiap saat dan menetap sepanjang hidup. ”Sekali terinfeksi, tetap terinfeksi”, virus hidup dormant
dalam sel inang tanpa menimbulkan keluhan atau hanya keluhan ringan seperti common cold. Replikasi virus merupakan faktor risiko penting untuk penyakit dengan manifestasi klinik infeksi CMV. Penyakit yang timbul melibatkan peran dari banyak molekul baik yang dimiliki oleh CMV sendiri maupun molekul tubuh inang yang terpacu aktivasi atau pembentukannya akibat infeksi CMV. CMV dapat hidup di dalam bermacam sel seperti sel epitel, endotel, fibroblas, leukosit polimorfonukleus, makrofag yang berasal dari monosit, sel dendritik, limfosit T (CD4+ , CD8+), limfosit B, sel progenitor granulosit-monosit.
paru, saluran cerna, hati, kantong empedu, limpa, pankreas, ginjal, adrenal, otak atau sistem syaraf pusat. Virus dapat ditemukan dalam saliva, air mata, darah, urin, semen, sekret vagina, air susu ibu, cairan amnion dan lain-lain cairan tubuh. Ekskresi yang paling umum ialah melalui saliva, dan urin dan berlangsung lama, sehingga bahaya penularan dan penyebaran infeksi mudah terjadi. Ekskresi CMV pada infeksi kongenital sama seperti pada ibu, juga berlangsung lama (Budipardigdo, 2007).
Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten, meskipun tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Replikasi DNA virus dan pembentukan kapsid terjadi di dalam nukleus sel inang. Sel-sel terinfeksi CMV dapat berfusi satu dengan yang lain, membentuk satu sel besar dengan nukleus yang banyak. Endothelial giant cells
(multinucleated cells) dapat dijumpai dalam sirkulasi selama infeksi CMV menyebar. Sel berinti ganda yang membesar ini sangat berarti untuk menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila mengandung inklusi intranukleus berukuran besar seperti mata burung hantu (owl eye) (Budipardigdo, 2007).
Respons imun seseorang memegang peran penting untuk mengeliminasi virus yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun yang baik (imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan komplikasi, namun penyakit dapat menjadi berat bila individu berada dalam keadaan immature (belum matang), immunosuppressed (respons imun tertekan) atau immunocompromised (responsimun lemah), termasuk ibu hamil dan neonatus, penderita HIV (human immunodeficiency virus), penderita yang mendapatkan transplantasi organ atau pengobatan imunosupresan dan yang menderita penyakit keganasan. Pada kondisi tersebut, sistem imun yang tertekan atau lemah, belum mampu membangun respons baik seluler maupun humoral yang efektif, sehingga dapat mengakibatkan nekrosis atau kematian jaringan yang berat, bahkan fatal (Budipardigdo, 2007).
oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat mejadi factor pembantu dalam mengaktifkan infeksi laten HIV .
F. Komplikasi
Infeksi sitomegalovirus pada kehamilan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi primer terjadi pada semua trimester dengan sekitar 37% neonatus lahir dengan infeksi kongenital. Tidak jelas mengapa pada kasus lainnya infeksi primer tidak menembus plasenta, tetapi karena mayoritas neonatus yang terinfeksi tidak mengalami penyakit ini, risiko ibu yang menderita infeksi primer untuk memiliki bayi yang terkena sitomegalovirus kongenital hanya sekitar 7% (Griffiths 2001). Telah dikemukakan bahwa infeksi primer maternal itu sendiri tidak dapat dijadikan kriteria untuk melakukan aborsi elektif (Griffiths & Baboonian 1984).
Wanita sudah imun terhadap sitomegalovirus sebelum kehamilan masih dapat melahirkan bayi yang menderita infeksi sitomegalovirus kongenital (Rutter et al 1985). Pada kasus semacam ini, jenis infeksi kambuhan tidak mungkin dapat dibedakan; dalam hal ini, infeksi cenderung terjadi karena reaktivasi sitomegalovirus laten maternal bukan karena reinfeksi dar sumber lain, misalnya dari ayah.
Insiden penularan veritikal dengan infeksi kambuhan dapat bervariasi antara 0,15% dan 1,5% pada wanita seropositif, bergantung pada prevalensinya. Hal ini menunjukkan bahwa sirkulasi sitomegalovirus dikomunitas merupakan faktor risiko terjadinya infeksi primer selama kehamilan dan juga infeksi kambuhan pada ibu (Griffithas 2001).
Infeksi janin dan neonatus
yang simptomatik mengalami tuli sensorineural, retardasi mental, korioretinitis dan komplikasi lain pada tahun berikutnya (Fowler et al 1992; Stagno et al 1986). Bayi yang menderita infeksi subklinis prognosisnya lebih baik, tetapi 5-15% akan menderita sukuela yang biasanya tidak begitu berat dibandingkan bayi yang menderita infeksi simptomatik pada saat lahir. Sebagian besar infeksi kongenital simptomatik, dan infeksi yang menyebabkan sekuela terjadi akibat infeksi primer yang didapat selama kehamilan (10-15%), bukan infeksi kambuhan pada wanita hamil (0-2%) (Sarwano 2010).
Infeksi perinatal terjadi akibat pajanan sitomegalovirus pada saluran genital maternal saat persalinan atau melalui ASI. Infeksi ini biasanya terjadi dengan adanya antibodi maternal yang didapatkan secara pasif. Sebagian besar bayi yang terkena infeksi bersifat asimptomatik, tetapi terkadang infeksi yang diperoleh pada periode perinatal yang menyebabkan pneumonitis pada bayi prematur dan bayi cukup bulan yang sakit, Sukuela neurologis, dan retardasi psikomotor (Sarwano 2010).
G. Penatalaksanaan
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan cidofovir . Konsensus yang menyatakan hal yang lebih baik antara profilaksis dengan terapi preemptive yang lebih baik untuk pencegahan infeksi CMV pada penerima organ transplan solid (Schleiss, 2010).
a. Terapi medikamentosa
Pemberian terapi anti-Cytomegalovirus hanya setelah konsultasi dengan ahli yang mengerti dengan dosis dan efek berat. Agen antiviral dapat diberikan pada terapi penyakir Cytomegalovirus yang sudah ditegakan atau sebagai profilaksis (seperti terapi preemptive) jika risiko perkembangan penyakit ini tinggi (seperti pada penerima organ transplan) (Schleiss, 2010).
efek antivirus, yang sebagian besar dikombinasikan dengan obat-obat ini. Obat-obat ini bekerja pada target molekuler yang umum yang dinamakan DNA polimerase virus. Gansiklovir adalah sebuah analog nukleosida asiklik, sedangkan cidofovir adalah fosfanat nukleosid asiklik. Setiap bahan harus difosforilasi ke dalam bentuk trifosfat sebelum dapat dihambat oleh polimerase Cytomegalovirus. Produk gen virus, UL97 fosfotranferase memediasi langkah untuk monofosforilasi untuk gansiklovir. Foscarnet bukan merupakan analog nukleosida sejati, tetapi dapat juga secara langsung menghambat polimerase virus (Schleiss, 2010). Gansiklovir umumnya digunakan sebagai terapi preemptive pada penerima organ transplan yang berisiko tinggi mengalami perkembangan penyakit (seperti penerima organ transplan yang seronegatif terhadap organ transplan dari donor seropositif). Asiklovir per oral dan pernteral juga telah sukses digunakan untuk profilaksis organ padat transplantasi (penerima seronegatif). Meskipun demikian, asiklovir tidak pernah digunakan untuk terapi penyakit Cytomegalovirus yang aktif. Formulasi oral dibuktikan untuk digunakan pada pasien HIV dewasa yang mengalami retinitis Cytomegalovirus. Meskipun demikian bioavailabilitasnya kurang dan tidak ada data yang mendukung pada anak-anak (Schleiss, 2010).
Sekuel neurologi dari Cytomegalovirus kongenital umumnya tuli sensorineural, berkembang pada posnatal, kemunculan hasilnya dari percobaan terminasi kolaborasi bangsa-bangsa masih menarik diteliti. Gansiklovir intravena membawa perkembangan atau stabilisasi pendengaran pada sejumlah balita usia 6 bulan. Laporan kasus menyarankan efikasi gansiklovir untuk penyakit neonatus akut dengan pengancaman jiwa penyakit Cytomegalovirus (seperti pneumonia) (Schleiss, 2010).
pediatrik hanya pada kondisi perkecualian. Meskipun obat ini memiliki aktivitas perlawanan terhadap virus ini tingkat sedang, dosis tinggi acyclovir oral dan valacyclovir telah digunakan untuk profilaksis penyakit ini dengan individu risiko tinggi seperti yang telah disebutkan, tetapi tidak sesuai pada terapi penyakit aktif. Terapi oral dengan valgansiklovir dipertimbangkan untuk diinvestigasi pada anak (Schleiss, 2010).
1) Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida asiklik sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Struktur tersebut serupa pada acyclovir yang membutuhkan fosforilasi aktivitas antiviral. Enzim yang bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk gen UL97 virus, sebuah protein kinase. Resistensi dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang, secara umum terjadi karena mutasi gen ini. Indikasi obat ini untuk anak immunocompromised seperti infeksi HIV, postransplan, dan lain-lain jika secara klinis dan virologis membuktikan penyakit spesifik berakhirnya organ yang spesifik (Schleiss, 2010).
Pada balita, terapi antiviral dengan gansiklovir mungkin berguna menurunkan prevalensi sekuel perkembangan neural, umumnya tuli sensorineural. Sebuah penelitian mengenai penyakit alergi dan infeksiinstitusi nasional di negara peneliti menunjukkan perbaikan relatif pada pendengaran pada tuli simtomatik kongenital CMV yang diterapi dengan gansiklovir. Meskipun demikian, terapi pada neonatus harus dikonsultasikan oleh ahlinya (Schleiss, 2010).
2) Immunoglobulin
3) Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai oleh hepar menghasilkan GCV. Zat ini inaktif dan membutuhkan trifosforilasi untuk aktivitas virostatis (Schleiss, 2010).
b. Pembedahan
Terapi operatif yang dibutuhkan seperti pada kejadian dengan cerebral palsy yaitu dengan operasi ortopedik dan gastrotomy. Gastrotomy dilakukan untuk mengganti nutrisi untuk ke enteral (Schleiss, 2010).
1. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bisa ditemukan: a. Adanya riwayat tranfusi.
b. Adanya riwayat transplantasi organ. c. Ibu pasien penderita infeksi CMV. d. Suami/istri penderita CMV. 2. Pemeriksaan fisik
a. TTV : Suhu (demam), pernapasan (takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.
b. Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis kulit.
c. Penurunan berat badan. 3. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
c. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain (toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH])-digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal. 2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus) e. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala
Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dalam bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
penyimpangan KDM CMV
Cairan tubuh,darah, dan organ-organ transpalantasi yang terinfeksi
cytomegalovirus Membrane sel
Sistem imun
Dalam keadaan
Cmv
menurun
bereplikasi
imunodefsiensi Sel” limfosit dan monosit
Infeksi
Resiko infeksi Penurunan status
kesehatan
hospitalisasi
Informasi yang adekuat
Kurang
Iritasi saluran gastrointestinal
anoreksia
Mual muntah
Intake nutrisi inadekuat
Perubahan nutrisi kurang dari Paru-paru
pnemonia
Peradangan saluran Ekspansi paru
Inspirasi #
Pola nafas tdk Proses infamasi
C. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil Intervensi Rasional
1 Resiko penyebaran infeksi b/d penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko : Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta
NIC :
kontaminasi silang; menurunkan risiko infeksi.
b. Mencegah
kontaminasi silang dari pengunjung.
Masalah risiko
infeksi harus
seimbang melawan kebutuhan pasien untuk dukungan
keluarga dan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan) - Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik) - Penyakit kronik
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
f. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
g. Tingkatkan intake
kontaminasi silang; menurunkan risiko infeksi.
d. Penggunaan
masker,skort, dan
sarung tangan
dilakukan oleh
OSHAuntuk kontak langsung dengan cairantubuh,
misalnya sputum, darah/zat-zat
darah, serum
sekresi vaginal. e. Menurunkan risiko
infeksi pada sisi
insersi dengan
h. Berikan terapi antibiotik
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
a.Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Pertahankan teknik
isolasi k/p
c.Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
bakteri dan infeksi
g. Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan. h. Antibiotik lokal dan
sistemik diberikan untuk mengontrol
pathogen yang
teridentifkasi oleh kultur/sensitivitas.
a. Setiap keadaan yang mengganggu status imun akan memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
d. Monitor adanya luka
e.Dorong masukan cairan
f. Dorong istirahat
g. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
h. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
silang/terpajan pada fora bakteri multipel.
c. Mengidentifkasi adanya
penyembuhan
(granulasi jaringan) dan memberikan deteksi dini infeksi d. Identivikasi/perawatan
awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis
e. Mempertahankan keseimbangan cairan f. Mengurangi rasa lelah,
meningkatkan
meningkatkan peran
keluarga dan
memberikan
pemahaman tentang perawatan klien.
h. memberikan informasi dasar peningkatan suhu secara berulang dari demam menunjukan adanya infeksi dimana obat yang diberikan tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
2 Pola nafas tidak afektif b/d penurunan energi dalam bernafas.
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
NIC :
Airway Management
a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada jika
Airway Management a. Meningkatkan
ekspansi paru
Batasan karakteristik :
Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi
Penurunan pertukaran udara per menit
Menggunakan otot pernafasan tambahan Nasal flaring
Dyspnea Orthopnea
Perubahan penyimpangan dada
Nafas pendek
Assumption of 3-point position
Pernafasan pursed-lip Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
Peningkatan diameter
Kriteria Hasil : Mendemonstrasika
n batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
perlu
c. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
b. Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru, sementara
spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki
ekspansi paru,
sehingga meningkatkan
fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis.
c. Meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan drainase
sekret.suction Membantu
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24 Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
Timing rasio
Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan :
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
d. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
e. Berikan bronkodilator :
-………..
Oxygen Therapy
a.Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.Pertahankan jalan nafas yang paten
c.Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
infamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi.
d. Mempertahankan
adanya perkembangan komplikasi/infeksi pernafasan. Mis, ateletaksis.
e. Mungkin diperlukan untuk meningkatkan/ mempertahankan jalan nafas atau untuk membersihkan sekresi
Oxygen Therapy
a. Membersihkan jalan
Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
Imaturitas Neurologis
d.Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
e.Monitor vital sign
f. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas. Dan Ajarkan
bagaimana batuk efektif
g.Monitor pola nafas
memungkinkan
terjadinya pertukaran gas dan mencegah komplikasi pernafasan. b. Mengoptimalkan fungsi
pernafasan
c. Indicator disfungsi pernafasan.
d. Pasien mungkin akan menggunakan
mekanisme bertahan dengan penolakan dan
terus berharap
diagnosanya tidak akurat.
e. Informasi dasar deteksi dini terhadap terjadinya hipoksia
f. Meningkatkan
drainase sekret.
g. Takipnea,
penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan
terjadi distress pernafasan/edema
paru dan
kebutuhan
intervensi medik.
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, stomatitis, gangguan absorbsi, kelemahan, kehilangan nafsu makan.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan
NOC :
v Nutritional Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil :
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
NIC :
Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
Nutrition Management a. Mengurangi
hipersensifitas makanan serta Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi.
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang
digunakan untuk menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada rongga mulut
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
Dilaporkan atau fakta
Berat badan ideal sesuai dengan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Berikan substansi gula
d. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
pada pemasukan kalori tepat. Sesuai penyembuhan luka, presentase area luka dievaluasi untuk menghitung bentuk diet yang
perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan makanan cukup
Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
Kurang berminat terhadap makanan
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktif Kurangnya informasi,
misinformasi
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
dalam rencana
memberikan
perasaan control lingkungan dan mungkin
meningkatkan pemasukan. Memenuhi
kebutuhan akan
makanan
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
a. Monitor adanya penurunan berat badan
b. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
c. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor mual dan muntah
f. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
g. Monitor makanan kesukaan
bentuk diet yang
diberikan dan
penilaian yang
tepat dibuat. f. Memberikan
pengetahuan dasar di mana pasein dapat membuat pilihan bersarkan informasi.
Nutrition Monitoring a. Indicator kebutuhan
nurtisi yang adekuat. b. Mengurangi rasa lelah ,
meningkatkan ketersediaan energy. c. Lambung yang penuh
h. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
langsung dari status cairan
e. Indikatoer pemasukan nutrisi yang adekuat f. Mengindikaiskan status
nutrisi dan difungsi organ dan
mengidentifikasi kebutuhan pengganti. g. Memberikan
pasien/orang
terdekat rasa
kontrol,
meningkatkan
partisipasi dalam
perawatan dan
dapat memperbaiki pemasukan.
mungkin akan menyebabkan pasien enggan untuk makan. 4 Nyeri akut b/d proses penyakit
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau
potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
NOC :
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa
NIC :
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk
Fakta dari observasi Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri Gerakan melindungi Tingkah laku berhati-hati Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan nyaman setelah nyeri berkurang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
g. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
e. Mengurangi rasa lelah, Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor. Sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil. f. Pendekatan dengan
nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek riwayat alergi
c. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
terlibat dan membantu dalam menyusun intervensi
h. Analgetik memblok lintas nyeri sehingga nyeri akan berkurang. i. Kekurangan tidur
dapat b. Mengantisipasi reaksi
d. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
c. Obat yang di control berdasarkan waktu 24 jammempertahankan kadar analgesika darah tetap stabil, mencegah kekurangan dan kelebohan obat-obatan. d. Metode IV sering
digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat.
5 Kurang pengetahuan mengenai penularan, penanganan dan perjalanan penyakit.
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
NOC :
- Kowlwdge : disease process
a. Teaching : disease Process
b. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
a. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya
c. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. d. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
f. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
pilihan informasi terapi
c. Mungkin akan
meningkatkan kerja
sama untuk
menyuksukseskan aturan terapitik
d. Member pesein
peningkatan control, mengurangi resiko dan meningkatkan rasa malu
e. Meningkatkan kerja sama
dengan/peningkatan kemungkinan untuk sekses dengan aturan terapiotik.
tepat atau diindikasikan
g. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
h. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
meyakinkan pemahaman yang akurat.
g. Membantu transisi ke rumah, meberikan
bantuan untuk
memenuhi kebutuhan
individu, dan
mendukung kemandirian.
h. Pengenalan awal akan perkembangan
komplikasi anintervensi yang tepat pada
waktunya akan
mencegah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi CMV. Kejadian infeksi CMV pada Ibu hamil sangat tinggi dan menyebabkan kelainan congenital pada janin. Diagnosis dini dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang amatlah penting untuk menentukan status infeksi dan penentuan perlu tidaknya mendapat terapi untuk mencegah mortalitas dan morbiditas. Untuk mengurangi risiko kelainan congenital pada janin perlu memperhatikan tindakan pencegahan yang efektif.
B. Saran
1. Perlunya sosialisasi pencegahan infeksi TORCH termasuk di dalamnya infeksi CMV untuk mengurangi risiko kelainan congenital pada janin
DAFTAR PUSTAKA
Cecily Lynn Bezt., 2009., Buku Saku Keperawatan Pediatric., Eds 5., EGC : Jakarta
Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC), Second Edition. USA: MosbyClassification (NOC), econd Edition. USA: Mosby
Ljungman P, Griffiths P, Paya C.2001. Definitions of cytomegalovirus infection and disease in transplant recipients. Clin Infect Dis.Sarwono
McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC), Second Edition. USA: Mosby
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA International.
Prawirohardjo.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
W.B. Saundres.,1992.,Buku Ajar Bedah.,EGC: Jakarta
Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090-treatment. Diakses pada 30 Juni 2014