• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawa tan Ca Bulibuli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawa tan Ca Bulibuli"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI BULI –BULI 1. Anatomi

Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Yang termasuk saluran kemih dimulai dari permukaan kalik minor ginjal sampai muara terakhir dari uretra (orifisium uretrae eksternum).

Saluran kemih berdinding tiga lapis, yaitu lapisan paling luar berupa jaringan ikat, lapisan tengah jaringan otot, dan lapisan paling dalam mukosa. Secara anatomis saluran kemih dipisahkan menjadi tiga bagian: saluran kemih bagian atas, saluran kemih bagian tengah, dan saluran kemih bagian bawah. Saluran kemih bagian atas berawal dari kalik minor ginjal dan berakhir sampai muara ureter pada kandung kemih, saluran kemih bagian tengah terdiri dari kandung kemih, dan saluran kemih bagian bawah mulai dari orifisium uretra internum sampai urifisum uretra eksternum.

a. Ginjal

(2)

gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Secara anatomis posisi ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri, juga bentuk glandula suprarenalis kanan dan kiri tidak sama. Letak anatomis dan bentuk kedua ginjal yang tidak sama akibat dari posisi dan bentuk hati. Karena posisi aorta abdominalis dan vena kava inferior membujur ke kanan dan kiri diantara kedua ginjal menyebabkan panjang pendeknya arteri dan vena renalis kanan berbeda dengan arteri dan vena renalis kiri.

Tiap ginjal menerima suplai darah kurang lebih 25% dari isi sekuncup jantung. Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, Sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemi atau nekrosis pada daerah yang dilayaninya.

Selain mempunyai fungsi membuang sisa- sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal juga berfungsi dalam mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormon-hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D,dan menghasilkan beberapa hormon, antara lain eritropoitin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostalglandin.

Urin terbentuk melalui tiga tahap yaitu proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Urin terbentuk dari hasil filtrasi darah dalam unit fungsional ginjal yang disebut nephron. Nephron terdiri atas glomerulus dan tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus distal.

(3)

b. Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm pada laki-laki dan kira-kira 1 cm lebih pendek pada wanita. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik guna mengeluarkan urin ke kandung kemih.

Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung kemih, secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya sempit. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk ke kandung kemih.

Ureter masuk ke dalam kandung kemih dalam posisi miring dan berada di dalam otot kandung kemih (intramural), keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter pada saat kandung kemih berkontraksi

c. Buli-buli

(4)

kedalam uretra membentuk lapisan longitudinal yang melingkari leher buli. (Harrison Simon CW, 1994 & Tanagho E.A ,1992.

Dinding buli terdiri dari 3 lapisan otot detrusor yang arah seratnya saling menyilang sedemikian rupa sehingga kontraksi otot-otot tersebut menyebabkan buli mengkerut, dengan demikian terjadi pengosongan isi rongga. Ureter bermuara pada trigonum buli dengan menembus otot detrusor secara oblig. Perjalanan ureter yang seperti ini dapat memberikan suatu mekanisme katup untuk mencegah kembalinya urin dari buli ke ginjal.( Steer W.D.,1998)

Ada tiga fungsi utama buli yaitu : sebagai reservoir urin, fungsi ekpulsi urin, dan anti refluk. Sebagai reservoir buli-buli berkapasitas 200-400 cc. Fase pengisian buli ditandai dengan penyesuaian volume buli-buli terhadap peningkatan jumlah urin pada suatu tekanan yang rendah, kurang 20 cm H2O. Dengan penuhnya volume buli-buli akan menyebabkan peregangan dinding yang dapat merangsang reseptor sehingga otot buli berkontraksi, tekanan dalam buli meningkat dan uretra posterior membuka. Keadaan ini dirasakan sebagai perasaan ingin kemih, namun masih dapat diatur secara volunter oleh spingter eksterna.

Pada waktu ekpulsi tekanan buli meningkat 70-100 cmH2O. Kegagalan pada mekanisme penyimpanan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau inkontinensia (Tanagho E.A. ,J.W. McAninch,1992) d. Uretra

Uretra berawal dari leher kandung kemih (orifisium uretrae internum ) sampai muara terakhir (orifisium uretrae eksternum). Panjang uretra pada pria dewasa kurang lebih 23 – 25 cm dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranae.

(5)

yaitu kelenjar Cowperi yang bermuara di pars bulbosa dan kelenjar Littre yang bermuara di uretra pars pendularis.

Pada wanita uretra hanya berfungsi untuk sistem perkemihan dengan panjangnya kurang lebih 3-5 cm dan berada di bawah simfisis pubis yang bermuara disebelah anterior vagina.

Dalam uretra wanita bermuara kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada dalam kandung kemih pada saat perasaan ingin berkemih.

2. Fisiologi

Urin hasil filtrasi mengalir dari duktus kolengitas masuk kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik satu sampai lima kali per menit yang menyebar ke pelvis renalis lalu turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih. Ketika terisi urin secara perlahan-lahan, otot polos kandung kemih mengalami peregangan, kontraksi berkemih secara spontan, berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrussor berkontraksi, dan tekanan urin kembali ke garis basal.

Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih bertambah sering dan menyebabkan otot detrussor berkontraksi lebih kuat. Sensasi pertama yang timbul dari pengisan kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 100 – 150 ml urin berada dalam kandung kemih.

Keinginan buang air kecil sebagian besar muncul ketika kandung kemih terisi 200 – 300 ml urin. Pada jumlah urin 400 ml rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan.

(6)

a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai dengan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah ke dua, terjadinya distensi atau peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan reflek I yang menghasilkan kontraksi kandung kremih dan reflek V yang menyebabkan relaksasi dari uretra.

b. Timbulnya reflek syaraf yang disebut reflek miksi yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan mengaktifkan reflek II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih, dan IV sehingga sfingter eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Sisa urin dalam ureter akan terdorong keluar karena pengaruh gaya gravitasi pada wanita dan laki-laki karena kontraksi otot volunter. Jika terjadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan reflek III, sehingga kontraksi kandung kemih melemah.

(7)

B. KONSEP MEDIS 1. Pengertian

Kanker buli-buli adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen kandung kemih, meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).

Karsinoma buli-buli adalah suatu carsinoma yang terdapat pada vesika urinaria yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat intermitten

Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

2. Etiologi

1. Pekerjaan, pekerja di pabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik

2. Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitromasin

3. Infeksi saluran kemih, escherichia coli, dan proteus yang menghasilkan karsinogen

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat meningkatkan resiko kassinoma buli-buli

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsioma buli-buli diantaranya :

1) Umur

Karsinoma buli-buli meningkat pada dekade 60an

2) Zat karsinogen, baik yang berasal dari eksogen dari rokok maupun bahan kimia maupun endogen dari hasil metabolisme

3) Penyebab lain diduga akibat pemakaian analgetik, sitostatik dan iritasi kronik oleh batu, sistoiasis atau radiasi.

3. Klasifikasi

(8)

Tis : Karsinoma insitu

Ta : Karsinoma papiler terbatas pada epitel T1 : Masuk ke jaringan supepitel

T2 : Masuk permukaan otot T3 a : Masuk otot lebih ½

T3 b : Masuk jaringan lunak sekitar vesika T4 : Masuk ke organ sekitarnya

N1 Kelenjer tunggal < 2 cm

N 2 Kelenjer tunggal 2-5 cm, multiple <5 cm N 3 Kelenjer > 5cm

M1 Metastase jauh 4. Patofisiologi

Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati. Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut : Ta : tumor terbatas pada epithelium.

Tis : karsinoma in situ

T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium. T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial. T3a : tumor sampai dengan otot dalam

T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.

T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.

5. Manifestasi Klinik

1) Kencing campur darah yang intermitten (hematuria) 2) Merasa panas waktu kencing

(9)

4) Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing

5) Nyeri suprapubik yang konstan 6) Panas badan dan merasa lemah 7) Nyeri pinggang karena tekanan saraf 8) Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis 6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih. Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam kandung kemih,dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.

Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol dalam kandung kemih,karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan Biopsy,urografi atau IVP,Ct Scen,USG dan sitoscopy.

Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi baik (G I),sedang (G II),dan kurang berdiferensiasi (G III)

Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang prognosis pasien,khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor primer kandung kemih.

7. Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan penunjang 1) Laboratorium

- Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria

- Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine

(10)

- Lymphopenia (N = 1490-2930) 2) Radiology

- Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.

- Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor

- Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli

3) Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe

4) Cystocopy dan biopsy

- Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor - Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin. 5) Cystologi

- Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel dari pada tumor

b. Terapi 1) Operasi

a) Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma b) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade

c) Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :

- Transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih - Aquamosa cal Ca pada stage B-C

2) Radioterapy

- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.

(11)

3) Chemoterapi

Obat-obat anti kanker :

 Citral, 5 fluoro urasil

 Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

8. Komplikasi

a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi

b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

C. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Identitas Pasien. b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang.

2) Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri sera sulit BAB.

3) Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.

(12)

6) Kondisi lingkungan rumah.

7) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan obat, minuman keras).

c. Pemeriksaan Fisik

a) Aktivitas dan istirahat

Gejala :

 Kelemahan dan / atau keletihan

 Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam

 Pola tidur (mis; tidur tengkurap)

 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress yang tinggiu

b) Sirkulasi

Gejala :

 Kongesti unilateral pada lengan yang terkena (system limfe)  Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan : Perubahan pada tanda vital c) Integritas Ego

Gejala :

 Stressor konstan dalam pekerjaan/ pola dirumah  Stress/takut tentang diagnosa, prognosis dan

harapan yang akan datang

 Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya alopesia, lesi cacat dan pembedahan

(13)

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah d) Eliminasi

Gejala :

 Perubahan pola defekasi misalnya darah pada feses, nyeri saat defekasi

 Perubahan pola eliminasi urinarius misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen e) Makanan/cairan

Gejala :

 Kebiasaan diet buruk (mis; rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)

 Anoreksia, mual/muntah  Intoleransi makanan

 Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.

Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema

f) Neurosensori

Gejala : Pusing; sinkope. g) Nyeri/keamanan

Gejala :

 Nyeri bervariasi mis; ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)

(14)

h) Pernapasan

Gejala :

 Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)

 Pemajanan asbes i) Keamanan

Gejala :

 Massa nodul aksilla

 Edema, eritema kulit sekitar

 Pemajanan pada kimia, toksik dan karsinogen  Pemajanan matahari lama/ berlebihan

Tanda :

 Demam

 Ruam kulit, ulserasi j) Seksualitas

Gejala :

 Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan

 Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun

 Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. Herpes genital

k) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :

 Riwayat kanker pada keluarga mis; ibu, bibi, saudara wanita atau nenek yang kanker payudara

(15)

 Penyakit metatastasis; sisi tambahan yang terlibat.

 Riwayat pengobatan; riwayat sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).

b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi kandung kemih.

c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf, inflamasi).

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri pasien terkontrol.

Dengan kriteria hasil:

- Skala nyeri berkurang sampai hilang.

- Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri. Intervensi:

- Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

(16)

- Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya

R : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi

- Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV

R : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri

- Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutic

R : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas

- Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu

R : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pola eliminasi urine kembali normal.

Dengan kriteria hasil :

- Tidak ada nyeri saat BAK. Intervensi :

- Observasi output dan intake cairan selama 24 jam.

R : Untuk mengetahui tingkat keparahan obstruksi yang terjadi agar dapat di jadikan acuan dalam melakukan indakan keperawatan selanjutnya

(17)

R : Agar dapat memperlunak sehubungan dengan obstruksi yang terjadi

- Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kanker kandung kemih menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga terjadi urgensi.

R : Mengurangi tingka kecemasan keluarga dan memnambah pengetahuan tentang kanker kndung kemih pada keluarga

- Kolaborasi pemberian analgesik atau antipasmodik

R : Untuk mengurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi kandung kemih yang tidak stabil.

c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.

Tujuan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 7x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat.

Dengan kriteria hasil :

- Porsi makan pasien habis.

- Pasien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi.

Intervensi:

- Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.

R : Memberikan informasi tentang status gizi klien.

- Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan

R : Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien

- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat

(18)

- Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas R : Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas

- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga

R : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri - Berikan pengobatan sesuai indikasi ( Tindakan Kolaborasi)

R : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien

d. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik

Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan

Intervensi :

- Berikan informasi tentang prognosis secara akurat

R : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya

- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai

(19)

- Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan

R : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya

- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

R : Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat

- Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar

(20)

BAB II

TINJAUAN KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Yusnasari Rombe Polan, S.Kep

Ruangan : Lontara 2 BD - Ruang Perawatan Urology Tanggal : 26 – 30 Januari 2015

I. BIODATA A. Identitas klien

Nama klien : Tn” L”

Jenis Kelamin : Laki – laki Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Status Perkawinan : Sudah menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

No.RM : 69 56 18

Alamat : Jln Manunggal Bhakti, Nunukan Kal-Tim Tanggal masuk : 26 Januari 2015

Tanggal pengkajian : 26 Januari 2015 B. Penanggung Jawab

Nama : Ny. “N”

Usia : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

(21)

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama : Nyeri b. Riwayat Keluhan Utama :

Dialami sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, yang dirasakan saat

berkemih. Nyeri dirasakan di area suprapubis yang dirasakan seperti

teriris-iris selama 1-2 menit dengan skala 2. Klien juga mengeluh

mengalami kencing berwarna merah dari awal hingga akhir berkemih,

kencing keluar menetes-netes yang menyebabkan klien merasa tidak puas

saat berkemih. Riwayat mengkomumsi OAT tidak ada.

Pada saat dikaji tanggal 26 Januari 2015, klien nampak gelisah dan

berusaha untuk menceritakan semua yang dialaminya dengan harapan

dapat cepat sembuh. Klien mengatakan belum BAB sejak masuk di RS,

klien masih mampu mememenuhi kebutuhan sehari-harinya.

.Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Klien pernah dirawat dan sudah dua kali menjalani operasi di RS Samarinda dengan keluhan yang sama.

(22)

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

G1...

G2...

G3....

Keterangan :

: Laki-laki : Garis pernikahan : klien

: Perempuan : Garis keturunan

X : Meninggal : Tinggal serumah

G1 : Kakek dan Nenek dari pihak ayah klien sudah meninggal

G2 : Ayah klien sudah meninggal karena penyebab yang tidak diketahui

G3 : Klien dengan Ca Buli-buli

d. Riwayat Psikososial 1. Pola Konsep diri:

a. Gambaran diri: Klien mengatakan dirinya sedang dalam keadaan sakit

b. Identitas diri : Klien adalah seorang perempuan

(23)

d. Harga diri : Klien ingin dihargai dan dihormati sebagai manusia walaupun dalam keadaan sakit

e. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berharap cepat pulang dan dapat menjalankan aktivitas seperti biasa

2. Pola Kognitif:

a. Klien mengerti hal-hal yang di tanyakan

b. Klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan 3. Pola Koping:

a. Dalam mengambil keputusan klien selalu dibantu oleh keluarga. 4. Pola interaksi ;

a. Bicara klien jelas dan mengungkapkan apa yang di rasakan. b. Klien menggunakan bahasa Indonesia

a. Riwayat Spiritual

1. Ketaatan klien beribadah : Sebelum klien sakit, klien selalu taat melaksanakan sholat lima waktu.

2. Dukungan keluarga klien :

Keluarga klien selalu memberikan semangat kepada klien 3. Ritual yang biasa dijalankan : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum Klien

1. Tanda-tanda distress : Tidak ada

2. Penampilan dihubungkan dengan sesuai dengan usia : sesuai

3. Ekspresi wajah : Tampak meringis bila nyeri timbul 4. Kesadaran : Composmentis

5. Tinggi Badan : 165cm BB : 69 kg Gaya Berjalan : Normal

B. Tanda-tanda Vital

1. TD : 130/ 90 mmHg

(24)

3. P : 18 x/menit

4. S : 36,2oC

C. Sistem Pernapasan

a. Hidung dan sinus

 Inspeksi

a. Lubang hidung tampak simetris kiri dan kanan b. Tidak nampak deviasi septum

c. Tidak nampak adanya polip  Palpasi

a. Keempat sinus tidak ada yang nyeri tekan b. Tidak teraba massa.

b. Leher

 Inspeksi

a. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

b. Tidak nampak adanya pelebaran vena

jugularis

 Palpasi

a. Tidak ada massa

b. Tidak teraba adanya pelebaran vena jugularis

c. Tidak ada kaku kuduk

c. Dada

 Inspeksi

a. Bentuk dada normo chest,

perbandingan ukuran anterior – posterior dengan transversal 2 : 1

b. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

(25)

 Palpasi

a. Vocal fremitus seimbang getaran kiri dan kanan

b. Tidak teraba adanya massa

c. Tidak teraba nyeri tekan

 Auskultasi

a. Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru

b. Tidak terdengar bunyi nafas tambahan

 Perkusi : bunyi sonor pada semua lapang paru D. Sistem Cardiovaskuler

 Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, arteri carotis kuat, tekanan vena jugularis, tidak terdapat sianosis pada kuku, CRT < 2 detik.

 Palpasi

a. Irama jantung teratur b. Nadi 60 x/menit c. Tidak ada nyeri tekan

d. Ictus cordis tidak nampak dan teraba pada ICS 5-6 linea midclavicula kiri

 Perkusi

a. Bunyi pekak pada ICS 2 linea sternalis kanan b. Batas-batas jantung :

 Pada ICS 3 dan 4 linea sternalis kiri

 Pada ICS 5 linea midclavicularis kiri

 Auskultasi

a. BJ I : Bunyi Lup penutupan katup mitral dan trikuspidalis terdengar pada ICS 4 dan 5

(26)

E. Sistem Pencernaan a. Mulut

a) Gigi berjumlah 32 buah

b) Tidak nampak caries pada gigi  Gusi

a) Gusi berwarna merah muda b) Tidak nampak adanya perdarahan

 Lidah :

a. Bersih

b. Tidak terdapat ulkus c. Tidak ada sariawan

 Bibir

a) Bibir tampak sedikit kering b) Mukosa mulut merah muda b. Tenggorokan : tidak ada masalah menelan

c. Abdomen

 Inspeksi

a) Nampak simetris kiri dan kanan b) Warna kulit sama dengan sekitarnya c) Tidak nampak penonjolan umbilicus  Auskultasi : peristaltik usus terkesan normal  Palpasi

a) Tidak teraba adanya massa b) Hepar tidak teraba

c) Ginjal tidak teraba

 Perkusi : Tympani pada keempat kuadran abdomen

F. Sistem Indera

1. Mata

 Inspeksi :

(27)

d) Sclera tidak icterus

e) Tidak nampak penonjolan bola mata

 Palpasi : tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

 Lapang pandang : baik, bola mata mengikuti gerakan objek

2. Telinga

 Inspeksi :

a. Nampak simetris kiri dan kanan b. Terdapat serumen

c. Tidak ada pemakaian alat bantu  Palpasi

a. Tidak ada nyeri tekan b. Tidak teraba massa

 Terjadi penurunan kualitas pendengaran

3. Hidung

 Inspeksi : Tidak ada sekret yang menghalangi penghidu  Palpasi : Tidak ada nyeri dan tidak ada massa

 Penciuman baik, mimisan (-)

G. Sistem Persyarafan

 Status mental orientasi : dapat mengenal waktu tempat dan orang, daya ingat sudah mulai menurun, perhatian dan perhitungan baik, bahasa baik.

 Pemeriksaan GCS skor : E : 4, M : 6 V : 5 = 15  Saraf-saraf cranial

a. N I (olfactorius) : klien dapat mencium bau-bauan b. N II (optikus) : klien tidak memakai kaca mata c. N III, IV, VI ( oculomotorius throchlearis abducens)

(28)

 Gerakan bola mata 6 arah cardial d. N V ( trigeminus) : refleks dagu baik

 Sensorik : Klien dapat merasakan sensasi usapan pada wajah

 Motorik : Kontraksi otot masester dan temporal (+) saat mengunyah

e. N VII (facialis) :

 Gerakan abnormal (-)  Pengecapan lidah : normal

f. N VIII (akustikus) : terjadi penurunan kualitas pendengaran g. N IX dan X (glossopharingeus dan vagus)

 Terdapat gangguan menelan

h. N XI (assesorius) : klien dapat memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan

i. N XII (hypoglosus) : tidak ada gangguan  Fungsi motorik

Kekuatan Otot :

 Fungsi sensorik

 Suhu : Klien dapat membedakan antara panas dan dingin

 Nyeri : Klien dapat merasakan sensasi nyeri

 Fungsi Cerebellum : Keseimbangan baik

 Refleks Fisiologis : Bisep (+), Trisep (+), patella (+)  Refleks Patologis : Babinski (-)

H. Sistem Muskuloskeletal

Kepala / rambut / kulit kepala

 Inspeksi :

a. Bentuk kepala mesochepal

b. Rambut mulai mengalami kerontokan

5 5

(29)

 Palpasi :

a. Tidak teraba adanya massa

b. Tidak ada nyeri tekan pada kepala

Muka

 Inspeksi :

a. Muka nampak simetris kiri dan kanan b. Bentuk muka oval

c. Ekspresi wajah nampak meringis d. Klien nampak lesu

 Palpasi

a. Tidak teraba adanya massa b. Tidak teraba nyeri tekan

Vertebra : Nyeri tekan pada seluruh vertebra

Kaki : Kaki kanan dan kiri dapat digerakkan

Tangan : Terpasang infus pada tangan kiri

I. Sistem Integumen

Rambut : Berwarna hitam, dan tidak ada kerontokan

Kulit : Temperature 36,2 0C, warna sawo matang, kulit kering

Kuku : Warna merah muda, tidak mudah patah.

J. Sistem Endokrin

 Tidak terdapat pembesaran tyroid  Riwayat air seni di kelilingi semut (-)

K. Sistem Perkemihan

 Tidak terlihat adanya edema, tidak terlihat adanya moon face, tidak ada edema anasarka

 Keadaan kandung kemih normal

(30)

 Urine klien bercampur darah (hematuria)

 Klien tidak memiliki penyakit hubungan seksual

L. Sistem Reproduksi

 Tidak dikaji M. Sistem Imun

1. Alergi terhadap makanan

laut, daging dan kacang-kacangan

2. Tidak ada penyakit yang

berhubungan dengan perubahan cuaca

3. Tidak ada riwayat transfusi

darah

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan Hematologi

(31)

WBC

b. USG whole Abdomen Nampak massa buli-buli Hipertropi prostat Tidak ada metastasis c. Urinalisis

Warna : Kuning keruh

(32)

d. Biopsy

Transisional cell carcinoma grade III

V. TERAPI SAAT INI 1. IVFD RL 20 tpm

2. Ciprofloxacin 3 x 500 mg

3. Ranitidine 1 amp/intravena/8 jam 4. Ketorolac 1 amp/intravena/8 jam 5. Ceftriaxone 1 gr/intravena/12 jam

AKTIVITAS SEHARI-HARI

(33)

1

 Makanan yang disukai

 Frekuensi makan

 Cara makan

 Ritual sebelum makan

 Nafsu makan

Belum pernah sejak

dirawat

3-5kali sehari

Kekuning-kuningan

Bau Khas

(34)

KLASIFIKASI DATA (CP.1A)

Nama Klien : Tn “L”

Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

No. RM : 69 56 18

Ruang Perawatan : Lontara 2 BD – Urology

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Klien mengatakan nyeri di daerah suprapubis

 Klien mengatakan nyeri seperti teriris-iris

 Klien mengatakan sulit berkemih  Klien mengatakan merasa tidak puas

saat berkemih

 Klien mengatakan bahwa ia sangat berharap dokter dan perawat dapat membantu menyembuhkan sakitnya.

 Ekspresi wajah meringis  Klien sering mengelus bagian

yang sakit

 Klien nampak gelisah  Kencing berwarna merah  TTV :

(35)

ANALISA DATA ( CP 1B)

Nama Klien : Tn “L”

Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

No. RM : 69 56 18

Ruang Perawatan : Lontara 2 BD - Urology

N

O DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS :

 Klien mengatakan nyeri di daerah suprapubis

 Klien mengatakan nyeri seperti

teriris- Klien mengatakan sulit berkemih  Klien mengatakan

merasa tidak puas saat berkemih

DO :

 Kencing berwarna merah

Perkembangan sel kanker

Pembentukan massa

Obstruksi saluran kemih

Gangguan pola eliminasi BAK

(36)

3 DS :

 Klien mengatakan bahwa ia sangat berharap dokter dan perawat dapat membantu

menyembuhkan sakitnya

 Klien mengatakan nyeri saat BAK

DO :

 Klien nampak

gelisah

Perkembangan penyakit yang berlanjut

Proses hospitalisasi

Tekanan psikologis

Ansietas

(37)

DIAGNOSA KEPERAWATAN (CP.2)

Nama Klien : Tn “L”

Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

No. RM : 69 56 18

Ruang Perawatan : Lontara 2 BD - Urology

NO MASALAH/DIAGNOSA TANGGAL

DITEMUKAN

TANGGAL TERATASI 1.

2.

3.

Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan adanya obstruksi saluran kemih.

(38)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (CP 4 & 5)

Nama Klien : Tn “L”

Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

No. RM : 69 56 18

Ruang Perawatan : Lontara 2 BD - Urology

NO

1. Mengkaji tingkat nyeri atau ketidaknyamanan klien pada skala 0 sampai 10.

Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada skala 2, klien nampak gelisah 2. Mengajarkan teknik

relaksasi dan distraksi Hasil : klien mengerti teknik yang diajarkan 3. Membantu pasien

untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan

S :

 Klien mengeluh nyeri pada skala 2

O :

 Klien nampak gelisah dan meringis

A

 Masalah belum teratasi

P

(39)

melalui interaksi dengan keluarga. Hasil : klien mengerti dan keluarga akan membantu klien. 2 15.10 1. Mengbservasi output

dan intake cairan selama 24 jam.

Hasil : klien minum 8 gelas air/hari, kencing berwarna merah

2. Menganjurkan pasien mempertahankan kemih menyebabkan iritasi kandung kemih

 Klien mengeluh sulit berkemih

O :

 Kencing berwarna merah A :

Masalah belum teratasi

P :

Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

3 15.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien

Hasil : klien nampak

gelisah dengan

S :

 klien mengatakan sangat berharap pengobatannya akan berhasil

O

(40)

keadaannya

2. Memberi informasi

sesuai dengan

kebutuhan klien

Hasil : klien

mendengarkan apa yang dijelaskan

3. Menjelaskan

pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan Hasil : klien mengerti setiap penjelasan yang diberikan

4. Memberikan

lingkungan yang tenang dan nyaman Hasil: keluarga klien

membantu untuk

memberikan

ketenangan bagi klien 5. Mempertahankan

kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Hasil : klien sangat mengaharapkan

perawat dan dokter

dapat menolong

penyembuhannya

 klien mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan A :

Masalah belum teratasi P :

(41)

1 Selasa 27/01/2015

14.50

1. Mengkaji tingkat nyeri atau ketidaknyamanan klien pada skala 0 sampai 10.

Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada skala 2, klien nampak gelisah 2. Mengevaluasi teknik relaksasi dan distraksi yang telah diajarkan Hasil : klien mengerti teknik yang diajarkan dan sudah

mempraktekkannya. 3. Membantu pasien

untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui interaksi dengan keluarga. Hasil : klien mengerti dan keluarga akan membantu klien.

S :

 Klien mengeluh masih nyeri pada skala 2

O :

 Klien nampak gelisah dan meringis

A

 Masalah belum teratasi P

 Lanjutkan intervensi 1,2,3

2 15.10 1. Mengbservasi output dan intake cairan selama 24 jam.

Hasil : klien minum 8 gelas air/hari, kencing

S :

 Klien mengeluh sulit berkemih

O :

 Kencing berwarna merah A :

(42)

berwarna merah

2. Menganjurkan pasien mempertahankan kemih menyebabkan iritasi kandung kemih

3 15.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien

Hasil : klien nampak

gelisah dengan

keadaannya

2. Memberi informasi

sesuai dengan

kebutuhan klien

Hasil : klien

mendengarkan apa yang dijelaskan

3. Menjelaskan

pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan

S :

 klien mengatakan sangat berharap pengobatannya akan berhasil

O

 klien nampak gelisah  klien mendengarkan setiap

penjelasan yang diberikan A :

Masalah belum teratasi P :

(43)

diri dalam pengobatan

1. Mengkaji tingkat nyeri atau ketidaknyamanan klien pada skala 0 sampai 10.

Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada skala 2, klien nampak gelisah 2. Mengvaluasi teknik

relaksasi dan distraksi yang telah diajarkan

S :

 Klien mengeluh masih nyeri pada skala 2

O :

 Klien nampak gelisah dan meringis

A

 Masalah belum teratasi

P

(44)

Hasil : klien mengerti teknik yang diajarkan dan sudah

mempraktekkannya. 3. Membantu pasien

untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui interaksi dengan keluarga. Hasil : klien mengerti dan keluarga akan membantu klien. 2 15.10 1. Mengbservasi output

dan intake cairan selama 24 jam.

Hasil : klien minum 8 gelas air/hari, kencing berwarna merah

2. Menganjurkan pasien mempertahankan

 Klien mengeluh masih sulit berkemih

O :

 Kencing berwarna merah A :

Masalah belum teratasi

P :

(45)

kemih menyebabkan 3 15.30 1. Mengkaji tingkat

kecemasan klien

Hasil : klien nampak

gelisah dengan

keadaannya

2. Memberi informasi

sesuai dengan

kebutuhan klien

Hasil : klien

mendengarkan apa yang dijelaskan

3. Menjelaskan

pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan

 klien mengatakan sangat berharap pengobatannya akan berhasil

O

 klien nampak gelisah  klien mendengarkan setiap

penjelasan yang diberikan A :

Masalah belum teratasi P :

(46)

ketenangan bagi klien 5. Mempertahankan

kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Hasil : klien sangat mengaharapkan

perawat dan dokter

dapat menolong

(47)

RENCANA KEPERAWATAN (CP.3)

Nama Klien : Tn “L”

Tanggal Lahir : 01 Juli 1956

No. RM : 69 56 18

Ruang Perawatan : Lontara 2 BD - Urology

N O.

NDX DATA

PENUNJANG TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri berhubungan dengan aktivasi mediator kimia yang ditandai dengan : DS :

 Klien mengatakan nyeri di daerah suprapubis

 Klien mengatakan nyeri seperti

teriris-Nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :

-klien

1. Minta pasien untuk menilai nyeri atau

ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10.

2. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.

3. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan

1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi

2. Dapat mengurangi rasa

ketidaknyamanan karena nyeri 3. Meningkatkan relaksasi dan

(48)

TD : 130/90 mmhg N : 60x/mnt P : 20x/mnt S : 36,2 0 C

melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape, dan interaksi dengan pengunjung.

4. Jadwalkan periode istirahat, berikan

lingkungan yang tenang.

5. Gunakan pendekatan yang positif Untuk

mengoptimalkan respons pasien terhadap analgesik.

4. Menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapi nonfarmakologis. Penurunan kelemahan dan menghemat energi, meningkatkan kemampuan koping.

5. Membantu memurunkan ambang persepsi nyeri dan

mengoptimalkan respon terhadap analgesik.

(49)

BAK berhubungan dengan adanya obstruksi saluran kemih yang ditandai dengan:

DS :

 Klien mengatakan sulit berkemih  Klien mengatakan

merasa tidak puas saat berkemih

DO :

 Kencing berwarna merah

perawatan

diharapkan pola eliminasi klien membaik dengan criteria

mempertahankan intake cairan yang adekuat. agar dapat di jadikan acuan dalam melakukan indakan keperawatan selanjutnya.

2. Agar dapat memperlunak sehubungan dengan obstruksi yang terjadi

3. Mengurangi tingka kecemasan keluarga dan memnambah pengetahuan tentang kanker kndung kemih pada keluarga

4. Untuk mengurangi gejala iritasi lanjut penyakit, prognosis dan pengobatan

Kecemasan hilang dengan criteria:  Klien nampak

1. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat

(50)

DS :

 Klien mengatakan bahwa ia sangat

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,

mempersiapkan diri dalam pengobatan

4. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

5. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar

2. Dapat menurunkan kecemasan klien

3. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya

4. Memberikan kesempatan pada

klien untuk

berpikir/merenung/istirahat.

(51)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ekstrak daun Afrika mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis dan ekstrak daun

Hasil perhitungan faktor kemanan dengan menggunakan software slide dengan ketiga metode memberikan nilai faktor keamanan yang lebih kecil dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa

Tasik Creative and Innovation Committee mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengembangan sektor ekonomi kreatif dan inovasi di Kota Tasikmalaya dan

Adapun kriteria dan subkriteria yang dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja UMKM dengan menggunakan metode balanced score-.. card (Gambar

menggunakan uji Statistika multiple linear regression dimana variabel- variabel independennya adalah ROA, ROE, PBV, PER, NPM, dan OPM sedangkan variabel dependennya

Dari hasil analisis serta hasil korelasi dari beberapa data di atas, sehingga diperoleh hasil berupa desain Pusat Pembinaan Tuna Netra dan Tuna Rungu Untuk Anak dan

Gejala dari diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia, hal ini dapat terjadi karena defisiensi ADH atau disebut diabetes insipidus sentral dan tidak sensitifnya