• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IDENTITAS NASIONAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III IDENTITAS NASIONAL (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional

Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi dewasa ini mendapat tantangan yang sangat kuat, terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalis Revolution, era globalisasi dewasa ini ideology kapitalislah yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi system internasional yang menentukan nasib ekonimi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia dan secara tidak langsung juga nasib, social, pilotik, kebudayaan (Berger, 1988). Perubahan global ini menurut Fukuyama (1989: 48 ), membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi partikular kea rah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan menguasainya.

Dalam kondisi seperti ini negara nasional akan dikuasai oleh negara transnasional, yaitu lazimnya disadari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme (Rosenau). Knsekuensinya negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin mendesak. Namun demikian dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung pada kemampusn bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius

dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan maenghadapi challance dan rwepose.

Jikalau challance cukup besar sementara response kecil maka, bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aboringin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jikalau challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi glibalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nesionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

(2)

Pengertian kepribadian suatu bangsa sebenarnya pertama kali muncul dari para pakar psikologi. Manusia sebagai indivisu sulit dipahami manakala ia terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian suatu identitas adalah keseluruha atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.

Jikalau kepribadian adalah identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai perasaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persaman watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mensiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”. Tokoh-tokoh yang mengkaji tentang kepribadian bangsa adalah Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner, David Riesman. Menurut Mead dalam “ Anthropology to Day” (1954) misalnya, bahwa stydi tentang “National Character” mencoba untuk menyusun suatu kerangka pikiran yang menurut suatu konstruksi tentang bagaimana sifat-sifat yang dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur ideotyncrotie pada tiap-tiap manusia dan patrooon umum serta patron individu dari proses pendewasaannya diintegrasikan dalan tradisi social yang didukung oleh bangsa itu sedemikian rupa sehingga Nampak sifat-sifat kebudayaan yng sama, yang menonjol yang menjadi cirri khas suatu bangsa tersebut (Kroeber, 1954; Ismaun, 1981: 7)\

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi:

1. Faktor objektif, yang meliputi factor geografis-ekologis dan demografis,

2. Faktor subjektif, yang meliputi factor historis, social, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).

Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terleteak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, social dan kultural bangsa Indonesia.

(3)

1. Etnisitas, territorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya.

2. Pembangunan komunikasi dan teknologi,lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara

3. Kodikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan system pendidikan nasional.

4. Penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternative melalui kolektif rakyat

Dari keempat faktor di atas pasa dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang darimana sebelum bangsa Indonesia merdeka. Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarrnta melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat juga dengan social, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari mmenjadi asyarakat Internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berdeda-beda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanla prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dang bernegara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yg di angkat dari filsafat hidup atau pandangangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstrasasikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu pancasila dari dasar filsafat suatu bangsa dan negra berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Hal inilah menurut Titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu pandangan hidup masyarakat (Titus, 1984).

(4)

Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jatidiri bangsa Indonesia sera identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jatidiri serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit serta kerajaaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala. Proses terbentuknya dan Negara Indonesia melalui suatu proses sejarah cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai Nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit diJawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin di istilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudia dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudia di proklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam prespektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur indentitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (1) diatas disebutkan bahwa ”Usaha kartu kredit merupakan usaha dalam kegiatan pemberian kredit atau pembiayaan untuk

Adapun materi dan objek komparatif yang dikorelasikan dengannya adalah berupa (a) Gambaran tentang Konsepsi Bunga Padma yang tersurat dalam naskah manuskrip

Kegiatan diawali dengan berdoa dan pemanasan terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan materi dasar (basic) oleh pelatih, saat pelatih memberikan

Identifikasi gen STOX1 dilakukan dengan metode PCR dengan forward primer adalah 5’-TGGGTGTGAA-3’ dan reversed primer 5’-TTGGAGCGTTTGATGAAACA-3’ (First Base,

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri asam laktat yang berasal dari pikel ketimun dan acar yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Sarwendah Nugrahaning Putri, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh NPL dan LDR Terhadap NIM Dengan ROA

Variabel yang diamati meliputi kadar air dengan metode pengeringan (AOAC, 2007), kadar abu dengan metode pengabuan langsung (AOAC, 2007), kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC,

Masing-masing tema dibentuk dari kategori dan kata kunci yang didapat dari pernyataan partisipan, yaitu: arti seksualitas, perubahan seksualitas, penyebab perubahan hasrat