• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal skripsi narkoba jenis baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "proposal skripsi narkoba jenis baru"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang

Pada era globalisasi ini masyarakat lambat laun berkembang, dimana perkembangan itu selalu

diikuti proses penyesuaian diri yang kadang-kadang proses tersebut terjadi secara tidak

seimbang. Dengan kata lain, pelanggaran terhadap norma-norma tersebut semakin sering terjadi

dan kejahatan semakin bertambah, baik jenis maupun bentuk polanya semakin kompleks.

Perkembangan masyarakat itu disebabkan karena ilmu pengetahuan dan pola pikir masyarakat

yang semakin maju.

Masyarakat berusaha mengadakan pembaharuan-pembaharuan di segala bidang. Namun

kemajuan teknologi tidak selalu berdampak positif, bahkan ada kalanya berdampak negatif.

Maksudnya adalah dengan kemajuan teknologi juga ada peningkatan masalah kejahatan dengan

menggunakan modus operandi yang canggih. Hal tersebut merupakan tantangan bagi aparat

penegak hukum untuk mampu menciptakan penanggulangannya, khususnya dalam kasus

narkotika dan obat-obatan terlarang.

Penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan

perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkotika melingkupi semua lapisan

masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Penyalahgunaan narkotika dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa.

Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran gelap yang makin meluas dan

berdimensi internasional. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan

narkotika dan upaya pemberantasan peredaran gelap mengingat kemajuan perkembangan

komunikasi, informasi dan transportasi dalam era globalisasi saat ini.1

▸ Baca selengkapnya: proposal tahun baru 2023

(2)

Dewasa ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, mulai bermunculanlah

narkotika-narkotika jenis baru. Dalam hal ini, narkotika jenis baru yang dimaksudkan adalah

narkotika yang jenis atau kandungannya belum diklasifikasikan di dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia. Sebagai contoh nyata dari kasus yang terkait dengan penyalahgunaan

narkotika jenis baru adalah kasus penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh artis Indonesia,

Raffi Ahmad, pada awal tahun 2013. Raffi Ahmad dituduh telah memiliki dan menggunakan

narkotika yang belum terdaftar dalam perundang-undang Indonesia, yaitu derivat catinon.

Senyawa Catinon sudah masuk dalam undang-undang namun narkotika jenis derivat catinon

belum masuk di dalam undang-undang, lantaran adanya zat baru.

Kedatangan narkotika jenis baru di Indonesia ini pun menjadi masalah aktual. Di satu sisi,

penyalahgunaan narkotika merupakan pelanggaran hukum yang tidak dapat ditoleransi, dan di

sisi lain penyalahgunaan narkotika jenis baru merupakan sebuah bentuk tindakan pidana yang

tidak dapat dikenakan hukuman mengingat adanya asas legalitas dalam hukum pidana. Apabila

kita membandingkan fakta ini dengan kasus yang menimpa Raffi Ahmad, maka pertanyaan yang

akan muncul adalah, apakah Raffi Ahmad bisa didakwa atas penyalahgunaan narkotika baru

dengan jenis derivat catinon?

Pertanyaan yang disajikan di atas inilah yang mendorong Penulis untuk melakukan penelitian

hukum dengan judul “PROSES HUKUM TERHADAP PELAKU PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA YANG BELUM TERKLARIFIKASI DAN TERDAFTAR OLEH HUKUM DI

INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA”

(3)

Bagaimana upaya penegakan hukum yang dilakukan untuk kasus penyalahgunaan narkotika

yang belum terklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dan pembaca terhadap

narkotika, baik terkait dengan jenis-jenisnya, proses penegakan hukum terhadap para pihak yang

menyalahgunakannya, dan solusi terhadap kasus penyalahgunaan narkotika yang belum

terklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi mengenai hal–hal yang berhubungan dengan kasus pidana, dalam hal ini

narkotika, dan secara spesifik yang terkait dengan proses hukum terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika yang belum terklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik kepada lembaga penyelidik, penyidik,

dan peradilan di Indonesia yang tentunya selalu berhadapan dengan kasus narkotika itu sendiri,

maupun kepada seluruh anggota masyarakat termasuk mahasiswa yang ingin mendalami kasus

(4)

Metode Penelitian

Menurut Prof. Rianto Adi,metodelogi penulisan merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang

baru dilalui dalam suatu proses penelitian/ilmu yang membahas metode ilmiah dalam

mencari,mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.Sedangkan penelitian

sendiri adalah tiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang

sistematika dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman) yang artinya metode dapat diuji

beberapa kali dengan hasil yang sama. Dalam melaksanakan penulisan hukum ini,maka metode

penelitian yang dipilih oleh penulis sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian penulisan hukum ini menggunakan metode yuridis normatif. Metode yuridis normatif

merupakan studi penulisan dokumen baik itu kajian terhadap norma dan asas yang ada di dalam

tersebut. Metode penelitian hukum ini mengkaji hukum normatif, yaitu peraturan mengenai

narkotika serta penyalahgunaannya di Indonesia.

2. Metode Perolehan Data

a. Data Primer

Penulis sejauh ini belum melakukan pengumpulan data primer, tetapi di masa mendatang

tentunya Penulis akan mencoba untuk melakukan pengumpulan data primer dengan cara

wawancara terhadap sumber yang kredibel mengenai tema ini, misalnya staf di Badan Narkotika

Nasional (BNN) serta beberapa narasumber lain.

(5)

Data yang tidak secara langsung diperoleh dari sumbernya melainkan melalui penelusuran

kepustakaan, terdiri dari:

1. bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang berasal dari aturan hukum mengikat seperti

Peraturan Perundang-Undangan maupun perjanjian dan konvensi internasional. Dalam penulisan

hukum ini meliputi Undang-Undang Nomor 35 / 2009 tentang Narkotika, KUHP, serta

peraturan-peraturan terkait.

2. bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang diperoleh dari berbagai kepustakaan seperti

buku, jurnal ilmiah, hasil penelitian, makalah dalam seminar maupun internet yang berkaitan

dengan penelitian ini.

3. bahan Hukum Tersier yaitu data yang diambil dari kamus, ensiklopedia, dan yearbook untuk

membantu menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder dalam penelitian hukum ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Secara harafiah, narkotika sebagaimana di ungkapkan oleh Wilson Nadack alam bukunya

“Korban Ganja dan Masalah Narkotika”, merumuskan sebagai berikut : Narkotika berasal dari

bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh, dan dungu.2 Menurut Farmakologi

medis, yaitu “ Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang

berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong masih sadar namun

masih harus digertak) serta adiksi.3 Sementara itu Undang – undang nomor 35 tahun 2009 Pasal

1 menjelaskan bahwa narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

2 Wilson Nadack, 1983, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, Indonesia Publishing House, Bandung, hal. 122.

(6)

kesadaran, hilangnya rasa sakit, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Prekursor Narkotika merupakan zat atau bahan pemula atau kimia

yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.4

Salah satu persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, dan juga bangsa-bangsa

lainnya di dunia saat ini adalah seputar maraknya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan

berbahaya (narkotika), yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Saat ini, jutaan orang telah

terjerumus ke dalam ‘lembah hitam’ narkotika, ribuan nyawa telah melayang karena jeratan

‘lingkaran setan’ bernama narkotika, telah banyak keluarga yang hancur karenanya dan tidak

sedikit pula generasi muda yang kehilangan masa depan karena perangkap ‘makhluk’ yang

disebut narkotika ini. Kita tahu bahwa pondasi utama penyokong tegaknya bangsa ini dimulai

dari keluarga, sehingga ketika keluarga hancur, rapuh pula bangunan bangsa di negeri ini.

Pada pasal 1 angka 12 Undang-undang Narkotika, dijelaskan bahwa pecandu adalah orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sementara pasal 1 angka 13 Undang-undang

Narkotika, dijelaskan bahwa ketergantungan Narkotika adalah gejala dorongan untuk

menggunakan Narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus Narkotika apabila

penggunaan dihentikan. Sedangkan pasal 1 angka 14 Undang-undang Narkotika, dijelaskan

bahwa penyalahguna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa sepengetahuan dan

pengawasan dokter. Sebagaimana yang diamanatkan dalam konsideran Undang-undang

Narkotika, bahwa ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat

dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun di sisi lain mengingat

dampak yang dapat ditimbulkan dan tingkat bahaya yang ada apabila digunakan tanpa

(7)

pengawasan dokter secara tepat dan ketat maka harus dilakukan tindakan pencegahan dan

pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.

Memahami pengertian penyalahguna yang diatur dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang

Narkotika, maka secara sistematis dapat diketahui tentang pengertian penyalahgunaan Narkotika,

yaitu pengunaan Narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Pengertian tersebut

menyatakan bahwa ancaman dan bahaya pemakaian Narkotika secara terus-menerus dan tidak

terawasi dan jika tidak segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek

ketergantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakaianya, atas dasar hal

tersebut, secara sederhana dapat disebutkan bahwa penyalahgunaan Narkotika adalah pola

penggunaan Narkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi sosial.

Penyalahgunaan narkotika adalah bentuk kejahatan berat yang sekaligus merupakan penyebab

yang dapat menimbulkan berbagai bentuk kejahatan.5 Hambatan fungsi sosial dapat berupa

kegagalan untuk memenuhi tugasnya bagi keluarga atas teman-temannya akibat perilaku yang

tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat hukum

karena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk

membeli Narkotika. Terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang tersebut, hukum harus

tetap ditegakkan. Hukum berfungsi sebagai pengendalian sosial (social control), memaksa warga

masyarakat untuk mematuhi perundang-undangan yang berlaku.6

Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika tidak bisa lepas dari tujuan

Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum

berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945.7 Kebijakan dalam penanggulangan dan

5 Soedjono, 1985, Kriminologi, Bunga Rampai, Bandung, hal. 157

6 Gatot Supramono, 2007, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta, hal. 6.

(8)

pemberantasan tindak pidana narkotika dilakukan dengan menggunakan instrumen hukum

melalui penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika. Penegakan hukum pada hakikatnya

adalah penegakan norma-norma hukum, baik yang berfungsi suruhan (gebot, command) atau

berfungsi lain seperti memberi kuasa (ermachtigen to empower), membolehkan (erlauben, to

permit), dan menyimpangi (derogieren, to derogate).8 Kebijakan dalam penanggulangan dan

pemberantasan narkotika dimulai dengan penegakan hukum oleh instansi kepolisian.

Perkembangan jenis narkotika begitu pesat. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat hampir

tiap tahun muncul narkotika jenis baru. Kemunculan narkotika bentuk baru ini tentulah sangat

berbahaya bagi masyarakat yang awam.9 Bahaya yang dimaksud terutama terkait dengan bentuk

dan efek sampingnya yang masih belum dikenal luas. Selain itu, narkotika jenis baru juga sangat

menyulitkan lembaga penyelidik, penyidik, dan peradilan, karena posisinya yang berada di luar

kategori-kategori narkotika yang diklasifikasikan dalam peraturan perundang-undangan.

Absennya pengaturan terhadap narkotika jenis baru tersebut berpotensi mengakibatkan proses

peradilan yang tidak adil bagi pihak pelaku penyalahgunaan, mengingat penyalahgunaan

narkotika merupakan salah satu bentuk tindakan pidana yang pada dasarnya menganut asas

legalitas. Asas legalitas itu sendiri merupakan isi dari pasal 1 KUHP yang berbunyi “Tidak dapat

dipidana seseorang kecuali atas perbuatan yang dirumuskan dalam suatu aturan

perundang-undangan yang telah ada terlebih dahulu.” Asas legalitas bisa diuraikan, bahwa dalam

menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang di dalam peraturan bukan saja tentang

macamnya perbuatan yang harus dirumuskan dengan jelas, tetapi juga macamnya pidana yang

diancamkan. Dengan cara demikian maka orang yang akan melakukan perbuatan yang dilarang

8 Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafka, Jakarta, hal. 42.

(9)

itu telah mengetahui terlebih dahulu pidana apa yang akan dijatuhkan kepadanya jika nanti

betul-betul melakukan perbuatan, sehingga dalam batin orang itu akan mendapat tekanan untuk tidak

berbuat. Andaikata dia ternyata melakukan juga perbuatan yang dilarang, maka dipandang dia

menyetujui pidana yang akan dijatuhkan kepadanya.

Terkait dengan proses hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika yang belum

terklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia, Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN),

Komjen Pol Anang Iskandar telah memberikan pernyataan:

"Saat itu Zarima diputus tahun 1996 belum ada undang-undang narkotika, setahun kemudian baru ada. Tetapi hakim tahu obat itu berbahaya, sehingga diputus bersalah,"10

Zarima yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah seorang aktris yang juga menjadi

pelaku penyalahgunaan narkotika yang ditahan karena memiliki hampir 30.000 pil ekstasi.

Melalui pernyataan di atas, Penulis menemukan bahwa ternyata asas legalitas memang

merupakan asas yang sangat penting dan sebisa mungkin tidak akan disimpangi, tetapi dalam

suatu kondisi tertentu maka hakim harus menggunakan dasar hukum di luar undang-undang

untuk memutus suatu perkara, termasuk terkait dengan kasus narkotika jenis baru ini. Dasar

hukum yang dimaksudkan oleh Penulis antara lain putusan kepada Zarima yang dijelaskan di

alinea sebelumnya itu menjadi yurisprudensi atau dasar bagi penegakan hukum dari obat-obat

jenis baru yang mempunyai efek adiktif laiknya narkotika, atau interpretasi hakim terhadap

peraturan perundang-undangan lain yang sudah ada, misalnya melalui metode penafsiran

analogis.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Arief, Barda Nawawi. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana

Penjara. Semarang: UNDIP, 1996

Asya. Narkotika dan Psikotropika. Jakarta: Asa Mandiri, 2009

Marton, Lydia Harlina. Membantu Pencandu Narkotika dan Keluarga. Jakarta: Balai Pustaka, 2006

Nadack, Wilson. Korban Ganja dan Masalah Narkotika. Bandung: Indonesia Publishing House, 1983

Soedjono. Kriminologi. Bandung: Bunga Rampai, 1985

Sunarso, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Supramono, Gatot. Hukum Narkotika Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2007

Wijaya A.W. Masalah Kenakan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika. Bandung: Armico, 1985

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997

http://news.detik.com/read/2013/06/07/030319/2266669/10/banyak-narkotika-jenis-baru-bnn-sosialisasi-pencegahan-ke-pelajar diakses pada tanggal 13 Juni 2013 19:25

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/06/16/160975/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa menunjukan bahwa nilai optimum kekasaran permukaan pada proses pembubutan paduan Magnesium AZ31 menggunakan Responce Surface Methode Box-Behnken Design

Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bontonompo Kabupaten Gowa.

1. Pola pemanfatan ruang untuk memantapkan fungsi lindung pada kawasan-kawasan yang secara fisik mempunyai limitasi untuk dikembangkan atau perlu dilestarikan, baik

Pada Tabel 4, memperlihatkan hasil pengujian pada sensor HC-SR04 dengan tiga kondisi, yaitu dengan permukaan datar ( flat) , permukaan dengan garis kontur (

Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi daun pandan dengan pelarut etanol 96% teknis, sehingga diperoleh ekstrak yang mengandung senyawa phenolic sebagai

Camat sebagai penyelenggara pemerintahan di tingkat kecamatan memilki tugas untuk memimpin pemerintahan, melaksanakan usaha pembangunan, dan membina masyarakat.Dalam

Sama seperti pada media kultivasi cair, kultivasi pada substrat padat juga menunjukan bahwa semakin lama waktu fermentasi semakin tinggi juga produk asam sitrat yang terbentuk..

Bapak Yulian Warman, Public Relations Division Head PT Astra International Tbk, sebagai narasumber peneliti dalam melakukan wawancara yang telah memberikan uraian mengenai