• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN SALURAN

TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER

Widen Lukmantono, Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng, Ir.Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak - Energi listrik sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan energi listrik di Indonesia. Oleh karena itu PLN sebagai penyedia energi listrik semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan merencanakan membangun Gardu Induk 150 kV Bambe. Dengan adanya rencana pembangunan Gardu Induk tersebut, perlu juga dilakukan perencanaan penyaluran energi listrik yaitu melalui saluran transmisi (SUTT) 150 kV.

Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang perencanaan pembangunan saluran transmisi 150 kV sepanjang ± 2.445,114 m mulai dari Gardu Induk 150 kV Karangpilang sampai Gardu Induk 150 kV Bambe yang melalui 2 Kota/Kabupaten dan 3 kecamatan. Pembangunan SUTT 150 kV Bambe Incomer direncanakan akan menyalurkan daya sebesar 400 MVA / sirkit. Dengan pembahasan tersebut diharapkan dapat diperoleh dasar peralatan penyaluran energi listrik melalui jaringan transmisi tegangan tinggi 150 kV yang tepat. Sehingga dapat dilakukan penyaluran energi listrik yang sesuai secara teknis dan ekonomis. Saluran transmisi 150 kV Bambe Incomer ini diharapkan dapat mensuplai energi listrik dan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di daerah Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya yang merupakan daerah perkembangan industri di wilayah masing - masing.

Kata kunci : transmisi 150 kV, energi listrik.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Energi listrik sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan energi listrik. Oleh karena itu PLN sebagai penyedia energi listrik semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan merencanakan membangun Gardu Induk 150 kV Bambe. Dengan adanya rencana pembangunan Gardu Induk tersebut, perlu juga dilakukan perencanaan penyaluran energi listrik yaitu melalui saluran transmisi (SUTT) 150 kV yang direncanakan akan menyalurkan daya sebesar 400 MVA / sirkit sepanjang ± 2.445,114 m mulai dari Gardu Induk 150 kV Karangpilang sampai Gardu Induk 150 kV Bambe (baru) yang melalui 2 Kota/Kabupaten dan 3 kecamatan.

Sebelum pembangunan saluran transmisi diatas tentu saja harus memperhatikan hal -hal yang mempengaruhi perancangan peralatan tegangan tinggi yang nantinya digunakan dalam proses penyaluran energi listrik misalnya kondisi tanah tempat tower- tower, jarak antar kawat – kawat (konduktor), pemilihan kawat (konduktor) yang ekonomis, jumlah

isolator, perhitungan tegangan tarik andongan dari kawat yang dibentang, pentanahan kaki tower transmisi dan penentuan kawat pelindung petir. Sehingga hasil yang diharapkan dari perencanaan peralatan tegangan tinggi adalah dapat menghasilkan proses penyaluran energi listrik yang efektif dan efisien.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut, permasalahan yang timbul sebagai berikut:

1. Bagaimana menyalurkan daya untuk mengurangi beban dari GI 150 kV Karangpilang dan GI 150 kV Waru.

2. Bagaimana menentukan peralatan saluran udara tegangan tinggi 150 kV.

3. Bagaimana menentukan sistem pentanahan dari Overhead Ground Wire dan pentanahan kaki-kaki tower transmisi.

4. Bagaimana menentukan perhitungan sagging pada ketiga kawat phasa dan kawat tanah.

5. Bagaimana meminimalkan dampak lingkungan dari pembangunan saluran transmisi SUTT 150 kV Bambe Incomer.

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini permasalahan akan dibatasi pada perencanaan peralatan saluran udara tegangan tinggi yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari Gardu Induk 150 kV Karangpilang sampai Gardu Induk 150 kV Bambe (baru). Menggunakan tegangan 150 kV dan perhitungan sistem pentanahan dari Ground Wire untuk melindungi kawat penghantar dari sambaran petir dan pentanahan kaki- kaki tower transmisi.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan perhitungan dan pemilihan peralatan saluran transmisi 150 kV yang sesuai secara teknis sehingga dapat menunjang pemenuhan kebutuhan energi listrik di daerah perkembangan industri di wilayah Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya.

1.5 Relevansi

(2)

proses pengerjaan perencanaan peralatan tegangan tinggi yang baru dapat lebih mudah.

II. JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK 2.1 Konsep Perencanaan Jaringan Transmisi

Pusat - pusat listrik tenaga itu umumnya terletak jauh dari tempat - tempat dimana tenaga listrik itu digunakan atau pusat - pusat beban (load centers), karena itu tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat - kawat atau saluran transmisi kemudian dengan pertolongan transformator daya tegangan yang tadinya rendah yaitu 6 kV sampai 24 kV ditingkatkan ke tegangan yang lebih tinggi hingga 30 kV sampai 500 kV (bahkan di negara maju sampai 1000 kV).[1]

Ada dua kategori saluran trasmisi (overhead lines) dan saluran kabel tanah (underground cable). Yang pertama menyalurkan tenaga listrik melalui kawat - kawat yang digantung pada menara atau tiang transmisi dengan perantaraan isolator - isolator, sedang kategori yang kedua menyalurkan tenaga listrik melalui kabel - kabel yang ditanam dibawah permukaan tanah. Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri - sendiri, dibandingkan saluran udara, saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk , taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.[1]

Lagipula, saluran bawah tanah lebih estetis karena tidak mengganggu pemandangan. Karena alasan terakhir. saluran bawah tanah lebih disukai, terutama umtuk daerah yang padat penduduknya dan di kota - kota besar. Namun biaya pembangunannya jauh lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara, dan perbaikannya jauh lebih sukar bila terjadi gangguan hubung singkat dan kesukaran - kesukaran lain. 2.2 Komponen Utama Jaringan Transmisi

Komponen - komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari :

a. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta pondasinya,

b. Isolator - isolator,

c. Kawat penghantar (conductor), dan d. Kawat tanah (ground wire)

2.2.1 Menara Transmisi atau Tiang Transmisi Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi yang dapat berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu. Tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran - saluran dengan tegangan kerja relatif tinggi dan extra tinggi digunakan menara baja.

Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu : menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan dan menara transposisi.

2.2.2 Isolator

Isolator berfungsi untuk mengisolasi sistem tegangan baik antar fasa dengan tanah (fungsi elektris) serta memikul beban mekanispenghantar yang

diisolasikannya (fungsi mekanis). Oleh karena itu tingkat isolasi dan kekuatan mekanisnya harus benar - benar diperhatikan sehingga tidak memungkinkan terjadinya arus bocor listrik pada suatu sistem. Tingkat isolasi ini adalah tingkat kemampuan memisahkan sistem tegangan sehingga tidak tembus ke sekelilingnya.

Jenis yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.Menurut penggunaan dan kontruksinya dikenal tiga jenis isolator yaitu, isolator jenis pasak, isolator jenis pos-saluran, isolator gantung. Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada pos-saluran transmisi dengan kerja relatif rendah (kurang dari 22 - 33 kV), sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan kebutuhan.[1]

2.2.3 Kawat Penghantar

Jenis - jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah :

Tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut :[2]

a. AAC = All - Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium.

b. AAAC = All Aluminium - Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.

c. ACSR = Aluminium Conductor Steel - Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium ber-inti kawat baja.

d. ACAR = Aluminium Conductor Alloy - Reinforced, yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan disbanding dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. tapi kelemahan nya ialah untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga.

Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (aluminium alloy). Untuk saluran - saluran tegangan tinggi, dimana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR. 2.2.4 Kawat Tanah

(3)

(steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak jarang digunakan ACSR.

2.3 Konfigurasi Saluran Transmisi

Dalam saluran transmisi udara, dikenal beberapa macam bentuk konfigurasi saluran yaitu :

1. Saluran Transmisi dengan Konfigurasi Horisontal

2. Saluran Transmisi dengan konfigurasi Vertikal

3. Saluran Transmisi dengan Konfigurasi Delta 2.4 Dasar Pemilihan Tegangan

Pemilihan tegangan saluran transmisi berkaitan erat dengan kapasitas daya yang disalurkan. Pada penyaluran tenaga listrik dengan daya besar dan jarak yang relatif panjang, banyak hal - hal yang perlu dipertimbangkan terutama ditinjau dari segi ekonisnya seperti efisiensi, losses, factor cuaca, jenis konduktor, temperature dan lain - lain. Untuk mengatasi hal itu, maka dalam transmisinya biasanya cenderung untuk menaikkan tegangannya ketingkat tegangan yang lebih tinggi. Dengan cara ini maka daya guna penyaluran akan lebih efektif karena rugi - rugi transmisi dapat diturunkan.

Langakah - langkah yang dilakukan pada proses estimasi dan penentuan tegangan kerja adalah sebagai berikut :

a. Input data daya yang dikirim Pr (MW) dan panjang saluran (km)

b. Input data pemilihan tegangan standar V (kV) c. Penetuan nilai koefisien kapasitas k.

d. Perhitungan daya saluran Prs (MW) dengan menggunakan rumus :[9]

Prs = (2.1)

Dengan :

Prs = Kapasitas daya saluran (MW) V = Tegangan standar (kV) k = Koefisien kapasitas L = Panjang saluran (km)

Nilai tegangan yang dipakai dalam perhitungan ini adalah nilai - nilai tegangan standar. Tiap nilai tegangan standar mempunyai koefisien kapasitas yang tertentu.

2.5 Pemilihan Ukuran Konduktor

Perencanaan suatu jaringan juga meliputi penentuan ukuran tipe konduktor. Ukuran dan tipe konduktor ditentukan oleh arus yang lewat melalui konduktor, karena besar penampang konduktor berbanding lurus dengan kapasitas kuat arusnya. Semakin besar kuat arus yang mengalir melalui saluran transmisi maka semakin besar pula daya yang mampu dikirim oleh saluran transmisi.

Kuat arus perphasa pada perencanaan ini berdasarkan pada rumus sebagai berikut :[7]

I = (2.2) Dimana :

I = Arus per fasa (A)

S = Daya yang dikirim (MVA) Vr = Tegangan sistem (kV)

Setelah didapatkan hasil dari perhitungan perfasa selanjutnya akan dihitung besar dari arus perkonduktor dengan menggunakan rumus,

Ik = I / np (2.3)

Dimana :

Ik = Arus perkonduktor (A) I = Arus perfasa (A) np = Jumlah konduktor perfasa

Dari hasil perhitungan arus perkonduktor tersebut akan ditentukan jenis dan ukuran konduktor dengan melihat pada table pemilihan ukuran konduktor. Kapasitas saluran transmisi Prs dapat dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan pada titik penerimaan dan panjang saluran.

Standar pemilihan tipe serta ukuran konduktor selalu mempertimbangkan faktor - faktor keamanan, sehingga pada pemilihannya akan dipilih ukuran diameter konduktor yang lebih besar.

2.6 Bundle Conductor (Kawat Berkas)

Kawat jenis ini terdiri dari dua kawat atau lebih dalam satu fasanya masing-masing terpisah dengan jarak tertentu. Kawat ini mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan kawat padat, karena dengan menggunakan kawat berkas dapat mengurangi gejala korona, juga kapasitasnya lebih besar serta reaktansinya lebih kecil. Kawat berkas (bundle conductor) lebih tepat bila digunakan pada tegangan transmisi dengan tegangan diatas 230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuk tegangan transmisi yang lebih rendah apabila dibutuhkan kapasitas saluran transmisi yang lebih baik dan tinggi.

Pada penerapannya diperlukan pula perentang

(spacer) yang berfungsi untuk menghindarkan

terjadinya tumbukan antar sub konduktor karena gejala elektro mekanis atau angin. Keuntungan menggunakan

bundle conductor bila dibandingkan dengan

menggunakan single conductor adalah :

1. Mampu menyalurkan daya yang lebih besar dengan kerugian yang kecil karena bisa dicapai efisiensi yang tinggi.

2. Mempunyai induktansi dan reaktansi perfasa yang kecil untuk konduktor dengan material yang sama.

3. Mempunyai kapasitas perfasa yang lebih besar reaktansi yang lebih rendah dan memperbesar muatan arus yang dapat memperbaiki faktor daya.

(4)

R = (2.4) Untuk jarak yang sama maka :

untuk n = 3 maka R = So / untuk n = 4 maka R = So / untuk n = 6 maka R = So

untuk n = 8 maka R = So / (2.sin22,5°) Dimana :

R = Jarak sub bundle conductor ke pusat lingkaran

So = Jarak spasi antar sub bundle conductor n = Jumlah sub conductor

2.7 Rugi Daya Saluran Transmisi

Rugi-rugi yang dialami oleh saluran transmisi terutama pada saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (EHV) dipengaruhi oleh dua hal yaitu rugi tahanan dan rugi korona, adapun dalam menghitung rugi-rugi tahanan dengan menggunakan rumus : [1]

Rt = 3.n.lk 2

.R (2.5)

Dimana:

Rt = Rugi-rugi tahanan saluran transmisi n = Jumlah konduktor per phasa lk = Arus per konduktor

R = Nilai tahanan resistansi kawat transmisi 2.8 Perencanaan Isolasi Saluran Transmisi

Dalam sistem tenaga sangat diniungkinkan limbulnya tegangan lebih. Tegangan lebih dapat disebabkan oleh kilat dan switching. Berkenaan dengan tegangan ini erat sekali hubungannya dengan isolasi. Pada perencanaan jaringan transmisi perlu juga mempertimbangkan jenis serta jumlah isolasi yang akan digunakan.

Langkah-langkah dalam perencanaan isolasi sebagui berikut:[2]

a. Data Input berupa tegangan sistem V (kV), konfigurasi saluran yang dipilih-KS (horisontal ataukah vertikal), Tipe Insulator yang dipilih (tipe string I atau string V ).

b. Penentuan tegangan flashover lightning (Tegangan Critical flashover) VCFO dan tegangan flashover swhching (Tegangan withstand Switching Surge Crest),

c. Perhitungan koefisien keamanan k, (koefisien keamanan phasa tengah) dan k2 (koefisien keamanan phasa pinggir)

d. Perhitungan jumlah isolator optimal

Perhitungan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah isolator pada tiap-tiap yang mampu menahan tegangan lebih switching dan lightning pada daerah tertentu. Sedangkan langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :

Menentukan jenis isolator dan data kalalog insulator

Penentuan jumlah dan panjang Isolator tiap phase

2.9 Penentuan Outline Tower

Yang dimaksud dengan outline tower adalah informasi dan perancanangan dari sebuah menara (tower) informasi ini sangat dibutuhkan oleh seorang perencana dalam merencanakan suatu sistem jaringan transmisi. Dari data outline tower ini seorang perencana dapat menentukan tipe tower beserta ukuran-ukuran jarak bebas (clearence) yang bersangkutan dengan perancangan tower. Informasi keluaran outline tower yang dibutuhkan terdiri dari :[4] 1. Andongan,

2. Jarak bebas ke tanah (Ground Clearance), 3. Jarak vertikal dan horisontal antar kawat,

4. Diagram clearance dari jarak terhadap kawat fasa, 5. Panjang isolator set.

2.9.1 Andongan

Andongan adalah jarak proyeksi yang diukur dari tinggi tower saluran transmisi terhadap jarak lingkungan penghantar yang terendah. Hal ini terjadi karena beratnya penghantar yang direntangkan antara dua tiang transmisi. Dengan diketahuinya jarak andongan, maka akan ditentukan tinggi menara minimum yang harus dibangun.

Dalam perhitungan andongan, faktor yang perlu diperhhungkan adalah parameter pemuaian penghantar yang disebabkan oleh kenaikan suhu penghantar Karena pemuaian ini akan menyebabkan pertambahan panjang pada penghantar, sehingga juga akan mengakibatkan bertambah panjangnya nilai andongan dan nilai sebenarnya.

Keadaan kondisi permukaan tanah yang tidak rata akan menyebabkan tiang Menara mempunyai perbedaan tinggi antara satu dengan yang lainnya. Pada kondisi seperti ini diperlukan metode perhiturtgan yang berbeda dari perhitungan andongan yang biasanya, perhitungan andongan diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan kondisi menara penyangga pada saluran penghantar, yaitu:

• Menara yang tingginya sama

• Menara yang tingginya berbeda 2.10 Pentanahan Kaki Menara

Untuk melindungi kawat fasa terhadap sambaran langsung dari petir digunakan satu atau dua kawat tanah yang terletak diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan lebih kecil 18°. Dengan demikian kemungkinan terjadiya loncatan api karena sambaran petir secara langsung dapat diabaikan. Kemungkinan terjadinya loncatan balik (back flashover) karena sambaran kilat secara langsung pada puncak menara atau kawat tanah letap masih ada, dan untuk mengurangi tahanan kaki menara harus dibuat tidak melebihi 10 ohm. Tahanan kaki menara 10 ohm dapat diperoleh dengan menggunakan satu atau lebih batang pengetanahan (ground road) dan atau sistem

counterpoise. Pemilihan penggunaan batang

(5)

II. RENCANA JALUR TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER (GI KARANGPILANG - GI

BAMBE BARU)

3.1. Sekilas Tentang GI 150 kV Bambe dan SUTT 150 kV Bambe Incomer.

Pengembangan GI - GI yang mensuplai kawasan Bringkang - Bambe saat ini yaitu :

GI Waru dengan kapasitas 250 MVA, beban 159 MVA (70%) tegangan operasi 150/20 kV. Apabila akan dikembangkan dengan menaikkan kapasitasnya akan mengalami kendala karena jumlah trafo yang sudah ada 7 unit, total penyulang yang keluar sudah 29 buah, GI Driyorejo dengan kapasitas 110 MVA dengan jumlah penyulang 14 (empat belas) buah total beban 83 MVA (75,4%)

Dari beban kedua GI tersebut yang sudah besar dan sulit dikembangkan maka dibuat alternative baru yaitu membangun GI baru dilokasi Bringkang - Bambe dengan tegangan operasi 150/20 kV kapasitas 2x60 MVA. Dengan GI baru ini diharapkan pertumbuhan beban di kawasan Bambe sekitarnya, termasuk kawasan Waru dan Driyorejo ke depan dapat terpenuhi.

Sasaran pembangunan GI Bringkang - Bambe (2x60 MVA) 150 kV adalah untuk :

a. Mengantisipasi perkembangan beban di kawasan Bambe dan sekitarnya, termasuk kawasan Waru dan Driyorejo.

b. Meningkatkan standar mutu pelayanan tenaga listrik kepada pelanggan.

c. Meningkatkan keandalan pelayanan kepada pelanggan dengan memperbaiki SAIDI dan SAIFI karena panjang penyulang menjadi lebih pendek d. Menurunkan susut distribusi

Pembangunan SUTT 150 kV Bambe Incomer ini dilakukan sejalan dengan rencana pemerintah dalam penyediaan percepatan sistem kelistrikan program 10.000 MW. Kegiatan pembangunan SUTT 150 kV Bambe Incomer yang meliputi kegiatan pembangunan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV sepanjang 2.455,114 m sebanyak 8 tower dan pembangunan gardu induk seluas 2 Ha yang untuk selanjutnya disebutkan sebagai pembangunan SUTT 150 kV Bambe incomer ini selain bertujuan untuk peningkatan kehandalan sistem kelistrikan juga dilakukan dengan memperhatikan lingkungan.

Tabel 3.1 Capacity Balance Gardu Induk

3.3 Rencana Jalur Transmisi 150 kV.

Saluran transmisi 150 kV yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik sepanjang ± 2.445,114 m mulai dari Gardu Induk 150 kV Karangpilang sampai Gardu Induk 150 kV Bambe yang melalui 3 kecamatan antara lain Lakarsantri, Karang Pilang, Driyorejo dan 3 desa / kelurahan antara lain Bangkingan, Waru Gunung, Bambe. Lokasi jalur transmisi seperti disajikan pada Gambar 3.2

Gambar 3.1 Rencana Jalur SUTT 150 kV Bambe Incomer

3.4 Alasan Mengunakan SUTT 150 kV.

(6)

Tinggi (SUTT) dengan tegangan 150 kV. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : 1. Jarak penyaluran pendek, 2,4 km.

2. Dengan tegangan 150 kV masih memungkinkan untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA / sirkit. 3.5 Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet.

Jaringan transmisi 150 kV ini akan mengeluarkan induksi berupa medan magnet dan medan listrik ke lingkungan. Untuk mengetahui kondisi lingkungan medan magnet dan medan listrik di daerah rencana jalur transmisi.

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Medan Magnet dan Medan Listrik di Rencana Jalur Transmisi 150 kV

dan GI 150 kV Bambe

IV. STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER (GI

KARANGPILANG - GI BAMBE BARU) 4.1. Pemilihan Konfigurasi Saluran Transmisi

Kapasitas daya yang dapat disalurkan oleh sirkuit bila menggunakan konduktor tunggal 5x60 MVA. Digunakan bundle conductor untuk meningkatkan kapasitas daya saluran transmisi. Untuk menjaga kontinuitas daya perlu digunakan saluran vertikal ganda, sehingga jika salah satu saluran terputus transmisi masih mampu menyalurkan daya dengan satu saluran yang lain.

4.2. Ukuran dan Tipe Konduktor Transmisi Rencana daya yang dialirkan sebesar 5x60 MVA menggunakan saluran vertikal ganda. Perhitungan arus dilakukan berdasarkan daya yang akan disalurkan, maka perhitungan arus adalah sebagai berikut :

Rating Arus :

I = = 1154,7 A

Arus untuk bundle konduktor dengan n = 2: I = = 577,35 A

Dengan faktor keamanan 110% maka I = 1,1 x 461,9 = 635 A

Dipilih konduktor ACSR 48/7 dengan luas aluminium 340 mm2 dengan diameter = 2,5 cm atau jari - jari = 1,25 cm yang memiliki kapasitas hantar arus 790 A

Dari hasil perhitungan diatas maka ditentukan saluran menggunakan kawat ACSR 48/7, 340 mm2 dengan bundle conductor dua (n=2).

4.3. Menghitung Andongan (Sag)

Untuk Dua Menara Yang Sama Tinggi :

SAG1 = ! = " = 1,4 m (sag normal ;t=200C)

Lo = S + ! Lo = 300 +

" = 300,00005 m 300 m Lt = Lo [ 1 + (tm - t)]

Lt = 300 [ 1 + 0,0000189 (900 - 200)] = 300,397 m

SAG2 = # $%

SAG2 = #

" %

= 6,683 m

(sag max ;t = 900C)

Untuk Dua Menara Yang Berbeda Tinggi Dengan beda tinggi antar menara H = 1 meter D = ! = " = 1,4 m

SAG1 = D &' ( )

*+ = 1,36 &' ( + = 0,9 m

(sag normal ;t=200C) Lo = S +

!

Lo = 300 + " = 300,00005 m 300 m

Lt = Lo [ 1 + (tm - t)]

Lt = 300 [ 1 + 0,0000189 (900 - 200)] = 300,397 m

D2 = # $% = # " % = 6,683

m

SAG2 = D2&' ( )*+

SAG2 = 6,683 &' ( + = 6,2 m (sag max ;t = 900C)

4.4 Penentuan Jarak Bebas Konduktor Jaringan SUTT 150 kV (Clearance)

• Penentuan Jarak Bebas Pada Bundle Conductor ke Tanah (Phase to Ground Clearence) :

GC = 6,096 + (V – 50) 0,0127 + 0,73 (SAG2 – SAG1)

GC = 6,096 + (150 – 50) 0,0127 + 0,73 (6,683 – 1,4)

(7)

• Perhitungan Jarak Bebas Bundle dengan Bundle Conductor lainnya ant Pada SUTT 150 kV Bambe Incomer V sebesar 150 kV. Perhitungan jarak b conductor dengan bundle conductor phasa dapat ditentukan dengan rum Code Formula:

Perhitungan ini dilakukan dengan me faktor Andongan yaitu 6,683 m = pada suhu 900.

a = 0,3 inch per kV + 8

a = ( 0,3 x 150) + 8 = 45

a = 81,5 inchi = 2,07 meter

Sehingga jarak bebas bundle dengan bundle conductor lainn memperhitungkan faktor keamanan se maka : 1,15 x 2,07 = 2,38 meter 2,5

Gambar 4.1 Konfigurasi Konduktor Perhitungan

Gambar 4.2 Ruang Bebas

le Conductor

Tabel 4.1 Jarak Bebas Mini Penghantar SUTT 150 kV deng

No Lokasi

1 Lapangan Terbuka

2 Daerah dengan keadaan terten 2.1 Bangunan tidak tahan api 2.2 Bangunan tahan api 2.3 Lalu lintas jalan/jalan raya 2.4 Pohon – pohon pada umumny

perkebunan 2.5 Lapangan olahraga

2.6 SUTT lainnya, penghantar ud tegangan rendah, jaringan telk antena radio, antena televisi d gantung

2.7 Rel kereta biasa

2.8 Jembatan besi, rangka besi, p penghantar, kereta listrik terd 2.9 Titik tertinggi tiang kapal

padakedudukan air pasang / t pada lalu lintas air

4.5 Perhitungan jumlah isol sambaran.

Perhitungan jumlah dimaksudkan untuk menentukan ju tiap – tiap menara yang mampu lebih switching dan litghning pada d Untuk konfigurasi vertikal maka :

Penentuan jumlah isolato pada standart didapatkan jumlah dengan melihat tabel 4.8. maka d normal (type A) dengan panjang / sebesar 146 mm sehingga :

panjang rangkaian isolator (D) maka D = 11 x 146 mm = 1606 m Isolator berkonfigurasi double isolator

(8)

4.6. Pemilihan Tower

Gambar 4.3. Tower Suspension Transmisi Tipe AA

Gambar 4.4. Tower Tension Transmisi Tipe DD

4.6 Pentanahan Kaki Menara

Tahanan kaki menara perlu dibuat sekecil mungkin untuk menghindarkan efek sambaran petir. Tahanan ini ditentukan oleh bentuk fisik tahanan dan tahanan jenis dari tanah (untuk ini dipilih tahanan berbentuk elektrode batang ditananm tegak lurus di dalam tanah atau menggunakan elektroda batang berselubung pipa galvanis 2”). Biasanya digunakan rod elektroda sepanjang 5,5 m dengan kedalaman yang sama yaitu 5,5 meter dengan jari – jari rod elektroda sebesar 1,27 cm.

Berdasarkan standar PT. PLN (Persero) P3B pentanahan kaki menara dipasang pada setiap menara, dengan jumlah pentanahan 4 buah tiap tower. Bila tahanan pentanahan masih lebih besar dari 5 ohm, maka diusahakan dengan pentanahan counterpoise yang dibuat dari kawat baja 38 mm2 sebagai counterpoise yang ditanam secara radial.

Dengan standar diatas maka kita dapat menghitung pentananhan kaki menara sesuai dengan rumus persamaan yang telah tersedia :

Untuk pentanahan sistem Ground Rod : R = - &./

0+ • Untuk Tanah Rawa / Sawah

R = - 1./

# 23

4 5 = 1./4# 2 5

R = 1,47

• Untuk Ladang

R = - 1./

# 23

4 5 = 1./4# 2 5

(9)

Gambar 4.5 Pemasangan Batang Pentanahan Kaki Menara Berdasar SPLN 121_1996 (Tampak

Samping)

Gambar 4.6 Pemasangan Batang Pentanahan Kaki Menara

V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dan berdasarkan data - data yang telah tersedia maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Saluran transmisi ini menggunakan menara tower tipe AA setinggi 33,8m dan tipe DD setinggi 32,2 m, sirkuit vertikal ganda dengan 2 bundle conductor ACSR 48/7 340 mm2, isolator menggunakan double string 2x11 buah dan menggunakan menara transmisi dengan jarak antar menara 300 m.

2. a. Pentanahan kaki menara menggunakan metode :

Ground rod, dengan 4 buah rod electrode panjang 5,5 m dan jari - jari 1,27 cm, pada tanah rawa/sawah didapat tahanan kaki tower 1,47 ohm dan pada tanah ladang 4,29 ohm.

Counterpoise, dengan kawat baja 38 mm2, untuk jenis tanah pasir basah dibutuhkan panjang kawat 614,5 m, kerikil basah 971,7

m, kerikil kering 1374,2 dan tanah berbatu 2380,2 m.

b. Kawat pelindung petir menggunakan 2 buah kawat tanah baja (GSW) dengan jari - jari kawat 0,48 cm dan luas penampang 55 mm2.

c. Sagging untuk dua menara yang sama tinggi antara 1,4 m - 6,683 m dan untuk dua menara yang berbeda tinggi (h = 1m) antara 0,9 m - 6,2 m 3. Di sekitar SUTT 150 kV Bambe Incomer medan magnet sebesar 0,47x10-7 T dan medan listrik sebesar 61,35 V/m

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka kita dapat menyarankan :

1. Meskipun penempatan peralatan telah sesuai dengan standar jarak bebas, diharapkan agar manusia berhati - hati saat beraktifitas disekitar saluran transmisi.

2. Pada perencanaan ini tidak dibahas pengaruh keberatan masyarakat terhadap pembangunan saluran transmisi dari survey jalur hingga beroperasinya saluran transmisi. Sehingga diharapkan suatu saat ada yang meneliti mengenai pengaruh keberatan masyarakat terhadap pembangunan saluran transmisi.

3. Studi ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan jaringan transmisi yang terletak antara GI 150 Karangpilang dengan GI 150 kV Bambe (baru).

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Arismunandar Dr, S. Kuwara Dr, Buku Pegangan Teknik Tegangan Listrik Jilid II, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan Ketujuh, 2004

[2] Andrew S. Timscheff, Calculation of Gradien for Phase on Three Phase Bundle Conductor Line, IEEE Trans. On Power System App, 1971

[3] Diktat Bahan Isolasi Tegangan Tinggi, Kuliah Gejala Medan Listrik, 2005

[4] Turan Gonen, Electric of Power Transmission System Engineering, Mc Graw Hill, 1988

[5] T. S Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, PT. Erlangga, Jakarta, 1991

[6] Zuhal, Dasar Teknik Tegangan Listrik dan Elektronika Daya, Pustaka Utama, Jakarta, 2000

(10)

Lightning Surge, IEEE Trans. On Power System App. 1974

[8] ---, Buku Teknis Operasional P3B Jawa - Bali PT. PLN (Persero), bagian Engineering, 2006

[9] Syariffudin M Ir., M.Eng, Perencanaan Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi, 1999 [10] Electric Power Research, Transmission Line

Reference Book, 345 kV and above, 1987 [11] ---, KKO, KKF & ERM GI 150 kV

Bringkang Bambe 2 x 60 MVA, PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, 2009

[12] ---, UKL - UPL Pembangunan SUTT 150 kV Bambe Incomer, PT. PLN (Persero) Pikitring Jawa, Bali Dan Nusa Tenggara, 2010 [13] ---, SPLN 10 - 1A: 1996, Isolator

Renteng Jenis Kap dan Pin

[14] ---, SPLN 13:1978, Kriteria Dasar Bagi Perencanaan Saluran Udara Tegangan Tinggi 66 kV dan 150 kV.

[15] ---, SPLN 121:1996, Konstruksi Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kV dan 150 kV dengan Tiang Beton/Baja

RIWAYAT HIDUP

Widen Lukmantono, lahir di Surabaya pada tanggal 10 Maret 1985. Penulis adalah anak kedua dari pasangan suami istri Pole dan Nurasih. Pada Tahun 1991 memulai pendidikannya di SDN Jambangan I lulus tahun 1997 dan sekaligus pada tahun tersebut melanjutkan ke SMPN 12 Surabaya lulus pada tahun 2000. Penulis menempuh pendidikan tingkat menengah di SMUN 16 Surabaya, mulai tahun 2000 dan lulus tahun 2003.

Gambar

Tabel 3.1 Capacity Balance
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Medan Magnet dan
Gambar 4.4. Tower Tension Transmisi Tipe DD
Gambar 4.5 Pemasangan Batang Pentanahan Kaki

Referensi

Dokumen terkait

• Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa: untuk ketinggian titik uji ≤ 18m, kuat medan listrik maksimum diperoleh di sumbu menara (titik nol).

 Semakin konduktor mendekati permukaan tanah, maka nilai korona pada konduktor itu sendiri membesar dan berpengaruh pada hasil peredaman surja petir, yaitu sebesar 318,47 kV

Dari hasil simulasi diperoleh kinerja dari FSC pasif dapat memitigasi feroresonansi dengan baik untuk setiap nilai beban yang diuji.. Kata kunci : Feroresonansi, CVT,

Perbedaan karakteristik hasil pengukuran kuat medan listrik pada titik dengan jarak yang sama, disebabkan pengukuran kuat medan listrik tidak dilakukan pada waktu yang

“Aplikasi Peralatan Flexible Alternating Current Transmission Systems (FACTS) pada Sistem Tenaga Listrik”.. New York: The McGraw

Pada studi ini, metodologi yang digunakan untuk melihat pengaruh pemasangan SVC pada sistem transmisi tenaga listrik 150 kV Sumbagut adalah dengan simulasi

Trafo Pemakaian sendiri di Gardu Induk 150 KV Pangkal Pinang 2 berfungsi untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Listrik peralatan bantu, pada umumnya dibutuhkan untuk memasok daya listrik AC

Perhitungan Kuat Medan Listrik Di Bawah Saluran Transmisi Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 27 5 kV Galang-Binjai Studi Pengaruh Korona Terhadap Surja Tegangan Lebih Pada Saluran