• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biopsychosocial Determinants of Quality of Life in the Elderly at Tresna Werdha Social Nursing Home, Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Biopsychosocial Determinants of Quality of Life in the Elderly at Tresna Werdha Social Nursing Home, Yogyakarta"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Biopsychosocial Determinants of Quality of Life in the Elderly

at Tresna Werdha Social Nursing Home, Yogyakarta

Sobma Swastika1), Setyo Sri Rahardjo2), RB Soemanto3)

1)Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University 2)Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

3)Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Background: Aging process is a multidimensional natural process with implicating problem involving various aspects, i.e. biological, psychological, and social aspects. Efforts are needed to prolong life expectancy and to improve the quality of life of the elderly. This study aimed to analyze biopsychosocial determinants of quality of life in the elderly at Tresna Werdha Social Nursing Home, Yogyakarta.

Subjects and Method: This study was analytic observational study with cross-sectional design. It was conducted at Abiyoso and Budi Luhur units, Tresna Werdha Social Nursing Home, Yogyakarta, in April 2017. A sample of 100 elderly were selected for this study by purposive sampling and simple random sampling. The independent variables were health status, level of independence, intellectual function, depression, and social activities. The dependent variable was quality of life. The data were collected by a set of pre-tested questionnaire and analyzed by logistic regression. Results: Biopsychosocial determinants of quality of life in the elderly included health status (OR= 11.66; 95% CI = 2.18 to 62.14; p= 0.004), level of independence (OR= 4.12; 95% CI = 1.08 to 15.60; p= 0.037), intellectual function (OR= 9.75; 95% CI = 1.09 to 87.08; p= 0.036), depression (OR = 3.38; 95% CI = 1.01 to 11.24; p= 0.047), and social activities (OR= 6.02; 95% CI = 1.12 to 32.25; p = 0.047).

Conclusion: Health status, level of independence, intellectual function, depression, and social activities, are biopsychosocial determinants of quality of life in the elderly

Keywords: biopsychosocial, determinant, quality of life, elderly

Correspondence:

Sobma Swastika. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University. Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Central Java. Email: sobmaswastika@gmail.com. Mobile: +628113239862.

LATAR BELAKANG

Penuaan penduduk merupakan salah satu isu krusial yang dihadapi oleh banyak negara di dunia. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun di negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka ke-lahiran, penurunan angka kematian, dan peningkatan umur harapan hidup yang me-ngubah struktur penduduk secara ke-seluruhan (Nugroho, 2008).

Umur harapan hidup di dunia pada tahun 2015 adalah 70.5 tahun (dengan jumlah penduduk lanjut usia sebanyak

(2)

(Association of Southeast Asian Nations), sudah selayaknya Indonesia sebagai panut-an bagi negara tetpanut-anggpanut-anya, terutama dalam penanganan penduduk, khususnya penduduk lanjut usia (BPS, 2016).

Pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Panca-sila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan umur harapan hi-dup yang semakin meningkat, sehingga jumlah penduduk lanjut usia semakin ber-tambah (BPS, 2011).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indo-nesia pada tahun 2015 sebanyak 21,120,248 jiwa atau 8.2%, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur tua karena persentase penduduk lanjut usianya melebihi 7%. Kon-disi ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan umur harapan hidup yang juga semakin meningkat (Kemenkes RI, 2016).

Umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2015 adalah 68.6 tahun (dengan jumlah penduduk lanjut usia se-banyak 21,120,248 jiwa atau 8.2%), angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 73.9 tahun pada tahun 2050 (dengan jumlah penduduk lanjut usia se-banyak 61,869,504 jiwa atau 19.2%) dan menjadi 81.2 tahun pada tahun 2100 (dengan jumlah penduduk lanjut usia se-banyak 90,957,920 jiwa atau 29%) (UN, 2015).

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan umur harapan hidup tertinggi di Indonesia, angka ini me-nunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat selama 3 tahun terakhir (BPS, 2016a). Umur harapan hidup di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 adalah 74.45 tahun, pada tahun 2014 menjadi 74.50 tahun, dan pada tahun 2015

menjadi 74.68 tahun (BPS Provinsi DI Yogyakarta, 2016).

Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa secara umum jumlah penduduk lanjut usia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 448,223 jiwa atau 12.96% dari keseluruhan penduduk, dengan jumlah penduduk lanjut usia perempuan (249,784 jiwa) lebih banyak dari jumlah penduduk lanjut usia laki-laki (198,439 jiwa), dan apabila dilihat menurut kelompok umur, jumlah pendu-duk lanjut usia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi lanjut usia muda (60-69 tahun) sebanyak 230,497 jiwa, lanjut usia menengah (70-79 tahun) sebanyak 155,740 jiwa, dan lanjut usia tua (80 tahun ke atas) sebanyak 61,986 jiwa (BPS, 2011).

Proses menua pada lanjut usia me-nyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh akibat berbagai perubahan yang ter-jadi, oleh karena itu diperlukan perhatian dan penanganan yang baik. Perhatian ter-hadap lanjut usia diberikan oleh Perserikat-an BPerserikat-angsa-BPerserikat-angsa dengPerserikat-an menjadikPerserikat-an tanggal 1 Oktober sebagai Hari Lanjut Usia Internasional yang tertuang dalam resolusi PBB No. 45/106 tanggal 14 Desember 1990 dan pemerintah Indonesia menindaklanjuti resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa ter-sebut dengan menjadikan tanggal 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional, di-harapkan dengan memperingati hari lanjut usia tersebut, pemerintah dan masyarakat lebih peduli terhadap kesejahteraan sosial lanjut usia, karena bagaimanapun peme-rintah dan masyarakat bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia (Tamher & Noorkasiani, 2009).

(3)

keari-fan, keahlian, pengalaman, keterampilan, pengetahuan, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kese-jahteraan sosial lanjut usia, hal ini bertu-juan untuk memperpanjang umur harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup lanjut usia (Sunaryo et al., 2015).

Aspek biopsikososial merupakan salah satu determinan kesehatan dalam faktor lingkungan, lingkungan yang dibuat oleh manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan, termasuk pada lanjut usia (Swarjana, 2016). Apabila sebelumnya mo-del kesehatan hanya mengenal momo-del bio-medis kesehatan yang sepenuhnya me-musatkan perhatian pada aspek biologis, maka pada tahun 1977 dunia mulai me-ngenal model biopsikososial kesehatan yang memusatkan perhatian pada aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial (Murti, 2016).

UWO-HAMS (2007), Molton dan Jensen (2010), dan Jabin (2013) mengemu-kakan bahwa penuaan pada manusia me-rupakan proses alami yang multidimensi dengan berbagai masalah pada berbagai aspek, yaitu aspek biologis, aspek psiko-logis, dan aspek sosial.

Masa lanjut usia dapat dikatakan se-bagai usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, oleh karena itu lanjut usia juga memerlukan upaya ke-sehatan yang bersifat promotif dan preven-tif agar lanjut usia dapat menikmati masa emas serta menjadi lanjut usia yang ber-guna, bahagia, dan sejahtera (Maryam et al., 2008).

Dalam rangka mewujudkan kesejah-teraan sosial lanjut usia, pemerintah wajib memfasilitasi lanjut usia, baik pada lanjut usia yang potensial maupun yang tidak potensial dan baik bagi lanjut usia yang memiliki keluarga maupun yang tidak me-miliki keluarga, salah satunya melalui ada-nya Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha,

yaitu balai pelayanan sosial yang bertugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan ber-masyarakat. Provinsi Daerah Istimewa Yog-yakarta memiliki 2 unit Balai Pelayanan So-sial Tresna Werdha, yaitu Unit Abiyoso dan Unit Budi Luhur. Berdasarkan studi pen-dahuluan yang telah dilakukan penulis pada bulan Januari 2017 didapatkan hasil bahwa Unit Abiyoso memiliki 13 wisma yang dihuni oleh 126 lanjut usia dan Unit Budi Luhur memiliki 9 wisma yang dihuni oleh 88 lanjut usia, dan dari 214 lanjut usia yang menghuni Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha tersebut masing-masing memiliki kondisi yang berbeda-beda yang sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis determinan fak-tor biologis, psikologis, dan sosial kualitas hidup lanjut usia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta.

SUBJEK DAN METODE 1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan

cross-sectional. Penelitian dilakukan di Ba-lai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogya-karta, yaitu di Unit Abiyoso dan di Unit Budi Luhur pada bulan April 2017.

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang bertempat tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogya-karta, yaitu 126 lanjut usia di Unit Abiyoso dan 88 lanjut usia di Unit Budi Luhur, dengan total populasi sebanyak 214 lanjut usia. Subjek penelitian sebanyak 100 lanjut usia dipilih dengan menggunakan metode

(4)

meliputi lanjut usia yang bertempat tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta, yaitu di Unit Abiyoso dan di

Unit Budi Luhur, lanjut usia yang berusia ≥

60 tahun, dan lanjut usia yang bersedia berpartisipasi menjadi subjek penelitian dan menandatangani informed consent, sedangkan kriteria eksklusi meliputi lanjut usia yang tidak bisa berkomunikasi verbal dengan baik dan lanjut usia yang dirawat di ruang perawatan khusus.

3. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah status kesehatan, tingkat ke-mandirian, fungsi intelektual, status depre-si, dan aktivitas sosial, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup lanjut usia.

4. Definisi Operasional

Status kesehatan didefinisikan sebagai kon-disi kesehatan lanjut usia saat ini yang di-ukur dengan menggunakan kuesioner

Vulnerable Elders Survey. Skala pengukur-an kategorikal dengpengukur-an parameter 0= buruk dan 1= baik.

Tingkat kemandirian didefinisikan se-bagai kemampuan lanjut usia dalam me-lakukan aktivitas sehari-hari yang ber-hubungan dengan fungsi fisik yang diukur dengan menggunakan kuesioner Katz Index of Activities of Daily Living. Skala pengukuran kategorikal dengan parameter 0 = ketergantungan dan 1 = mandiri.

Fungsi intelektual didefinisikan se-bagai penilaian orientasi, pengetahuan, memori jangka pendek, memori jangka panjang, dan keterampilan dasar matema-tika pada lanjut usia yang diukur dengan menggunakan kuesioner Short Portable Mental Status Questionnaire. Skala pengu-kuran kategorikal dengan parameter 0 = menurun dan 1 = utuh.

Status depresi didefinisikan sebagai suatu kondisi terganggunya suasana hati pada lanjut usia secara berkepanjangan yang pada umumnya muncul karena ke-hilangan harapan atau perasaan tidak berdaya yang diukur dengan menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale. Skala pengukuran kategorikal dengan parameter 0= depresi dan 1= tidak depresi. Aktivitas sosial didefinisikan sebagai keikutsertaan lanjut usia dalam aktivitas sosial yang diselenggarakan oleh Balai Pe-layanan Sosial Tresna Werdha Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skala pe-ngukuran kategorikal dengan parameter 0= tidak berpartisipasi dan 1= berpartisipasi.

Kualitas hidup lanjut usia didefinisi-kan sebagai persepsi lanjut usia tentang kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kondisi keseha-tannya yang diukur dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality of Life-BREF). Skala pengukuran kategorikal dengan parameter 0= buruk dan 1= baik.

5. Analisis Data

Model analisis yang digunakan adalah reg-resi logistik ganda dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for So-cial Science) versi 22.

HASIL A. Analisis Univariat

(5)

Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi subjek penelitian pa status kesehatan, tingkat kemandirian, fungsi intelektual, status depresi, aktivitas sosial, dan kualitas hidup ditunjukkan pada Tabel 2.

Hasil penelitian tentang determinan biopsikososial kualitas hidup lanjut usia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta menunjukkan bahwa mayoritas

lansia memiliki status kesehatan yang baik sebanyak 65 orang (65%), memiliki tingkat kemandirian yang mandiri sebanyak 54 orang (54%), mengalami depresi sebanyak 62 orang (62%), berpartisipasi dalam akti-vitas sosial sebanyak 67 orang (67%), dan memiliki kualitas hidup yang buruk seba-nyak 76 orang (76%).

Tabel 2. Karakteristik sampel tentang variabel utama penelitian

Variabel n %

Status kesehatan Buruk Baik

35 65

35 65 Tingkat kemandirian Ketergantungan

Mandiri

46 54

46 54 Fungsi intelektual Menurun

Utuh

24 76

24 76 Status depresi Depresi

Tidak depresi

62 38

62 38 Aktivitas sosial Tidak berpartisipasi

Berpartisipasi

33 67

33 67 Kualitas hidup lanjut usia Buruk

Baik pengaruh antara masing-masing variabel independen (status kesehatan, tingkat

(6)

status kesehatan baik (OR=8.44; p=0.002), mandiri (OR=4.45; p=0.005), fungsi inte-lektual utuh (OR=9.98; p=0.009), tidak mengalami depresi (OR=3.84; p=0.005),

dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial (OR=7.57; p=0.003), berpeluang me-miliki status kesehatan yang baik. Hasil ter-sebut secara statistik signifikan.

Tabel 3. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square determinan biopsikososial kualitas hidup lanjut usia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta

Variabel menganalisis pengaruh status kesehatan, tingkat kemandirian, fungsi intelektual, status depresi, dan aktivitas sosial ter-hadap kualitas hidup lanjut usia dapat di-lihat pada Tabel 4.

Nilai Odds Ratio variabel status ke-sehatan sebesar 11.66, yang artinya ada hubungan antara status kesehatan dengan kualitas hidup lanjut usia dan secara sta-tistik signifikan, lanjut usia dengan status kesehatan yang baik memiliki kemungkin-an untuk berkualitas hidup baik 11.66 kali lebih besar daripada lanjut usia dengan status kesehatan yang buruk (OR= 11.66; CI 95% = 2.18 hingga 62.14; p = 0.004).

Nilai Odds Ratio variabel tingkat ke-mandirian sebesar 4.12, yang artinya ada

hubungan antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup lanjut usia dan secara statistik signifikan, lanjut usia yang mandiri memiliki kemungkinan untuk ber-kualitas hidup baik 4.12 kali lebih besar daripada lanjut usia yang ketergantungan (OR= 4.12; CI 95%= 1.08 hingga 15.60; p = 0.037).

(7)

Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik ganda tentang determinan biopsikososial kualitas hidup lanjut usia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta

Variabel OR CI 95%

p

Batas Bawah Batas Atas

Status kesehatan (baik) 11.66 2.18 62.14 0.004

Tingkat kemandirian (mandiri) 4.12 1.08 15.60 0.037

Fungsi intelektual (utuh) 9.75 1.09 87.08 0.041

Status depresi (tidak depresi) 3.38 1.01 11.24 0.047

Aktivitas sosial (berpartisipasi) 6.02 1.12 32.25 0.036 n observasi = 100 -2 log likelihood = 69.26

Nagelkerke R Square = 50.30%

Nilai Odds Ratio variabel status depresi sebesar 3.38, yang artinya ada hubungan antara status depresi dengan kualitas hidup lanjut usia dan secara sta-tistik signifikan, lanjut usia yang tidak depresi memiliki kemungkinan untuk ber-kualitas hidup baik 3.38 kali lebih besar daripada lanjut usia yang depresi (OR= 3.38; CI 95%= 1.01 hingga 11.24; p= 0.047). Nilai Odds Ratio variabel aktivitas so-sial sebesar 6.02, yang artinya ada hubung-an hubung-antara aktivitas sosial denghubung-an kualitas hidup lanjut usia dan secara statistik sig-nifikan, lanjut usia yang berpartisipasi da-lam aktivitas sosial memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 6.02 kali lebih besar daripada lanjut usia yang tidak ber-partisipasi dalam aktivitas sosial (OR= 6.02; CI95%= 1.12 hingga 32.25; p= 0.047).

Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.503, yang artinya variabel independen (status kesehatan, tingkat kemandirian, fungsi intelektual, status depresi, dan akti-vitas sosial) mempengaruhi variabel depen-den (kualitas hidup) sebesar 50.30%, se-dangkan 49.70% dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Status Kesehatan terha-dap Kualitas Hidup Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lanjut usia dan secara

sta-tistik signifikan, lanjut usia dengan status kesehatan yang baik memiliki kemungkin-an untuk berkualitas hidup baik 11.66 kali lebih besar daripada lanjut usia dengan sta-tus kesehatan yang buruk. Penelitian ini se-jalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pereira, Nogueira, & Silva (2015)

ten-tang “Quality of Life and The Health Status of Elderly Persons: A Population-Based Study in The Central Sertao of Ceara”, yang dilakukan pada lanjut usia yang ti-nggal di Caninde, Ceara, Brazil. Hasil pe-nelitian menunjukkan bahwa ada hubung-an hubung-antara status kesehathubung-an denghubung-an kualitas hidup lanjut usia di Caninde, Ceara, Brazil, khususnya pada domain psikologis.

Status kesehatan dipengaruhi oleh be-berapa faktor, yaitu faktor lingkungan, fak-tor perilaku, fakfak-tor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Usia merupakan salah satu faktor lingkungan biologis yang dapat mempengaruhi status kesehatan, semakin tua usia seseorang maka kondisi kesehatan-nya akan semakin rentan (Sulaeman, 2016).

(8)

yang kemudian akan berdampak pada kua-litas hidup lanjut usia, kesadaran lebih dini akan hal ini dapat membantu lanjut usia untuk meminimalkan terjadinya penurun-an status kesehatpenurun-an, meminimalkpenurun-an ke-butuhan terhadap pelayanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup (Lima & Portela, 2010).

B. Pengaruh Tingkat Kemandirian Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ting-kat kemandirian memiliki pengaruh ter-hadap kualitas hidup lanjut usia dan secara statistik signifikan, lanjut usia yang mandiri memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 4.12 kali lebih besar daripada lanjut usia yang ketergantungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaku-kan oleh Hongthong, Somrongthong, dan

Ward (2015) tentang “Factors Influencing the Quality of Life (QoL) Among Thai Older People in a Rural Area of Thailand”, yang dilakukan pada lanjut usia yang ti-nggal di Phayao, Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian, penghasilan, kebiasaan minum alkohol, dan penyakit yang diderita memiliki pe-ngaruh terhadap kualitas hidup lanjut usia di Phayao, Thailand.

Tingkat kemandirian adalah kemam-puan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fungsi fisik, seperti mandi, berpakaian, ber-hias, berpindah, buang air besar/ buang air kecil, dan makan. Seiring bertambahnya usia maka kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tersebut juga akan me-nurun (Jabin, 2013).

Tingkat kemandirian merupakan sa-lah satu faktor prediktif pada kualitas hidup lanjut usia, ketergantungan dalam melaku-kan aktivitas sehari-hari menjadi faktor yang signifikan secara statistik yang mem-pengaruhi kualitas hidup lanjut usia (Somrongthong et al., 2013).

C. Pengaruh Fungsi Intelektual Ter-hadap Kualitas Hidup Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fung-si intelektual memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lanjut usia dan secara sta-tistik signifikan, lanjut usia dengan fungsi intelektual yang utuh memiliki kemungkin-an untuk berkualitas hidup baik 9.75 kali lebih besar daripada lanjut usia dengan fungsi intelektual yang menurun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilaku-kan oleh Syurandari (2014) tentang “Anali -sis Kualitas Hidup Lansia di Kabupaten Mojokerto”, yang dilakukan pada lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha Mojo-pahit, Mojokerto dan di Kedungmaling, Sooko, Mojokerto. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, ting-kat kemandirian, status perkawinan, pen-didikan, status hidup, kesehatan fisik (te-kanan darah, gula darah, dan BMI (Body Mass Index)), kemampuan mental, ke-mampuan fungsional, keke-mampuan emosio-nal, fungsi intelektual, perilaku sehat, dan dukungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup lanjut usia, baik yang tinggal di Panti Werdha Mojopahit, Mojokerto maupun di Kedungmaling, Sooko, Mojokerto.

(9)

D. Pengaruh Status Depresi Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status depresi memiliki pengaruh terhadap kua-litas hidup lanjut usia dan secara statistik signifikan, lanjut usia yang tidak depresi memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 3.38 kali lebih besar daripada lanjut usia yang depresi. Penelitian ini se-jalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaur, M, Kaur, S, dan Kaur, R (2016) tentang “Correlation of Depression and Quality of Life Among Rural Elderly”, yang

dilakukan pada lanjut usia yang tinggal di Chhapa Ram Singh, Amritsar, Punjab, India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara depresi dengan kuali-tas hidup lanjut usia di Chhapa Ram Singh, Amritsar, Punjab, India, khususnya pada domain kesejahteraan lingkungan.

Status depresi adalah suatu kondisi terganggunya suasana hati secara berke-panjangan yang pada umumnya muncul karena kehilangan harapan atau perasaan tidak berdaya. Proses penuaan secara psikologis merupakan perubahan status mental yang salah satunya menyebabkan terjadinya depresi. Depresi pada lanjut usia juga dapat disebabkan karena rasa kesepian akibat ditinggalkan oleh anggota keluarga, kondisi ini sering dijumpai pada lanjut usia yang tinggal di panti jompo, akibatnya para lanjut usia lebih sering mengurung diri, si-buk meratapi nasib, dan enggan mengikuti berbagai kegiatan, yang pada akhirnya ber-ujung pada kualitas hidup yang buruk (Mehue, Rantetampang, & Sandjaja, 2016).

E. Pengaruh Aktivitas Sosial Ter-hadap Kualitas Hidup Lanjut Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akti-vitas sosial memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lanjut usia dan secara sta-tistik signifikan, lanjut usia yang ber-partisipasi dalam aktivitas sosial memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik

6.02 kali lebih besar daripada lanjut usia yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Penelitian ini sejalan dengan pe-nelitian yang dilakukan oleh Supraba

(2015) tentang “Hubungan Aktivitas Sosial,

Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar

Utara, Kota Denpasar”, yang dilakukan

pada lanjut usia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara, Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia, dengan fungsi keluarga menjadi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas hi-dup lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang selalu aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial adalah lanjut usia yang sukses. Aktivitas sosial pada lanjut usia dapat menurunkan kecemasan pada lanjut usia karena lanjut usia dapat berbagi dengan sesama lanjut usia lain melalui akti-vitas yang dilakukan bersama dalam ke-hidupan bermasyarakat, sehingga dengan adanya aktivitas sosial dalam hidupnya ma-ka dapat meningma-katma-kan kualitas hidup lan-jut usia (Yuli, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian tentang determinan biopsikososial kualitas hidup lanjut usia di Balai Pelayanan Tresna Werdha Yogyakarta dapat diambil kesim-pulan bahwa determinan biopsikososial kualitas hidup lanjut usia meliputi status kesehatan, tingkat kemandirian, fungsi intelektual, status depresi, dan aktivitas sosial.

REFERENCE

(10)

Sensus Penduduk 2010. https:// www.bps.go.id/website/pdf_publika si/Statistik-Penduduk-Lanjut-Usia-Provinsi-DI-Yogyakarta-2010.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016. BPS (2016). Statistik Penduduk Lanjut Usia

2015. https://www.bps.go.id/ web- site/pdf_publikasi/Statistik-Pendu-duk-Lanjut-Usia-2015--.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016.

BPS Provinsi DI Yogyakarta (2016). Indi-kator Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2015. http:// yogyakarta.bps. go.id/website/pdf_ publikasi/Indikator-Kesejahteraan- Rakyat-Daerah-Istimewa-Yogya-karta2015.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016.

Hongthong D, Somrongthong R, Ward P (2015). Factors Influencing the Qua-lity of Life (QoL) Among Thai Older People in A Rural Area of Thailand. Iranian Journal of Public Health 44(4): 479-485.

Jabin, D (2013). The Biopsychosocialogical Components of Natural Aging and Disease Related Aging. Diakses tanggal 20 Januari 2017.

Kaur M, Kaur S, Kaur R (2016). Correlation of Depression and Quality of Life Among Rural Elderly. International Journal of Advances in Nursing Management 4(4): 323-326.

Kemenkes RI (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. http://www. depkes.go.id/resources/download/p usdatin/infodatin/infodatin%20lans ia%202016.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016.

Lima MJB, Portela MC (2010). Develop-ment and Reliability Evaluation of An Instrument to Measures Health-related Quality of Life in Inde-pendent Elderly. Cadernos de Saude Publica, 26(8): 1651-1662.

Maryam S, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawa-tannya. Jakarta: Salemba Medika. Mehue D, Rantetampang AL, Sandjaja B

(2016). Factors Affecting Depression to Old Age at Rehability Old Age and Home Family Registered Health Primary Sentani, Jayapura Regency, Papua Province. International Jour-nal of Sciences: Basic and Applied Research 30(5) 263-279.

Molton IR, Jensen, MP (2010). Aging and Disability: Biopsychosocial Perspec-tives. Physical Medicine and Reha-bilitation Clinics of North America 21(2): 253-265.

Murti B (2016). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Surakarta: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Nugroho W (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Pereira DS, Nogueira JAD., Silva CAB (2015). Quality of Life and The Health Status of Elderly Persons: A Population-based Study in The Central Sertao of Ceara. Revista Brasileira de Geriatria e Gerontolo-gia 18 (4) : 893-908.

Somrongthong R, Wongchalee S, Yodmai K, Kuhirunyaratn P, Sihapark S, Mu-reed S (2017). Quality of Life and Health Status Among Thai Elderly After Economic Crisis, Khon Kaen Province, Thailand. European Jour-nal of Scientific Research 112(3): 314-324.

Sulaeman ES (2016). Promosi Kesehatan: Teori dan Implementasi di Indo-nesia. Surakarta : UNS Press.

(11)

Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Andi.

Supraba NP (2015). Hubungan Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Wilayah Kerja Pus-kesmas I Denpasar Utara Kota Den-pasar. http://www.pps.unud. ac. di-akses tanggal 4 Januari 2017.

Swarjana IK (2016). Keperawatan Kese-hatan Komunitas. Yogyakarta : Andi. Syurandari DH (2014). Analisis Kualitas Hidup Lansia di Kabupaten Mojo-kerto. http://adln.lib. unair.ac. id/ files/disk1/737/gdlhub-gdl-s3-2014-syurandari-36806-5.-abstr-t. pdf di-akses tanggal 27 Januari 2017.

Tamher S, Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Sa-lemba Medika.

UN (2015) World Population Prospects The 2015 Revision : Key Findings and – Advance Tables. https://esa.un.org/ unpd/wpp/publications/files/ key_ findings_wpp_2015.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016.

UWO-HAMS (2007). Biopsychosocial Assessments in Aging. https:// ins-truct.uwo.ca/kinesiology/9641/inde x.html diakses tanggal 27 Januari 2017.

Yuli R (2014). Buku Ajar Asuhan Kepera-watan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi subjek penelitian
Tabel 3. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square determinan biopsikososial

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Berikut ini dilaporkan hasil rapat berdasarkan Surat Undangan Walikotamadya Jakarta Timur Nomor : 2174 / 1.725, tanggal 15 Agustus 2007 sebagai berikut :. Adanya pemungutan

1) Lembaga yang diteliti, Diharapkan setelah adanya penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan bimbingan mental kelompok terhadap Anak Bermasalah Hukum Tindak

mind mapping dengan media audio. Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman cerita cekak pada siswa. kelas VIIIH Mts Negeri Sragen tahun ajaran 2015/2016 melalui

Maka dalam Skripsi ini penulis merumuskan tujuan sebagai berikut yaitu Mengapa Ki Ardhi Sela keluar dari Kesultanan Kanoman dan Bagaimana peran Ki Ardhi Sela dalam

Dalam mengimplementasikan penerapan e-Government di kota Pekanbaru, Dinas Komunikasi Informatika Statistika dan Persandian Kota Pekanbaru mengalami beberapa

Berdasarkan hasil pengamatan uji kualitatif formaldehid alami menggunakan tes kit antilin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin pada titik ke-0 sudah

Pertimbangan para ulama perempuan di atas adalah banyaknya kasus pernikahan anak, terutama di wilayah pedesaan. Dalam Undang-undang sendiri, batas seorang perempuan