• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyelami Sistem Pendidikan Jepang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menyelami Sistem Pendidikan Jepang dalam"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Menyelami Sistem Pendidikan Jepang dalam Novel

Totto-chan :Gadis Kecil di Jendela

diposting oleh retnosari-fib13 pada 29 June 2014 di Kesusastraan - 0 komentar

Pada zaman Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 dan dekade sesudahnya, bangsa Jepang telah mengejutkan dunia dengan mereformasi dunia pendidikan secara menyeluruh sesuai dengan dunia Barat. Padahal, sebelum zaman Restorasi Meiji, Jepang menerapkan pendidikan berdasarkan sistem feodal. Namun, sejak Restorasi Meiji dikibarkan, pemerintah Jepang mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan berbagai macam buku dari ilmu pengetahuan, sastra, hingga filsafat. Kemudian, banyak pemuda dikirim untuk ke luar negeri dan belajar sesuai bidangnya. Dikirimnya mereka bertujuan untuk menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” dengan kemajuan dunia Barat. Sebagai bangsa literal dengan minat baca yang tinggi dan memiliki ciri ‘kehausan yang tidak pernah puas akan pengetahuan’, wajar jika bangsa Jepang menjadi maju dalam bidang pendidikan.

Salah satu contoh penerapan pendidikan di Jepang adalah sistem pendidikan di Tomoe Gakuen dalam “Madougiwa no Tottochan”. Novel yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan judul “Totto-chan : Gadis Kecil di Jendela” ini merupakan autobiografi yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi. Novel Totto chan ini merupakan otobiografi yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi. Novel Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi merupakan salah satu contoh hasil dari karya sastra.

(2)

Kurikulum yang diterapkan di Tomoe Gakuen oleh Sosaku Kobayashi mengunakan sistem pembelajar aktif (active learning), dimana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik serta pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial. Sistem ini tidaklah asing karena Kobayashi-san secara tidak langsung menerapan sistem pendidikan dengan basic psikologi pendidikan. Dimana Sosaku Kobayashi merupakan pelopor pertama di Jepang yang menerapakan sistem ini. Sistem pendidikan psikologi ini di dapat Sosaku Kobayashi dari perjalannya berkeliling dunia dan mengunjungi banyak tempat untuk mengamati sistem sekolah dan pembelajarannya. Oleh karena ini sistem yang diajarkan oleh Kobayashi di Tomoe, sangat erat hubunganya dengan psikologi pendidikan. Ini bisa dilihat dari beberapa kutipan dibawah ini :

Yang paling aneh dari sekolah ini adalah pelajarannya. (hal 37)

Tomoe Gakuen memiliki peraturan yang berbeda dari sekolah-sekolah lain Murid diberi kebebasan untuk mengembangkan bakatnya masing-masing. Murid tidak dikekang dalam menentukan mata pelajaran yang akan diikuti muridmuridnya. untuk melakukan hal yang ditentukan, mekainkan diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih yang menarik hatinya. Dengan pemberian kebebasan ini, murid akan lebih bisa mengembangkan bakat dan minatnya pada hal tertentu tanpa merasa terkekang.

(3)

Apabila di pagi dan siang harinya murid-murid telah giat mengikuti pelajaran dan belajar dengan tekun, maka mereka boleh memilih apa yang ingin dilakukan. Biasanya mereka akan memilih untuk berjalan-jalan di sekitar Tomoe. Setiap hal yang baik akan mendapatkan balasan yang baik pula. Berlaku juga sebaliknya, hal yang buruk akan mendapatkan balasan yang buruk pula. Karena para murid telah melakukan tugas mereka dengan baik, mereka berhak mendapatkan hadiah yang menyenangkan hati mereka. Mereka bebas meminta hadiah apa pun yang mereka inginkan.

Setelah berjalan kira-kira sepuluh menit, Guru berhenti. Dia menunjuk beberapa kuntum bunga berwarna kuning dan berkata, “Lihat bunga sesawi itu. Kalian tahu mengapa bunga-bunga mekar?”(hal. 49)

Sambil berjalan- jalan di sekitar sekolah, Guru mengarahkan murid pada hal yang banyak terjadi secara alami sebagai contoh yang mudah dimengerti. Murid-murid tanpa sadar belajar tentang pendidikan biologi. Belajar tidak harus di dalam kelas. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, tanpa terpengaruh ruang dan waktu. Murid akan lebih bisa memahami pelajaran yang diberikan apabila disertai dengan praktik secara langsung.

Pengaruh sistem pendidikan dengan pendekatan psikologi yang diterapkan oleh Sosaku Kobayashi di Tome Gakuen pada anak didiknya dan masing-masing kepribadian anak didiknya terutama pada kepribadian Totto-chan bisa dilihat dari kutipan berikut :

a. Memberi Kebebasan Pada Anak Untuk Berekspresi Hal ini ditampilkan pada halaman 100, 111 dan 220.

(4)

Selain cara pengajaran yang berbeda dengan sekolah-sekolah biasa, sebagian besar jam pelajaran di Tomoe diisi dengan pelajaran musik. (hal. 100)

Murid-murid Tomoe tidak pernah mencoret-coret jalanan atau dinding rumah orang, karena mereka punya banyak kesempatan untuk melakukannya di sekolah. (hal. 220)

Metode diatas digunakan untuk membuat anak-anak merasa senang serta metode mengajar tersebut membuat murid-murid merasa dihargai, dan diberi kebebasan memilih sehingga keberanian mengambil keputusan akan berkembang. Begitu pula yang dirasakan pada Totto-chan.

b. Menjaga dan Memupuk Bibit-Bibit Keberanian Anak Dalam Mengambil Tindakan Hal ini ditampilkan pada halaman 121 – 122.

Pada suatu siang hari Kepala Sekolah berkata,“Kurasa kita semua harusbelajar berbicara lebih baik. Bagaimana menurut kalian?” (hal. 121-122)

“Kalian tak perlu merasa harus jadi pembicara yangbaik,” katanya. (hal. 122)

Dalam hal ini kepala Sekolah berusaha menjaga agar bibit-bibit keberanian mengambil tindakan yang mulai tumbuh di dalam jiwa muridnya tidak mati. Agar kelak saat umurnya bertambah, si anak akan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapinya. Sebuah tindakan yang dilandasi empati luar biasa terhadap perkembangan kepribadian seorang anak.

(5)

I.

Identitas Buku

Judul asli

: Totto-chan, The Little Girl At The Window

Judul terjemahan

: Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela

Penulis asli

: Tetsuko Kuroyanagi

Alih bahasa

: Widya Kirana

Penerbit

: PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman

: 272 halaman

Cetakan

: Ke-3, September 2003

ISBN

: 979-22-0234

II.

Pratinjau

Penuh humoris!!!

Itulah kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang

berjudul “Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela” yang di tulis oleh “ Tetsuko

kuroyanagi”. Sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan

penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.

Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang

ketiga. Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan

nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang

penulis juga menjelaskan teman-temanya di masa kanak-kanak yang masih lekat

dalam ingatanya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.

Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya

sebagai seorang anak-anak meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah

kembali ke masa kanak-kanaknya dan becerita kepada para pembaca dengan

begitu lancarnya.

Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari

kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih

duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bagaimana apabila

saat itu sang ibu malah menyahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu

bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah

di Tomoe Gakuen! Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu

semangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah?

III.

ISI

Unsur Intrinsik

(6)

-

Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu Pendidikan.

Alur:

-

Maju mundur (Kejadianya seminggu yang lalu. Mama dipanggil wali kelas

Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa- basi.”Purti anda mengacaukan kelas

saya. Saya terpaksa meminta anda memindahkan ke sekolah lain.”(GCJ.12))

Penokohan/perwatakan:

Totto-chan

-

Periang (Katanya, “ sekolah asyik sekali! Mejaku di rumah ada lacinya yang bisa

ditarik, tapi meja di sekolah ada tutupnya yang bisa dibuka ke atas. Meja itu seperti

peti, dan kita bisa menyimpan apa saja di dalamya. Keren sekali!”(GCJ. 13))

-

Sopan ( sambil membungkuk memberi hormat, Totto-chan bertanya dengan penuh

semangat, “ Bapak ini apa, kepala sekolah atau kepala stsiun?”GCJ.24)

-

Polos ( Wataknya yang periang dan terkadang suka melamun, membuat

Totto-chan berpenampilan polos. (GCJ.27))

-

Cerdik ( Lagu pula Mama dan guru wali kelasnya yang dulu pasti heran kalau

tahu ada anak umur tujuh tahun yang bisa menemukan bahan obrolan untuk

diceritakan selama empat jam penuh tanpa henti. (GCJ.27))

-

Perhatian ( Hari itu Totto-chan menyuruh semua anak di sekolah menggigit kulit

kayunya sedikit. Tak satu anak pun merasa kulit kayu itu pahit, artinya mereka

semua sehat.Totto-chan senang sekali.(GCJ.210))

-

Lucu ( Dengan riang Totto-chan menyusup masuk dan keluar, menggali lubang

di bawah pagar kawat berduri. Tak heran, celana dalamnya selalu robek-robek.

(GCJ.114))

-

Ceriwis ( Setiap malam Totto-chan ceriwis menceritakan pengalamanya di

sekolah. Ia takkan berhenti bercerita sampai Mama berkata, “ sudah waktunya

tidur.”(GCJ.145))

Mama

-

Penyayang ( Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari

sekolah dan Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin,jadi diputuskan

untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dia dewasa kelak.(GCJ.18))

-

Sabar ( Mama punya sifat yang sangat sabar dan suka bercanda.(GCJ.22))

-

Pengertian ( Mama tidak pernah berkata pada Totto-chan bahwa ia harus

melakukan ini atau itu, tapi kalau Totto-chan ingin melakukan sesuatu, Mama

selalu setuju.(GCJ.175))

Papa

-

Berpendirian kuat ( Banyak keluarga dan kerabatnya tidak mau lagi bicara

padanya. Papa mengalami masa-masa sulit,tapi dia bersikukuh tidak mau

menyerah, demi musik dan biolanya.(GCJ.233))

Kepala sekolah

(7)

pegunungan” dan membawa dua panci, siap menambahkan makanan dari laut atau

dari daratan yang tidak mereka bawa.(GCJ.121))

-

Percaya diri ( Kepala sekolah tertawa terbahak-bahak, tak peduli giginya sudah

ompong.(GCJ.124))

Takahashi

-

Sopan ( anak itu melepas topinya, membungkuk menghormat, dan malu-malu, “

senang berkenalan dengan kalian.”(GCJ.115))

Tai-chan

-

Cerdas ( Anak itu cerdas dan mahir fisika. Tai-chan belajar bahasa inggris dan

dialah yang mengajari Totto-chan mengucapkan kata Inggris untuk rubah.

(GCJ.190))

Miyo-chan

-

Suka memuji ( Miyo-chan dan teman-teman sekelasnya, berseru serempak, “Oh!

Kepang!” Totto-chan senang sekali dan dibiarkanya kawan-kawanya meraba-raba

rambutnya.(GCJ.157))

Sakko-chan

-

Disiplin ( Anak itu mengeluarkan buku tulis dan kotak pensil dan tas sekolahnya

lalu meletakkan kedua benda itu di mejanya. Kemidian dia berjinjit dan

meletakkan tasnya di rak barang. Dia juga meletakkan tas sepatunya di rak itu.

(GCJ.35))

Yasuaki-chan

-

Percaya diri ( “Aku kena polio, bukan hanya kakikku, tanganku juga.”Dia

mengulurkan tanganya, jari-jarinya yang panjang tertekuk dan kelihatanya seperti

lengket satu sama lain.(GCJ.39))

Oe

-

Nakal ( Oe mendekat lalu mencengkeram kedua kepang Totto-chan sambil

berkata, “aku capek. Dan menarik kepangnya, Totto-chan limbung lalu jatuh

terduduk.(GCJ.157))

Ryo-chan

-

Pekerja keras ( Ryo-chan, tukang kebun sekolah yang dihormati semua anak dan

bisa melakukan pekerjaan apa saja,rupanya sudah bekerja sangat keras.(GCJ.163))

Latat /setting:

Tempat

-

Stasiun kereta ( Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama

menggandeng Totto-chan melewati pintu pemeriksaan karcis.(GCJ. 9))

(8)

gerbong dan tempak duduk menyamping yang telah diganti dengan mej kursi

sekolah yang semua menghadap ke depan.(GCJ.34))

-

Aula sekolah ( Setelah menyanyi keras-keras, semua anak serentak mengucapkan

“Itadakimasu” dan mulai menyantap “ sesuatu dari laut dan sesuatu dari

pegunungan”. Selama beberapa waktu Aula menjadi sunyi.(GCJ.47))

-

Kolam renang ( sangat berkesan bagi Totto-chan. Hari itu, untuk pertama kalinya

ia berenang di kolam renang.tanpa mengenakan apa-apa.(GCJ.70))

-

Gedung latihan ( Totto-chan menyukai gedung itu. Tata ruangnya ala Barat dan

sudah agak bobrok. Angin yang bertiup dari kolam Senzoku membawa alunan

musik sampai jauh keluar dari gedung latihan.(GCJ.92))

-

Di kamar ( Totto-chan mengalami kecelakaan parah. Kecelakaan itu terjadi di

rumah, setelah ia pulang sekolah. Ia dan Rocky anjingnya bermain “serigala” di

kamarnya sebelum makan malam.(GCJ.127))

-

Di perpustakaan ( Seluruh murid Tomoe lima puluh anak masuk ke

perpustakaan. Dengan penuh semangat, mereka memilih buku yang mereka sukai

lalu mencari tempat duduk, tapi hanya setengah dari mereka hanya bisa

memperoleh kursi, yang lain terpaksa bediri.(GCJ.164))

Suasana

-

Hening ( Semua gerbong kereta itu hening, karena saat itu jam pelajaran pertama

untuk semua kelas sudah dimulai.(GCJ.22))

-

Menyenangkan ( Sambil berseru-seru riang “ kita berkemah! Kita berkemah!”

anak-anak mengatur diri menjadi beberapa kelompok. Kegiatan sederhana ini tidur

di dalam tenda di Aula menjadi pengalaman yang sangat berharga dan

menyenangkan bagi para murid.(GCJ.77)

-

Mengharukan ( Begitu sampai lagi ke jalanan yang gelap, ia berkata sambil

terisak-isak , “Belum pernah aku sangat mengiginkan sesuatu seumur hidupku.

Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi, belikan aku satu anak ayam,

ya, Ma! Pa?”(GCJ.109))

-

Mengherankan ( Batu penanda itu masih ada di situ, persis seperti ketika

ditinggalkan kemarin. Ia menggali-gali di sekitarnya, tapi uang lima sen itu tak

bisa ditemukan. Kejadian yang amat misterius yang tak mungkin dilupakanya.

(GCJ.145))

-

Menyedihkan ( Kemudian dia mengeluarkan tangan dari saku dan memandang

anak-anak. Kelihatanya dia baru saja menangis.”Yasuaki-chan meninggal,”katanya

pelan.” Kita semua akan menghadiri pemakamanya hari ini.(GCJ.223))

-

Menegangkan ( banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 menimpa

gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai ruang kelas, api yang tak

mungkin dipadamkan, meratakanya dengan tanah.(GCJ.247))

Waktu

-

Pagi hari ( Tadi pagi ketika hendak berpakaian sebelum berangkat ke sini, baru

ketahuan bahwa ternyata semua gaun buatan Mama robek, jadi dia harus

(9)

-

Siang hari ( Setelah makan siang, Totto-chan bermain di halaman sekolah

bersama anak-anak lain sebelum kembali ke kelas tempat guru mereka sudah

menunggu.(GCJ.48))

seperti itu dan melukai dirinya sendiri, tapi Kepala Sekolah tak pernah memanggil

Mama atau Papa.(GCJ.188))

Amanat:

-

Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya.mulai dari

kebijaksanaan sang Ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih

duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah di keluarkan. Bayangkan apabila

saat itu sang Ibu malah menyalakan Totto-chan ? ia pasti tidak dapat merasakan

begitu bersemangat dan menjalani hari yang berbahagia sejak hari pertamanya

bersekolah di Tomoe Gakuen.

-

Rutinitas yang terasa membosankan dan banyak faktor lainya turut menghambat

motivasi kita untuk pergi sekolah.mari kita melihat siswa dan siswi dari Tomoe

Gakuen mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode

pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekedar

memaparkan teori saja.

-

Amanat yang terkandung dalam novel ini juga dapat di terapkan dalam membina

jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang Kepala Sekolah

bernama sosaku kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk

bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing.

-

Juga bagaimana Kepala Sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya

melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana

untuk bersikap tegar dari situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami

kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup.

Gaya bahasa

Tata bahasa dalam novel sangat sederhana, paragrap terakhir setiap bab di tulis

dengan sangat manis dan menyentuh hati.Selain itu, novel ini ditulis dengan gaya

realis bertabur metafora, penuh cetita lucu, penyampaian cerita yang cerdas,

menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.sehingga kita tidak bosan saat

membacanya.

(10)

Nilai moral:

Pasalnya setelah membaca novel ini terdapat begitu banyak nila-nilai moral yang

di sampaikan oleh penulis. Seperti kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Tomoe

telah mengajarkan bahwa mereka tidak boleh mendorong orang yang lebih kecil

atau lemah daripada mereka, bahwa bersikap tidak sopan berarti mempermalukan

diri sendiri, dan setiap kali melewati sampah mereka harus mengambilnya dan

membuangnya ke tempat sampah, dan juga mereka tidak boleh melakukan

perbuatan yang membuat orang lain kesal atau terganggu.(GCJ.95)

Nilai sosial:

Dalam novel ini mengandung unsur sosial yang patut untuk di contoh dalam

kehidupan bermasyarakat. Dilihat bagaimana sosok gadis kecil yang ingin sekali

mengundang Yasuaki-chan ke pohonnya dan memperlihatkan banyak hal kepada

kawanya itu. Dan demi membantu kawanya mencapai puncak ia rela

mempertaruhkan nyawanya sendiri.( Totto-chan memegangi tangan kawannya

yang jari-jarinya saling melekat akibat sakit polio. Kemudian ia berkata

“Berbaringlah. Akan kucoba menarikmu ke sini.” Dan ia berdiri di lekukan cabang

pohon dan menarik Yasuaki-chan yang kini terkurap dengan perut tertumpang

pada puncak tangga lipat ke atas pohon. Mungkin orang yang melihatnya akan

menjerit karena melihat pemandangan itu tampak mengerikan dan berbahaya.

(GCJ.83))

Nilai adat istiadat:

Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah di Tomoe

Gakuen, setiap tanggal 14 desember mereka mengunjungi Kuil Sengkuji dan

berziarah untuk memperingati Empat Puluh Tujuh Ronin melaksanakan balas

dendam mereka yang termasyhur.(GCJ.150)

Konflik

Mama dipanggil wali kelas Totto-chan yang langsung berbicara tanpa basa

basi. “ Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda

memindahkan ke sekolah lain.” Kemudian ibu guru muda yang manis itu

mendesah. “ kesabaran saya benar-benar sudah habis.”

Mama kaget sekali. Apa yang dilakukan Totto-chan hingga mengacaukan

seluruh kelas ? pikirnya menebak-nebak.

(11)

dan jalan hanya di batasi pagar tanaman rendah jadi, siapa pun yang ada di dalam

kelas bisa dengan mudah bercakap-cakap dengan orang yang lewat di jalan.

“Apa lagi yang dilakukanya?” Tanya Mama dengan perasan makin tak enak.

“Apa lagi?” seru guru itu. “Kalau saja saya bisa menghitung apa saja di

lakukannya, saya tidak akan meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain.”

Selain itu bukan hanya satu-satunya guru yang kesal . guru di kelas sebelah juga

mendapat kesulitan.

Akhirnya Mama melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah itu. Dengan

harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri

ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan akhirnya Mama

menemukan sekolah yang bisa menerima Totto –chan. Nama sekolah itu adalah

Tomoe Gakuen

IV.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan

Novel ini sangat menarik untuk di baca karena mengangkat kisah hidup yang

nyata, deskripsi penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada

dalam cerita tersebut. Selain itu di selingi dengan ilustrasi yang lucu sehingga kita

tidak mudah bosan saat membacanya. Novel ini diciptakan tidak hanya untuk

memberikan hiburan semata tetapi juga menambah wawasan kita.

Kelemahan

Dari banyaknya kelebihan yang ada, novel ini juga memiliki kekurangan. Salah

satunya adalah terdapat kata-kata yang sulit di mengerti sehingga kita perlu

bantuan kamus untuk menikmati membaca novel ini.

V.

SINOPSIS

(12)

Akhirnya mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke

sekolah lain. Sekolah yang bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan

diri dengan orang lain. Setelah mencari kemana-mana akhirnya Mama menemukan

sekolah yang pantas untuk purtinya. Mama tidak bilang kepada Totto-chan bahwa

dia dikeluarkan dari sekolah karena Mama tidak ingin putrinya menderita tekanan

batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-chan sampai dewasa

kelak. Dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen.

Totto-chan senang sekali, di sekolah itu para murid belajar di dalam gerbong

kereta sebagai pengganti ruang kelas. Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman

sekolah dan merasa sedang melakukan perjalanan naik kereta. Sekolah yang

berlambang dua simbol kuno berbentuk koma yang berwarna hitam dan putih ini di

kepalai oleh Sosaku kobayashi memang lain dari sekolah yang lain. Di sekolah

Tomoe para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai. Kepala

sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa “ sesuatu dari laut dan

sesuatu dari pegunungan“. Dan sebelum makan siang, kepala sekolah

mengucapakan kata “ Itadakimasu “ yang artinya selamat makan. Dan biasanya

setelah makan siang Totto-chan dan teman-temanya berjalan-jalan kemudian,

ketika mereka melewati kebun bunga, guru akan menceritakan kepada mereka

bagaimana bunga sesawi bisa bermekaran. Karena sekolah itu begitu unik

Totto-chan sangat senang dan amat menyukai sekolah itu, hingga dia memutuskan untuk

datang ke sekolah setiap hari dan takkan pernah berlibur.

Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan peristiwa yang

tak terduga. Sampai-sampai, ia dan teman-temannya yang lain tak menyadari

bahwa perang pasifik sudah pecah. Sampai kemudian, perang dan segala

kengerianya telah mulai terasa di kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap

hari, para pria dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya dikirim pergi untuk

berperang.

Hingga beberapa hari kemudian, Tomoe terbakar!!

Semuanya terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29

menimpa gerbong-gerbong kelas. Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar

menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala

sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu

keinginanya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur. Serta dia ingat kata-kata

perpisahan yang diucapkan kepala sekolah “ kita akan bertemu lagi “ dan kata-kata

yang selalu diucapakan kepadanya, “kau itu anak yang benar-benar baik, kau tahu

itu, kan?”. Sambil merasa yakin akhirnya Totto-chan tertidur. Kereta merayap

dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan…………..

VI.

KEPENGARANGAN

(13)

Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Menurut Memo ar Otobiografinya

1981. Kuroyanagi pergi ke SD Tomoe Gakuen ketika masih muda. Setelah itu, ia

belajar di Tokyo Collage of Musik, jurusan opera, karena dia bermaksud untuk

menjadi seorang penyanyi opera. Setelah lulus dari Universitas Tokyo Ongku pada

tahun 1979, dia tertarik untuk bertindak dalam industry televisi hiburan, sehingga

dia bergabung di Tokyo Hoso Gekidan dan pelatihan di Mary Tarcai Studio di

New York. Selanjutnya, ia menjadi aktris Jepang pertama yang dikontrakke Jepang

Broadcasting Corporation (NHK)

Tetsuko Kuroyanagi seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang

pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris Totto- Chan, The

Little Girl At The Window, World Wide Fund untuk penasihat alam, dan Good

Will Ambassador untuk UNICEF. Dia terkenal dengan karya amal, dan dianggap

sebagai salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan

internasional. Pada tahun 2006, Donald Richie dimaksud Kuroyanagi dalam

bukunya Potret Jepang. Foto-foto orang yang berbeda-beda sebagai wanita yang

paling popular dan di kagumi di Jepang.

Pada tahun 1997, Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-chanAnak”, yang

didasarkan pada pengalamannya bekerjas ebagai UNICEF Good will Ambassador

1984-1996. Kuroyanagi adalah direktur cabang Jepang dari Wildlife World Dana.

Untuk keterlibatannya di media dan hiburan televisi, Kuroyanagi

memenangkan Budaya Jepang Broad casting Award, yang merupakan kehormatan

tertinggi televisi di Jepang.Sejak itu, dia telah terpilih 14 kali sebagai pembawa

acara televise favorit di Jepang, untuk pertunjukan Tetsuko’s Room.

VII.

NILAI BUKU

(14)

yaitu, bahasa jepang, tetapi tidak membuat kita merasa bosan saat membacanya

karena kita dapat membuka kamus atau internet.

Totto-chan: Gadis cilik di jendela

Totto- chan adalah seorang anak yang mempunyai segudang rasa ingin tahu. Dia berumur tujuh tahun dan duduk di kelas satu SD. Memang seperti anak kecil kebanyakan, tetapi menurut gurunya di sekolah yang lama, sang gadis kecil telah membuat kacau kelasnya. Sehingga,Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah. Guru itupun menceritakan berbagai kenakalan Totto-chan. Totto-chan tidak pernah berhenti membuka-tutup mejanya, dan setelah satu jam kemudian dia meninggalkan tempat duduknya lalu berdiri di depan jendela, memandang keluar. Kemudian guru itu pun berpikir, selama Totto-chan tidak membuat keributan, biar saja dia berdiri di sana. Tapi tiba- tiba gadis cilik itu memanggil pengamen jalanan yang berpakaian kumuh. Dan kelas pun menjadi gaduh.

Perbuatan Totto-chan ini menyulut emosi sang guru. Tidak hanya guru di kelasnya yang kesal atas perbuatan Totto-chan, guru-guru lain pun terganggu oleh ulanya. Oleh karena itu, Mama Totto-chan pun terpaksa harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Tetapi mamanya tidak memberi tahu Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Karena takut Totto-chan akan menderita tekanan batin.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah barunya, Totto-chan merasa bermimpi. Sekolah itu bernama Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen sendiri adalah sebuah sekolah unik yang didirikan di Jepang pada tahun 1937. Ruang kelas sekolah barunya itu menggunakan enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai.Totto-chan pun menjerit kegirangan. Dia langsung menyukai sekolah barunya itu. Sekolah itu dipenuhi oleh bunga berwarna merah dan kuning.

Ketika Totto-chan bertemu dengan kepala sekolah, dia langsung merasa cocok walaupun awalnya dia merasa tidak nyaman. Kemudian dia menceritakan semua hal yang dia sukai. Kepala sekolah di sekolah barunya, Sosaku Kobayashi membuat ia merasa aman, hangat dan senang.

(15)

murid-murid makan siang. Dia sangat heran. Murid-murid-murid diwajibkan membawa makanan yang berasal dari laut dan pegunungan. Dan Totto-chan pun tidak sabar menunggu hari esok. Esok harinya, Totto-chan sangat gembira ketika mau pergi ke sekolah. Di kelas satu di sekolah Tomoe Gakuen, hanya ada 9 murid. Peraturan di kelas itu sangat aneh menurut Totto-chan. Setiap anak diberi satu bangku tetap, tetapi mereka boleh duduk sesuka hati, dimana saja dan kapan saja. Pelajarannya pun sangat aneh. Setiap anak dibebaskan memilih pelajaran yang akan dipelajarinya. Murid yang suka mengarang langsung menuliskan sesuatu dan anak yang menyukai pelajaran fisika bisa langsung memulai praktikum.

Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati perkembangan anak- anak dan bidang apa saja yang mereka minati serta cara berpikir dan karakter mereka. Bagi murid-murid memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai merupakan hal yang sangat menyenangkan.

Dan akhirnya, tibalah waktu makan siang. Setiap anak diwajibkan untuk membawa makanan yang berasal dari laut dan pegunungan. Makanan yang dari laut contohnya seperti ikan dan tsukuda- ni (udang kecil dan sejenisnya yang direbus dengan kecap dan sake manis). Sementara makanan yang berasal dari pegunungan berarti makanan dari daratan seperti sayuran, daging sapi dan daging ayam.

Mama Totto-chan sangat terkesan dengan cara ini dan berpendapat bahwa sangat sedikit kepala sekolah yang mampu menetapkan aturan makan sepenting itu secara sederhana. Anehnya, keharusan untuk memilih hanya dari dua kategori itu, justru membuat pekerjaan menyiapkan bekal makan siang menjadi lebih sederhana.

Totto-chan merasa gugup di hari pertama ketika makan siang, tapi acara itu menurutnya sangat menyenangkan. Dan yang lebih menyenangkan lagi menurutnya adalah ketika menyantap bekal buatan mama, rasanya sungguh lezat.

Biasanya orang mulai makan dengan berkata “itadakimasu”. Tetapi di Tomoe Gakuen lain. Sebelum makan semua bernyanyi. Kepala Sekolah menciptakan lagu khusus untuk makan siang. Lagunya seperti ini:

Yuk kunyah baik-baik, Semua makananmu, Yuk kunyah baik-baik, Nasi, ikan, sayur!

(16)

Setiap hari di Tomoe Gakuen selalu penuh kejutan menurut Totto-chan. Ia begitu bersemangat pergi ke sekolah. Dan setiap kali pulang dia tidak pernah berhenti bicara. Dia menceritakan semua yang dilakukannya di sekolah hari itu kepada orang tuanya dan Rocky,anjingnya.

Bahkan ketika sudah terbiasa dengan sekolah barunya, Totto-chan masih saja punya segudang cerita untuk diceritakannya setiap hari. Orang tuanya sangat bersyukur karena Totto-chan sangat menikmati sekolahnya.

Pemupukan kepercayaan diri juga dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki hambatan fisik yang kebetulan bersekolah di Tomoe. Perlombaan pada saat perayaan Hari Olahraga di Tomoe sepertinya dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat ikut serta. Bahkan dapat menjadi pemenang.

Takahashi, seorang murid yang tubuh, tangan dan kakinya berukuran pendek, mampu meraih juara umum. Kaki dan tangan Takahashi yang pendek membantunya memenangkan bermacam-macam lomba, seperti perlombaan menaiki tangga yang anak tangganya tersusun rapat, dan perlombaan merayap ke dalam ikan karper yang terbuat dari kain. Perlombaan yang berhasil membuat seorang anak yang memiliki hambatan fisik merasa dirinya mampu berprestasi seperti anak-anak lainnya.

Bahkan saking ingin menjaga mental anak didiknya, Kepala Sekolah pernah memarahi seorang guru yang pada saat menerangkan pelajaran biologi menanyakan pada seorang anak, apakah anak itu masih punya ekor. Pertanyaan yang wajar ditanyakan seorang guru saat pelajaran. Pertanyaan yang biasa saja bila ditujukan kepada anak normal. Namun pertanyaan tersebut kebetulan ditujukan pada seorang anak yang mengalami kelainan pada pertumbuhan tubuhnya. Kepala Sekolah tak ingin perkembangan jiwa si anak terganggu, karena merasa dirinya dianggap makhluk aneh.

(17)

Dan keesokan harinya, ada pengumuman yang ditempelkan disetiap kelas, yang menyuruh setiap anak dan guru berkumpul di lapangan sekolah. Totto-chan bergabung dengan murid-murid lain , semua penasaran ingin tahu. Sambil membawa papan tulis ke tengah lapangan, kepala sekolah berkata , “ Nah, dengar, ini lagu untuk Tomoe, sekolah kalian.” Tetapi lagu itu sangat pendek. Dan anak- anak pun tidak menyukai lagu itu.

Kepala Sekolah pun merasa sedikit kecewa. Tetapi dia tidak marah. Mungkin kepala sekolah tidak pernah berpikir untuk membuat lagu sekolah. Jadi, ketika nada-nada itu dihapus dari papan tulis, berakhirlah masalah dan Tomoe Gakuen tidak pernah punya lagu sekolah. Nama Totto-chan yang sebenarnya adalah Tetsuko. Sebelum ia lahir, semua teman orang tuanya yakin bahwa bayi yang akan lahir itu berjenis kelamin laki- laki. Mereka pun memutuskan menamai bayi mereka Toru. Ketika ternyata yang lahir bayi perempuan, mereka sedikit kecewa.

Tapi mereka menyukai huruf Cina untuk Toru, maka mereka menggunakan huruf itu untuk nama anak perempuan dengan memakai ucapan versi Cina tetsuko dan menambahkan akhiran ko yang biasa digunakan untuk nama anak perempuan.

Jadi, semua orang memanggilnya Tetsuko-chan. Tapi bagi gadis cilik itu, nama itu tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi, setiap kali seseorang bertanya siapa namanya, ia akan menjawab, Totto-chan. Ia bahkan mengira chan adalah bagian dari namanya. Papanya kadang memanggil Totsky seolah ia anak laki-laki.

Di sekolah Tomoe akan ada sebuah gerbong baru untuk ruang perpustakaan. Dan anak-anak yang ingin melihat datangnya gerbong tersebut harus menginap di sekolah. Karena gerbong tersebut akan datang pada malam hari. Mereka pun berkumpul di sekolah setelah sempat pulang ke rumah untuk mengambil piama dan selimut. Totto-chan dan teman-temannya tidak akan pernah lupa malam itu. Saat gerbong yang baru, datang.

Keesokan harinya, ada kejadian yang membuat Totto-chan bertambah heran. Kepala sekolah Tomoe Gakuen mengizinkan anak muridnya untuk berenang tanpa memakai sehelai baju pun. Ini dimaksudkan untuk mengajarkan muridnya bahwa semua tubuh itu indah. Karena ada beberapa murid di sekolah Tomoe Gakuen yang terkena polio dan cacat tubuh. Kepala Sekolah berpendapat jika mereka bertelanjang dan bermain bersama, rasa malu itu akan hilang dan membantu menjauhkan mereka dari rasa rendah diri. Akibatnya hampir semua murid Tomoe Gakuen berkulit cokelat, dan hampir tidak ada yang kulitnya belang putih bekas baju renang.

(18)

berpesan kepada para orangtua agar mengenakan pakaian paling using ketika ke sekolah. Dia ingin semua murid mengenakan pakaian usang agar mereka tidak perlu mengkhawatirkan pakaian mereka akan kena lumpur atau robek. Menurutnya, sayang kalau anak-anak harus takut dimarahi akibat mengotori pakaian mereka, atau ragu-ragu bergabung mengikuti suatu permainan karena cemas baju mereka akan robek.

Suatu pagi, sekolah Tomoe Gakuen kedatangan murid baru. Namanya Takahashi. Dia sekelas dengan Totto-chan dan berasal dari Osaka. Osaka adalah kota impian yang belum pernah dilihat Totto-chan. Dan saat itu Totto-chan meminta Takahashi untuk menceritakan tentang Osaka. Sayangnya, lonceng berdentang, tanda jam pelajaran pertama dimulai. Totto-chan pun merasa sedikit kecewa. Dan Takahashi pun menjadi salah satu sahabat Totto-Totto-chan. Dalam perjalanan pulang dari sekolah, tak jauh dari rumah, di pinggir jalan chan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, gundukan pasir yang tinggi. Totto-chan senang sekali. Setelah melompat-lompat kecil, ia berlari kencang kearah gundukan pasir itu lalu melompat ke puncaknya. Tapi, ternyata itu bukan gundukan pasir. Di dalamnya ada adonan semen abu-abu.

Kemudian Totto-chan pun terbenam ke dalam semen itu. Lama-kelamaan badannya tenggelam sampai dada. Ia tampak seperti patung, lengkap dengan tas sekolah dan sepatu. Semakin kuat ia mencoba keluar, semakin dalam kakinya terbenam. Sepatunya pun hampir lepas. Sampai sore hari tidak ada yang menolongnya. Sampai mama menemukannya di dalam gundukan semen itu. Mama yang mencoba menolongnya, kakinya malah ikut terperosok ke dalam gundukan itu.

Selang beberapa lama, akhirnya Totto-chan dapat keluar dari gundukan semen itu. Dan mama pun mengingatkannya agar tidak melompat ke dalam sesuatu sebelum mengetahui isinya. Hari-hari di musim gugur semakin pendek. Ketika akhirnya mereka sampai di rumah langit benar-benar sudah gelap.

Liburan tahun baru hampir tiba. Totto-chan berencana akan pergi bermain ski bersama papa dan mama. Teman papanya, Hideo Saito, pemain cello dan dirigen di orkestra tempat papa bermain, punya rumah peristirahatan yang indah di Tanah Tinggi Shiga. Mereka biasa menginap di sana pada musim dingin. Totto-chan mulai belajar bermain ski sejak bersekolah di taman kanak-kanak.

(19)

Ketika kembali ke sekolah setelah liburan musim dingin, anak-anak melihat sesuatu yang baru dan menakjubkan. Mereka berteriak-teriak kegirangan melihatnya. Di seberang deretan kelas ada satu gerbong baru, di samping petak bunga, dekat Aula. Ketika mereka berlibur, gerbong itu telah ditata menjadi perpustakaan.

Kepala sekolah mengatakan bahwa semua murid boleh datang ke perpustakaan kapan saja serta boleh meminjam buku untuk dibawa pulang. Dan jika sudah selesai membacanya, mereka harus mengembalikan buku itu. Dan kalau ada yang punya buku di rumah yang pantas dibaca oleh teman-teman, kepala sekolah akan senang sekali jika mereka membawa buku itu ke perpustakaan.

Anak-anak sangat gembira. Karena belum terlalu lancar membaca, Totto-chan memilih buku bergambar yang tampak paling menarik. Buku yang dipilih Totto-chan rupanya berisi cerita rakyat. Ceritanya tentang putri orang kaya yang tidak bisa mendapatkan suami karena dia selalu buang angin. Akhirnya, orangtuanya berhasil menemukan suami untuk putrinya. Tetapi gadis itu terlalu bersemangat pada hari pernikahannya hingga tanpa sadar, dia buang angin lebih kencang dari biasanya. Angin itu mengangkat suaminya dari ranjang, memutar-mutar tubuhnya tujuh setengah kali, lalu membenturkan pria malang itu ke dinding sampai pingsan.

Gambar yang paling menarik di buku itu adalah gambar yang menunjukkan si pengantin pria berputar-putar di dalam kamar karena diterbangkan angin. Sejak itu, banyak anak yang ingin membaca buku tersebut.

Tak terasa musim semi telah tiba. Hari itu tepat setahun sejak pagi hari ketika untuk pertama kalinya Totto-chan datang ke Tomoe Gakuen bersama mama. Sekarang Totto-chan dan teman-temannya gembira karena status baru mereka sebagai anak kelas dua. Mereka menonton anak-anak baru di kelas satu dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi Totto-chan, tahun-tahun yang sudah ia lewati penuh dengan berbagai peristiwa.

Kepala sekolah memperkenalkan seorang guru baru. Dia adalah petani yang diminta kepala sekolah untuk mengajarkan cara bercocok tanam kepada muridnya. Petani itu mengajarkan apa saja yang dia bisa. Walaupun seorang petani, murid-murid menghormatinya layaknya seorang guru. Dan mereka menyebutnya guru pertanian.

(20)

Dan itu membuatnya sangat sedih. Hanya karena Totto-chan melempar Tai-chan keluar arena waktu gulat sumo. Dan itu membuat Tai-chan sangat malu.

Tomoe Gakuen kedatangan anak baru lagi. Tubuhnya terlalu jangkung dan tegap untuk anak laki-laki seusianya. Menurut Totto-chan perawakannya seperti anak kelas tujuh. Pakaiannya juga beda, mirip pakaian anak dewasa.

Pagi itu anak-anak berkumpul di halaman sekolah. Dan kepala sekolah pun memperkenalkan murid baru. Namanya adalah Miyazaki. Dia lahir dan dibesarkan di Amerika. Jadi, Miyazaki tidak lancar berbicara dalam bahasa Jepang. Kepala sekolah meminta murid-muridnya untuk membantu Miyazaki mengenal lingkungan sekolahnya. Sebelum mereka sadari, perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa dalam kehidupan Totto-chan dan keluarganya. Setiap hari, para pria dan pemuda di lingkungan tempat tinggalnya dikirim untuk pergi perang. Bahan pangan dengan cepat menghilang dari toko-toko. Semakin lama semakin sulit untuk memenuhi aturan makan siang di Tomoe Gakuen, yaitu menyediakan sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan. Hampir semua kebutuhan dijatah. Di mana-mana tidak ada lagi orang yang menjual permen.

Banyak serdadu gugur, makanan sulit didapat dan semua orang hidup dalam ketakutan, tapi musim panas tetap datang seperti biasa. Tidak ada lagi acara berkemah di Tomoe dan tak ada lagi piknik-piknik yang menyenangkan ke sumber air panas.

Ryo-chan, tukang kebun di Tomoe akhirnya dipanggil untuk berperang. Dia sudah dewasa, tetapi mereka selalu memanggilnya dengan panggilan kanak-kanaknya. Ryo-chan bagaikan malaikat pelindung yang selalu menyelamatkan setiap kali ada anak yang mengalami masalah. Ryo-chan bisa melakukan apa saja.

Kepala sekolah merencanakan acara jamuan minum teh untuk mengantarkan keberangkatan Ryo-chan. Ini jamuan minum teh yang pertama di Tomoe. Jamuan minum teh adalah hadiah perpisahan yang menyenangkan dari Ryo-chan untuk anak-anak, walaupun ketika itu anak-anak sama sekali tidak punya bayangan tentang apa yang terjadi di luar lingkungan mereka. Jamuan minum teh menjadi permainan terakhir yang para murid mainkan di Tomoe sebelum mereka berpisah dan pergi menjalani kehidupan masing-masing.

Ryo-chan pergi naik kereta Toyoko. Kepergiannya bertepatan dengan kedatangan pesawat-pesawat Amerika. Pesawat-pesawat itu akhirnya muncul di langit Tokyo dan mulai menjatuhkan bom setiap hari.

(21)

bunyi-bunyi yang mengerikan, bukan iringan suara-suara yang amat disayanginya, suara tawa dan nyanyian anak-anak. Api, yang tidak mungkin dipadamkan, meratakannya dengan tanah. Api berkobar dimana-mana diseluruh Jiyugaoka.

Di tengah semua itu, kepala sekolah berdiri di tengah jalan sambil memandang Tomoe terbakar. Seperti biasa, dia mengenakan setelan tiga potong berwarna hitam yang sudah usang. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam saku. “Sekolah seperti apa yang akan kita bangun lagi?” tanyanya kepada putranya, Tomoe, yang berdiri di sampingnya. Tomoe mendengar kata-kata ayahnya,terpana dan tidak bisa berkata apa-apa. Kecintaan Mr. Kobayashi terhadap anak-anak dan ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat daripada api yang sekarang membakar sekolahnya.

Totto-chan berbaring dalam kereta pengungsi yang penuh sesak, terhimpit di antara orang-orang dewasa. Kereta bergerak menuju Timur Laut. Ketika dia memandang ke luar jendela, dia ingat kata-kata perpisahan yang diucapkan kepala sekolah, “Kita akan bertemu lagi!”. Dia tidak ingin melupakan kata-kata itu. Sambil merasa yakin dia akan segera bertemu lagi dengan Mr. Kobayashi, Totto-chan akhirnya tertidur. Kereta merayap dalam gelap, membawa para penumpang yang diliputi kecemasan.

Di akhir buku cerita ini Si penulis menceritakan tentang teman-temannya yang dulu pernah bersekolah di Tomoe Gakuen. Akira Takahashi, temannya yang terkena polio tidak pernah bertambah tingginya. Tapi dengan nilai-nilai yang sangat bagus, dia berhasil diterima di SMU yang terkenal di Jepang. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Meiji dan meraih gelar insinyur listrik. Sekarang dia menjadi manajer personalia di sebuah perusahaan elektronik. Dan Totto-chan pun mengunjungi Takahashi dan istrinya di Hamamatsu.Mereka bernostalgia dengan menceritakan perasaan mereka saat bersekolah di Tomoe Gakuen.

Miyo-chan, putri ketiga Mr. Kobayashi, lulus dari Departemen Pendidikan Kolese musik Kunitachi dan sekarang mengajar musik di sekolah dasar yang merupakan bagian dari kotese itu. Seperti ayahnya, dia sangat suka mengajar anak-anak kecil.

Tai-chan, orang yang pernah disukainya, menjadi salah satu ahli fisika Jepang yang terkenal. Sekarang dia tinggal di Amerika, bekerja di laboratorium terbesar di dunia dan menjadi asisten direktur. Tai-chan menikah dengan gadis berbakat yang lulus dengan nilai-nilai yang bagus di bidang Matematika dari University of Rochester.

(22)

Kelebihan :

●Buku yang mengajarkan sebuah metode pendidikan yang sebenarnya. Dimana siswa tetap senang dengan pelajaran sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat siswa tanpa kekangan. ●Buku ini menampilkan karakteristik seorang guru dan kepala sekolah yang patut di contoh.

Seperti guru yang penyayang dan bijaksana.

●Mengajarkan kita tentang arti persahabatan yang sebenarnya tanpa memandang perbedaan. ●Buku ini juga menampilkan sosok orang tua yang sabar menghadapi masalah yang dialami

anaknya dan tetap menyayangi anaknya yang berbeda dengan anak-anak sebayanya. Kekurangan :

Referensi

Dokumen terkait

Sangat rasional pula ketika Nabi saw, bersabda hanya satu kelompok (jalan) yang selamat. Sebab, tidak mungkin seseorang berjalan di dua jalan untuk pergi ke tujuannya pada

Bagi mahasiswa jumlah kredit berarti besarnya beban dan waktu untuk kegiatan yang harus dipikul agar dapat dinyatakan lulus dari mata kuliah tersebut.. Sebagai contoh

Isteri berkewajiban untuk menghormati hak suami ini dan menjadikan suami sebagai pemimpin karena kehidupan rumah tangga tidak mungkin berjalan dengan baik tanpa

Murid secara etimologis artinya orang yang berkehendak, berkemauan dan mempunyai cita-cita. Murid dalam istilah tarekat adalah orang yang bermaksud menempuh jalan untuk

berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak berkompetensi (gagal). Siswa merasa tidak menarik, mudah menyerah dan mudah mengambil jalan pintas dalam melakukan sesuatu.

Sistem pemeringkatan jalan berkelanjutan didasarkan pada upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengganggu

Kalau memang belum sadar juga baru di kasih tau kalau itu anggota harisma bahwa kita sebagai orang yang berada di organisasi harisma harus menjadi contoh yang baik untuk siswa

Contoh Berangka Dalam kajian ini, penulis akan mengaplikasikan pemodelan lengkung interpolasi splin-B kabur bagi data grid kabur ini untuk menghasilkan model jalan raya yang tidak rata