• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 19 didefinisikan sebagai jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan Tinggi tersebut bersifat terbuka dan dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas.

Universitas adalah perguruan tinggi yang di samping menyelenggarakan pendidikan akademik dapat pula menyelenggarakan pendidikan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. Program Sarjana yang selanjutnya disebut Program Strata 1 (S1) adalah jenjang pendidikan akademik yang mempunyai beban studi antara minimal 144 satuan kredit semester (sks) dan maksimal 160 sks dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester.

Sistem pendidikan tinggi mengenal yang namanya sistem satuan kredit semester. Sistem Satuan Kredit Semester (sks) digunakan untuk menyatakan beban studi, beban kerja dosen, pengalaman belajar dan beban penyelenggaraan program. Satuan kredit semester (SKS) adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik selama satu semester melalui

(2)

kegiatan terjadwal perminggu berupa perkuliahan, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri.

Tujuan dari sistem satuan kredit semester (sks) adalah :

 Memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk memilih suatu bidang kekhususan tertentu melalui penyajian program pendidikan yang bervariasi dan luwes.

 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyelesaikan studi dalam waktu yang telah digariskan pada aturan yang berlaku.

 Memberikan kemungkinan penyesuaian kurikulum dengan perkembangan masyarakat serta ilmu pengetahuan.

 Memudahkan pengalihan kredit antar program studi atau antar fakultas dalam suatu Perguruan Tinggi atau antar berbagai Perguruan Tingggi. Ciri – ciri dari sistem satuan kredit semester (sks):

 Sistem Satuan Kredit Semester tiap-tiap mata kuliah diberi nilai kredit.  Nilai kredit untuk masing-masing mata kuliah ditentukan berdasarkan

besarnya usaha untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam program perkuliahan maupun tugas-tugas yang lain.

Besarnya beban studi yang harus dipikul oleh mahasiswa untuk satu semester maupun untuk menyelesaikan pendidikan dinyatakan dalam nilai kredit. Nilai kredit yang harus dipikul tergambar dalam nilai kredit suatu mata kuliah. Setiap mata kuliah mempunyai jumlah kredit yang besarnya 2, 3 dan 4 SKS. Jumlah SKS tiap mata kuliah tidak menentukan penting atau tidaknya suatu mata kuliah tetapi sebagai gambaran luas ruang lingkup bahan bacaan yang harus

(3)

dibahas serta waktu yang dibutuhkan untuk menguasai materi kuliah. Jumlah kredit suatu mata kuliah bagi dosen berarti besarnya beban dan waktu untuk mempersiapkan materi, menyampaikan serta mengadakan evaluasi.

Beban Studi Mahasiswa adalah jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang wajib diperoleh mahasiswa selama studi. Pedoman untuk menentukan beban studi yang dapat diambil oleh mahasiswa pada setiap semester harus berpedoman pada Indeks Prestasi Semester (IPS) mahasiswa yang diperoleh pada tiap akhir semester. Jumlah beban kredit untuk semester berikuttlya tergantung dari besarnya IPS yang telah diperoleh pada semester sebelumnya.

Bagi mahasiswa jumlah kredit berarti besarnya beban dan waktu untuk kegiatan yang harus dipikul agar dapat dinyatakan lulus dari mata kuliah tersebut. Sebagai contoh suatu mata kuliah mempunyai bobot 2 SKS, maka jumlah waktu dan beban kegiatan adalah sebagai berikut :

Beban kegiatan untuk dosen :

 2 x 50 menit tatap muka terjadwal di kelas dengan Mahasiswa

 2 x 60 menit acara perencanaan dan evaluasi kegiatan akademik terstruktur.

 2 x 60 menit pengembangan materi. Beban kegiatan untuk mahasiswa :

 2 x 50 menit tatap muka terjadwal di kelas dengan dosen.

 2 x 60 menit kegiatan akademik terstruktur merupakan kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh dosen, misalnya pembuatan makalah dan sebagainya.

(4)

 2 x 60 menit kegiatan mandiri yaitu kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa secara mandiri untuk mendalami, mempersiapkan atau menyelesaikan tugas akademik lain, misalnya membaca buku acuan atau buku wajib.

Umumnya untuk menentukan beban studi untuk satu semester perlu juga diperhatikan kemampuan mahasiswa. Seorang mahasiswa baru dapat memikul beban studi untuk satu semester pertama dan semester selanjutnya tergantung dari kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan beban yang dipikulnya pada semester sebelumnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari indeks prestasi dan jumlah beban studi untuk semester berikutnya tergantung dari besarnya indeks prestasi semester yang diperoleh.

Pedoman untuk menentukan besarnya beban studi mahasiswa dalam satu semester (UU SISDIKNAS tahun 2003 dan Kepmendiknas No. 45 tahun 2002) digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Tabel Pedoman Beban Studi Besarnya Indeks Prestasi

Semester (IPS) Jumlah Beban Kredit 3,00 - 4,00 21 - 24 SKS 2,50 - 2,99 18 - 21 SKS 2,00 - 2,49 15 - 18 SKS 1,50 - 1,99 12 - 15 SKS 0,00 - 1,49 0 - 12 SKS

(5)

B. Tinjauan Mengenai Teori Belajar Mengajar 1. Teori Belajar

Pengertian belajar adalah hasil pengalaman seseorang (perilaku) terhadap lingkungannya dimana terjadi hubungan antara stimulus-stimulus dan respon-respon (Dahar, 1988: 14). Hubungan stimulus dan respon-respon tersebut oleh seperangkat kognitif diubah menjadi beberapa tahapan pengolah informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas-kapabilitas baru, seperti informasi verbal, keterampilan kognitif, keterampilan motorik dan sikap.

Abin Syamsudin (2002: 5) mengemukakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.”

Perilaku ini mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak dan biasa diamati, ada pula yang tidak nampak dan biasa diamati. Perilaku yang biasa diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak biasa diamati disebut kecenderungan perilaku.

Sifat perubahan perilaku bisa bersifat permanen sehingga hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Perubahan perilaku dalam proses belajar disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang berlangsung secara disengaja dan kesengajaan itu tercermin dari adanya faktor-faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan proses

(6)

belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain; 1) kesiapan (readiness) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu, 2) motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dan 3) tujuan yang ingin dicapai.

Menurut faktor-faktor di atas, maka teori yang paling populer diantara berbagai teori tentang belajar adalah teori belajar asosiasi dan teori belajar gestalt. Teori asosiasi sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar yang menggunakan alat mekanik dan alat elektronik.

Berdasarkan pendapat para pakar tentang pengertian belajar, penulis mengambil kesimpulan dari pendapat Dahar sebagai berikut: “belajar adalah proses dimana seorang individu mengalami suatu perubahan kapabilitas, melalui suatu latihan atau pengalaman dari waktu sebelum ia mengalami situasi stimulus ke situasi setelah ia mengalami stimulus tadi”.

Prinsip-prinsip umum yang dapat diambil aneka ragam teori belajar tersebut adalah :

1. Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir. 2. Motivasi sangat penting dalam belajar.

3. Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks. 4. Belajar melibatkan proses pembedaan dan penggeneralisasian berbagai

respon.

2. Teori Mengajar

Mengajar adalah suatu proses yang kompleks, dalam mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru ke siswa. Akan tetapi, banyak

(7)

tindakan maupun kegiatan yang harus dilakukan, terutama bila menginginkan hasil belajar yang lebih baik untuk seluruh siswa.

Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Artinya membutuhkan rumusan yang tepat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Terdapat aneka ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap mengajar mempunyai kaitan arti dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan itu sendiri bergantung pada pandangan perumusannya.

Prinsip-prinsip umum yang harus dipegang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1. Mengajar harus didasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa; 2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis; 3. Mengajar harus dapat memperhatikan perbedaan individu setiap siswa; 4. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar; 5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa; dan

6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.

C. Tinjauan Mengenai Kejenuhan 1. Teori Kejenuhan

Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan (Reber, 1988). Dalam aktivitas belajarnya, sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu pada saat itu.

(8)

Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya.

Kejenuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan yang menggambarkan kenaikan penyebab tanpa menimbulkan kenaikan hasil. Jadi dapat disimpulkan bahwa kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil.

Kejenuhan sendiri sering dikaitkan dengan keletihan. Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Phsycology of Learning, keletihan siswa dapat diketegorikan menjadi; 1) keletihan indra siswa, 2) keletihan fisik siswa, 3) keletihan mental siswa. Keletihan indra dan fisik siswa dapat dihilangkan dengan mudah dengan beristirahat dengan cukup. Tetapi keletihan mental tidak mudah mengatasinya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan keletihan mental yaitu :

a. Kecemasan seseorang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.

b. Kekhawatiran seseorang akan ketidakmampuannya mencapai standar keberhasilan bidang-bidang studi yang dianggapnya terlalu tinggi terutama ketika seseorang tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut.

c. Persaingan yang ketat yang menuntut belajar keras.

d. Keyakinan yang tidak sama antara standar akademik minimum dan standar yang ia buat sendiri.

(9)

2. Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar

Beberapa faktor-faktor penyebab munculnya kejenuhan belajar: a. Metode belajar yang tidak bervariasi

b. Suasana/lingkungan belajar yang tidak pernah berubah-ubah atau selalu sama

c. Kehilangan motivasi

d. Kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.

e. Kejenuhan dapat juga terjadi karena proses belajar mahasiswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (borring) dan keletihan (fatigue).

f. Terlalu banyak tuntutan (beban studi)

g. Kurangnya rangsangan (stimulus) dari lingkungan sekitar h. Kegiatan yang tidak berubah

3. Tanda-Tanda Mahasiswa yang Mengalami Kejenuhan dalam Belajar Penelitian serupa (Mubiar Agustin, 2009) mengemukakan beberapa gejala atau tanda-tanda mahasiswa yang mengalami kejenuhan belajar. Tanda-tanda tersebut antara lain:

a. Tanda-tanda seseorang mengalami kejenuhan belajar secara fisik; gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dan sebagainya).

(10)

b. Tanda-tanda seseorang mengalami kejenuhan belajar secara mental dan emosional:

a. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh terhadap tanggung jawab, menentang, berpura-pura, berkata dusta dan sebagainya.

b. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, selalu terlambat terlambat, tidak mencatat tugas, tidak teratur, dan sebagainya. c. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

4. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar

Ada beberapa cara untuk menanggulangi jenuh belajar yaitu: a. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.

b. Menata kembali lingkungan belajarnya meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan mahasiswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.

c. Memberi stimulus baru dan motivasi agar mahasiswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.

d. Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan mahasiswa dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

(11)

D. Tinjauan Mengenai Mata Kuliah Tugas Akhir

Mata kuliah Tugas Akhir adalah salah satu mata kuliah empat sks yang ada di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, UPI. Mata kuliah Tugas Akhir adalah mata kuliah dimana mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu keteknikan yang telah didapatnya selama kuliah di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin ke dalam sebuah karya ilmiah. Tugas Akhir biasanya diambil oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai syarat proses kelulusan pada semua mata kuliah wajib.

Biasanya mahasiswa akan mengambil mata kuliah Tugas Akhir jika mereka sudah menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek Industri. Diharapkan setelah mahasiswa selesai menempuh Kerja Praktek Industri mereka mampu menemukan masalah di lapangan mengenai bidang keahlian mereka dan menganalisisnya.

Tugas Akhir yang berjumlah empat sks dalam kurikulum UPI merupakan syarat wajib kelulusan. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa pada semester akhir. Mahasiswa tingkat akhir biasanya diwajibkan terlebih dahulu menyelesaikan Tugas Akhir sebelum mengambil skripsi.

E. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar adalah titik tolak penelitian yang digunakan sebagai dasar penelitian secara umum. Arikunto (2002: 58) mengemukakan bahwa dalam penelitian perlu perumusan anggapan dasar, tujuan anggapan dasar adalah:

(12)

1. Menjadi dasar pijakan yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. 2. Mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatiannya.

3. Menentukan dan merumuskan hipotesis.

Asumsi ini menjadi titik tolak dimana tidak lagi menjadi keragu-raguan penyelidik. Pada penelitian ini sebagai titik tolak pemikiran, penulis menetapkan asumsi menurut Mubiar Agustin (2009) bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menyelesaikan masa studinya, salah satu yang mempengaruhinya adalah tingkat kejenuhan dalam belajar.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari jawaban persoalan yang akan diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Arikunto (2002: 62) mengemukakan bahwa "...hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Berdasarkan uraian tersebut, maka Penulis merumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut, yaitu ”Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin dengan penyelesaian Tugas Akhir”.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Murti (2004) bahwa nilai kepercayaan terhadap merek tersebut berpengaruh terhadap tingkat minat beli ulang

[r]

Kemudahan akses adalah salah satu dimensi kualitas, untuk mengukurnya didekati dengan indikator persentase kepuasan konsumen terhadap pelayanan data BPS sebesar 95, tingkat capaian

fisik yang sederhana dan cepat dengan lampu Wood dapat dilakukan pada pasien yang diduga terinfeksi jamur kulit superfisialis sebelum. dilakukan pemeriksaan penunjang

Berdasarkan hasil penenelitian yang telah dilakukan dengan taraf signifikansi

Dari hasil diatas dapat dilihat sebaran 16 tipe kepribadian MBTI, di mana mayoritas mahasiswa adalah Extrovert sekitar 60,31% ini berarti mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang

Sistem Operasi atau Perangkat Lunak Terintegrasi atau Opsi Perangkat Lunak Terintegrasi (atau ketiganya) dapat mencakup karya cipta terpisah, yang diidentifikasi

9 Selama jam istirahat tetap berada di dalam kelas atau ruang kerja masing-masing 10 Selama mengajar di kelas guru tetap menjaga jarak dari siswa dan tidak mobile (tidak.