• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN BERAT LAHIR BAYI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN BERAT LAHIR BAYI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

59 BMI SEBELUM HAMIL MENENTUKAN

BERAT LAHIR BAYI

Murtiningsih1

Murtiningsih: Keperawatan Maternitas, STIKES Jenderal Achmad Yani Jln. Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi, Jawa Barat – 40533

E-mail: murty_68@yahoo.com

ABSTRAK

Status nutrisi maternal sebelum dan selama kehamilan adalah determinan penting yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin. Idealnya wanita seharusnya memulai kehamilan pada kondisi berat badan yang sehat dengan BMI normal. Banyak wanita di dunia ini yang memasuki kehamilan dengan BMI tidak normal dan mereka termotivasi untuk makan dengan sangat baik hanya pada saat kehamilannya. Sehingga pada umumnya perhatian ditujukan hanya kenaikan berat badan selama kehamilan tanpa memperhatikan berat badan pra-konsepsi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Desain penelitian ini korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 69 ibu postpartum. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan data sekunder dari medical record. Hasil analisis univariat didapatkan 69.6% wanita pada usia reproduksi sehat, paritas beresiko 50.7%, dan tidak hipertensi 79.7%. Kenaikan berat badan maternal normal 44.93% dan kurang 39.13%. Wanita sebelum kehamilan dengan BMI normal (59.42%), BMI kurang (20.29%), BMI lebih (15.94%), dan obesitas (4.35%). Rerata berat badan bayi baru lahir 3088.4 gram. Hasil uji statistik ANOVA didapatkan 1). Tidak ada perbedaan bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan (kurang, normal atau lebih), p=0.707. 2). Ada perbedaan bermakna berat badan bayi baru lahir diantara keempat tingkat BMI ibu sebelum hamil, p=0.003. Analisis uji korelasi dan regresi linier sederhana didapatkan bahwa kelompok yang berhubungan signifikan adalah BMI ibu sebelum hamil normal dengan BMI lebih (p=0.041), 95% CI (13.04-971.89), BMI ibu sebelum hamil normal dengan obesitas (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir menunjukkan hubungan sedang (r=0.365), berpola positip dan nilai koofisien determinasi 0,126. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi dan memberikan edukasi pada semua ibu yang merencanakan kehamilan dan juga ibu hamil, tentang pentingnya mempersiapkan BMI normal sebelum konsepsi sesuai rekomendasi WHO yaitu 18.5-24.9. Edukasi pada ibu hamil sejak pemeriksaan kehamilan pertama dan dimonitor terus sampai dengan persalinannya.

(2)

60

ABSTRACT

Maternal nutrition status before and during pregnancy is an important determinant of fetal growth and development. Ideally, women should try to entering pregnancy a healthy body weight with normal BMI. Most women in the word beginning pregnancy with abnormal BMI, and they are usually motivated to eat properly only during pregnancy. So commonly their attention just for weight gain during pregnancy, not for conception weight. The aim of this study was to examine the correlations of maternal weight gain and pre-pregnancy body mass index with baby birth weight. The study design was correlative with cross sectional approach. The number of sample was 69 women. The primary data was obtained from interview and the secondary data from medical record. The result of univariate analysis was 69.6% of women in health reproductive, parity in risk was 50.7%, without hypertension was 79.7%. Compared with normal weight gain and underweight (44.93% & 39.13%). The women beginning a pregnancy with normal BMI (59.42%), underweight was 20.29%, overweight was 15.94%, and obesity was 4.35%. The mean of baby birth weight was 3088.4 gram. Result of ANOVA were 1). No significantly baby birth weight between groups of maternal with different maternal weight gain (underweight, normal or overweight), p=0.707. 2). Were significantly baby birth weight between four groups of pre-pregnancy BMI, p=0.003. Result of correlation analysis and linier regression were significantly normal pre-pregnancy BMI with overweight (p=0.041), 95% CI (13.04-971.89), normal pre-pregnancy BMI with obesity (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89). There is a correlation between pre-pregnancy BMI and baby birth weight. It showed moderate and positive correlation (r=0.365) with determination was 0,126. The results of this study could be useful to identify and to give education for all of pre-pregnancy women and pregnancy women about important for preparing normal BMI pre-conception based on the WHO recommends 18.5- to 24.9. The education should give to pregnancy women at the first pre-natal visit and they were monitored up to delivery.

(3)

61 A. PENDAHULUAN

Asupan nutrisi selama kehamilan berpengaruh langsung pada kesejahteraan janin dan outcome persalinan. Tidak adekuatnya asupan nutrisi berhubungan dengan persalinan prematur, BBLR dan anomaly kongenital. Sebaliknya intake nutrisi yang berlebihan dihubungkan dengan janin makrosomia, kesulitan persalinan, hipoglikemia neonatal dan obesitas pada ibu (Fowles, 2002 dalam Ricci, S.C., 2007). Status nutrisi maternal, baik kekurangan nutrisi, kelebihan nutrisi dan atau obesitas merupakan keadaaan yang dapat meningkatkan resiko pada maternal dan janin. Idealnya, wanita seharusnya memulai hamil pada kondisi berat badan yang sehat, dengan BMI diantara 18.5-24.9 (IOM, 2009). WHO dan IOM merekomendasikan kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan BMI sebelum hamil Apabila tidak sesuai dengan pedoman tersebut, maka diperlukan intervensi untuk membantu wanita mengatasi hal tersebut, baik pada keadaan kelebihan berat badan atau obesitas maupun berat badan yang kurang (Rasmussen, K. M., 2009). Banyak wanita yang termotivasi untuk makan dengan sangat baik hanya pada saat kehamilan untuk menyelamatkan janinnya (Ricci, S.C., 2007). Sehingga pada umumnya perhatian ditujukan hanya pada kenaikan berat badan selama kehamilan. Sementara menurut rekomendasi IOM (Institute of Medicine, 2002 dalam Ricci, S.C., 2007) dan WHO (Rasmussen, K. M., 2009), kenaikan berat badan selama kehamilan didasarkan pada BMI sebelum hamil. Banyak wanita di dunia ini memasuki kehamilan dengan berat badan dan tinggi badan sub optimal. Pada studi analisis di 20 negara menunjukkan bahwa pada 10 negara, kaum wanitanya sebelum hamil

(4)

62 B. METODE

Desain penelitian yang digunakan korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir di RSUD Cibabat Cimahi. Variabel independen dalam penelitian ini terdapat 2 sub variabel, yaitu kenaikan berat badan maternal dan BMI sebelum hamil. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah berat badan bayi baru lahir.Berdasarkan perhitungan sampel, jumlah responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 69 orang. Cara pengambilan sampel dengan menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan random. Responden yang bersedia berpartisipasi dan setuju menandatangani informed consent. Pengumpulan data dilakukan selama 5 minggu. Dalam penelitian data dikumpulkan melalui wawancara dan dari medical record. Data primer meliputi berat badan sebelum hamil, tinggi badan, dan kenaikan berat badan selama kehamilan. Data sekunder tentang karakteristik responden meliputi usia, paritas, komplikasi kehamilan hipertensi, diabetes dan berat bayi baru lahir. Analisa data univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel pada karakteristik responden, variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesis penelitian, yaitu membuktikan adanya hubungan kenaikan berat badan maternal dengan berat badan bayi baru lahir dan membuktikan adanya hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik ANOVA. Analisis hubungan antara variabel berat badan bayi baru lahir dengan

variabel independen lain menggunakan statistik uji korelasi untuk mengetahui derajat/keeratan hubungan. Sedangkan bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut menggunakan statistik uji regresi linier sederhana. Sebelum penelitian responden diberikan informasi tentang tujuan dan prosedur penelitian. Setiap responden diberi hak penuh atas kesediaannya secara sukarela untuk menjadi responden. Apabila menyetujui serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka responden diminta membubuhkan tanda tangan pada lembar persetujuan (informed consent). Peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan oleh responden selama dan sesudah penelitian (privacy). Peneliti memperhatikan kenyamanan dan keamanan responden (protection from discomfort), serta setiap responden diperlakukan sama dengan memberikan kode sebagai pengganti nama (anonimity), informasi yang diperoleh dijaga kerahasiaannya dan hanya untuk kegiatan penelitian ini (confidentiality).

C.Hasil

Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Jmh Persentase

1.

2.

3.

4. Usia

(5)

63 Tabel 4.2. Distribusi Kenaikan Berat Badan

Maternal dan BMI Sebelum Hamil

No. Kenaikan BB Maternal

dan BMI

Tabel 4.3. Distribusi Berat Badan Bayi Baru Lahir

Variabel Mean SD Min-Mak

BB Bayi Baru Lahir

3088.4 563.42 1600 – 4200

Tabel 4.4. Distribusi Rata-Rata BB Bayi Baru Lahir Menurut Kenaikan BB Maternal

Rerata berat badan bayi baru lahir pada ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan kurang: 3053.70 gr, kenaikan berat badan normal: 3072.58 gr, dan kenaikan berat badan lebih: 3218.8 gr. Hasil uji statistik dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan: kurang, normal atau lebih (p=0.707; α=0,05).

Tabel 4.5. Distribusi Rata-rata BB Bayi Baru Lahir Menurut BMI Sebelum Hamil

Rerata berat badan bayi baru lahir pada ibu dengan BMI sebelum hamil kurang adalah 3067.86 gr, BMI normal 2943.90 gr, BMI lebih 3436.36 gr dan obesitas 3883.33 gr. Hasil uji statistik dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir diantara keempat tingkat BMI ibu sebelum hamil (p=0.003; α=0.05). Analisis lebih lanjut bahwa kelompok yang berhubungan signifikan adalah tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan BMI lebih (p=0.041), 95% CI (13.04-971.89), tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan obesitas (p=0.021), CI 95% (94.97-1783.89).

(6)

64 berpola positip artinya semakin besar

BMI-nya semakin besar berat badan bayi baru lahirnya. Nilai koofisien determinasi 0,126 artinya persamaan garis yang kita peroleh dapat menerangkan 12.6% variasi berat badan bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel BMI sebelum hamil. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir (p=0.003).

D.PEMBAHASAN

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia yang baik untuk reproduksi, dengan rata-rata usia responden 29-30 tahun. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya oleh Lumbanraja, S. (2013) yaitu responden terbanyak 80.8% dari 104 responden pada rentang usia reproduksi sehat. Sistem reproduksi pada usia beresiko (dibawah 20 tahun) kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007). Usia ibu yang masih muda masih dalam masa pertumbuhan, lebih beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih ringan. Terjadi kompetisi zat gizi antara bayi dengan ibunya, sebab ibu muda masih dalam pertumbuhan memerlukan zat gizi yang tinggi (Kramer, M.S., et al. 1990). Sedangkan usia ibu lebih dari 35 tahun kurang baik untuk terjadinya proses kehamilan dan persalinan, karena kondisi kesehatan reproduksi ibu mulai menurun, fungsi uterus menurun, dan

kualitas sel telur berkurang

(Rochjati P., 2003). Usia yang lebih tua saat hamil dan melahirkan dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus yang dapat meningkatkan resiko morbiditas setelah masa kehamilan (IOM, 2009). Jumlah paritas sebagian beresiko yaitu 50.7%. Menurut Cunningham, F.G. et al (2006), paritas lebih dari 3 meningkatkan resiko untuk terjadinya perdarahan pasca salin 4 kali lebih besar dari pada paritas dibawahnya. Hemoragia post partum merupakan 1 dari 3 penyebab kematian maternal, salah satu faktor predisposisinya adalah kelemahan otot uterus pada multipara. Keadaan endometrium multipara terutama pada area korpus uteri sebagai tempat implantasi plasenta sudah mengalami kemunduran fungsi dan vaskularisasinya berkurang, hal ini terjadi karena degenerasi endometrium. Menurut Sarwono (2005) paritas diatas 3 (grandemultipara) otot-otot uterus sudah berkurang elastisitasnya akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan lamanya proses involusi uterus pasca salin.

2. KENAIKAN BERAT BADAN MATERNAL

Kenaikan berat badan maternal normal selama kehamilan yang direkomendasikan ACOG adalah 35-35 pound atau sekitar 11.36-15.9 kg (Ricci, S.S., 2007) atau 11.5-16 kg (Medrofth, J. et al., 2010). Rerata kenaikan berat badan maternal pada penelitian ini adalah 12.55 kg ((± 4.736 SD) termasuk dalam kategori normal.

(7)

65 normal yaitu 11.29 kg (± 5.194 SD).

Sedangkan penelitian Lumbanraja, S. (2013) berbeda hasilnya yaitu peningkatan berat badan maternal meningkat secara signifikan selama trimester 2 dan 3 dengan total kenaikan berat badan maternal pada rentang 5-20 kg.

3. BODY MASS INDEX (BMI) SEBELUM HAMIL

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memulai kehamilan dengan BMI normal 59.42%. Sebagian lainnya BMI sebelum hamil BMI kurang 20.29%, BMI lebih 15.94%, dan obesitas 4.35%. Keadaan serupa didapatkan pada penelitian Liu. X, et al (2011) didapatkan BMI sebelum hamil terbanyak pada keadaan normal 63.4%, BMI lebih sebanyak 18.3%, BMI kurang sebanyak 11.5% dan obesitas sebanyak 6.8%. Kenaikan berat badan maternal yang sesuai untuk setiap individu, saat ini didasarkan pada BMI (Body Mass Index) sebelum hamil, dimana merefleksikan rasio berat ibu ke tinggi badan (Fracer, D.M. & Cooper, M.A., 2007). IOM (Institute of Medicine, 2009) merekomendasikan kenaikan berat badan selama hamil didasarkan pada BMI pre-konsepsi. Semua wanita hamil sebaiknya memahami kenaikan berat badan yang direkomendasikan selama kehamilannya. Pada trimester pertama kehamilan bagi wanita dengan rentang berat badan normal, kenaikan berat badan yang dianjurkan 1.59-2.27 kg. Untuk wanita dengan berat badan kurang kenaikan berat badan yang direkomendasikan minimal 2.27 kg. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.90 kg (Ricci, S.S.,

2007). Selama trimester 2 dan 3, kenaikan berat badan mengikuti pola yang direkomendasikan. Bagi wanita dengan berat badan sebelum hamil dalam rentang normal, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.45 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan kurang, kenaikan berat badan yang direkomendasikan lebih dari 0.45 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badan yang direkomendasikan 0.30 kg per minggu (Florida Departement of Health, 2003 dalam Ricci, S.S., 2007).

4. BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

(8)

66 5. HUBUNGAN KENAIKAN BERAT

BADAN MATERNAL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

Kenaikan berat badan maternal selama kehamilan merupakan gambaran laju pertumbuhan janin dalam kandungan yang perlu diperhatikan, karena kenaikan berat badan maternal yang kurang maupun yang berlebih bisa menimbulkan permasalahan yang serius bagi bayi dan ibunya. Hasil penelitian ini disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir diantara kelompok ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan baik kurang, normal maupun lebih. Hal ini sama dengan hasil penelitian Debtarsie K, C., (2012) bahwa penambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan berat lahir bayi tidak ada hubungan yang bermakna. Demikian juga pada uji korelasi dan regresi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Shiddiq, A. dkk, (2014) juga mendapatkan hasil penelitian serupa, bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil terhadap berat bayi lahir. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Budiman, C. dkk, (2011) didapatkan bahwa makin berat badan ibu hamil, makin bertambah juga berat lahir bayi. Hasil penelitian yang sama didapatkan pada penelitian Lumbanraja, S., (2013) yaitu adanya korelasi antara berat badan maternal dengan berat lahir bayi dengan hubungan lemah. Hasil penelitian Khoiriah, Fabella, dkk (2013) didapatkan hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR. Demikian juga penelitian Handayani,S.,(2013) dan Lumbanraja, S., (2013) menunjukkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan lahir bayi. Pada ibu dengan kenaikan berat badan

maternal tidak adekuat atau kurang meningkatkan risiko kelahiran bayi BBLR dan berkontribusi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal. Hasil penelitian yang didapatkan peneliti berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hubungan yang tidak bermakna pada penelitian ini dapat disebabkan oleh pemakaian data penambahan berat badan maternal berupa selisih berat badan ibu sebelum melahirkan dengan berat badan ibu sebelum memasuki masa kehamilan, bukan berupa pertambahan berat badan ibu pada setiap trimester kehamilan. Sedangkan pertambahan berat badan pada trimester satu dengan trimester yang lainnya dampak memberikan dampak yang berbeda terhadap berat lahir bayi.Kenaikan berat badan maternal sebaiknya sesuai dengan rekomendasi IOM. Peningkatan berat badan maternal pada trimester 2 dan 3 signifikan karena pada trimester tersebut sudah terjadi penurunan gejala emisis, dan terjadi peningkatan ukuran dan volume uterus, peningkatan jaringan maternal organik, serta adanya leptin yaitu bentuk protein yang diproduksi oleh jaringan adipose berfungsi untuk mengatur selera makan dan berat badan (Lumbanraja, S., 2013).

6.HUBUNGAN BMI SEBELUM HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR

(9)

67 massa tubuh (IMT atau BMI) dengan berat

badan lahir. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada responden dengan BMI kurang, melahirkan bayi dengan rerata berat badan 3067.87 gram. Berbeda dengan hasil penelitian Sari, A., dkk (2013) pada responden dengan kondisi kurus tingkat berat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 83.3 %. Demikian juga hasil penelitian Yu, Z, et al (2013) dan Li N, et al (2013) bahwa dibandingkan dengan BMI normal, BMI sebelum hamil kurang dengan kenaikan berat selama kehamilan kurang/dibawah rekomendasi IOM meningkatkan resiko LBW (low birth weight) dan SGA (small-for-gestational age). Intervensi efektif untuk mengatasi hal ini dengan edukasi nutrisi antenatal yang bertujuan untuk meningkatkan energi dan intake protein. Hal ini ternyata sangat efektif untuk mengurangi resiko kelahiran prematur, BBLR, meningkatkan lingkar kepala dan berat badan lahir pada wanita dengan kondisi nutrisi kurang baik (Ota E, 2015). Hasil penelitian ini didapatkan pada responden obesitas melahirkan bayi dengan berat 3.600-4.200 gram. Demikian pula hasil penelitian Sari, A., (2013) dimana responden gemuk tingkat berat mempunyai bayi dengan berat badan lahir normal/BBLN. Analisis lebih lanjut bahwa kelompok yang berhubungan signifikan adalah tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan BMI lebih, tingkat BMI ibu sebelum hamil normal dengan obesitas. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Liu, X, et al (2011), Liu Y, et al (2012) dan Li N, et al (2013) bahwa dibandingkan dengan ibu dengan BMI normal, pada BMI lebih dan obesitas dengan kenaikan berat maternal diatas rekomendasi IOM secara signifikan meningkatkan resiko SGA (small-for-gestational age) dan LGA (large-for-gestational age). Demikian pula

dengan penelitian Bhattacharya, S. et al (2011), Athukorala C, (2010), Foulifact FY, et al (2015) dan Li C, et al (2015), hasil penelitiannya disimpulkan bahwa dibandingkan dengan BMI ibu sebelum hamil normal, pada ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan berdasar BMI lebih dari rekomendasi IOM dan obesitas mempunyai resiko paling tinggi untuk terjadi pre-eklamsia, induksi persalinan, SC emergency, perdarahan postpartum, kelahiran prematur dan berat lahir bayi lebih dari 4000 gram atau makrosomia.Analisis ini menunjukkan bahwa semakin normal BMI ibu pada saat kehamilan maka semakin normal juga berat badan bayi baru lahir. Sebaliknya apabila BMI ibu pada saat kehamilan berada pada kategori kurang maka ibu hamil semakin beresiko melahirkan bayi dengan SGA dan LBW. Demikian pula pada ibu dengan BMI sebelum hamil pada kategori lebih dan obesitas meningkatkan resiko LGA, HBW (high birth weight) dan makrosomia (Yu, Z, et al, 2013). Hasil studi ini menunjukkan hubungan linier antara kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir yang dipengaruhi oleh BMI sebelum hamil (FAO, 2001). Mamun AA, et al (2010) menemukan bahwa peningkatan berat badan selama kehamilan berlebihan berdasarkan BMI-nya merupakan faktor independen untuk memprediksi wanita, bahwa dia akan mempunyai berat badan berlebihan atau obesitas dalam jangka waktu yang lama.

(10)

68 Hubungan antara berat badan bayi baru

lahir dengan BMI menunjukkan hubungan yang sedang, artinya semakin besar BMI semakin besar berat badan bayi baru lahir. Nilai koofisien determinasi menerangkan 12.6% variasi berat badan bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel BMI sebelum hamil.Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Jaffna Sri Lanka oleh Jananthan, R. & Sivananthawerl, (2009), yaitu semua variabel mempunyai hubungan yang signifikan. Terdapat korelasi positip antara berat lahir dengan antropometri maternal, meliputi berat lahir dan berat badan maternal, berat lahir dan BMI, dan berat lahir dan tinggi badan maternal. Dari ketiga variabel antropometri maternal tersebut, secara statistik BMI signifikan dan memberikan nilai yang lebih akurat serta sebagai prediktor terbaik bayi dengan berat lahir rendah dengan 80% sensitivitas BMI pada nilai 23.7 kgm2.Hasil penelitian lain yang mendukung oleh Debtarsie, K. C., (2012), bahwa BMI sebelum hamil memiliki hubungan yang signifikan dengan berat lahir bayi, menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola positif. Koofisien determinasi menjelaskan 2.9% variasi variabel berat lahir bayi. Hasil uji regresi linier ganda didapatkan setiap kenaikan 1 kgm2 BMI ibu sebelum hamil, maka berat lahir bayi akan naik 15.255 gram setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, penambahan berat badan selama kehamilan dan umur. Khaula K & Achadi, E.L., (2012) mendapatkan hasil yang sama bahwa BMI sebelum hamil merupakan prediktor berat badan bayi baru lahir. Hubungan BMI sebelum hamil dengan berat badan bayi baru lahir tergolong erat dan berpola positif. Artinya semakin tinggi BMI sebelum hamil, ibu hamil semakin

berpotensi melahirkan bayi dengan berat lahir yang lebih berat. Penelitian Sharifzadah F, et al (2015) menemukan BMI kurang mempunyai korelasi dengan berat badan lahir bayi rendah. Obesitas berhubungan positif dengan makrosomia, dan BMI kurang berhubungan negatif dengan kelahiran premature. Hal ini relevan dengan teori berikut ini, dimana berat badan maternal kurang sebelum kehamilan dan pada saat kehamilan menyebabkan status nutrisi kurang pada saat kehamilan. Keadaan ini berpengaruh terhadap kejadian persalinan prematur (March of Dimes, 2005 dalam Simpson, K.R.& Creehan, P.A., 2008; Gilbert, E.S., 2011).Perbedaan jumlah responden dan tujuan penelitian khusus pada penelitian ini tidak membedakan hasil penelitian. Sesuai dengan hipotesis yang ingin diuji, ternyata ada perbedaan yang bermakna berat badan bayi baru lahir dengan BMI ibu sebelum hamil. Prediksi keeratan hubungan sedang dan positif. Penelitian pada negara yang berbeda dan ibu hamil yang berbeda memberikan hasil yang sama bahwa berat badan bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh kondisi BMI ibu sebelum hamil. BMI ibu sebelum hamil kurang harus diperhatikan dengan serius, agar pada saat kehamilan kenaikan berat badan maternal tidak kurang untuk mencegah kelahiran bayi dengan SGA (small-for-gestasional age). Ibu pada saat kehamilan harus dimonitor dengan lengkap sesuai rekomendasi IOM dan harus mempunyai kenaikan berat badan seimbang sesuai dengan rentang BMI-nya sebelum hamil (Li C, et al, 2015).

(11)

69 kehamilan (Yu, Z., 2013). Secara teori

berat badan bayi baru lahir tidak hanya dipengaruhi oleh BMI sebelum hamil tetapi dipengaruhi oleh peningkatan berat badan maternal, peningkatan cairan amnion, jaringan plasenta, edema maternal dan pembesaran jaringan maternal (Lumbanraja, S., 2013). BMI yang normal menjadi persyaratan sebelum terjadi konsepsi/kehamilan. Pemberi pelayanan kesehatan seharusnya menginformasikan pada semua wanita untuk memulai kehamilan dengan BMI pada kategori normal, dan membatasi peningkatan berat badan secara berlebihan selama kehamilan. Peningkatan berat badan selama kehamilan seyogyanya dalam rentang yang sesuai dengan BMI-nya sebelum hamil (Li N, et al (2013). Untuk mempersiapkan BMI sebelum hamil normal, ibu harus melakukan persiapan kondisi kesehatannya terutama persiapan status nutrisinya. Sebelum hamil dan pada saat kehamilan, seorang ibu harus memperhatikan asupan nutrisi yang adekuat dan bergizi. Ibu harus selalu memonitor BMI-nya agar dalam rentang normal sebelum terjadi konsepsi.Menurut ACOG (2013), assessment pra-konsepsi dan konseling perlu lebih digalakkan pada wanita dengan kondisi BMI tidak normal terutama pada wanita BMI lebih dan obesitas, karena saat ini terutama di United States 1 dari 3 wanita obesitas dan setengah wanita hamil dengan BMI lebih dan obesitas. Intervensi berupa informasi spesifik tentang resiko pada maternal dan bayi perlu dilakukan pada wanita obesitas, dengan mendorong wanita mengikuti program penurunan berat badan. Pada permulaan kunjungan TB dan BB harus diperiksa pada semua wanita untuk menghitung BMI-nya dan merokemendasikan kenaikan berat badan yang sesuai dengan BMI-nya, dengan cara mereview BMI awal kunjungan dan

memonitor kenaikan berat badan sepanjang kehamilannya. Pada wanita BMI lebih dan obesitas harus dilakukan konsultasi nutrisi dan mendorong mengikuti program latihan. Melalui intervensi preventif ini permasalahan dan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan dapat diantisipasi dari awal, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada fetal dan maternal. E.Kesimpulan

(12)

70 determinasi 0,126, menerangkan 12.6%

variasi berat badan bayi baru lahir. Tenaga kesehatan memiliki kontribusi tinggi dalam mengidentifikasi dan memberikan edukasi pada semua ibu yang merencanakan kehamilan atau calon pengantin dan ibu yang sedang hamil tentang pentingnya mempersiap- kan BMI normal sebelum kehamilan sesuai rekomendasi WHO dan IOM, serta pentingnya memonitor kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan BMI pra-konsepsi. Upaya yang dapat dilakukan melalui peningkatan PNC dan KIE tentang kebutuhan gizi ibu hamil. Sehingga apabila ditemukan permasalahan, intervensi dapat dilakukan sedini mungkin berdasarkan keputusan klinik.

DAFTAR PUSTAKA

ACOG. (2013). ACOG Committee Opinion No 549: Obesity in Pregnancy. Obstet Gynecol. 121(1): 213-7.

Arisman. (2010). Gizi Wanita Hamil: gizi dalam daur kehidupan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Athukorala, C. et al. (2010). The Risk of Adverse Pregnancy Outcome in Women Who Are Overweight or Obese. BMC Pregnancy Childbirth. 10: 56.

Bhattacharya, S. et al. (2011). Effect Of Body Mass Index on Pregnancy Outcomes in Nulliparous Women Delivering Singleton Babies. BMC Public Health. 7:168.

BKKBN. (2007). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.

Budiman, C. dkk. (2011). Korelasi Antara Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Lahir, Artikel Karya Tulis Ilmiah, FK Undip, Diakses dari: eprints.undip.ac.id

tanggal 31 Desember 2015.

Crane, J.M. et al. (2009). The Effect of Gestational Weight Gain by Body Mass

Index on Maternal and Neonatal Outcomes. J. Obstet Gynaecol Can. 31(1); 28-35.

Cunningham, F.G. et al. (2006). Obstetri Williams: Adaptasi Ibu terhadap Kehamilan. Edisi ke-21. Vol 1. Jakarta: EGC.

Debtarsie, K.C. (2012). Hubungan Status Gizi Ibu dan Faktor Lain dengan Berat dan Panjang Lahir Bayi di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta Bulan Juli-September 2011. Skripsi. Universitas Indonesia.

Fouelifact, F.Y. et al. (2015). Assossiations of Body Mass Index and Gestational Weight Gain with Term Pregnancy Outcomes in Urban Cameroon: A Retrospective Cohort Study in A Tertiary Hospital. BMS Res Notes. 8(1):806.

Fraser, Diane.M. & Cooper, M.A. (2007).

Myles Texbook for Midwives. Fourteenth Edition. London: Churchill Livingstone.

Gilbert, E.S. (2011). Manual of High Risk Pregnancy & Delivery. Fifth Edition. St.Louis: Mosby Year Book.

Handayani S. (2013). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Dengan Berat Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan. 4(2): 41-45.

IOM. (2009). Weight Gain during Pregnancy: reexamining the guidelines. Washington DC: The National of Academy Press.

Jananthan, R. & Savananthawerl (2009). Maternal Anthropometry as a Predictor of Birth Weight. Tropical Agricultural Research. 21(1): 89-98.

Khaula, K. & Achadi, E.L. (2012). Nutrition Status and Infant Birth Weight. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(3): 111-119

(13)

71

Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Rendah.

Jurnal Majority: 4(3): 52-57.

Kramer, M.S. et al. (1990). Determinant of Fetal Growth and Body Proportionality.

Official Journal of The American Academy of Pediatrics. 86: 18-26.

Li, C. et al. (2015). Joint and Independent Associations of Gestational Weight Gain and Pre-Pregnancy Body Mass Index with Outcomes of Pregnancy in Chines Women: A Retrospective Cohort Study.

PLoS One. 10(8): e013850.

Li, N, et al. (2013). Maternal Pre-Pregnancy Body Mass Index ang Gestational Weight Gain on Pregnancy Outcomes. PLoS One. 8(12): e82310.

Liu, X. et al. (2011). Effect of Pre-pregnancy Body Mass Index on Adverse Pregnancy Outcome in North of China. Arch Gynecol Obstet. 283: 65-70.

Liu, Y, et al. (2012). Pre-Pregnancy Body Mass Index and Gestational Weight Gain with The Outcome of Pregnancy: a 13-year study of 292.565 cases in China.

Arch Gynecol Obstet. 286(4): 905-11.

Lumbanraja, S. et al. (2013). Maternal Weight Gain and Correlation with Birth Weight Infants. Procedia – Social Behavioral Sciences. 103: 647-656.

Mamun, A.A. et al. (2010). Associations of Excess Weight Gain During Pregnancy with Long-term Maternal Overweight and Obesity: Evidance from 21 y Postpartum Follow-up. Am J Clin Nutr. 91(5): 1336-41.

Medforth, J. (2010). Oxford Handbook of Midwifery: South-East Asian Edition. Selangor Darul Ehsan: Oxford Fajar Sdn.Bhd.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rasmussen, K.M. & Yaktine, A.L., (2009).

Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the guidelines. Washington: National Academy of Sciences.

Ricci, S.S. (2007). Essentials of Maternity,

Newborn and Women’s Health Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Rochjati, P. (2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press.

Sari, A. dkk. (2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh pada Awal Kehamilan dengan Berat Badan Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah. Dinamika Kesehatan 12(12): 9-17.

Sharifzadah, F. et al. (2015). Relationships between Pre-Pregnancy Maternal BMI with Spontaneous Preterm Delivery and Birth Weight. Journal of Obstetrics and Gynaecology. 35(4): 345-357.

Shetty, P.S. (2010). Nutrition, Immunity and Infection. Cambridge University Press: Cambridge.

Shiddiq, A. dkk. (2015). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Terhadap Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2): 472-477.

Simpson, K.R. & Creehan, P.A. (2008).

Perinatal Nursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Ota, E. et al. (2015). Antenatal Dietary Education and Suplementation to Increase Energy and Protein Intake. Cochrane Database Syst Rev. 6: CD000032.

Yu, Z. et al. (2013). Pre-pregnancy Body Mass Index in Relation to Infant Birth Weight and Offspring Overweight/Obesity: A Systematic Review and Meta-analysis.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

Tanggal Penandatanganan Akta Penggabungan 21 Januari 2011 Periode pembelian saham dari pemegang saham publik ICON yang 25 – 27 Januari 2011 tidak setuju terhadap

Kajian Museum Jembatan sebagai Bangunan ikonik Pulau Madura didahului dengan mengetahui pengertian dan ciri-ciri bangunan ikonik, diperoleh bahwa bangunan

Pola distribusi penyakit malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo menurut riwayat sakit adalah sebagian besar adalah baru pertama kali menderita sakit malaria sebanyak

Konsep dasar yang digunakan pada rancangan Pasar Tradisional adalah Ekonomis dan Hygienis,dimana hal ini menyangkut pada fungsi utama pasar tradisional sebagai

Proses wawancara yang dilakukan terhadap pasangan ini menemukan bahwa terjadinya mahar nikah disebabkan munculnya kesepakatan diantara mereka berdua.. Dalam persepsi

Studi penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank ter- hadap Pertumbuhan Laba pada Peru- sahaan Sektor Perbankan,” Penelitian ini merupakan replikasi dari

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan setiap mahasiswa Ilmu Komputer untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program D3 Teknik

Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan menyinergikan