499
Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan
PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI
MYOPIA
PADA
SISWA - SISWI SDN 2 BERKOH MELALUI KEGIATAN
PENYULUHAN DAN PEMBERDAYAAN
Oleh
Alfi Muntafiah
1, Afifah
2, Octavia Permata Sari
3, Ika Murti Harini
4Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
Alamat: Jln Dr Gumbreg No.1 Purwokerto
Email: alfimuntafiah99@gmail.com
ABSTRAK
Myopia (rabun jauh) merupakan kelainan refraksi yang paling sering terjadi pada anak usia sekolah. Mengingat bahwa mata merupakan panca indera yang sangat penting dan dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pada indera ini dapat menyebabkan gangguan dalam kehidupan serta pekerjaan sehari-hari, serta menghambat perkembangan intelektualnya, maka penting sekali untuk memperhatikan masalah kesehatannya. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa –siswi mengenai myopia dan upaya - upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan mata. Kegiatan ini dilakukan pada 140 siswa siswi kelas 4, 5 dan 6 SDN 2 Berkoh Purwokerto, melalui metode penyuluhan, pelatihan, pemberian bahan bacaan berupa modul, leaflet dan poster. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa-siswi mengenai
myopia, berdasarkan hasil uji terhadap nilai pre-test dan post-test.
Kata kunci: Myopia, SDN 2 Berkoh, penyuluhan, kelainan r efraksi, kesehatan mata
ABSTRACT
Myopia is the most common refractive disorder in school-aged children. Given that the eyes are the most important of five senses and the impacts caused by this disturbance of the senses can cause disruption in life and daily work, and hamper his intellectual development, it is important to pay attention to his health problems. Therefore, this activity is done in an effort to increase the knowledge of students about myopia and the efforts that must be done to maintain eye health. This activity was conducted on 140 students of 4, 5 and 6 level in SDN 2 Berkoh Purwokerto, through the method of counseling, training, the provision of reading materials in the form of modules, leaflets and posters. This activity can increase students' knowledge of myopia, based on test results on pre-test and post-test.
Keyword: Myopia, SDN 2 Berkoh, counseling, refractive disorder, eye health
PENDAHULUAN
World Health Organization (2014) menyatakan bahwa 285 juta penduduk di dunia
mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan tersebut disebabkan oleh kelainan
refraksi (myopia, hiperopiaatauastigmatisme) sebesar 43%, katarak yang tidak bias ditangani
dengan operasi sebesar 33% dan glaucoma sebesar 2% (WHO, 2014). Myopia atau rabun jauh
500
substansial selama decade terakhir. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fan et al. (2004),sebanyak 36,71% siswa sekolah di Hongkong mengalami myopia. Sementara itu Sari et al. (2015)
melaporkan hasil penelitiannya bahwa dari 205 siswa yang diperiksa menggunakan kartu
Snellenter dapat gangguan tajam penglihatan pada anak kelas 5 dan kelas 6 SDN 026 Pekanbaru
sebanyak 82 siswa (39,99%), dengan rincian 23 siswa (28,04%) mengalami gangguan tajam
penglihatan unilateral dan sebanyak 59 siswa (71,95%) mengalami gangguan tajam penglihatan
bilateral.
Berbagai pustaka menyebutkan mengenai etiologi myopia. Meskipun etiologi tidak terlalu
jelas, kemajuan teknologi dianggap sebagai kombinasi factor genetik dan lingkungan yang
mempengaruhi kejadian ini. Sebuah penelitian melaporkan bahwa terdapat hubungan positif antara
perilaku belajar dengan kejadian myopia atau rabun jauh (Lenawati& Rudi, 2012). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pada responden yang mengalami kejadian Myopia memiliki perilaku
belajar yang kurang baik seperti kebiasaan belajar atau mengerjakan tugas hingga larutmalam,
sering menggunakan media komputer, handphone atau media elektronik lainnya dalam waktu lama
dan kurang memperhatikan penggunaan penerangan yang baik saat belajar (Lenawati& Rudi,
2012). Perilaku tersebut apabila sering dilakukan dapat menyebabkan otot-otot di sekitar mata
terkondisikan untuk mengalami kontraksi atau penegangan sehingga dapat menyebabkan bola mata
semakin panjang dan kelengkungan lensa bertambah sehingga daya bias lensa terlalu kuatdan
menyebabkan timbulnya myopia.
Gangguan refraksi yang tidak diperhatikan merupakan masalah visual terkemuka di dunia
pad beberapa tahun terkhir ini. Di sisi lain, anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang
harus kita kawal untuk menyongsong masa depannya. Mengingat bahwa mata merupakan panca
indera yang sangat penting dan dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pada indera ini dapat
menyebabkan gangguan dalam kehidupan serta pekerjaan sehari-hari, serta menghambat
perkembangan intelektualnya, maka penting sekali untuk memperhatikan masalah kesehatannya.
Seorang siswa yang menderita myopia dapat menyebabkan penerimaan informasi secara visual dari guru dapat terganggu (Syafi’in&Wibowo, 2013). Kelainan ini bila tidak dikoreksi dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dan bahkan apabila hal ini terus berlanjut dapat
mengakibatkan resiko hilangnya penglihatan yang irreversible (Foster & Jiang, 2014).
Untuk itu, diperlukan upaya untuk mendeteksi secara dini serta meningkatkan pengetahuan
siswa-siswi dalam rangka pemeliharaan kesehatan mata, guna mencegah terjadinya myopia dan
menghindari komplikasi lebih lanjut pada siswa yang sudah mengalami myopia. Kegiatan ini
diselenggarakan di SDN 2 Berkoh Jln Kalijaga, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten
Banyumas. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di SD ini, didapatkan banyak
501
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada kegiatan ini yaitu penyuluhan, pelatihan, pemberian bahan
bacaan berupa modul, leaflet dan poster. Metode penyuluhan dilakukan dengan cara memberikan
ceramah dengan materi tentang myopia, berupa penyebab/faktor resiko, cara pencegahan, dan juga
upaya menghindari komplikasinya. Siswa siswi juga diberikan informasi mengenai kiat kiat
menjaga kesehatan mata dengan baik. Metode pelatihan dilakukan dengan demonstrasi cara
merawat kesehatan mata yang baik dan benar, contohnya mengenai posisi badan ketika membaca,
jarak ideal membaca, jarak ideal menonton TV, dll. Modul, leaflet dan poster yang berisi informasi
mengenai mata dan rabun jauh (myopia) diberikan kepada siswa siswi untuk dibawa pulang, dan
juga diberikan kepada pihak SD, sebagai media pembelajaran di sekolah dan media informasi bagi
siwa siswi dan keluarga di rumah, sedangkan poster hanya diberikan kepada SD untuk dipasang di
tempat yang strategis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan inti penyuluhan dimulai, siswa siswi diberikan soal pre-test untuk
mengukur pengetahuan siswa awal, dan diberikan soal post-testsetelah kegiatan penyuluhan selesai,
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa-siswi mengenai materi yang telah
diberikan.Nilai rerata hasil pre-test vs post-test per kelas secara berturut-turut adalah sebagai
berikut : Kelas 4 nilai 26,96 vs 39, kelas 5 nilai 45,53 vs 48,93, dan kelas 6 nilai 70,93 vs 77,31.
Uji nonparametrik dilakukan terhadap nilai pre dan post-test siswa kelas 4 (karena berdistribusi
tidak normal) dan didapatkan nilai p= 0,058. Sementara itu, uji parametrik dengan t-test dilakukan
terhadap nilai pre dan post-test kelas 5 dan kelas 6 (karena berdistribusi normal) dan didapatkan
nilai p secara berturut turut 0,588 dan 0,074. Hal ini berarti bahwa setelah dilakukan
penyuluhanpada siswa-siswi kelas 4,5 dan 6, terdapat peningkatan pengetahuan tentang myopia,
meskipun peningkatannya tidak signifikan.
Sementara itu, terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) pada nilai pre-test antara kelas 4, 5
dan 6. Demikian pula halnya dengan nilai post-test antara kelas 4, 5, dan 6, terdapat perbedaan
yang signifikan (p=0,000).
Tabel 1. Rerata nilai pre-test dan post-test siswa per kelas(sebelum dan sesudah penyuluhan). Kelas Jumlah siswa (n) Rerata nilai pre-test Rerta nilai post-test p (t- test)
4 45 26,96 39 0,058
5 37 45,53 48,93 0,588
6 58 70,93 77,31 0,074
Berdasarkan data tersebut dapat kami simpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
502
Disisi lain, kami juga menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman siswaterhadap materi yang diberikan. Semakin tinggi tingkat kelas siswa, semakin baik pula tingkat
pemahaman dan penerimaan terhadap suatu materi. Dalam hal ini, siswa-siswi kelas 6 memiliki
tingkat pemehaman yang lebih baik dibandingkan dengan siswa siswi pada kelas yang lebih rendah
(kelas 4 dan kelas 5).
Dari hasil nilai siswa siswi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa melalui penyuluhan ini,
pengetahuan siswa siswi menjadi lebih baik, khususnya terhadap materi yang kami berikan. Tak
hanya dilihat dari nilai saja, namun lebih jauh lagi, dengan meningkatnya pengetahuan siswa
mengenai myopia, maka angka kejadiannya di kalangan siswa siswi dapat menurun. Demikian
pula, bagi anak anak yang sudah menderita myopia, tidak jatuh ke komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan optotype Snellen yang telah
dilakukan sebelumnya, didapatkan sekitar 50 siswa menderita myopia dari seluruh pemeriksaan
yang dilakukan terhadap sekitar 150 siswa. Berbagai penelitian sebelumnya juga menyebutkan
bahwa prevalensi myopia cenderung meningkat terus, seiring dengan bertambahnya umur, dan 60%
muncul pada usia sekolah, sehingga seringkali disebut sebagai school myopia. Berbagai faktor
resiko myopia diantaranya faktor genetik dan lingkungan, dimana faktor lingkungan menyumbang
angka kejadian yang lebih dominan. Faktor lingkungan tersebut diantaranya yaitu sering bermain
game dengan komputer/tablet/handphone, menonton TV > 2 jam per hari, mengerjakan tugas
hingga larut malam, posisi belajar yang kurag baik, membaca dengan jarak dekat dan penerangan
yang kurang baik. Pada kesempatan ini, tim pengabdi tidak mengeksplorasi faktor resiko yang ada
pada siswa siswi.
KESIMPULAN
Melalui kegiatan pengabdian ini,standar pelayanan tingkat dasar dapat terlaksana, dimana
siswa-siswi yang memiliki pengetahuan yang lebih baik, dapat melakukan berbagai upaya untuk
mencegah (bagi siswa-siswi yang tidak menderita myopia) maupun menghindari komplikasi (bagi
siswa-siswi penderita myopia) sedini mungkin.
UCAPAN TERIMAKASIH
Program ini terjadi atas kerjasama lintas sektoral antara UNSOED, FK UNSOED dan SDN
2 Berkoh. Terimakasih kami sampaikan kepada BLU UNSOED 2017 atas hibah dana yang telah
diberikan, serta seluruh tim pengabdian masyarakatmyopidan pihak SDN 2 Berkoh yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu, atas partisipasi dan kerjasamanya sehingga kegiatan ini dapat
503
DAFTAR PUSTAKA
Fan DSP, Lam DSC, Lam RF, Lau JTF, Chong KS, Cheung EYY, Lai RYK, Chew SJ. 2004. Prevalence, Incidence, and Progression of Myopia of School Children in Hong Kong.
Investigative Ophthalmology & Visual Science, Vol. 45, No. 4.
Foster PJ, Jiang Y. 2014. Epidemiology of myopia. Eye 28,202–208
Lenawati H, Rudi E. 2012. Hubungan Perilaku Belajar dengan Kejadian
Myopia(Rabun
Jauh). Jurnal AKP No. 6.
Sari N, Bebasari E, Nukman E. 2015. Description of Impaired Visual Acuity in Elementary School 5thdan 6th Grade at SDN 026 Pekanbaru in 2014. JOM FK Volume 1 No. 2.
Syafi’in, Wibowo A. Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Myopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 82–87