• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian PTK - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 S"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat (Hamzah, 2012:41).

Menurut Hamzah (2012:40) menjelaskan bahwa PTK merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Dengan pengertian ini, kita dapat mengkaji pengertian PTK. Selanjutnya ia memaparkan bahwa kunci utama PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan (action) ini dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini adalah guru.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka peneliti menyimpulkan, bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru melalui refleksi yang dialami selama mengajar dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dengan teknik memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik inibisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2004:59).

(2)

tepat. Meningkatkan semangat kerjasama siswa. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semaua tingkatan usia anak didik.

Dari berbagai pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah model pembelajaran dengan teknik pembagian kelompok dengan tujuan memberikan kesempatan siswa untuk bertukar ide atau pendapat dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dengan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together

Menurut Ibrahim (2000:99) penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada Kagan dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:99) menjadi 6 langkah sebagai berikut:

Langkah 1: persiapan. Dalam hal ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran (SP, LKS) yang sesuai dengan pembelajaran NHT.

Langkah 2: pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa untuk memberi nomor pada siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan pencampurang yang ditinjau dari latar belakang sosial, suku, jenis kelamin,dan kemampuan belajar. Selain itu pembentukankelomok digunakan nilai tes awal, sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3: tiap kelompok harus memiliki buku paket atau panduan agar mempermudahkan siswa dalam menyelesqaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

(3)

pertanyaan yang diberikan oleh guru pertanyaan dapat bervariasi dan yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5: memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini guru memanggilkan salah satu nmor dan para siswa dari tiap kelompok dengan tiap nomor yang sama mengangkat tangan dan mempersiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6: memberikan kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berkembang dari materi yang

disajikan.

Dari uraian di atas singkatnya NHT merupakan kegiatan pemebelajaran koopertaif dengan 4 tahapkegiatan: pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, 4, 5: kedua, guru menyampaikan pertanyaan: ketiga, berfikir bersama siswa menyatukan pendapat terhadap pertanyaan itu: keempat guru menyebutkan nomor (1, 2, 3, 4 atau 5) dan siswa dengan nomor tersebut itu harus menjawab.

Menurut Lie (2004:60) langkah-langkah penggunaan NHT (Numbered Head Together) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjarkannya. 3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan

setip anggota kelompok mengetahui jawaban ini

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Menurut Suprijono (2012:92) menyatakan bahwa langkah – langkah

pembelajaran Numbered Head Together adalah:

(4)

dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap tiap kelompok diberi nomor 1-8.

2. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap tiap kelompok menyatukan kepalanya “Head Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

3. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka di beri kesempatan untuk memberi jawaban atas

pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga masing masing kelompok mendapatkan giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Menurut pendapat peneliti, model pembelajaran kooperatif tipe NHT memilki berbagai langkah-langkah yaitu pesiapan, pembentukan kelompok, mencari nomor yang sama, memecahkan permasalahan dan mempresentasikan didepan kelas unuk memperoleh hasil dan masukan dari kelompok nomor yang berbeda.

2.1.2.2 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Head

Together

Kelebihan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together menurut Arends dalam Awaliyah (2008:3) menjabarkan: 1) terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi; 2) siswa pandai maupun lemah bersama-sama memperoleh manfaaat melalui aktivitas belajar kooperatif; 3) dengan bekerja secara kooperatif ini: kemungkinan kontruksi pengetahuan akan menjadi lebih

(5)

Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; 2) mampu memperdalam pemahaman siswa; 3) menyenangkan siswa dalam belajar; 4) mengembangkan sifat positif siswa; 5) mengembangkan sifat kepemimpinan siswa; 6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 7) mengembangkan rasa saling memiliki; 80 mengembangkan keterampilan masa depan.

Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Together menurut Hill dalam Tryana (2008) mentebutkan: 1) kemungkinan nomor yang akan dipanggil

oleh guru; 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru; 3) waktu yang dibutuhkan banyak; 4) guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

Menurut pendapat peneliti, Kelebihan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together 1) Siswa dapat bertukar ide saat berkelompok. 2) mengembangkan sikap posiif siswa, 3) Siswa saling berargumentasi tentang pendapat. 4) Menumbuhkan rasa kebersamaan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together 1) Membutuhkan waktu yang lama 2) Siswa mudah ramai 3) Guru kurang mengetahui kemampuan dari setiap siswa.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Arifin (2012:26) hasil belajar adalah gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.

Definisi lain yang dikemukakan oleh Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

(6)

Menurut Bloom dalam Suprijono (2012:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubunga), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi

initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari berbagai pendapat yang dipaparkan oleh para ahli di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dan dapat mempengaruhi dari hasil perubahan dalam pengetahuan yang menghasilkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu ranah kognitiflah yang paling banya di nilai oleh guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh Walsiman mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara rinci, uraian

mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

(7)

keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mendasar yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri yang mempengaruhi

kualitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran, diantaranya kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Selanjutnya adalah kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

2.1.4 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar IPA

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu makluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahan serta bumi dan alam semesta. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas IV, semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut (KTSP 2006).

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Sekolah Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami gaya dapat mengubah

gerak dan/atau bentuk suatu benda.

(8)

2.1.5 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2012:137) berpendapat bahwa hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Selanjutnya ia memaparkan bahwa IPA dipandang sebagai proses dapat diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diatikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2012:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Wahyana dalam Trianto (2012:136) mengartikan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Selanjutnya Trianto (2012:141) mengemukakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting barupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Susanto (2013:167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

(9)

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang tersusun secara sisematis yang mempelajari fakta-fakta maupun gejala alam didasarkan pada pengamatan sehigga dapat ditarik kesimpulan.

2.1.5.1 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Mata Pelajaran IPA

Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

b. Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. (Trianto, 2012:141)

Menurut pendapat peneliti, nilai-nilai IPA meliputi kecakapan bekerja, keterampilan, dan memiliki sikap ilmiah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang dialami dengan baik.

2.1.5.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Depdiknas (2006:148), dijelaskan bahwa ruang lingkup IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

(10)

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan ruang lingkup IPA yang digunakan pada pembelajaran di sd hanya meliputi makhluk hidup, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Dalam penelitian ini hanya akan membahas mengenai energi dan perubahannya yang difokuskan pada gaya.

2.1.5.3 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Jacobson & Bergman dalam Susanto (2013:170) karakteritik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) antara lain sebagai berikut:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. Menurut pendapat Peneliti, Karakteristik ILmu Pengetahuan Alam berdasarkan kumpulan, proses, sikap, hal yang membuktikan dan kebenaran.

2.1.5.4 Manfaat dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Trianto (2012:143) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pengetahuan, yakni pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

(11)

e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keterarutan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

Menurut Depdiknas (2006:148), Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

(12)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Roy Wibowo (2012), dalam skripsi yang berjudul “Peneraoan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nmbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas 5 SD Negeri 01Karangduren Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil ini

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5. Terbukti pada siklus 1 siswa yang tuntas belajar berjumlah 33 siswa (87%) sedangkan yang belum tuntas dalam

belajar berjumlah 5 siswa (13%) dengan nilai rata-rata 72,26. Pada siklus 2 mengalami peningkatan yaitu siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 2 siswa (5%) dengan nilai rata-rata 77,36.

Kusumaningrum Prasetiyani, dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Pojok Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kerjasama dan hasil belajar. Terbukti pada prasiklus kategori kerjasama tinggi yauti 5 siswa (16,2%), siklus 1 yaitu 11 (35,5%) dan siklus 2 yaitu 24 siswa (77,5%). Hal ini sudah mencapai indikator keberhasilan kerjasama yaitu (70%) siswa mencapai kategori kerjasama tinggi. Peningkatan kerjasama dilanjutkan dengan peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat pada ketntasan pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM (65) dari 31 siswa terdapat 24 siswa yang tuntas (77,45) siklus 2 terdat 29 siswa (93,55). Selain itu terdapat hubngan antara kerjasama dan hasil belajar dilihat dari uji korelasi rho spearman pada siklus 1 korelasi 0,980 (hubungan sangat kat) siklus 2 korelas 0,982 (hubngan sangat kuat).

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.

(13)

hasil belajar. Sedangkan perbedaanya terletak pada lokasi penelitian dan jenjang pendidikan. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar siswa penelitian ini masih layak dilaksanakan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, melalui penelitian tindakan kelas peneliti menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan berkelompok dengan tujuan memberikan kesempatan siswa untuk bertukar ide atau pendapat dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dengan mempertimbangkan

jawaban yang tepat. Dengan melakukan kegiatan berkelompok siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada mata pelajaran tersebut dapat meningkat.

Penelitian yang telah diuraikan di atas masih berhubungan dengan penelitian ini. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together pada peningkatan hasil belajar IPA di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga.

2.3 KERANGKA BERFIKIR

Pada kondisi awal pembelajaran, guru hanya menggunakan masih mengajar dengan menggunakan model pemebelajaran konvensional, yaitu ceramah. Siswa kelas IV menjadi merasa bosan dan tidak merasa bersemangat untuk mendengarkan materi yang disampaikan guru. Guru juga tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk menyerap materi yang telah diajukan oleh guru dan tidak membuat motivasi dalam pembelajaran kurang menyenangkan hanya bergantung pada penjelasan dan ceramah dari guru.

Dalam kondisi tersebut peneliti melasanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning model NHT untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide ide kreatif dan memberikan

(14)

menelaah materi 4 tahapan, yaitu: Penomoran, pengajuan pertanyaan oleh guru diskusi dan menjawab pertanyaan. Sebelum pembelajaran dimulai siswa dibentuk kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 anggota\siswa yang dipilih heterogen. Kemudian langkah pertama penomoran ,tiap kelompok mendapatkan nomor 1,2,3,4 dan nomor tersebut dipasang dikepala masing masing sebagai identitas. Langkah selanjutnya membacakan materi dan menyimak. Kemudian seluruh anggota siap untuk menerima pertanyaan dari guru. Guru memanggil dari salah satu nomor berkewajiban untuk menjawab pertanyaan kepada teman sekelas,

(15)

Supaya peneliti tidak menyimpang dari permasalahan, maka peneliti mempuyai gambaran kerangka befikir. Adapun kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1

Gambar. 2.1 Kerangka Berfikir Kondisi Awal

Tindakan

(16)

2.4 Hipotesa Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Sekolah Dasar
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis validasi ahli terhadap produk pembelajaran teknik pasing sepakbola menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dalam bentuk

Melalui kedua model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Group Investigation (GI) terdapat beberapa bagian tahapan yang memberikan

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), d) hasil belajar, e) tinjauan.. materi lingkaran, f) implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered. Head

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) .... Kajian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) disertai metode eksperimen yaitu

Sedangkan objek penelitian ini adalah meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

analisis tahap akhir diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada