51 Tahun 2014/2015
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015 dengan subyek penelitian kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga terletak di sebelah makan pahlawan Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dan berdampingan dengan SD elit lainnya meskipun demikian SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga tidak tertinggal melainkan dapat terus menerus menunjukan prestasinya dengan memenangkan beberapa lomba.
SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga terletak di sebelah makam pahlawan Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Jarak antara jalan raya dengan lokasi sekolah kurang lebih 400 meter. SD Negeri Kutowinangun 04 memiliki luas tanah keseluruhan 820 m2.
SD Negeri Kutowinangun 04 sudah terakreditasi dengan kualitas baik. Tenaga Kependidikan SD Negeri Kutowinangun 04 meliputi 1 orang Kepala Sekolah, 6 Guru kelas, 1 orang Guru Olahraga, 1 orang guru Agama Kristen, 1 orang Tata Usaha dan 1 orang Penjaga Sekolah.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga kecamatan Kutowinangun yang berjumlah 31 siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan pengamatan sebelumnya dilakukan peneliti, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan guru cenderung mengajarkan IPA secara teoritis dan konsepnya saja. Konsep-konsep yang abstrak membuat kebingungan dalam diri siswa, sehingga siswa menggangap IPA adalah pelajaran hafalan. Guru terkadang tidak sadar menyampaikan materi secara verbalisme. Hal ini terjadi jika guru terlalu banyak menggunakan kata-kata, akan memberikan contoh dan ilustrasi. Jika situasi ini akan terjadi maka dapat merusak konsentrasi siswa. Akibatnya siswa akan cepat bosan dalam pembelajaran.
Hal ini menyebabkan hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah dilakukan sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM =70 nilai tidak tuntas berjumlah 11 siswa atau 35% siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang ditentukan yaitu 70. Siswa yang mendapatkan nilai tuntas berjumlah 20 siswa atau 65% dari KKM yang ditentukan. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran
2014/2015
No Nilai Kondisi Awal Keterangan
Jumlah siswa Presentase (%)
2 ≥70 20 65% Tuntas
Jumlah 31 100%
Mengacu pada tabel di atas terlihat bahwa perbandingan siswa yang mencapai KKM adalah 20 siswa atau 65% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 11 siswa atau 35% dari keseluruhan siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga. Ada pun data rekapitulasi ketuntasan belajar kondisi awal sebelum diberikan tindakan disajikan pada grafik berikut ini:
Diagram 4.1. Diagram batang ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Mengacu pada KKM = 70, maka presentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan maupun yang belum tuntas belajar disajikan pada diagram berikut ini:
Diagram 4.2 Diagram batang presentase ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan mata pelajaran IPA semester I siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelirian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
4.2.2 Siklus I
a. Perencanaan (Planing)
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang hendak dicapai.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan.
c) Menyiapkan alat peraga dengan menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together.
d) Menyiapkan lembar observasi guru, lembar observasi siswa dalam pembelajaran, lembar evaluasi individu, serta lembar kinerja kegiatan siswa. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar tes untuk menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi kegiatan yang telah dirancang dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan salam, berdoa, melakukan presensi siswa, menyampaikan indikator pencapaian belajar, melakukan apresepsi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah tanya jawab kepada siswa, misalnya dengan member pertanyaan apakah kalian pernah bermain layang-layang dan apakah kalian melakukan gerakan tarikan dan dorongan ketika bermain layang-layang, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
dan guru terus memotivasi siswa untuk menaggapi hasil diskusi dari kelompok lain.
3) Kegiatan penutup
Pada kegitan penutup, guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan sebelum pembelajaran selesai, guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran hari ini, guru mengajak siswa melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan, dan guru memberi pesan kepada siswa agar tetap mempelajari materi tersebut di rumah karena akan dibahas lagi pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
Pada kegiatan ini yang diamati adalah hasil belajar melalui tes yang dilakukan setelah tindakan, dan motivasi belajar setelah siswa diberikan tindakan dengan model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head Together. Berikut ini hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus I. a) Hasil belajar Siswa pada Siklus I
Hasil observasi pada siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan mengunakan model pmbelajaran Numbered Head Together kelas IV SDN Kutowinangun 04 Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siklus I Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa Presentase (%)
1. 70 5 16% Tidak Tuntas
2. ≥ 70 26 84% Tuntas
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I yang mencapai ketuntasan belajar KKM 70 sebanyak 26 siswa atau 84% dari kondisi awal yang mencapai 65% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa atau sebanyak 16% dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 35%. Nilai rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu 69,87 menjadi 78,70 pada siklus I. Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut disajikan pada diagram berikut ini:
Diagram 4.3 Diagram batang rekapitulasi ketuntasan hasil belajar IPA siklus I pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Presentase ketuntasan hasil belajar siswa SD N Kutowinangun 04 Salatiga sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 11 siswa atau 35% sedangkan yang mencapai kriteria sebanyak 20 siswa dengan presentase 65%. Kondisi ini berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dimana siswa yang berhasil lulus KKM sebanyak 26 siswa atau 84% dan siswa yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 5 siswa atau 16%. Berikut presentase hasil belajar siklus I:
0 10 20 30
tuntas tidak tuntas
jum
lah
si
swa tidak tuntas
Diagram 4.4 Presentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus I pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan pengamatan setelah diadakan penelitian tindakan siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa termotivasi dan merasa senang dalam proses pembelajaran, meskipun awalnya siswa sangat ramai, namun terlihat bahwa siswa menikmati dan tidak merasa bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan siklus I, untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I, berikut disajikan dalam tabel perbandingan ketuntasan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I.
Tabel 4.3
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan siklus I pada siswa kelas 4 SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran
2 Tuntas 20 65% 26 84%
jumlah 31 100% 31 100%
Mengacu pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I. Pada studi awal siswa yang tidak tuntas hasil belajar sebanyak 11 siswa atau 35% siswa yang tuntas belajar 20 siswa atau 65% dari 31 siswa. Pada siklus I peningkatan hasil belajar yang sudah tuntas meningkat mencapai 26 siswa atau 84% dan siswa yang tidak tuntas 5 siswa atau 16% dari 31 siswa.
Diagram 4.5 Perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan tindakan siklus I, pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I maka peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah di dilakukan pada siklus I. hasil refleksi diambil dari hasil tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan setelah siklus I dan sebelum tindakan.selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari penggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Refleksi ini juga dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang dilakukan, hasil tindakan, serta
0 20 40
Kondisi Awal Siklus 1
Perbandingan Hasil Belajar Kondisi
Awal dan Siklus I
Tuntas
hambatan-hambatan yang dihadapi. Selain itu juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.
Hasil diskusi antara obsever dan peneliti selaku pengajar setelah menggunakan pembelajaran Numbered Head Together guru mempunyai wawasan baru saat pembelajaran sehingga guru tidak hanya menggunakan ceramah saja sebagai metode pembelajaran. Guru lebih kreatif dalam menggunakan alat peraga, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.sementara bagi siswa model pembelajaran NHT memberikan pengalaman bagi mereka untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga mereka tidak terbebani oleh materi yang dipelajari.
Berdasarkan analisis dari hasil pembelajaran siswa pada siklus I pembelajaran IPA kelas IV pada materi dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda pada siklus I ini belum sesuai kriteria yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 84% ini berarti baru 26 siswa dari 31 siswa yang tuntas belajar mendapatkan nilai ≥ 70. Namun rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 69,87 menjadi 78,70 setelah pelaksanaan tindakan siklus I. Persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 65% menjadi 84% pada siklus I.
Diagram 4.6 peningkatan persentase hasil ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal dan siklus I
Dari hasil diskusi antara obsever dan peneliti selaku pengajar dapat mengungkapkan faktor penyebab kurangnya keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:
a. Siswa masih terlihat gaduh pada saat pembelajaran Numbered Head Together
b. Kurangnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Siswa masih terpaku pada contoh yang telah dibuat oleh guru sehingga kreativitas siswa masih belum optimal.
c. Kurangnya kemampuan siswa saat presentasi pada kegiatan pembelajaran Berdasarkan data yang telah dianalisis, peneliti melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan karena ketuntasan belajar baru 84% atau baru 26 dari 31 siswa yang tuntas belajar atau mendapatkan nilai ≥70 ke atas.
Melihat hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut :
0%
Kondisi Awal (65%) Siklus I (84%)
Persentase
a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk untuk memperkenalkan model pembelajaran Numbered Head Together.
b. Lebih menekankan lagi kreativitas siswa, dengan cara menarik perhatian siswa agar lebih mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi.
c. Semua kelompok harus dapat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hal tersebut dilakukan supaya melatih semua siswa dapat melaporkan hasil kerja kelompoknya dengan baik dan siswa dapat lebih memahami materi.
4.2.3 Siklus II
A. Perencanaan (Planing)
Berdasarkan uraian refleksi siklus I, maka perencanaan pembelajaran pada siklus II diatur pembenahan pembenahan pembelajaran sebagai berikut: a) Memantapkan pengarahan kepada siswa dengan menekan pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan bekerjasama, aktif dan menggali lebih mendalam. b) Memberikan motivasi yang lebih saat pembelajaran
c) Dinamika kelompok lebih diaktifkan dengan memberikan banyak peran kepada siswa.
B. Pelaksanaan tindakan.
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi kegiatan yang telah dirancang dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan salam, berdoa, melakukan presensi siswa, menyampaikan indikator pencapaian belajar, melakukan apresepsi. Kegiatan apresepsi yang dilakukan adalah tanya jawab tentang anak-anak
“Pernahkah kamu bermain dengan plastisin atau tanah liat? Kamu membentuk plastisin tersebut menjadi mainan yang diinginkan. Dengan cara menekuk, menekan, menarik, atau memukul mukul plastisin tersebut.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, terdapat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Terlebih dahulu yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas kemudian menjelaskan materi pembelajaran
yaitu tentang “gaya apa saja yang mempengaruhi bentuk benda”. Setelah siswa mendapatkan penjelasan materi dari guru, siswa mempraktekan didepan kelas agar memahamimateri yang diajarkan, kemudian siswa di jelaskan langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together. Hal tersebut dilakukan untuk memperkenalkan kepada siswa. Setelah itu, guru membagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri 5-6 siswa, bergabung dengan nomor yang di dapat dan setiap kelompok diberikan soal dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) kemudian siswa dalam kelompok diberi lembar kerja untuk membuat benda dari plastisin dan diminta mempraktikkan meniup balon dan meminta siswa untuk menjelaskan gaya apa saja yang diberikan.
yang maju, hal itu dilakukan sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran presentasi untuk menyampaikan hasil diskusinya dan guru terus memotivasi siswa untuk menaggapi hasil diskusi dari kelompok lain.
3. Kegiatan penutup
Pada kegitan penutup, guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan sebelum pembelajaran selesai, guru memberi pesan kepada siswa agar tetap mempelajari materi berikutnya.
C. Observasi
Bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka peneliti meminta observer untuk melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah disipakan sebelumnya. Berikut diuraikan hasil observasi yaitu hasil belajar siklus II, guru ketika mengajar dengan menggunakan Numbered Head Together termasuk kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada materi menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
a. Hasil belajar Siswa Pada Siklus II
Hasil observasi pada siklus II yang diperoleh selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan mengunakan model pmbelajaran
Tabel 4.4
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat jelas perbandingan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan pada siklus I jika pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 84% dari total jumlah keseuruhan siswa, maka pada siklus II terjadi peningkatan siswa yang tuntas 97%. Adapun rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa disajikan pada grafik berikut ini:
Diagram 4.7 Diagram batang rekapitulasi ketuntasan hasil belajar IPA siklus II pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hasil ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga, sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kurang
No Nilai Setelah tindakan Siklus II Keterangan Jumlah siswa Presentase
(%)
1 <70 1 3% Tidak Tuntas
2 ≥70 30 97% Tuntas
dari Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM=70 ) sebanyak 11 siswa atau 35%. Kemudian pada siklus I terjadi penurunan menjadi 5 siswa atau 16% dan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II hanya ada 1 siswa atau 3% yang masih berada di bawah KKM. Sedangkan yang mencapai KKM sebelum dilaksanakan tindakan yaitu 20 siswa atau 65%, pada siklus I kemudian meningkat menjadi 26 siswa atau 84% dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 30 siswa atau 97% tuntas dalam belajar IPA. Dengan hasil ini, membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 90% sedangkan hasil yang didapat adalah 97%. Ketuntasan pada kondisi awal setelah siklus I dan siklus II disajikam pada grafik berikut ini:
Diagram 4.8 Diagram batang rekapitulasi ketuntasan hasil belajar IPA kondisi Awal siklus I dan siklus II pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan pengamatan setelah diadakannya penelitian siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar siswa tersebut karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat membuat sendiri catatan yang berupa tentang Numbered Head Together yang dapat membantu mempermudah mengingat nomor kepala saat berkelompok pada materi pelajaran. Berikut disajikan kreativitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan model Numbered Head Together.
0
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Ju
m
lah
Si
swa
Perbandingan Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
Tuntas
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah tindakan pada siklus II, berikut disajikan dalam tabel perbandingan ketuntasan hasil belajar pada siklus I dan siklus I.
Tabel 4.5
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II pada siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
No Nilai Siklus I Siklus II
Jumlah siswa
Presentase (%)
Jumlah siswa
Presentase (%)
1 Tidak tuntas 5 16% 1 3%
2 Tuntas 26 84% 30 97%
Jumlah 31 100% 31 100%
Diagram 4.9 Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Melihat pada siklus I dan Siklus II dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I 84% meningkat menjadi 97% pada siklus II ini berati telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Refleksi
Setelah melasanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilasanakan oleh peneliti sebagai pelaksana tindakan. Dari hasil diskusi antara obsever dan peneliti sebagai guru kelas diketahui bahwa peneliti sebagai guru kelas sudah dapat menerapkan pembelajaran menggunakan model NHT dengan sangat baik, proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran NHT dapat membuat siswa aktif dikelas. Peningkatan aktivitas siswa telihat selama proses pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja memberikan pendapatnya tetapi siswa yang hanya diam mampu memberikan pendapatnya. Selain itu dengan menerapkan pembelajaran NHT siswa dapat bertukar pikiran untuk memecah masalah yang diberikan guru.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran, pada materi memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda, peneliti bersama guru melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana 30 dari jumlah seluruh siswa dan ada satu
siswa yang kurang memenuhi karena siswa kurang berkonsentrasi daam pembelajaran dan cenderung asyik bermain sendiri.
Berdasarkan data yang telah dianalisis, ketuntasan belajar siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu 97% siswa mengalami ketuntasan beajar dan meningkat dari sikus I yang memperoleh ketuntasan beajar 84% dan rata-rata hasil belajar dari siklus I 78,70 meningkat pada siklus II sebesar 84,77.
Untuk lebih jelasnya pada diagram 4.10 peningkatan persentase hasil ketuntasan belajar siswa naik dari suklus I dan siklus II sebagai berikut:
Diagram 4.10 peningkatan persentase hasil ketuntasan belajar siswa naik dari suklus I dan siklus II
75% 80% 85% 90% 95% 100%
siklus I siklus II
persentase
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan pengunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran yang baik yang dilakukan oleh guru , maupun oleh siswa. Uraian pengunaan model pembelajaran tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana model ini benar-benar diterapkan, sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015.
4.3.1 Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together oleh Guru
Acuan untuk penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together oleh guru menggunakan acuan dari lembar observasi. Berikut pemaparan pada tabel rekapitulasi hasil observasi oleh guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) baik siklus I maupun siklus II SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015.
Table 4.6
Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together.
Keterlaksanaan Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan I
Kegiatan yang
terlaksana
81,25% 92,5%
Kegiatan yang tidak terlaksana
Mengacu pada tabel tersebut tentang observai guru dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together diketahui bahwa siklus I hanya mendapatkan 81,25% dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan dan 18,75% aktivitas yang tidak dilakukan. Sedangkan pada siklus II mendapatkan 92,5% aktivitas dan 7,5% aktivitas yang tidak dilakukan. Agar lebih jelas, berikut akan disajikan pada bentuk diagram batang keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dinilai berdasarkan lembar observasi guru.
Diagram 4.11
Diagram Batang Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran yang Dinilai oleh Lembar Observasi Guru.
4.3.2 Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together oleh Siswa
Acuan untuk penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together oleh siswa menggunakan acuan dari lembar observasi. Berikut pemaparan pada table rekapitulasi hasil observasi oleh guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) baik siklus I maupun siklus II SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015.
Table 4.7
Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together.
Keterlaksanaan Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan I
Kegiatan yang
terlaksana
83,8% 94,1%
Kegiatan yang tidak terlaksana
16,2% 5,9%
Diagram 4.12 Diagram Batang Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran yang dinilai oleh Lembar Observasi Siswa.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SD N Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 siswa kelas IV dengan jumlah 31 siswa. Berdasarkan hasil observasi di kelas IV, dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa saat mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah. Hal itu terlihat dari kurangnya antusias atau kemauan siswa untuk bertanya dan melakukan eksplorasi diri untuk dapat menemukan cara tersendiri agar dapat lebih memudahkan untuk belajar. Kegiatan yang dilakukan siswa hanya mendengar dan mencatat pelajaran sehingga kurang merangsang siswa untuk lebih kreatif. Melihat hal tersebut maka peneliti bekerjasama dengan guru melakukan tindakan yang telah direncanakan pada siklus I. Tingkat kreativitas siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Sedangkan hasil belajar siswa pada studi awal, siswa yang tuntas belajar hanya 20 siswa atau 64,5% dari jumlah keseluruhan siswa 31 di kelas. Melihat hal tersebut, kemudian peneliti bekerjasama dengan guru melakukan perbaikan pembelajaran yang telah dirancang pada siklus I. Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 26 siswa atau meningkat menjadi 84% dan siklus II terjadi peningkatan signifikan jumlah
siswa yang tuntas belajar menjadi 30 siswa atau meningkat menjadi 97% . Hasil belajar dapat meningkat dengan metode Numbered Head Together.
Jadi, dengan penelitian ini, pengguna model Numbered Head Together