• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional. Tertera pada pasal 2 Undang-undang bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk mengambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:68). Sehingga dari undang-undang yang ada maka sangat jelas jika tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dengan adanya pendidikan.

Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, maka seharusnya pendidikan dilakukan sedini mungkin. Pelaksanaan pendidikan juga harus dilaksanakan semaksimal mungkin dengan berpedoman pada kurikulum yang diberlakukan. Sebagaimana kita tahu bahwa sekarang ini kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Amri dan Ahmadi 2010:67).

(2)

2 terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum pendidikan. Ilmu Pendidikan alam adalah ilmu yang mengajarkan siswa untuk lebih mengenal dan mempelajari alam sekitar, sebagaimana kita tahu bahwa hal yang paling dekat dengan siswa adalah lingkungan alam. Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka siswa diharapkan berperan aktif dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat menggali informasinya sendiri dan dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkannya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Maslichah Asy’ari (2006:7) Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara terkontrol. Sedangkan menurut Carin (yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikat dari komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.

(3)

3 pembelajaran. Meskipun sekarang sudah banyak model dan metode yang dikemukakan yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, tetapi guru masih enggan untuk menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai dengan maksimal. Dengan demikian, maka guru harus merubah cara mengajar yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester II Tahun 2017, siswa masih kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa mengobrol sendiri di dalam kelas dan mengantuk. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa karena tidak mengalami dan menemukan sendiri. Latar belakang terjadinya masalah dari faktor yang berbeda-beda antara lain : (a) Satu kelas terdapat siswa yang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda, (b) Media yang kurang bervariasi dan (c) Kurangnya kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran.

Hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas IV SD N 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung, didapatkan keterangan dalam proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru. Guru belun menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Sehingga hasil yang didapatkan sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, perolehan nilai tes siswa kelas IV Semester I Tahun 2016/2017, dapat dikatakan masih rendah, terbukti dari nilai rata-rata siswa yang memenuhi kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu >70 sebanyak 5 siswa dari jumlah siswa yaitu 11 siswa belum memenuhi standar ketuntasan yang ditentukan.

(4)

4 suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan siswa. disini siswa akan merasa tertantang bagaimana cara untuk mengetahui proses percobaan siswa merasa penasaran atau tertarik. Dengan penerapan model Discovery Learning siswa diharakan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran, siswa dapat aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka model pembelajaran yang mendukung meningkatkan hasil belajar menggunakan model Discovery Learning yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan Fatih Istiqomah (2014), dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur tahun 2012/2013”.

2. Siti Irma Amini (2016) dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning pada Subtema Pemanfaatan Energi di Kelas IV SDN Tanjung Jaya 1 Kecamatan Pakenjang Kabupaten Garut”.

3. Ridlo Hidayatullah (2012) dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran (Penemuan) Discovery Learning pada Siswa Kelas IV SDN Lampirejo 01 Tahun Pelajaran 2011/2012”.

(5)

5 1.2.Identifikasi Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan dan dituangkan dalam latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, berikut ini:

1. Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, sehingga ada siswa yang asyik main sendiri saat dijelaskan dan ada juga yang mengantuk.

3. Siswa belum belajar secara aktif.

4. Nilai siswa masih dibawah kiteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 70 sebanyak 45% dari jumlah 11 siswa.

1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. “Apakah model Discovery Learning berbantuan benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester II Tahun 2017? “.

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. “Meningkatkan hasil belajar IPA melalui model Discovery Learning berbantuan benda konkret pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester II Tahun 2017.”

1.5. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang didapat dalam penelitian ini, yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1. Manfaat Teoritis

(6)

6 pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning karena siswa melakukan penemuan sendiri dengan berbantuan benda konkret yang dipelajari.

1.5.2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian yaitu : 1. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah untuk menggunakan model Discovery Learning dalam mengaplikasikan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Guru

Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Discovery learning yang bisa digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA terutama dalam materi energi dan cara penggunaannya.

3. Bagi Siswa

a. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran untuk

menambah ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPA dan membuat pelajaran IPA menyenangkan, sehingga tidak bosan saat pelajaran berlangsung.

4. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa I Dinas Perhubungan Komunikasi dan lnformatika Kabupaten Natuna dengan ini mengumumkan hasil evaluasi kualifikasi dan daftar pendek

Ada beberapa konsekuesi metode naturalistik sebagai berikut : (a) Peneliti harus mampu berinteraksi dalam totalitas tidak terpisahkan sehingga perlu dikembangkan penelitian yang

(Tidak ada bagimu keharusan mandi dan hendaklah engkau berwudhu). Demikian pula yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ibnu Majah, Al Isma'ili serta Abu Nu'aim dari berbagai

Namun, anda harus memeriksa secara berkala profil Google Scholar anda, karena bisa saja artikel yang di asukka se ara oto atis uka artikel ya g a da pu

Pernyataan ini memberikan suatu bentuk keterampilan berpikir kritis dimulai dengan melakukan proses analisis suatu kasus kemudian memberikan gagasan sesuai dengan

Selain citra toko yang dapat mempengaruhi niat pembelian, banyak toko eceran yang melakukan berbagai macam strategi promosi untuk menarik niat pembelian calon

Scanned by CamScanner... Scanned

Oleh karena itu, konseling singkat berfokus solusi diharapkan dapat menjadi alternatif intervensi yang efektif untuk meningkatkan optimisme pada anak sekolah dasar