Bank Biogas Sebagai Solusi Kreatif Pengurangan Emisi Karbon dan krisis energi
Sesotya Raka Pambuka1dan Stefany Dessy2 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
RINGKASAN
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Konferensi Perubahan iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20, kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%). Bank biogas merupakan sebuah teknologi sederhana dan mudah untuk diaplikasikan, dengan pengolahan yang intensif, permasalahan diatas dapat dikurangi secara kontinyu. Peran serta pemerintah sangat diperlukan, karena untuk satu pembuatan unit biogas ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sehingga bank biogas ini dibangun secara terpusat agar tiap masyarakat tidak harus membuat biogas digester tetapi hanya menyalurkan kotoran ternaknya
Tujuan utama bank biogas dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia adalah solusi krisis energi, pencemaran lingkungan dari limbah peternakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Energi yang dihasilkan dari bank biogas sangat efektif ditinjau dari harga dan solusi pengendalian emisi gas karbon di alam. Jika 1 kg feses sapi menghasilkan 31 dm3 atau sama dengan 31 liter biogas, maka untuk memproduksi 1000 liter atau 1 m3 biogas dibutuhkan 32,5 kg feses ternak. Jika peternak hanya mempunyai seekor sapi yang menghasilkan kotoran 32 kg perharinya, biogas yang akan dihasilkan adalah sebesar 1 m3 yang dapat digunakan untuk memasak 4 kali dalam sehari dan dapat menyalakan 4 petromak sekaligus. Bank biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam bank umum tetapi tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan lain-lain. Satu keunikan dari bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas jika produksinya berlebih. Biaya jasa yang diperoleh dari penjualan biogas digunakan untuk pengembangan biogas digester lebih lanjut dan kesejahteraan tenaga operasional bank biogas tersebut. Beberapa tahapan pembuatan digester dan instalasi biogas : Menentukan lokasi, penyiapan bahan dan alat, membuat lubang digester, pembuatan saluran pemasukan (inlet), Pemasangan instalasi penyerapan gas CO2, Pemasangan pipa saluran gas.
Biaya pembuatan yang tidak sedikit, merupakan kelemahan dalam penerapan teknologi ini. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah untuk pembuatan bank biogas ini yaitu dengan jalan membangun minimal 2 biogas digester di tiap desa dengan sistem perpipaan yang terkoneksi dengan baik. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan segera karena energi fosil makin lama makin menipis dan tidak mungkin dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dua buah isu global yang sering diperbincangkan masyarakat Indonesia dan dunia adalah mengenai krisis energi dan pemanasan global. Krisis energi yang dampaknya langsung bisa dirasakan adalah tingginya harga bahan bakar. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa kebutuhan (konsumsi) terhadap bahan bakar semakin meningkat dengan pesat, sementara itu sumbernya makin berkurang. Sebagai konsenkuensi logis, tanpa bahan baku energi kehidupan ini tidak ada. Selain itu, penggunaan bahan bakar juga akan berdampak bagi bumi kita. Penggunaan bahan bakar dari minyak dan batu bara disinyalir sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global.
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Konferensi Perubahan iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20, kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Menurut Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa “industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.
Berbagai efek merugikan akibat industri peternakan di atas dapat dipecahkan dengan sebuah teknologi yaitu bank biogas. Bank biogas merupakan sebuah teknologi sederhana yang mudah untuk diaplikasikan, serta dapat menjadi sebuah solusi yang baik untuk kedua permasalahan tersebut dengan pengolahan yang intensif permasalahan diatas dapat dikurangi secara kontinyu. Bank biogas ini bertujuan mengurangi emisi gas yang dihasilkan oleh bidang peternakan, karena kotoran ternak yang dibuang begitu saja atau tercampur dengan air tanpa adanya pengolahan yang intensif akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan gas-gas karbon (CH4 dan CO2). Prinsip kerja bank biogas menggunakan biogas digester yang dibuat sedemikian rupa sehingga kotoran ternak dapat tertampung secara sempurna. Sehingga keluaran yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan dan secara tidak langsung efek dari global warming dapat dikurangi secara signifikan.
dibutuhkan dana yang tidak murah. Alternatifnya adalah dengan pembuatan bank biogas pada tiap desa, tindakan ini dilakukan agar tiap masyarakat tidak harus membuat biogas digester sendiri tetapi hanya menyalurkan kotoran ternak ke bank biogas yang terpusat. Prinsip kerja bank ini tidak ada bedanya dengan bank pada umumnya namun perbedaannya adalah bank ini dapat menjual biogas kepada masyarakat yang membutuhkan, tanpa harus menyalurkan kotoran ternaknya. Setiap kotoran ternak yang dimasukkan bank biogas akan ditukar dengan biogas yang sudah jadi dengan harga yang lebih murah dari pembeli langsung (tanpa menyetorkan kotoran ternak) dengan harga biogas yang telah ditentukan kelompok petani ternak di desa tersebut.
Kegiatan ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat dengan menggunakan energi nonfosil serta mengurangi efek pemanasan global melalui reduksi kadar CO2 dan CH4 dalam residu industri peternakan.
Tujuan
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja bank biogas dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia sebagai solusi krisis energi, pencemaran lingkungan dari limbah peternakan dan mengetahui sistem distribusi yang ditawarkan.
Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui cara pembuatan bank biogas yang memiliki sistem penyerap gas CO2 terintegrasi dan fungsional sebagai aplikasi perkembangan teknologi yang efektif dan efisien.
Manfaat
GAGASAN
Prinsip Kerja Bank Biogas dan Sistem Distribusi Bank Biogas
Bank biogas merupakan teknologi sederhana yang sangat baik jika diterapkan di daerah pedesaan karena masyarakat desa pada umumnya mempunyai ternak dan tidak sedikit dari masyarkat desa yang menggantungkan hidupnya pada ternak yang dipeliharanya. Namun, pengelolaan limbah ternak terutama feses dan urine belum begitu diperhatikan sehingga banyak sekali efek negatif dari limbah peternakan ini, seperti polusi udara, bau dan air. Parahnya kegiatan peternakan ini merupakan masalah utama dari pemanasan global karena emisi karbon yang dihasilkan sangat tinggi.
Menurut Sri Wahyuni (2008) kotoran ternak mempunyai rasio C/N sekitar 24, sedangkan rasio ideal C/N untuk proses dekomposisi anaerob untuk menghasilkan metana adalah 30, sehingga kotoran ternak sangat cocok untuk dipakai sebagai bahan baku biogas.
Bank biogas mempunyai sistem yang sangat fungsional ditinjau dari nilai manfaat dan tujuan yang dicapai. Kesejahteraan peternak dapat meningkat karena mampu mensubstitusi energi listrik dan energi fosil (minyak bumi, batu bara dan lain-lain). Subtitusi energi biogas ke energi lain dapat di lihat dalam tabel 4. Tabel 1.Konversi biogas ke energi lain
Keterangan Bahan Bakar Lain
Tabel 2. Jumlah biogas yang diperlukan untuk pemakaian tertentu
Pemakaian spesifikasi Biogas (m3/jam)
Memasak
Bahan bakar diesel 1 liter 1,50-2,07
Pendidih air 1 liter 0,11
Sumber : NAS, 1981
emisi gas karbon di alam. Jika 1 kg feses sapi menghasilkan 31 dm3 atau sama dengan 31 liter biogas, maka untuk memproduksi 1000 liter atau 1 m3 biogas dibutuhkan 32,5 kg feses ternak. jumlah kotoran ternak per hari akan ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 3. Produksi dan kandungan bahan kering kotoran beberapa jenis ternak Jenis ternak Bobot
ternak/ekor
Produksi kotoran (kg/hari)
% Bahan Kering
Sapi potong 520 29 12
Sapi perah 640 50 14
Ayam petelur 2 0,1 26
Ayam pedaging 1 0,06 25
Babi dewasa 90 7 9
Domba 40 2 26
Sumber : Sri Mulyani (2008)
Pemakaian biogas sangat efektif jika dilihat dari tabel diatas, jika peternak hanya mempunyai seekor sapi yang menghasilkan kotoran 32 kg perharinya, biogas yang akan dihasilkan adalah sebesar 1 m3 yang dapat digunakan untuk memasak 4 kali dalam sehari dan dapat menyalakan 4 petromak sekaligus.
Mengapa disebut bank biogas??? Karena sistem yang digunakan bank biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam bank umum tetapi tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan lain-lain. Satu keunikan dari bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas jika produksinya berlebih. Berbeda dengan bank umum “input” bank biogas adalah kotoran ternak sesuai potensi ternak yang ada di desa tersebut. Kotoran ternak yang paling banyak menghasilkan biogas adalah kotoran ayam dengan produksi biogas 70 liter biogas/kg kotoran ternak menyusul kemudian ternak sapi.
Alur distribusi produksi biogas akan dijelaskan dalam gambar 5.
Program pengembangan energi alternatif dari biogas dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat karena dibutuhkan tenaga operasional untuk pengoperasian bank biogas tersebut dan pemerataan aliran distribusi biogas ke masyarakat. Adanya instalasi biogas dan hasil sampingnya dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah untuk diberdayakan secara optimal. Keluaran dari bank biogas yang diolah menjadi pupuk organik memberikan dua keuntungan sekaligus. Pertama, terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya benefit dari penjualan pupuk organik yang berguna bagi pengembangan bank biogas di daerah tersebut. Dana pembuatan yang tidak sedikit, merupakan kelemahan dalam penerapan teknologi ini. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah untuk pembuatan bank biogas ini yaitu dengan jalan membangun minimal 2 biogas digester di tiap desa dengan sistem perpipaan yang terkoneksi dengan baik. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan segera karena energi fosil makin lama makin menipis dan tidak mungkin dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat.
Pembuatan Biogas Digesteryang Memiliki Sistem Penyerap CO2
Untuk memproduksi biogas diperlukan biogas digester. Digester dapat mengurangi emisi gas metana (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan. Kotoran sapi akan difermentasi menjadi gas metan (biogas). Prinsip bangunan digester adalah menciptakan suatu ruang kedap udara (anaerob) yang menyatu dengan saluran atau pemasukan (input) serta saluran atau bak pengeluaran (output).Bak pemasukan berfungsi untuk melakukan homogenisasi dari bahan baku limbah cair dan padat.Apabila limbah padat dalam kondisi menggumpal maka diperlukan
Biogas digester pembentukan Proses CH4dan pengurangan
kadar CO2 Jasa konversi biogas
(biaya ditentukan sendiri oleh desa tersebut)
Output
(disalurkan ke penduduk melalui pipa-pipa
penghubung) mendapat biaya jasa 75% Penyetor feses ternak lebih murah dari pembeli
normal
biaya jasa konversi kotoran menjadi biogas dan penjualan hasil samping
Gambar 1. Alur distribusi produksi biogas ke penduduk Input
pengadukan supaya lebih mudah masuk ke dalam digester dan proses perombakan lebih mudah.
Bak penampungan bertujuan menampung bahan sisa (sludge) hasil perombakan bahan organik dari digester yang telah mengurai bahan organiknya, tetapi akan semakin meningkat unsur haranya.
Reaksi perombakan bahan organik sebagai berikut :
Kotoran ternak ---MO---CO2 + CH4 + ( NH3 + H2S + CO ) + sludge. (anaerob) (dominan) (sedikit) Pada dasarnya kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas metan. Namun, karena tidak ditampung gas itu akan hilang menguap ke udara dan menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu, untuk menampung gas yang terbentuk dari bahan organik dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada (pengolah gas), yaitu batch feeding dan continues feeding.
Model yang paling umum digunakan adalah konstruksi tetap kontinu
(continues feeding), yaitu penampung bahan organik penghasil biogas dan penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu. Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung bahan penghasil biogas dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini membutuhkan modal yang relatif besar, tetapi umur pakainya lebih lama, perawatannya mudah dan pengoperasiannya sederhana.
Sudah banyak yang menggunakan digester dengan model konstruksi tetap kontinu. Penggunanya tersebar diberbagai kabupaten di Indonesia. Bahkan saat ini sudah ada produsen yang menyediaakan model digester biogas tersebut sehingga bagi mereka yang ingin menerapkan biogas, tidak perlu repot membuatnya. Namun, jika peternak ingin membuat sendiri juga bisa dilakukan.
Modal awal pembangunan instalasi biogas adalah biaya untuk membangun konstruksi permanen. Model digester tetap kontinu memerlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, besi konstruksi, cat, dan pipa paralon.
Beberapa tahapan pembuatan digester dan instalasi biogas : 1. Menentukan lokasi
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya tidak jauh dari sumber bahan organik. Kalau memungkinkan, saluran pembuangan kotoran ternak dihubungkan dengan saluran pemasukan (inlet) digester.Dengan demikian ,kotoran ternak dapat langsung disalurkan ke digester. Luas ideal untuk pembangunan instalasi biogas sekitar 18 m2.
2. Bahan dan alat
Sejumlah bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembangunan digester biogas : Pipa paralon PVC ukuran ½ inci; Kne L ukuran ½ inci; Kne L drat; Kran gas sebanyak; Klem paralon /selang; Klem selang; Lem paralon; Semen beberapa sak sesuai kebutuhan; Pasir, batu kali dan batu bata sesuai kebutuhan.
3. Membuat lubang digester
atau lubang pemasukan. Mengenai bentuk digester sendiri ada yang bulat seperti sumur atau berbentuk segi 4. Namun, sebagian besar digester berbentuk bulat dengan diameter 3 m dan kedalaman 2-2.5 m. Lubang digester sebaiknya dibuat dengan jarak 30 m atau lebih dari tempat kompor atau disesuaikan dengan keadaan lokasi. Dalam pembuatan lubang atau sumur digester sebaiknya memperhatikan luas dan kedalamannya.Lubang sebaiknya dibuat sesuai ukuran digester.Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
a) jika kapasitas digester 7 m3,sebaiknya diameter lubang yang dibuat adalah diameter 2,40 m dengan kedalaman 2 m.
b) jika kapasitas digester 17 m3,sebaiknya diameter lubang yang dibuat adalah 3,00 m dengan kedalaman 2,50 m.
c) Sebagai catatan bahwa jika pada bagian dasar lubang tanahnya remah atau gembur,sebaiknya dilakukan pengerasan atau dicor. Hal ini dimaksudkan agar digester tahan lama dan tidak mudah jebol.
4. Pembuatan saluran pemasukan (inlet)
Inlet adalah saluran pemasukan bahan organik ke dalam digester. Saluran ini dibuat dengan lebar antara 20-30 cm, saluran ini dihubungkan dengan lubang pemasukan yang sudah ada pada digester biogas. Untuk menghubungkan keduanya, saluran inlet dibuat dari pasangan batu bata yang diplester. Kedalaman yang disesuaikan dengan kemiringan agar bahan organik dan air dapat mengalir dengan lancar ke dalam digester. 5. Saluran pengeluaran (outlet) dan bak penampungan
Saluran pengeluran adalah saluran yang menghubungkan lubang pengeluaran bahan organik yang sudah tidak mengandung biogas (keluaran-sludge) dari digester dengan bak penampungan. Bak penampungan dibuat persegi panjang dengan ukuran 1x1x1 m (bahan dari batubata yang diplester) dan bisa dibuat lebih dari satu kotak. Jarak dari lubang biodigester sekitar 20 cm, dengan posisi searah dengan lubang pemasukan. Bak penampungan yang baik terdiri dari 4 kolam penampungan yang pertama adalah 2 kolam pengendapan, 1 kolam oksidasi dan 1 kolam penampungan sludge.
6. Pemasangan instalasi penyerapan gas CO2
Setelah dibuat saluran pemasukan dan pengeluaran serta bak penampungan. Kemudian dibuat kubah penutup yang dilubangi bagian atasnya. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. 1 Keluaran biogas (PVC)
2. 4 keluaran kontrol biogas yang diberi nozel diatasnya sebagai reduktor CO2 .
walaupun sebagian kecil akan masuk ke sistem penyerap CO2 karena massa jenis CH4 lebih kecil dari massa jenis CO2. Sehingga kualitas biogas yang dihasilkan akan lebih baik dan tidak mencemari lingkungan.
Pada gambar 5 dibawah ini akan dijelaskan pemasangan instalasi penyerapan CO2.
Penyerapan CO2dengan larutan kapur digambarkan dengan reaksi sebagai berikut :
CaO + H2O Ca(OH)2
CO2+ Ca(OH)2 CaCO3+ H2O (Gultom, 2000). 7. Pemasangan pipa saluran gas
Jika digester tertanam dengan baik maka kegiatan selanjutnya adalah pemasangan pipa saluran gas. Pipa saluran gas yang digunakan diusahakan terbuat dari bahan polimer (seperti pipa PVC) ataupun selang PVC. Sementara ukuran pipa yang digunakan adalah berdiameter ½ inci.
Biaya Instalasi Bank Biogas dan Operasional
Biaya instalasi dari pembuatan biogas digester adalah sebagai berikut. Tabel 4.Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membuat 2 unit bank biogas
No uraian satuan jumlah Harga satuan Total
1 Investasi bangunan biogas
17 m3 2 2.360.000 80.320.000
2 Investasi tanah 34 m2 2 500.000 34.000.000
3 Sistem perpipaan 100 m2 2 2.000.000 4.000.000
Total biaya 118.320.000
Sumber : Sri Mulyani (2008)
Biaya investasi tersebut diatas meliputi biaya bahan-bahan material untuk konstruksi, pembuatan digester dan biaya upah pengerjaan. Biaya operasional merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan digester, seperti
Ca(OH)2 atau kapur mati dicampur air
nozel
Pipa PVC keluaran biogas
biaya penggantian peralatan yang umur ekonominya rendah dan gaji operator bank biogas. Biaya perbaikan meliputi biaya perbaikan dan pemeliharaan kompor biogas dan pengecatan bagian luar unit pengeluaran digester. Sedangkan biaya penggantian peralatan adalah biaya untuk penggantian pipa-pipa PVC. Berdasarkan studi kasus di beberapa lokasi pengembangan digester, biaya operasional per tahun diperkirakan 10-15% dari biaya investasi (Kalia & Singh, 1999).
Pendapatan yang diperoleh dari bank biogas adalah penjualan produk biogas yang meliputi biogas sendiri dan hasil samping pembuatan biogas yaitu
sludge. Jika di desa tersebut 90% dari penduduknya adalah peternak dan secara rutin setiap hari menyetorkan kotoran ternak ke bank biogas dan ketentuannya adalah lain adalah pembeli non peternak diberi jatah 5 % dari total biogas yang dihasilkan per harinya.
Kesimpulan
Alur kerja bank biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam bank umum tetapi tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan lain-lain. Satu keunikan dari bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas jika produksinya berlebih. Berbeda dengan bank umum, inputbank biogas adalah kotoran ternak sesuai potensi ternak yang ada di desa tersebut sedangkan
outputnya adalah biogas. Keluaran dari bank biogas yang diolah menjadi pupuk organik memberikan kontribusi bagi terciptanya lapangan kerja baru yaitu tenaga operator bank biogas dan dihasilkannya benefit dari penjualan pupuk organik yang berguna bagi pengembangan biogas digester di daerah tersebut. Biaya pembuatan yang tidak sedikit, merupakan kelemahan dalam penerapan teknologi ini. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah untuk pembuatan bank biogas.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, N. 1981.Teknologi Gas Bio dan Peralatannya. Proyek Laboratorium PST PPTMGB “LEMIGAS”.Cepu:Jawa Tengah.
J.S. Van Kessel and J.B. Russell, 2008.Rumen Microbiology.
http://www.ars.usda.gov/sp2UserFiles/Place/36553000/research_su mmaries/RS96_pdfs/RS96-40.pdf.
Junus, Muhammad.1987. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Mohr, Noam. 2005.A New Global Warming Strategy.
http://www.earthsave.org/news/earthsave_global_warming_report. pdf.
Wahyuni,Sri.MP.2009.Biogas.Penebar Swadaya :Jakarta.
Grant, Shanique and Alicia Marshalleck. 2008. Energy Production and Pollution Mitigation from Broilers Houses on Poultry Farms in Jamaica and
Pennsylvania. International Journal for Service Learning in Engineering Vol. 3, No. 1, pp. 41- 52, Spring 2008.ISSN 1555-9033. Chemical Engineering University of Technology, Jamaica 237 Old Hope Road, Kingston.
Nurhasanah, Ana. Teguh Wikan Widodo, Ahmad Asari, dan Elita Rahmarestia. 2006.Perkembangan Digester Biogas Di Indonesia (Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah).
ntb.litbang.deptan.go.id/2006/NP/perkembangandigester.doc. Diakses tanggal 22 Desember 2008.
Nurtjahya, Eddy, Sientje D. Rumetor, Jerry F. Salamena, Elvia Hernawan, Sri Darwati Sri dan Murni Soenarno. 2003. Pemanfaatan Limbah Ternak
Ruminansia untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Makalah
Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Sesotya Raka Pambuka NIM : 0810550036
Tempat dan Tanggal Lahir : Nganjuk, 6 Desember 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Jurusan : Ilmu Peternakan
Alamat : Jl. Kertowaluyo no 10 Malang Telp./Faks. : 085649484822
Alamat Rumah : RT 03 RW 05 Desa Pandantoyo Kec. Kertosono Kab Nganjuk Prop. Jawa Timur
Telp./Faks. : 0358-553588
Alamat e-mail : rakaart06@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN 2007 Pelatihan Desain Koran Radar Kediri 2009 Implementasi Ilmu Nutrisi Ternak dalam
Industri Peternakan Sapi
Produksi Ternak-Universitas Brawijaya 2009 Magang Kerja Lapang UPT PT & HMT
Malang 2009 Be A Good Scientific Communicator in English IAAS LC UB 2010 Diklat Inseminator Sapi/Kerbau Tingkat
Nasional Angkatan I tahun 2010
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Nama Kegiatan/Institusi Tahun Pemberi Materi Layout dan Pra Cetak Majalah
Sekolah Menggunakan Corel Draw dan Photoshop
2008
Desain Grafis Majalah Sekolah Genesis edisi III dan IV
2007-2008
KARYA TULIS ILMIAH
Tahun Judul
2008 Pemanfaatan Whey Keju sebagai Substrat Produksi Nata de Milko dan Keunggulannya sebagai Pangan Fungsional (Ketua)
2009
Peluang Usaha Pemanfaatan Limbah Produksi Keju (Whey) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata de milko yang Mempunyai Sifat Antikarsinogen dan Mempunyai Nilai Ekonomis
2009 Budidaya Belalang Kayu (Valanga nigricornis) Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Tinggi dan Rendah Kolesterol.
PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun Bentuk Penghargaan Pemberi 2007 The Best Ten School Newspaper Design Jawa Pos Group 2009 Finalis PKM-GT tingkat Universitas
Brawijaya
Universitas Brawijaya 2009 Finalis Youth National Science &
Technology Award
Menpora RI
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
Malang, 24 Februari 2010
Yang Bersangkutan
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Stefani Dessy Susanti NIM : 0710530001
Tempat dan Tanggal Lahir : Probolinggo, 10 September 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Jurusan : Ilmu Peternakan
Alamat : Jl. Kertorahayu 68 A Malang Telp./Faks. : 085649233556
Alamat Rumah : Jl.Ir.H.Juanda 61 C Probolinggo
Telp./Faks. :
-Alamat e-mail : fandez_1088@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Lulus Jenjang Nama Sekolah/Perguruan Tinggi
Jurusan/ Bidang Studi
2001 Sekolah
Dasar SDN Sukabumi 2 Probolinggo
-2004
Sekolah Menengah
Pertama
SMPN 1 PROBOLINNGO
-2007
Sekolah Menengah
Atas
SMAN 2 PROBOLINGGO IPA
S1 Universitas Brawijaya Ilmu Peternakan
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
Malang, 24 Februari 2010
Yang Bersangkutan
Lampiran 1.Dokumentasi
Gambar 1. Instalasi bank biogas
Gambar 3. inlet
Gambar 5. Outlet dan sludge padat
Gambar 7. nozel
Dokumentasi bank biogas
Instalasi bank biogas
Gambar 2.
Kubah dan sistem penyerap CO2
Gambar 4.
Reaksi kjmia CO2 dengan larutan kapur
Outlet dan sludge padat
Gambar . sludge cair
Gambar 8. Lampu biogas
penyerap