• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi - Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi - Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sales Promotion Girl

2.1.1. Definisi

Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik harus didukung dengan tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan dan memiliki keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.

2.1.2. Fungsi

2.1.2.1. Umum

Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola dalam mengelola merchandise/barang dagangan di counter (area penjualan).

2.1.2.2. Khusus

a. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan (toko) dan kualitas barang yang dijual.

b. Menebak kebutuhan konsumen dan membantu memilihkan barang yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

c. Menjawab pertanyaan konsumen dan melayani complain dari konsumen dengan baik.

(2)

e. Melaksanakan standar pelayanan pramuniaga dengan baik.

2.1.2. Tanggung Jawab

a. Mencapai produktivitas kerja yang maksimal. b. Mencapai target sales.

c. Menjaga tingkat shrinkage (angka kehilangan barang)

d. Memberi informasi yang benar kepada pelanggan secara bijak. e. Menjaga kebersihan area penjualan dan merchandise.

2.2. Sepatu HakTinggi

2.2.1. Definisi Sepatu Hak Tinggi

Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terdiri dari dua jenis yaitu jenis pertama adalah sepatu yang memiliki hak datar disebut flat shoes dan jenis yang kedua adalah sepatu yang memiliki hak tinggi disebut High Heels. Sepatu berhak tinggi merupakan salah satu jenis alas kaki yang sering digunakan terutama oleh kalangan wanita. Alas kaki berhak tinggi adalah alas kaki dimana hak ditinggikan, sehingga kedudukan jari kaki berada lebih rendah dari tumit (Dewi, 2014).

2.2.2. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah

Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

(3)

tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011).

Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011).

Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh.

2.2.3. Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

Menurut (Harmandini, 2011) cara mengatasi nyeri akibat penggunaan sepatu tinggi antara lain:

1. Regangkan kaki

(4)

2. Rendam dengan air hangat

Merendam kaki dalam air hangat dapat mengurangi lelah pada otot kaki. Tambahkan garam mineral seperti magnesium dan sulfat. Kulit akan menyerap magnesium yang membantu memperbaiki sel-sel tubuh.

3. Memanjakan kaki

Perawatan kaki bisa meringankan tekanan serta nyeri pada otot kaki. Bagi pemakai High Heels kelembaban kaki harus diperhatikan karena jika terlalu kering daerah yang kasar akan muncul akibat tekanan pada kaki. Oleh karena itu, gunakan selalu pelembab pada kaki.

4. Santai

Setelah menggunakan sepatu tinggi sepanjang hari, berikan kaki kesempatan untuk bersantai dan bebas dari tekanan yaitu dengan menggunakan sepatu datar.

2.3. Ergonomi

2.3.1. Definisi Ergonomi

(5)

kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan menurut International Labour Organization (ILO) ergonomi adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

2.3.2. Tujuan Ergonomi

Menurut (Tarwaka dkk, 2004) secara umum tujuan ergonomi adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

2.3.3 Aspek Ergonomi

(6)

1. Faktor manusia

Ada beberapa faktor pembatas yang tidak dapat dilampaui agar dapat bekerja dengan aman dan sehat yaitu faktor dari dalam (internal faktor) dan faktor dari luar (external faktor). Faktor dari dalam (internal faktor) adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari luar (external faktor) yang berasal dari luar manusia, seperti penyakit gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat.

2. Faktor anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh

digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Kesesuaian antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan saat bekerja sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja, dan produktivitas kerja.

3. Faktor sikap tubuh dalam bekerja

(7)

ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.

4. Faktor pengorganisasian kerja

Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di perusahaan

2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal

2.4.1. Sistem Muskuler/ sistem otot

1. Otot

a. Definisi Otot

Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot antara lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi panas.

b. Cara Kerja Otot

(8)

gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan relaksasi.

c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah

Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai bawah. Otot tungkai atas (otot pada paha) dan otot tungkai bawah (otot tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung kaki) (Syaifuddin, 2006).

2. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

3. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

2.4.2. Skeletal

1. Tulang/rangka

(9)

antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang. melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti calcium dari dalam darah.

2. Sendi

Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan terjadinya pergerakan.

2.5. Keluhan Muskuloskeletal

2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Menurut OHSCO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Dan berdasarkan pendapat (Tarwaka dkk, 2004) yang mengutip hasil penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

(10)

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent)

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Menurut (Tarwaka dkk, 2004) studi MSDs pada berbagai industri telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal

Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

(11)

dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

4. Faktor penyebab sekunder yaitu : a. Tekanan

(12)

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982).

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

d. Penyebab kombinasi

(13)

Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal (Tarwaka, 2004). 1. Faktor Internal

a. Umur

Guo et al (1995) dan Chaffin, (1979) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus meningkat.

b. Jenis kelamin

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas.

c. Kebiasaan Merokok

(14)

Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

d. Kesegaran jasmani

Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8 %.

e. Kekuatan fisik

(15)

menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap cedera otot.

f. Ukuran tubuh

Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner, et al (1994) yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.

2. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu (Tarwaka, 2010) a. Lama kerja/waktu kerja

(16)

b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)

Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan.

2.6. Body Nordic Map

(17)

Gambar 2.1 Nordic Body Map

(18)

2.7. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan:

Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja.

1. Karakteristik Pekerja

a. Umur b. IMT

2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi

a. Lama Pemakaian Sepatu (tahun)

b. Tinggi Hak Sepatu (cm)

Gambar

Gambar 2.1 Nordic Body Map
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Selama menyusun skripsi ini maupun dalam mengikuti kegiatan akademik dan non akademik di lingkungan Universitas Katolik Widya Mandala, banyak sekali pihak-pihak

Pada kerangka penelitian ini akan menjelasakan bahwa variabel bebas lokasi (X1), kelengkapan produk (X2), dan harga (X3) sebagai indikator mempunyai pengaruh

Dari beberapa informasi yang didapatkan dari sumber di atas, perceraian dan dinamika kepribadian merupakan suatu fenomena yang saling berhubungan dan sangat

Carilah resultan dari vektor yang ada dengan menggambar komponen masing-masing vektor terlebih dahulu, kemudian hitung besar resultannya... Segitiga siku-siku berikut

Alhamdulillahirabbil’alamin ,Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya Penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir yang

Kecuali ditenmkan lain, maka biaya arbitrase akan dibebankan kepada pihak yang kalah, dan jika tuntutan hanya dikabulkan sebagian, maka biaya arbitrase tersebut akan dibebankan

Pasien adalah orang yang berdasarkan indikasi medis dapat mengunakan, mendapat, memiliki, menyimpan dan membawa narkotika golongan II dan golongan III dalam jumlah

Kebutuhan ruang pengelola berdasarkan jumlah pegawai bank kalbar cabang syariah terdiri atas; ruang pimpinan cabang, ruang wakil pimpinan cabang, ruang kontrol intern