• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Plankton Sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran Di Sungai Murak Kabupaten Merangin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Plankton Sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran Di Sungai Murak Kabupaten Merangin"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Plankton Sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran Di

Sungai Murak Kabupaten Merangin

Rozana Zuhri

Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko Koresponden: zhue_rieismak@yahoo.com

Abstract

Rivers have an important role in human life. They are the living place for the amount of biodiversity, but now the river has been polluted due to human activities. The object of this research is to know Murak river quality based on plankton diversity. Other than that, to determine the factors that influence water pollution and to know the level of water pollution based on biological, physical and chemical indicators. Sampling is done in Murak river of Merangin. The identification of plankton and water analysis is done at the Biology Education Laboratory. From the results of the study, there were 24 genus of plankton found, of the 24 genera there are 7 genera that enter in the category of pollution indicator that is Nitzschia sp, Chlamydomonas, Spirogyra , Chlorococcum, Euglena, Oscillatoria, Pyrobotris dan Anabaena.. And based on the index of diversity (H ') is in the value of 1-3 so it is concluded that the waters of the Murak river of Merangin have been polluted..

Key words: Plankton, Murak rivers, pollution levels, identifikation PENDAHULUAN

Sungai Murak adalah salah satu sungai yang berada di kota Bangko Merangin. Kawasan Sungai Murak ini berada berdekatan dengan Kampus II STKIP YPM Bangko. Sungai ini merupakan sumber kebutuhan air bagi penduduk disekitarnya yang dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan saluran drainase. Adanya tekanan- tekanan lingkungan di sekitar sungai seperti pembuangan limbah, sampah ke pinggir dan badan sungai bahkan ada yang melakukan penambangan emas ilegal (PETI) oleh penduduk sekitar, sehingga menyebabkan penurunan kualitas perairan sungai. Penurunan kualitas air ini akan mempengaruhi biota yang ada di perairan tersebut.

Keberadaan plankton sangat mempe- ngaruhi kehidupan di perairan karena meme- gang peranan penting sebagai makanan bagi berbagai organisme perairan. Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh adanya perubahan struktur dan nilai

kuantitatif plankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia seperti adanya peningkatan konsentrasi unsur hara secara sporadis sehingga dapat menimbulkan peningkatan nilai kuantitatif plankton yang melampaui batas normal yang dapat ditolerir organisme hidup lainnya. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan terdiri dari beberapa macam, antara lain limbah organik dan anorganik, residu pestisida, sedimen dan bahan-bahan lainnya. Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas perairan, sehingga tidak sesuai lagi dengan peruntukannya sebagai sumber air baku air minum, perikanan, pariwisata dan sebagainya (Morganof, 2007).

Perubahan kualitas perairan, erat kaitannya dengan potensi perairan terutama ditinjau dari kehidupan plankton di suatu perairan tersebut. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa

(2)

kematian massal organisme perairan akibat persaingan penggunaan oksigen terlarut seperti yang terjadi di berbagai perairan di dunia dan beberapa perairan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kelimpahan plankton di sungai Murak; (2) untuk mengetahui tingkat pencemaran air sungai Murak berdasarkan bioindikator plankton; dan (3) untuk mengetahui stasiun penelitian yang mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi dan tingkat pencemaran yang rendah.

MATERI DANMETODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei untuk mengetahui tingkat pencemaran air di sungai Murak berdasarkan adanya Plankton sebagai bioindikator pencemaran air. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah plankton yang terdapat di sungai Murak yang diperoleh dari diperoleh dari 4 (empat) stasiun, yaitu: (1) stasiun I di daerah dekat penambangan emas ilegal (PETI); (2) stasiun II di daerah yang berdekatan dengan pertanian atau perkebunan warga; (3) stasiun III di daerah yang berdekatan dengan ladang peternakan atau pemeliharaan hewan seperti sapi dan kerbau; dan stasiun IV di daerah dekat dengan pemukiman penduduk yang memungkinkan adanya pembuangan limbah rumah tangga. Setiap stasiun terdiri atas 2 (dua) kali ulangan. Kegiatan identifikasi plankton dan analisis air dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko.

Data tentang plankton diambil dengan mengamati secara langsung pada saat yang sama dengan pengambilan sampel air, dan dengan menggunakan mikroskop serta diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Plankton. Selanjutnya, dianalisis untuk mengetahui indeks keanekaragaman (H’) Plankton berdasarkan indeks Shannon- Wiener (Odum, 1993) dan koefisien sparobitas dianalisis dengan menggunakan persamaan Dresscher dan Van Der Mark (Koesoebiono, 1987).

Selain itu, dilakukan juga pengukuran parameter fisika yaitu suhu dan parameter kimia yaitu pH. Suhu diukur dengan menggunakan termometer air dan pH air diukur dengan pH meter.

HASIL DANPEMBAHASAN 1. Analisis Suhu Air

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan 4 (empat) stasiun didapatkan kisaran nilai suhu pada perairan sungai Murak kabupaten Merangin adalah antara 24ºC-34ºC. Stasiun sampel yang mempunyai nilai suhu yang tertinggi berada pada stasiun 1 yaitu 34ºC. Sedangkan stasiun yang mempunyai nilai

suhu terendah berada pada stasiun 4 yaitu 24ºC.

Tabel 1. Data Hasil Analisis Suhu (ºC)

Stasiun Rata-rata Suhu

1 32

2 26,5

3 28,5

4 24

Suhu mampu mempengaruhi

aktivitas organisme dimana suhu mempunyai rentang yang dapat ditolelir oleh setiap jenis organisme. Suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme baik hewan maupun manusia. Menurut Yuliani dan Rahardjo (2012), suhu air dipengaruhi oleh suhu udara. Tinggi rendah suhu juga berpengaruh terhadap aktivitas ikan. Tingginya suhu air akan mengurangi kadar oksigen terlarut. Keadaan suhu air dan DO akan mempengaruhi aktivitas ikan. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air.

Berdasarkan hasil pengamatan, nilai suhu dari stasiun sampling tersebut berturut-turut dari 24ºC sampai 34ºC. Dari keseluruhan stasiun tersebut yang mempunyai nilai suhu tertinggi berada pada stasiun 1 yaitu dengan suhu 30ºC dan34ºC, sehingga spesies plankton yang

(3)

dibandingkan dengan stasiun 2 dan stasiun 3. Pada waktu penelitian di stasiun 1 juga terdapat aktivitas pengerukan oleh kendaraan pengeruk material-material sungai sehingga keadaan warna Sungai menjadi keruh dan berbau, sehingga yang menjadi penyebab utama suhu meningkat dan spesies berkurang diakibatkan oleh aktivitas pengerukan tersebut. Sedangkan pada stasiun 2 sampai stasiun 4 ditemukan banyak spesies Mikroalga, Hal ini menunjukkan bahwa suhu tersebut masih optimum untuk pertumbuhan mikroalga di suatu perairan. Nilai suhu pada Stasiun sampling 2 sampai Stasiun 4 merupakan suhu yang optimum. Menurut Effendi (2003), kisaran suhu optimum untuk petumbuhan plankton yaitu 20-30ºC. Oleh karena itu, suhu tersebut sesuai untuk petumbuhan plankton pada umumnya. Pada suatu perairan, kadar suhu dipengaruhi oleh kadar oksigen, dimana jika semakin tinggi kadar oksigen maka suhu akan mengalami penurunan.

2. Analisis pH Air

Untuk mengukur derajat keasaman air sungai Murak maka yang digunakan adalah pH meter. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 4 (empat) stasiun didapatkan kisaran nilai pH pada perairan Sungai Lamasi Kabupaten Luwu adalah antara 5-7. Stasiun sampel yang mempunyai nilai PH yang terendah berada pada stasiun 1 yaitu bernilai 5. Sedangkan stasiun yang mempunyai nilai suhu tertinggi berada pada stasiun 4 yaitu bernilai 7.

Tabel 2. Derajat Keasaman (pH)

Stasiun Rata-rata pH

1 5

2 6,5

3 6

4 7

Hasil pengamatan yang dilakukan

didapatkan bahwa pada stasiun sampling 1 memiliki nilai pH yang terendah dari Stasiun sampling lainnya yaitu dengan nilai pH 5. Menurut Nugroho (2006) menyatakan bahwa pada umumnya air yang normal memiliki pH netral sekitar pH 6 hingga pH 8. Dengan demikian nilai pH pada perairan Sungai Murak masih tergolong normal dengan nilai pH sekitar pH 6 sampai pH 7. Kecuali pada aliran sungai di daerah Tambang emas ilegal (PETI) dengan pH asam yaitu 5. Air limbah atau air tercemar memiliki pH sangat rendah atau pH cendrung tinggi, tergantung dari

jenis limbah dan komponen

pencemarannya. Sebagai salah satu parameter lingkungan perairan, pH tidak selalu stabil, karena dipengaruhi oleh keseimbangan antara CO2 dan HCO3 dalam perairan. Hasil rata- rata nilai pH diatas, yang kisarannya antara pH 5 sampai pH 7, menunjukkan bahwa perairan Sungai Murak masih dapat menopang beberapa kehidupan plankton, karena untuk setiap planton mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda.

3. Identifikasi Plankton

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium dan secara langsung di lapangan yang berhasil didapatkan dan diidentifikasi adalah 24 genus plankton. Genus plankton yang ditemukan yaitu dari genus Nitzschia,

Chlamydomonas, Monoraphidium,

Chlorococcum, Euglena, Volvox,

Oscillatoria, Oocystis, Scenedesmus, Spirogyra, Botrycoccus, Coelastrum, Saerocystis, Pediastrum, Ulothrix, Hildebrandia, Microleus, Cladophora, Rhizoglonium, Pyrobotris, Anabaena, Netrium, Closterium, Microspora.

(4)

Stasiun

NO. Genus 1 2 3 4 Jumlah

1 Nitzschia 12 30 72 12 126 2 Chlamydomonas - 36 - - 36 3 Monoraphidium 12 30 54 12 108 4 Volvox 6 12 6 24 5 Oocystis 12 12 24 12 60 6 Scenedesmus - - 30 6 36 7 Euglena 18 30 72 12 132 8 Botricoccus - 6 24 12 42 9 Coelestrum 12 12 48 12 84 10 Saerocystis - 6 6 12 24 11 Oscillatoria 6 - 84 6 96 12 Pediastrum 6 30 12 - 48 13 Ulothrix 2 6 6 12 26 14 Hildebrandia - 12 24 5 41 15 Mesotanium - 6 6 - 12 16 Chlorococcum - 36 30 6 72 17 Cladophora 6 - 54 - 60 18 Rhizoglonium 6 12 12 6 36 19 Oocystis - 12 24 6 42 20 Cosmarium 2 56 85 25 168 21 Pyrobotris 7 12 5 8 32 22 Anabaena 3 5 8 15 31 23 Closterium - 25 60 23 108 24 Microspora 5 60 89 33 187 jumlah 115 446 835 235 1194

Euglena, Volvox, Monoraphidium, Cosmarium, Microspora dan Nitzschia merupakan penyusun utama plankton dari semua Stasiun sampling yang telah di identifikasi. Melimpahnya Euglena, Volvox, Monoraphidium, Cosmarium, Microspora dan Nitzschia disebabkan karena keenam genus tersebut sangat mudah beradaptasi pada lingkungan perairan terutama perairan yang telah tercemar. Dari hasil pengamatan, mikroalga yang di dapat diantaranya yaitu Spirogyra, Euglena, Volvox, Monoraphidium, Oscillatoria, dan Nitzschia yang merupakan jenis-jenis mikroalga indikator pencemaran air sesuai dengan teori Fukuyo maka dapat

disimpulkan bahwa kualitas perairan Sungai Murak sudah tercemar. Hal ini dimungkinkan karena limbah organik termasuk kotoran hewan maupun anorganik yang berada pada air Sungai Murak banyak berserakan. Dalam pengamatan memang terlihat air sungai berwarna kehijauan. karena terjadi pencemaran organik, kecuali air sungai dekat penambangan PETI air berwarna kecoklatan dan keruh. Lalu terjadilah komunitas spesies plankton yang mampu bertahan pada kondisi tercemar.

Spirogyra, Euglena, Volvox,

Monoraphidium, Oscillatoria,Coelastrum. Scenedesmus, Cladophora, Anabaena,

(5)

Oscilatoria, Synura dan Nitzschia mampu melindungi dirinya dari zat-zat beracun yang berada di perairan. Oleh karena itu, genus-genus tersebut mampu hidup pada perairan yang mengalami pencemaran (Jhon dkk, 2002). Dari genus tersebut ada yang mempunyai flagel (berupa alat gerak) yang mampu melakukan pergerakan secara luas di perairan. Berdasarkan Fukuyo (2000) mikroalga yang termasuk ke dalam indikator pencemaran berat adalah Phormodium, Pyrobotrys, Oscillatoria, Chlorella, Anacystis, Nitzschia,.

Lepocinclis, Tetraedron, Phacus,

Stigeoclonium, Chlamydomonas,

Agemenellum, Anabaena, Euglena,

Spyrogyra, Chlorococcum, Ghomponema, Lyngbya, Carteria, Chlorogonium, Arthrospira. Maka berdasarkan dari teori Fukuyo (2000), Alga yang menjadi indikator perairan tercemar di Sungai

Murak adalah: Nitzschia sp,

Chlamydomonas, Spirogyra ,

Chlorococcum, Euglena, Oscillatoria, Pyrobotris dan Anabaena. Sehingga, jika terdapat 1 atau 2 bahkan lebih dari 2 genus mikroalga indikator perairan tercemar, dengan demikian sungai Murak sudah tercemar. Hal ini dikarenakan, jika sewaktu-waktu terjadi blooming alga, maka genus mikroalga perairan tercemar yang akan mendominasi perairan tersebut.

4. Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks Keanekaragaman (H’) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon- Wiener. Dimana perhitungan yang dilakukan dengan mengacu kepada jumlah stasiun dan jumlah ulangan hasil penelitian Plankton. Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman didapatkan bahwa keanekaragaman perairan Sungai Murak Kabupaten Merangin berkisar antara 2,432 sampai 2,832. Menurut Willhm (1975), Nilai indeks keanekaragaman berdasarkan rumus dari Shannon-Wiener bahwa nilai <1 = Keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah, 1,00 –3,00 = Keanekaragaman sedang dan kestabilan

komunitas sedang, dan >3 = Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas stabil. Maka berdasarkan acuan tersebut spesies plankton pada perairan Sungai Murak Kabupaten Merangin mempunyai Tingkat pencemaran sedang dan Keanekaragaman sedang. Hal ini terbukti berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa keanekaragaman di perairan Sungai Murak Kabupaten Merangin mempunyai stabilitas yang sedang.

Nilai keanekaragaman perairan sungai Murak terbilang hampir mirip, tapi nilai terendah terjadi pada Stasiun sampling 1 dan yang tertinggi terjadi pada stasiun 3. Stasiun 1 mempunyai nilai rendah dengan nilai 2,832 hal demikian terjadi karna keberadaan plankton lebih terbawa arus sehingga keanekaragamannya lebih rendah dibanding stasiun lainnya. pada stasiun ini mempunyai arus yang tenang tapi pada stasiun ini terjadi aktivitas

pengerukan sungai sehingga

keanekaragamannya sedikit. hal ini terjadi karna bahan-bahan material sungai menggangu keberadaan plankton dan juga suhu pada stasiun ini meningkat.

Sedangkan pada stasiun 2,3 dan 4 mempunyai nilai masing-masing 2,432; 2,542 dan 2,653 dengan nilai tertinggi dari pada stasiun lainnya, hal ini dikarenakan pada stasiun 2 berdekatan dengan bahan pencemar organik seperti pupuk organik pertanian sehingga keanekaragamannya lebih tinggi dibandingkan stasiun 3 dan 4, begitupula dengan stasiun 3 yang berdekatan dengan limbah peternakan sehingga pada stasiun ini keanekaragaman mikroalga yang tertinggi pada masing- masing stasiun.

5. Nilai Koefisien Saprobitas

Hasil analisis data nilai koefisien saprobik di Sungai Murak berkisar antara 0,114 sampai 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut berada dalam fase β/α-mesosaprobik dan dalam fase β- mesosaprobik, yang artinya perairan tersebut tercemar sedang dan tercemar ringan dimana bahan pencemarnya adalah

(6)

bahan organik dan anorganik. Hal ini terjadi dikarenakan zat pencemar yaitu bahan organik dan anorganik yang berupa sampah rumah tangga, limbah peternakan, dan limbah pertanian yang mencemari perairan tersebut. Menurut Koesoebiono (1987) dalam hubungan antara koefisien saprobik dengan tingkat pencemaran perairan, apabila nilai koefisien saprobik (-3) – (1,5) tercemar sangat berat, (-1,5) – (0,5) tercemar cukup berat, (-0,5) – (0,5) tercemar sedang, 0,5 – 1,5 tercemar ringan, dan 1,5 – 3,0 tercemar sangat ringan. Dari penjelasan tersebut jika nilai koefisien saprobitas semakin rendah maka tingkat pencemaran bahan organik dan anorganik akan semakin berat dan sebaliknya apabila nilai koefisien saprobitas semakin tinggi maka tingkat pencemaran bahan organik dan anorganik akan semakin ringan pula.

Nilai koefisien saprobitas yang tertinggi berada pada stasiun 1 dan 2 dengan nilai koefisien 0,76 dan 0,88, pada stasiun ini tingkat pencemarannya ringan dengan fase saprobik β- mesosaprobik dan bahan pencemarnya adalah Organik dan Anorganik. Sedangkan nilai Koefisian Saprobitas yang terendah berada pada stasiun 3 dan 4 dengan nilai Koefisien Saprobitas 0,228 dan 0,114, pada stasiun ini tingkat pencemarannya sedang dengan fase saprobik β/α-mesosaprobik dan bahan pencemarnya adalah huruf kecil.

Stasiun 1 dan Stasiun 2 yang mempunyai nilai koefisien saprobitas tinggi disebabkan karena pada kedua Stasiun ini memiliki arus yang cukup deras sehingga bahan pencemar organik dan anorganik lebih terbawa arus dibandingkan dengan mengendap atau tinggal di sekitar Stasiun 1 dan 2. Tapi nilai Koefisien pada stasiun 1 lebih rendah dibandingkan pada Stasiun 2, ini dikarenakan pada stasiun ini masih terdapat sedikit sampah rumah tangga yang sengaja dibuang oleh masyarakat, juga pada stasiun ini dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan mandi dan mencuci. Sedangkan pada stasiun 3 dan 4 nilai koefisien cenderung lebih rendah, ini dikarenakan stasiun ini

memiliki arus yang lambat sehingga bahan pencemar akan tinggal dikedua Stasiun ini. Stasiun 4 lebih rendah dibandingkan dengan stasiun 3 dikarenakan pada stasiun ini terjadi aktivitas pengerukan sehingga bahan pencemar organik dan anorganik yang tadinya mengendap di dalam tanah perairan akan bercampur kembali bersama dengan air.

Berdasarkan data yang diperoleh dimana pada stasiun 1 memiliki nilai saprobitas 0,76, stasiun 2 memiliki nilai saprobitas 0,88, stasiun 3 memiliki nilai saprobitas 0,228, dan stasiun 4 memiliki nilai saprobitas 0,114. Maka dapat disimpulkan bahwa perairan sungai Muraki telah tercemar ringan dan tercemar sedang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kelimpahan plankton di Sungai Muraki disebabkan oleh faktor bahan pencemar seperti kandungan limbah organik maupun limbah anorganik, dengan semakin tingginya limbah organik maka plankton akan semakin melimpah pula karna bahan organik tersebut dapat diserap oleh tubuh, sedangkan semakin banyak limbah anorganik maka kelimpahan mereka semakin banyak pula karena predator mereka tidak dapat tahan dengan toksik yang terkandung pada perairan. 2. Hasil analisis tingkat pencemaran didapatkan bahwa nilai pH pada masing-masing stasiun berkisar antara 24ºC sampai 34ºC, nilai pH berkisar antara 5-7.

3. Stasiun yang paling tinggi tingkat pencemarannya berada pada stasiun 1 dan stasiun yang paling rendah tingkat pencemarannya berada pada stasiun 3.

(7)

Effendi, H., 2003. Telaah kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Fukuyo, Y. 2000. Red Tide Microalga. (Online) fukuyo@mail.ecc.u- tokyo.ac.jp. Diakses tanggal 9 November 2013.

Hutabarat, S dan Evans, S.M.. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Jhon, D.M., B.A. Whitton, & A.J. Brook.2002. The Freshwater Alga Flora of the British Isles. Cambridge: The United Kingdom at the University Press.

Koesoebiono. 1987. Metode Dan Tekhnik Pengukuran Biologi Perairan. Bogor: Kursus Amdal angkatan V.

Lee, C.D., S.B. Wang, and C.L. Kuo. 1987. Benthic Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicator of Water Quality with Reference to Community Diversity Development Countries. Bangkok. P. 233.

Morganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat dari beberapa prinsip- prinsip perlindungan konsumen jelas penggunaan klausul baku pada karcis retribusi spot foto wisata di Wisata Watu Bale ini belum memiliki

(1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah permintaan terhadap

Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki perubahan tutupan lahan dan untuk mendapatkan intersepsi kanopi di DAS Lesti, dan untuk menghasilkan pemodelan curah

Bahagian ini menerangkan metod y a n g digunakan dalam proses pembangunan sistem pakar iaitu Metod Kejuruteraan Pengetahuan (Durkin 1994) yang terdiri enam (6)

ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat melihat efektivitas pelaksanaan anggaran dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasi dari

Jika Anda menyambungkan telepon ke komputer kantor menggunakan USB atau sambungan Bluetoothâ„¢, Anda dapat menggunakan sambungan ini ke komputer untuk mengakses jaringan dan

[r]

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation