• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG JENJANG KARIR DI RSUD TUGUREJO SEMARANG. Mutinik*), Mona Saparwati **), M. Imron Rosidi **)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG JENJANG KARIR DI RSUD TUGUREJO SEMARANG. Mutinik*), Mona Saparwati **), M. Imron Rosidi **)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG JENJANG KARIR DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Mutinik*), Mona Saparwati **), M. Imron Rosidi **) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staff Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staff Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya. Departemen kesehatan Republik Indonesia bersama PPNI telah mengeluarkan pedoman jenjang karir perawat. RSUD Tugurejo menerapkan sistem jenjang karir mulai tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran persepsi perawat tentang jenjang karir di RSUD Tugurejo Semarang. Studi dilakukan adalah deskriptif desain cross sectional pada 79 perawat menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat tentang jenjang karir di RSUD Tugurejo Semarang baik dengan hasil 75% baik. Hasil penelitian dari tingkatan jenjang karir perawat sebagian besar baik sebanyak 48 responden (60,8%), manfaat jenjang karir perawat sebagian besar baik sebanyak 55 responden (69,6%), standar kompetensi jenjang karir perawat sebagian besar baik sebanyak 40 responden (50,6%), mekanisme kenaikan jenjang perawat sebagian besar kurang baik sebanyak 46 responden (41,8%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran kepada rumah sakit untuk memberikan dorongan kepada perawat untuk semangat dalam mengikuti mekanisme kenaikan jenjang karir.

Kata kunci : Persepsi, Jenjang Karir, Perawat

ABSTRACT

Nursing career development is a planning and implementation of a career plan that can be used for the placement of nurses in accordance with the level of expertise. Department of Health of Republic of Indonesia together with PPNI have issued the guidelines for nursing careers. RS Tugurejo has implemented a career level system began in 2014. The purpose of this study was to determine the description of nurses perception about career level at RSUD Tugurejo Semarang. This study used descriptive approach with cross sectional design of the 79 respondents using a questionnaire.

The results show the nurse's perception about the nurse's perception about the career level of nurses is mostly good by 75%, the level of career mostly good by 48 respondents (60,8%), the perception of nurses about the benefits of nurse career is mostly good by 55 respondents (69.6%), the nurse's perception about competency standards of nurse career is mostly good by 40 respondents (50,6%), the nurse's perception about the mechanism of nurse career development is mostly poor as many as 46 respondents (58.2%).

Based on the results of this research, the advice to hospital is to improve the implementation within the nurses competency and encourage the nurses to follow the mechanism of the development in career level.

(2)

PENDAHULUAN

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60% (Swansburg, 2000)..

Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat (Marquis & Huston, 2010). Sistem yang dikembangkan mengacu pada aturan yang diperuntukan bagi pegawai negeri sipil (PNS), berdasarkan SK Menpan No. 94/KEP/ M.PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka kreditnya (Depkes, 2006).

Secara umum manfaat penerapan sistem jenjang karir menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) adalah mengembangkan prestasi pegawai, mencegah pegawai minta berhenti karena pindah kerja, meningkatkan loyalitas pegawai, memotivasi pegawai agar dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya, mengurangi subjektivitas dalam promosi, memberi kepastian hari depan, mendukung organisasi memperoleh tenaga yang cakap dan terampil melaksanakan tugas.

Sejalan dengan itu pula, secara praktik beberapa rumah sakit di Indonesia telah menetapkan sistem jenjang karir berdasar kompetensi sesuai kebutuhan masing-masing, misalnya Rumah Sakit (RS) Imanuel Bandung,

RS PGI Cikini Jakarta dan RS Jantung Harapan Kita Jakarta. Sistem jenjang karir yang telah dilaksanakan di RS Imanuel Bandung menggunakan penjenjangan perawat klinik (PK) mulai dari PK 1, 2, 3, 4 dan 5; perawat manajer (PM) mulai dari PM 1, 2, 3 dan PM 4; perawat pendidik (PP) mulai dari PP 1, 2 dan PP 3; serta perawat riset (PR) yang terdiri dari PR 1 dan 2. Evaluasi terhadap sistem ini dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan meningkat, khususnya pelayanan keperawatan (Susana, 2007).

Survey pada suatu Rumah Sakit Umum Daerah di Jawa Tengah oleh mahasiswa residensi dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI tahun 2009 menjelaskan bahwa 58,33% kepala ruangan menyatakan perlu adanya pengembangan karir bagi perawat, sedangkan 52% perawat pelaksana menyatakan belum memahami tentang sistem jenjang karir, sehingga pada saat itu disepakati adanya masalah; kurang optimalnya pola pengembangan karir keperawatan di rumah sakit tersebut (Linggardini, 2009). Data hasil survey tahun 2010 di rumah sakit yang sama menyatakan bahwa 88,6% kepala ruang dan 94,3% ketua tim/perawat pelaksana menyatakan perlu adanya jenjang karir perawat klinik. (Suroso, 2010).

Departemen kesehatan Republik Indonesia bersama pihak terkait dalam hal ini PPNI telah mengeluarkan pedoman jenjang karir perawat. Pedoman tersebut di dalamnya mengatur empat jalur karir yang dapat ditempuh oleh perawat meliputi, perawat klinik, perawat menajer, perawat pendidik dan perawat peneliti (Depkes, 2006). RSUD Tugurejo sejak tahun 2013 mulai menerapkan sistem jenjang karir dengan mengacu pada ketentuan Direktorat Keperawatan Depkes RI dan Standar Kompetensi Perawat Indonesia dari PPNI. RSUD Tugurejo memiliki ketetapan dalam penerapan sistem jenjang karir dengan mengatur jenjang karir perawat klinik sebagai berikut :

(3)

Perawat Pra PK, PK I dibagi menjadi PK I A dan PK I B; PK II dibagi menjadi PK II A dan PK II B; PK III di bagi menjadi PK III A, PK III B, PK III C, PK III D, dan PK IIIE; sedangkan untuk PK IV dibagi menjadi menjadi PK IV A, PK IV B, PK IV C, dan PK IV D. Perawat dengan masa kerja 0-1 tahun baik dengan pendidikan formal D III Keperawatan, D.IV Keperawatan dan S1 Keperawatan+Ners ditetapkan sebagai Perawat Pra PK, hal ini dikarenakan selama 1 tahun perawat baru tersebut masih dalam masa orientasi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada perawat di RS Tugurejo, bahwa sudah dilakukan proses kredensial terhadap semua perawatnya, dengan melihat tingkat pendidikan dan masa kerja selama di RSUD Tugurejo. Perawat yang sebelumnya punya pengalaman/masa kerja di Rumah Sakit/instansi lain selain di RSUD Tugurejo tidak dapat menggunakan dasar masa kerja dalam proses kredensial. Perawat ada yang mengatakan belum mendapatkan manfaat/hasil dari penjenjangan karir yang telah dilakukan seperti pemberian insentif atau promosi jabatan. Beberapa perawat mempersepsikan bahwa jenjang karir adalah level dari pekerjaan, ada juga yang mengatakan bahwa jenjang karir itu dimulai dari rendah kemudian meningkat secara bertahap, selain itu ada juga yang mempersepsikan jenjang karir yang ada hanya formalitas. Hal ini akan mengakibatkan perawat kurang bersemangat dalam mengikuti proses jenjang karir dan akan berdampak pada terhambatnya proses dalam penerapan sistem jenjang karir yang ada di RSUD Tugurejo Semarang.

Rumusan Masalah

“Bagaimana Gambaran Persepsi Perawat Tentang Jenjang Karir di RSUD Tugurejo Semarang?”

Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran persepsi perawat tentang jenjang karir dalam di RSUD Tugurejo Semarang.

Manfaat Penelitian

Dapat sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pimpinan rumah sakit dalam mengambil keputusan penerapan system jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Memberi tambahan informasi mengenai persepsi pengembangan karir khususnya pada perawat bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai topik yang serupa.

METODOLOGI Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2010)

Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 21-23 Januari 2016 diruangan Mawar, Anggrek, Amarilis, Kenanga, Dahlia dan Nusa Indah RSUD Tugurejo Semarang.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang ada di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 383 perawat.

Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah dibulatkan menjadi 79 responden.

Pengumpulan Data Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner

(4)

Analisa Data Analisa univariat

Analisa univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi untuk mengukur persepsi perawat tentang jenjang karir.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Persepsi Perawat tentang Jenjang Karir di RSUD Tugurejo

Tabel 1

Gambaran persepsi perawat tentang jenjang karir di RSUD Tugurejo Semarang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 3 75

Kurang Baik 1 25

Jumlah 4 100

Tabel 2

Gambaran persepsi perawat tentang tingkatan jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik

48

60,8

Kurang Baik

31

39,2

Jumlah

79

100

Tabel

3

Gambaran persepsi perawat tentang manfaat jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 55 69,6

Kurang Baik 24 30,4

Jumlah 79 100

Tabel 4

Gambaran persepsi perawat tentang standar kompetensi jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 40 50,6

Kurang Baik 39 49,4

Jumlah 79 100

Tabel 5

Gambaran persepsi perawat tentang mekanisme kenaikan jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 33 58,2

Kurang Baik 46 41,8

Jumlah 79 100

PEMBAHASAN

A. Gambaran Persepsi Perawat Tentang Jenjang Karir Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lamanya Kerja, Level Jenjang Karir di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang jenjang karir perawat berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin,

pendidikan, lamanya kerja dan level jenjang karir.

Hasanudin,dkk (2013) mengatakan bahwa pendidikan, masa kerja dan pelatihan mempunyai hubungan dengan upaya pengembangan karir perawat di Rumah Sakit. Sebagaiamana yang ditemukan peneliti di RSUD Tugurejo bahwa pegawai yang memiliki masa kerja lebih dari lima tahun memiliki tingkat persepsi yang baik yaitu sebesar 75% , sedangkan yang memiliki tingkat masa kerja kurang dari lima tahun memiliki tingkat persepsi yang baik sebanyak 68%. Hal ini tidak

(5)

terlepas dari kebijakan rumahsakit yang mengatur jenjang karir berdasarkan lamyanya kerja sehinga orang dianggap senior atau yang lebih lama bekerja memiliki tingkat kepuasan persepsi yang lebih baik dibandingkan yang baru.

Robins (2008) mengatakan bahwa pengembangan karir merupakan usaha formal untuk meningkatkan/menambah

pengetahuan yang diharapkan berdampak pada pengembangan dan perluasan wawasan yang membuka kesempatan bagi pekerja untuk mendapatkan posisi/jabatan yang memuaskan. Jadi tingkat persepsi yang bagus dialam jenjang harus diusahakan secara aktif, dengan tidak sekedar menunggu kematangan bersamaan dengan pertambahan usia. Di samping itu, posisi/jabatan yang tidak boleh sekedar ditunggu tetapi harus diperjuangkan oleh perawat, pemerintah dan rumahsakit, dalam hal ini RSUD Tugurejo Semarang. B. Gambaran Persepsi Perawat

tentang Jenjang Karir di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang jenjang karir di RSUD Tugurejo yaitu sebanyak 3 sub variabel dengan hasil baik. Menurut Chaplin (2008), persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Robbins (2010) mengemukakan bahwa adanya perbedaan karakteristik dalam diri individu akan menimbulkan perbedaan pula di dalam mempersepsikan pengembangan karir. Selain itu perawat yang mempersepsi pengembangan karirnya secara positif cenderung mempunyai sikap kerja yang baik dan kepuasan kerja

yang tinggi, sehingga akan menghindari berbagai sikap dan perilaku kerja yang menghambat pencapaian tujuan organisasi. Dua proses yang perlu dijaga persepsi yang bagus dalam jenjang karir di RSUD tugurejo adalah bagaimana perawat merencanakan dan mengimplementasikan tujuan karir perawat sendiri (perencanaan karir) dan bagaimana rumah sakit

mendesain dan

mengimplementasikan program pengembangan karir perawat (manajemen karir).

1. Gambaran persepsi perawat tentang tingkatan jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang tingkatan jenjang karir perawat yaitu sebanyak 48 responden (69,6%). Menurut Depkes RI (2006) bahwa sistem jenjang karir ditentukan dengan tingkat pendidikan dan masa kerja. Perawat Klinik I (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau Ners. Perawat Klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D -III. Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-II. Perawat Klinik III (competent) adalah perawat lulusan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners Perawat Klinik IV (Proficient) adalah Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidik padaan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners Spesialis dengan

(6)

pengalaman kerja 2 tahun, dan memiliki sertifikat PK memiliki sertifikat PK-IV, atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun. Perawat Klinik V (Expert) adalah Ners spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun, dan memiliki sertifikat PK-V.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin,dkk (2013) menunjukkan bahwa pendidikan, masa kerja dan pelatihan mempunyai hubungan dengan upaya pengembangan karir perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

2. Gambaran persepsi perawat tentang manfaat jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang manfaat jenjang karir perawat yaitu sebanyak 55 responden (69,6%). Manfaat jenjang karir menurut persepsi perawat dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana, dan menurut Marquis & Huston (2010) pengembangan karir adalah perencanaan dan implementasi rencana karir dan dapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan individu dan pegawai. Penciptaan tangga karir dan program melanjutkan pendidikan oleh organiasi juga dapat mengarah pada pemberdayaan perawat (Laschinger & Havens, 1996 dalam Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir juga bermanfaat untuk memperbaiki moral perawat melalui kepuasan

kerja akibat pekerjaan yang dilakukan.

Organisasi dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya memberikan pekerjaan kepada pekerja untuk hidup mereka, tetapi organisasi atau perusahaan dapat menawarkan ketrampilan yang berguna dan memungkinkan karyawan bertahan dalam kondisi yang kacau. Pengembangan karir yang paling mendasar adalah program perencanaan financial yang kemungkinan akan sangat menguntungkan karyawan (Neubaeur,1995 dalam Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir klinik memungkinkan adanya penghargaan dalam bentuk kenaikan jenjang dan peningkatan penghasilan sebagai dampak dari terpenuhinya kompetensi yang diharapkan (Swansburg, 2000). Sistem jenjang karir klinik dengan peningkatan kompleksitas kompetensi mengandung konskuensi dan tanggung jawab yang semakin besar pada tiap levelnya. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai tantangan bagi perawat untuk terus berkembang dan mengurangi kebosanan dalam pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Robins (2006), bahwa pekerjaan yang sedikit tantangan akan menimbulkan kebosanan.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Suroso (2011) di RSUD Banyumas menunjukkan bahwa persepsi tentang jenjang karir yang meliputi pengembangan karir, penghargaan, pengakuan berhubungan dengan kepuasan kerja dan kinerja perawat. Sejalan dengan hasil penelitian Trialfian (2011) yang dilakukan di rumah sakit se-Karesidenan

(7)

Surakarta bahwa semakin tinggi adanya kesempatan pengembangan karir, maka semakin tinggi pula kinerja karyawan.

3. Gambaran persepsi perawat tentang standar kompetensi jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang standar kompetensi jenjang karir perawat yaitu sebanyak 40 responden (50,6%). Penetapan kompetensi perawat Indonesia mengacu pada ketentuan Standar RSUD Tugurejo dalam penerapan jenjang karir didapatkan jumlah perawat dengan kompetensi PK I sebanyak 181 perawat, PK II sebanyak 116 perawat, PK III sebanyak 52 perawat dan PK IV sebanyak 3 perawat. Hal ini menjadikan ketimpangan dalam pelaksanaan kompetensi perawat dimana menurut teori “From Novice to Expert” menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi : (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) Competent, (4) Proficient, dan (5) Expert.

Selain itu dalam pedoman jenjang karir Depkes RI 2006 dijelaskan bahwa perawat dengan PK II melaksanakan tugas sebagai pembimbing bagi PK I, perawat PK III melaksanakan tugas sebagai pembimbing bagi PK II, perawat PK IV melaksanakan tugas sebagai pembimbing bagi III, begitu juga untuk perawat PK V melaksanakan tugas sebagai pembimbing/mentor bagi PK IV.

. Hasil pemetaan jenjang karir dengan jumlah PK IV sebanyak 3 orang bertugas membimbing PK III sebanyak 52 perawat, sehingga perbandingan dalam membimbing adalah 1 : 17. Hal ini akan mengakibatkan kurang optimal dalam pembimbingan yang dilakukan.

4. Gambaran persepsi perawat tentang mekanisme kenaikan jenjang karir perawat di RSUD Tugurejo Semarang

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi yang kurang baik tentang mekanisme kenaikan jenjang karir perawat yaitu sebanyak 46 responden (58,2%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat masih belum memahami tentang mekanisme kenaikan jenjang karir perawat. Mekanisme kenaikan jenjang karir perawat menurut Depkes RI (2006) adalah uji kompetensi jenjang karir SDM Keperawatan dilakukan pada saat rekrutmen dan pengembangan SDM Keperawatan yang sedang bekerja di Rumah Sakit. Pada tahap awal uji kompetensi difokuskeman untuk perawat klinik. Proses pelaksanaannya dibagi dalam empat tahap, yaitu tahap pendaftaran, tahap Proses Pemenuhan Kompetensi, ujian kompetensi dan Penetapan Jenjang Karir yang Baru.

Hasil penelitian Wahyuningtyas (2008-2009) di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus menunjukkan bahwa uji kompetensi dilakukan untuk peningkatan jenjang karir perawat dan motivasi perawat untuk mengikuti uji kompetensi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan uji kompetensi.

(8)

C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya. Keterbatasan pelaksanaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pada metode penelitian dimana pada purposive sampling belum dijabarkan untuk

kriteria inklusinya. Selain itu juga dalam penelitian deskriptif ini dapat mengunaan jenis penelitian kualitatif agar dapat mengetahui perasaan perawat atas harapan tentang jenjang karir.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Persepsi Perawat Tentang Jenjang Karir di RSUD Tugurejo Semarang maka peneliti menyimpulkan :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat berpersepsi bahwa jenjang karir perawat berbanding lurus dengan hasil dari jenjang pendidikan dan lama masa kerja perawat.

2. Persepsi perawat tentang jenjang karir sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahan tentang manfaat dan standar kompetensi yang dipakai serta akumulasi dari apresiasi yang didapatkan ditempat dia bekerja.

SARAN

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk dapat

memberikan motivasi kepada para perawat akan bersemangat dalam mengikuti proses mekanisme kenaikan jenjang karir misalnya memberikan reward yang berbeda kepada perawat klinik dimana semakin tinggi level jenjang karir maka akan mendapat reward yang lebih tinggi. Selain itu agar

Rumah Sakit dapat

mempertimbangkan pengalaman kerja perawat yang masuk kerja di RSUD Tugurejo sehingga tidak ada kesenjangan dalam bekerja antara perawat dengan level PK I, PK II maupun PK III.

Diharapkan Peneliti selanjutnya menggunakan metode penelitian yang lebih baik. Selain itu peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan jenis kualitatif agar dapat mengetahui perasaan perawat atas harapan tentang jenjang karir.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, S. (2010). ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

[2] Depkes RI. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 836/MENKES/SK/VI/2005 tentang

Pedoman pengembangan

manajemen kinerja perawat dan bidan. Jakarta : Depkes RI

[3] Depkes RI (2004).Rancangan pedoman pengembangan sistem jenjang karir profesional perawat,. Jakarta: Direktorat Keperawatan dan

keteknisian Medik Dirjen Yan Med Depkes RI.

[4] Gustini. (2007). Jenjang Karir.

Available at :

http://pkko.fik.ui.ac.id/ diakses tanggal 10 November 2015.

[5] Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

[6] Marquis, B.L. & Huston, C., J. ( 2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: teori & aplikasi, ed 4, alih Bahasa, Widyawati dkk, Editor edisi

(9)

bahasa IndonesiaEgi komara yuda dkk, Jakarta: EGC

[7] Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

[8] Nurhidayah. (2005). Sistem Pengembangan Karir Perawat. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatra Utara, Vol.1, 24-30. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara

[9] Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

[10] Nursalam dan Efendi. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

[11] Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa: Yasmin Asih. Edisi 4. Jakarta : EGC

[12] Robbins. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta : Indeks

[13] Saragih. (2013). Hubungan jenjang Karir dengan Kepuasan Kerja Perawat di RS Santo Barromeus Bandung. STIkes Santo Borromeus, Jul i 2013.

[14] Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta ; Nuhan Medika

[15] Sirait. (2010). Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta : Grasindo.

[16] Sulistiyani, A.T. & Rosidah (2003). Manajemen sumber daya manusia: konsep, teori dan pengembangan dalam konteks organisasi publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[17] Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC [18] Suroso. (2011). Hubungan

Persepsi tentang Jenjang Karir dengan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat RSUD Banyumas. Tesis. Jakarta : UI.

[19] Suroso. (2011). Penetapan Sistem Jenjang Karir Berdasarkan Kompetensi Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit. Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011

[20] Susana. (2007). Pola Pelatihan Perawat Fungsional di RS Immanuel Bandung. Materi Semiloka di RSKD Jakarta.

[21] Waidi. (2006). The Art Of Re-Engineering Your Mand For Success. Jakarta : Elex Media Komputindo.

[22]

Widayatun. (2005). Ilm

u

Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

UH: Natašine lepinjice Proteini: Svinjsko meso suvo Proteini: Pečurke  Skuvati kiseo kupus sa suvim mesom za 3 puta  Juneći gulas 3x (750g mesa)  Napraviti ćušpajz od

Dipimpin oleh seorang dokter umum atau dokter spesialis sesuai dengan bidangnya yang bekerja penuh (tidak merangkap pada unit kerja lain) dan telah mempunyai Surat Izin Praktik

Pengujian spesimen uji impact juga menunjukkan bahwa pada komposit epoxy dengan serat pelepah lontar sebagai penguat menunjukkan bahwa mekanisme patahan yang terjadi pada

Demonstrasi ilmu tingkat tinggi melalui perantaraan poci arak sangat menakjubkan, segala gerakan yang dilakukan para tokoh kosen ini merupakan intisari dari seluruh ilmu silat mereka

Terdapat dua kelompok pasien GERD, yaitu pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)

L TK KARTIKA

Keadaan bentuk muka bumi yang berbukit – bukau akan menghasilkan cerun - cerun semulajadi. Cerun semulajadi adalah stabil dan kurang mengalami risiko kegagalan. Namun,

atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991 dalam Hidayat). Dengan demikian keterampilan dasar