• Tidak ada hasil yang ditemukan

BLUEPRINT DALAM IMPLEMENTASI HUMAN RESOURCE INFORMATION SYSTEM (HRIS) SAP SUB MODUL TIME MANAGEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BLUEPRINT DALAM IMPLEMENTASI HUMAN RESOURCE INFORMATION SYSTEM (HRIS) SAP SUB MODUL TIME MANAGEMENT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BLUEPRINT DALAM IMPLEMENTASI

HUMAN RESOURCE INFORMATION

SYSTEM (HRIS) SAP SUB MODUL TIME

MANAGEMENT

Debby Citra

1

, Ira Apriliana

2

, Sampad Putra

3

, Win Ce

4

1,2,3,4

School of Information Systems Bina Nusantara University Jl. K.H. Syahdan 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat

[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this writing is to produce Blueprint for the implementation of Human Resources Information System (HRIS) SAP sub module Time Management. Research methodology used in producing this Blueprint consists of two methods, there are analysis method and designing method. Analysis method uses Object Oriented Analysis to analyze business process and Fit Gap Analysis in analysing system requiremenst. Design method used in producing Blueprint is Unified Modelling Languange (UML). The result gained from this Blueprint is the analysis of business requirements and system requirements that used as the basic in designing HRIS SAP sub module Time Management. As conclusion, Blueprint will be the first step and basic in doing a system configuration of HRIS SAP sub module Time Management.

Keywords: Blueprint, HRIS, SAP, Time Management

ABSTRAK

Tujuan penulisan adalah menghasilkan Blueprint untuk implementasi Human Resource Information System (HRIS) SAP sub modul Time Management. Metodologi penelitian yang digunakan dalam membuat Blueprint terdiri dari dua metode, yaitu metode analisis dan metode perancangan. Metode analisis menggunakan Object Oriented Analysis dalam menganalisis proses bisnis dan Fit Gap Analysis dalam menganalisis kebutuhan sistem. Metode perancangan yang digunakan pada pembuatan Blueprint adalah Unified Modelling Languange (UML). Hasil yang dicapai dari pembuatan Blueprint ini adalah analisis dari kebutuhan bisnis dan kebutuhan sistem yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan perancangan HRIS SAP sub modul Time Management. Simpulan yang didapat adalah Blueprint akan menjadi landasan dalam melakukan konfigurasi sistem HRIS SAP sub modul Time Management.

(2)

PENDAHULUAN

Pada era teknologi informasi sekarang ini, penggunaan teknologi informasi banyak membantu manusia dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Menurut Docksai, R. (2011) “Teknologi dapat berkontribusi untuk memecahkan banyak permasalahan yang ada di dunia, mulai dari kekurangan sumber daya sampai pada krisis keuangan”. Salah satu faktor penting yang berkontribusi dalam hal ini yaitu sumber daya manusianya.

Berdasarkan kutipan koran yang dipublikasikan dalam Database jurnal ProQuest

Entrepreneurship berjudul People power is best asset “Manusia atau people merupakan aset terbesar

dari setiap perusahaan. Aset terbesar dari suatu perusahaan atau organisasi tidak akan ditemukan di neraca laporan keuangan. Karena aset terbesar tersebut merupakan passion, enterprise, dan expertise dari sumber daya manusianya.” (Rae, 2012). Sehingga dengan didukung penggunaan teknologi informasi untuk pengelolaan sumber daya manusia dengan baik tentu akan mendukung keberlangsungan dan kemajuan perusahaan.

Salah satunya adalah pengelolaan terhadap waktu “time management” dari sumber daya manusia. Menurut Alsarayreh et al., (2012: 3) “Pengelolaan waktu yang baik berguna dalam menyediakan sumber daya dan pengaturan biaya dalam suatu organisasi.” Membangun sumber daya manusia yang baik membutuhkan proses dengan investasi yang besar namun pada akhirnya memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi bagi organisasi.

Di dalam suatu organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang besar, peran sistem informasi akan sangat membantu dalam pengelolaannya. Troshani, Jerram, & Hill (2011) mengatakan bahwa Human Resources Information Systems (HRIS) menjadi semakin penting dalam membantu organisasi mengelola sumber daya manusianya secara efektif.

Pengimplementasian Human Resource Information System (HRIS) SAP dengan salah satu sub modul Time Management merupakan solusi untuk pengelolaan waktu sumber daya manusia.

METODE PENELITIAN

Metodologi implementasi yang digunakan menggunakan metode Accelarated SAP (ASAP). Menurut Batni (2008) dari perusahaan konsultan Comter, ASAP Roadmap terdiri dari:

a. Project Preparation b. Business Blueprint

c. Realization

d. Final Preparation

e. Go-live, support, and continuous improvement

Metode yang digunakan berfokus pada tahapan business blueprint yang membahas proses bisnis as is perusahaan, requirement, proses bisnis to be, serta solusi perancangan sistem yang menjadi dasar dilakukannya konfigurasi sistem HRIS SAP sub modul Time Management.

Analisis kebutuhan bisnis dan kebutuhan sistem time management menggunakan fit gap

analysis. Menurut Pol & Paturkar (2011), fit gap analysis adalah metodologi yang digunakan oleh

proses dan system function sebuah enterprise yang kemudian akan dibandingkan, dievaluasi, dan dijabarkan dengan tujuan untuk melihat hal-hal yang sesuai (fits) dan hal-hal yang tidak sesuai (gaps).

HASIL DAN BAHASAN

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan Blueprint dimulai dengan proses analisis. Proses analisis ini berfokus kepada proses bisnis as is pada sub modul Time Management terutama pada Work Schedule, Substitution, Overtime, Absence, Attendance, Clock In Clock Out, Public

Holiday. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan dilakukan analisis terhadap masalah atau

kekurangan pada proses bisnis as is. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan dideskripsikan kebutuhan bisnis daripada perusahaan yang diharapkan dapat diterapkan pada proses bisnis to be. Kemudian dengan menggunakan metode Fit Gap Analysis, dilakukan analisis terhadap kebutuhan bisnis dan kebutuhan sistem untuk melihat kecocokan (fit) dan kesenjangan (gap) yang terjadi antara proses bisnis, sistem, dan requirement. Selanjutnya, berdasarkan analisis terhadap masalah yang sebelumnya telah dilakukan, akan diberikan solusi untuk masing-masing masalah tersebut, yang kemudian keseluruhan hasil analisis dan solusi akan dijadikan sebagai dasar perancangan sistem HRIS SAP sub modul Time Management.

(3)

Analisis Proses Bisnis

Analisis pada proses bisnis akan dilakukan sebagai proses awal dalam pembuatan

Blueprint. Dengan merujuk pada proses bisnis yang sedang berjalan (As is), hasil analisis akan

membantu dalam menemukan kekurangan dan masalah yang menghambat pada proses bisnis tersebut yang akan dicari solusinya sehingga hal tersebut dapat diatasi pada proses bisnis yang akan dijalankan (to be). Adapun hal yang akan dianalisis berhubungan dengan Time Management adalah :

1. Work Schedule.

Work Schedule dapat didefinisikan sebagai periode dimana setiap karyawan melakukan

pekerjaan sesuai dengan apa yang telah disepakati di awal perjanjian kerja, dengan penempatan waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis perusahaan dan dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.

2. Substitution

Perubahan jadwal kerja karyawan untuk sementara baik permintaan dari karyawan yang ingin melakukan perubahan terhadap jadwal kerja karyawan yang bersangkutan maupun dari perusahaan terkait dengan kelancaran proses produksi yang ada di pabrik, maka akan dilakukan proses perubahan sementara.

3. Overtime

Overtime (lembur) dapat didefinisikan sebagai jam kerja yang dilakukan karyawan di luar

ketentuan waktu kerja karyawan. Waktu kerja karyawan yang dimaksud adalah jadwal kerja yang telah ditentukan oleh atasan langsung.

4. Attendance

Attendance dapat diartikan sebagai kehadiran karyawan di luar kantor untuk kepentingan

perusahaan, contoh: perjalanan dinas, seminar, meeting, training, dan lain-lain. 5. Absence

Absence dapat diartikan sebagai ketidakhadiran karyawan karena alasan pribadi, atau dapat

juga disebut dengan cuti. 6. Clock In Clock Out

Clock in-clock out (CICO) adalah proses recording/absensi kehadiran karyawan.

7. Public Holiday

Public Holiday adalah hari libur nasional/bersama yang ditetapkan oleh perusahaan

berdasarkan kalender yang telah ditentukan oleh pemerintah. Kalender mengenai public

holiday dikeluarkan oleh pemerintah setiap akhir tahun.

Hasil analisis dari proses bisnis as is, serta masalah dan kekurangan yang ditemukan akan dijadikan landasan dalam menentukan kebutuhan bisnis serta proses bisnis to be. Kemudian, perumusan masalah akan dilakukan untuk memudahkan dalam menentukan solusi atas masalah yang telah ditemukan pada proses bisnis as is.

Fit Gap Analysis

Fit Gap Analysis merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan bisnis

dan kebutuhan sistem untuk melihat kecocokan (fit) dan kesenjangan (gap) yang terjadi antara proses bisnis, sistem, dan requirement. Dalam menggunakan metode Fit Gap Analysis ini, diperlukan penerapan proses requirements assessment dan ranking requirements.

Requirements Assessment

Hasil analisis proses bisnis yang telah dilakukan pada sub-modul time management yang terdiri dari work schedule rule, substitution, overtime, absence, attendance, clock

in-clock out dan public holiday, akan dilakukan penilaian terhadap tingkat prioritas pada

masing-masing proses bisnis. Berdasarkan hasil identifikasi dari requirement, akan dilakukan pengkategorian berdasarkan tingkat prioritas tertentu.

Langkah dalam memberikan tingkat prioritas terhadap requirement yang telah diidentifikasi akan dilakukan dengan menggunakan teknik Failure Mode and Effect

Analysis (FMEA) yang merupakan teknik untuk memahami dan memberi prioritas pada failure mode (symptom bug) atau resiko kualitas yang mungkin ada pada fungsi, fitur,

(4)

Kolom FMEA yang digunakan terdiri atas Severity, Priority, dan Likelihood yang masing-masing bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap requirement untuk melihat prioritas dari masing-masing requirement yang telah teridentifikasi sebelumnya. Kriteria yang akan digunakan untuk penilaian pada requirement.

Severity. Kolom ini akan menggambarkan dampak dari kegagalan pada sistem, baik

secara langsung ataupun yang tertunda. Skala yang digunakan dimulai dari skala 1 (terburuk) sampai skala 5 (paling tidak berbahaya).

1. Kehilangan data, kerusakan perangkat keras, atau masalah keamanan.

Menunjukan kegagalan yang terjadi pada sistem atau requirement akan mengakibatkan kehilangan data, kerusakan perangkat keras, atau masalah keamanan.

2. Kehilangan fungsi (tidak ada solusi).

Menunjukan kegagalan yang terjadi pada sistem atau requirement akan mengakibatkan kehilangan penuh terhadap fungsi requirement, serta tidak dapat ditemukan alternatif lain untuk memenuhi requirement tersebut.

3. Kehilangan fungsi (ada solusi).

Menunjukan kegagalan yang terjadi pada sistem atau requirement akan mengakibatkan kehilangan penuh terhadap fungsi requirement, tetapi dapat ditemukan alternatif lain untuk memenuhi requirement tersebut.

4. Kehilangan fungsi parsial.

Menggambarkan kegagalan yang terjadi pada sistem atau requirement akan mengakibatkan fungsi yang diharapkan pada requirement tidak dapat berjalan sepenuhnya.

5. Kosmetik atau trivial.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement bersifat tidak penting.

Priority. Kolom ini akan menjelaskan efek dari kegagalan yang terjadi kepada user,

customer atau operator. Skala yang digunakan dimulai dari skala 1 (terburuk)

sampai skala 5 (paling tidak berbahaya). Dikarenakan nomor ini tidak dapat didefinisikan secara pasti, menurut Rex Black untuk mempermudah staff testing dalam melakukan estimasi pada nomor ini makan perlu untuk melibatkan sales,

marketing, techiniccal support, dan business analyst.

1. Kehilangan total dari nilai sistem.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan

user sama sekali tidak dapat menggunakan fungsi dari sistem atau requirement.

2. Kehilangan yang tidak bisa diterima dari nilai sistem.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan sistem tetap dapat berfungsi namun user sistem akan kehilangan fungsi dari sistem atau requirement.

3. Kehilangan yang mungkin dapat diterima pada nilai sistem.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan beberapa fungsi sistem tidak dapat berjalan dan dibutuhkan oleh user, namun kegagalan tersebut masih dapat diterima oleh user.

4. Kehilangan yang dapat diterima pada nilai sistem.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan beberapa fungsi sistem tidak dapat berjalan namun kegagalan tersebut dapat diterima oleh user.

5. Kehilangan yang dapat diacuhkan pada nilai sistem.Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan beberapa fungsi sistem tidak dapat berjalan dan kegagalan tersebut tidak mempengaruhi user.

Likelihood. Kolom ini akan menjelaskan kerentanan dari keberadaan produk, di luar

proses pengembangan saat ini, dan gangguan pada operasi user. Skala yang digunakan dimulai dari skala 1 (paling rentan) sampai skala 5 (paling jarang). 1. Pasti mempengaruhi semua user.

(5)

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan semua user yang berkaitan dengan sistem atau requirement tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas operasional.

2. Sepertinya akan mempengaruhi beberapa (banyak) user.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement mungkin mengakibatkan beberapa (banyak) user yang berkaitan dengan sistem atau

requirement tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas operasional.

3. Dapat mempengaruhi beberapa (banyak) user.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement mengakibatkan beberapa (banyak) user yang berkaitan dengan sistem atau requirement tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas operasional.

4. Pengaruh terbatas pada beberapa (sedikit) user.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement mengakibatkan beberapa (sedikit) user yang berkaitan dengan sistem atau requirement tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas operasional.

5. Tidak dapat dibayangkan dalam penggunaan nyata.

Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement mengakibatkan user yang berkaitan dengan sistem atau requirement tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas operasional dengan jumlah user yang tidak dapat diidentifikasi.

Hasil penilaian pada masing-masing requirements yang telah dilakukan pada FMEA, akan dijumlahkan dan digunakan dalam penentuan ranking dari masing-masing

requirements pada ranking requirements. Ranking Requirements

Setelah proses ranking assessment pada setiap requirement pada proses bisnis work

schedule rule, substitution, overtime, absence, attendance, clock in-clock out dan public holiday, maka akan dilakukan penentuan peringkat kebutuhan dari masing-masing requirement.

Peringkat kebutuhan terdiri dari tiga yaitu:

a. H = High/Mission Critical Requirements (FMEA Total = 1 - 42)

Requirement yang penting bagi misi organisasi dan mempengaruhi aktivitas

operasional, tanpa requirement ini organisasi tidak dapat berfungsi dengan baik, mencakup kebutuhan pelaporan dalam cakupan internal dan eksternal.

b. M = MEDIUM/Value Add Requirements (FMEA Total = 43 - 84)

Requirement secara signifikan akan membantu peningkatan dalam segi proses. Requirement ini seringkalo bukan merupakan proses bisnis yang berhubungan dengan

misi dari proses bisnis yang dijalankan oleh organisasi, tetap jika dapat dicapai akan menyediakan biaya dan manfaat yang signifikan untuk organisasi.

c. L = LOW/Desirable Requirements (FMEA Total = 85 - 125)

Requirement yang dapat menambah sedikit nilai untuk proses bisnis. Solusi Perancangan Sistem

Hasil analisis pada tahapan sebelumnya akan dijadikan dasar dalam menentukan solusi perancangan sistem yang akan digunakan. Metode Unified Modeling Languange (UML) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan. UML yang dapat digunakan dalam membuat

Blueprint antara lain use case diagram, use case description, class diagram, sequence diagram, user interface, dan activity diagram.

a. Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 69,78-81), use case diagram adalah model UML yang digunakan untuk menunjukkan secara grafik use case dan hubungannya pada setiap aktor.

Simbol dari Use case diagram yaitu :

1. Actor adalah orang yang menggunakan sistem.

2. Use case adalah aktivitas yang dilakukan sistem, biasanya berupa respon dari

(6)

3. Connecting line antara actor dan usecase mengindikasi bahwa actor terlibat dengan usecase tersebut.

4. Automation boundary adalah batasan antara bagian terkomputerisasi dari suatu

aplikasi dan user (pengguna) yang mengoperasikan aplikasi tetapi keduanya merupakan bagian dari sistem secara keseluruhan.

Contoh use case dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 A Simple Use Case with an Actor (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 81)

b. Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 121), informasi rinci untuk setiap use

case dideskripsikan menggunakan use case description. Use case description merupakan

suatu model tekstual yang berisi dan menjelaskan perincian suatu proses untuk suatu use

case.

c. Domain Model Class diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 101-102), class merupakan suatu kategori atau klasifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan sekumpulan dari objek. Masing-masing objek masuk ke dalam satu class. Mahasiswa Mary, Joe, dan Maria masuk ke class Mahasiswa.

Class yang mendeskripsikan sesuatu dalam problem domain disebut domain class. Domain class memiliki atribut dan asosiasi. Multiplicity diterapkan diantara class. UML class diagram digunakan untuk menunjukkan class dari objek untuk suatu sistem. Domain model class diagram merupakan satu jenis dari UML class diagram yang menunjukkan

hal-hal dari sisi user problem domain.

Didalam class diagram, persegi merepresentasikan class, garis penghubung diantara persegi tersebut menunjukkan asosiasi antara class. Gambar 1.2 menunjukkan simbol untuk

single domain class: Customer. Dan gambar 1.3 menunjukkan contoh simple domain model class diagram. Summary notasi multiplicity dapat dilihat pada gambar 1.4.

(7)

Gambar 1.2 Simbol UML Domain Class dengan Nama dan Atribut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 101)

Gambar 1.3 Simple Domain Model Class Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 102)

Gambar 1.4 Notasi UML untuk Multiplicity dari Asosiasi (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 102)

d. Three Layer Sequence diagram

Satzinger, Jackson, & Burd (2009: 252-253, 433-436) Sequence diagram merupakan jenis diagram interaksi yang menunjukkan interaksi diantara objek. Didalam three layer

sequence diagram terdiri dari view layer, business layer, dan data access layer seperti

dapat dilihat pada gambar 1.5. Three layer sequence diagram menggambarkan urutan pesan antara actor dengan layer-layernya yang dibuat berdasarkan use case. Gambar stick merepresentasikan actor, garis putus-putus merupakan lifeline yang menunjukkan durasi dari objek, activation lifeline yang digambarkan dengan persegi panjang kecil menunjukkan durasi dari eksekusi method (dengan kata lain, waktu aktifnya method).

Satzinger, Jackson, & Burd (2009: 434), input messages/pesan bisa single bisa juga banyak. Input messages bisa memiliki parameter ataupun tidak. Ada juga Loop frames, Alt

(8)

pesan didalam perulangan. Alt frame menyerupai if-then-else statement atau switch

statement, yang mengizinkan menjalankan beberapa set pesan yang berbeda. Opt frame

merupakan suatu optional/pilihan satu set pesan.

Gambar 1.5 Three-level detailed Sequence Diagram for Create New Customer Use Case (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 435)

e. User interface

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 189), user interface menggambarkan

input dan output yang secara lebih langsung melibatkan system user (pengguna sistem). f. Activity diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 57-58), activity diagram menjelaskan aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan setiap aktivitas, dan aliran secara berurutan dari aktivitas-aktivitas tersebut.

Simbol dari activity diagram yaitu:

1. Swimlane heading merepresentasikan agen yang melaksanakan aktivitas. Dikarenakan

dalam suatu workflow biasanya terdapat beberapa agen yang berbeda melaksanakan langkah-langkah yang berbeda dalam proses workflow, simbol dari swimlane membagi aktivitas-aktivitas dalam workflow ke dalam grup dimana memperlihatkan agen-agen yang melaksanakan aktivitas tersebut.

2. Synchronization bar adalah komponen dari activity diagram yang memisahkan control path ke dalam beberapa concurrent path atau menggabungkan beberapa concurrent path.

3. Activity adalah notasi berbentuk oval yang menggambarkan aktivitas individual dalam

(9)

4. Transition arrow adalah garis penghubung yang merepresentasikan urutan antara

aktivitas .

5. Decision activity adalah simbol berbentuk diamond yang merupakan point

pengambilan keputusan dimana aliran dari sebuah proses akan mengikuti satu path atau path yang lain.

6. Strarting activity adalah point dimana suatu aktivitas dimulai diindikasikan dengan full black dot.

7. Ending activity adalah point dimana suatu aktivitas berakhir.

Simbol dari Activity Diagram dapat dilihat pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Simbol Activity Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 58)

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil analisis proses bisnis yang dilakukan pada tahapan Blueprint, akan menjadi landasan dalam melihat apakah diperlukan perubahan pada proses bisnis to be yaitu penggunaan sistem SAP untuk mendukung proses bisnis pada Human Resource Information System (HRIS), khususnya untuk pengelolaan time management.

Pada tahapan Blueprint, diawali dengan memaparkan kondisi proses bisnis yang sedang berjalan (as is) sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan sistem SAP dengan melakukan analisis menggunakan metode fit gap analysis dengan membandingkan antara requirement dan kemampuan sistem SAP dalam memenuhi requirement tersebut.

Solusi yang ditawarkan berupa to be akan menggunakan use case diagram, use case

description, activity diagram yang berisi alur proses bisnis dan sistem, domain model class diagram

yang berisi rancangan class dan hubungan diantaranya yang dijadikan sebagai salah satu dasar perancangan three layer sequence diagram dimana menggambarkan interaksi antara actor dengan layer-layer yang dibuat berdasarkan use case diagram, beserta user interface (UI). Solusi perancangan tersebut diharapakan dapat memudahkan pihak yang melakukan implementasi tersebut dalam memaksimalkan kinerja sistem SAP secara keseluruhan. Dapat disimpulkan :

1. Hasil analisis terhadap kebutuhan bisnis pada Time Management menjadi pertimbangan dalam perancangan sistem.

2. Fit Gap Analysis memberikan hasil analisis kebutuhan bisnis dengan kebutuhan sistem HRIS SAP

sub modul Time Management sehingga perusahaan dapat mempertimbangkan aspek yang perlu untuk ditingkatkan agar mendukung berjalannya proses bisnis dan sistem HRIS SAP sub modul

Time Management.

Saran-saran yang berguna untuk membantu dalam proses implementasi HRIS SAP agar kinerja sistem dapat dijalankan secara maksimal adalah sebagai berikut :

(10)

1. Penerapan rekomendasi atas proses bisnis yang dijalankan perlu untuk dilakukan berdasarkan hasil dari ranking assessment dan ranking requirement dengan memprioritaskan kondisi yang memiliki

rank category paling tinggi.

2. Memaksimalkan fungsi dari HRIS SAP sub modul Time Management dengan melakukan kontrol dan analisis terhadap sub modul lain yang pada HRIS, seperti Personal Administration, Travel

Management, Training, Organizational Management dan lain-lain.

3. Peningkatan kinerja pada proses bisnis dapat dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antara modul pada HR (contoh: Personal Administration, Travel Management, Training, Organizational

Management, dan lain-lain), dengan modul lain di luar HR (contoh: modul Finance, Procurement,

dan lain-lain).

4. Pengelolaan Knowledge Management dalam menyebarkan informasi kepada semua pihak (contoh : user, project member, internal IT, dan lain-lain) terkait dalam pelaksaaan implementasi HRIS SAP untuk mendukung kelancaran proses implementasi.

5. Melakukan evaluasi terhadap sistem HRIS SAP secara berkelanjutan untuk dapat terus melakukan peningkatan kinerja dari sistem HRIS SAP.

REFERENSI

Alsarayreh, M. N., Rumman, M. A., Al-Nsour, M. M., & Hayajneh, M. R. (2012). Time Management in Travel and Tourism Companies in Jordan. Journal of Management Research (Online), Vol. 4, No. 1, diakses 4 Oktober 2013 dari

http://search.proquest.com/docview/913132722/fulltextPDF/140FBCB057D26A11377/1?acco untid=31532.

Batni, R. (2008). ASAP (Accelerated SAP) - Project Implementation in SAP (Online). COMTER, diakses 4 Oktober 2013 dari http://www.comter.com/in/ASAP-ProjectImplementation.pdf. Docksai, R. (2011). Tools for Problem Solving. THE FUTURIST Magazine (Online), diakses 29

Maret 2014 dari

http://search.proquest.com/docview/850434960/fulltextPDF/D62D9DB677194FF8PQ/10?acco untid=31532

Pol, P., & Paturkar, M. (2011). Methods of Fit-Gap Analysis in SAP ERP Projects. Infosys (Online), diakses 4 Oktober 2013 dari

http://www.infosys.com/SAP/thought-leadership/Documents/methods-fit-gap-analysis.pdf.

Rae, B. 24 Oktober, (2012). People Power is Best Asset. Johnston Press New Media (Online), diakses 4 Oktober 2013 dari

http://search.proquest.com/docview/1114748637/1412A336A5D401467AD/1?accountid=3153 2.

Troshani, I., Jerram, C., & Hill, S. R. (2011). Exploring the Public Sector Adoption of HRIS. Emerald

Group Publishing Limited (Online), diakses 19 Oktober 2013 dari

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1915452.

RIWAYAT PENULIS

Debby Citra lahir di kota Pekanbaru pada tanggal 07 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komputerisasi Akuntansi pada tahun 2014. Penulis aktif bekerja di Information System Laboratory sebagai Teaching Assistant Universitas Bina Nusantara.

Ira Apriliana lahir di kota Bangka pada tanggal 01 April 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komputerisasi Akuntansi pada tahun 2014. Penulis aktif bekerja di Information System Laboratory sebagai Teaching Assistant Universitas Bina Nusantara. Sampad Putra lahir di kota Jakarta pada tanggal 09 September 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komputerisasi Akuntansi pada tahun 2014. Penulis aktif bekerja di Information System Laboratory sebagai Teaching Assistant Universitas Bina Nusantara.

Gambar

Gambar 1.1 A Simple Use Case with an Actor (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 81)
Gambar 1.4 Notasi UML untuk Multiplicity dari Asosiasi (Satzinger, Jackson, &
Gambar 1.5 Three-level detailed Sequence Diagram for Create New Customer Use Case  (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 435)
Gambar 1.6 Simbol Activity Diagram (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 58)

Referensi

Dokumen terkait