TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,
PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN
KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SECARA MANDIRI
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,
PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN
KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SECARA MANDIRI
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,
PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN
KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
SECARA MANDIRI
DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 JULI 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH. NIP. 194810101977071001 NIP. 197901102003121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Direktur Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K). NIP. 194810101977071001 NIP. 195902151985102001
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 9 Juli 2015
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 2024/UN 14.4/HK/2015
Tanggal : 7 Juli 2015
Panitia Penguji Tesis adalah :
Ketua : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. Anggota :
1. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH.
2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K). 3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si. 4. Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM.AAK.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : Ida Ayu Putri Widhiastuti.
NIM : 1392161009.
PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat ( MIKM).
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis yang berjudul
Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri
di Puskesmas I Denpasar Timur ini benar hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari didapatkan bukti
bahwa tesis ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010.
Denpasar, 9 Juli 2015.
Yang Membuat Pernyataan
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademis yang telah penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister dan khususnya dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, semangat, dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan PS MIKM UNUD, dan para dosen PS MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA (K), Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM. AAK., yang telah memberikan masukan dan koreksi.
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pewawancara yang telah membantu pelaksanaan penelitian, dan seluruh responden yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk dilakukan wawancara saat pengumpulan data.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta, teman-teman Angkatan V MIKM, yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Denpasar, 9 Juli 2015.
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA
MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
Peningkatan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara mandiri merupakan salah satu indikator untuk tercapainya cakupan universal
coverage. Sesuai dengan roadmap JKN diharapkan masyarakat yang belum
tercakup dalam JKN agar segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya walaupun sosialisasi tentang JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan puskesmas selaku FKTP pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kepala keluarga, sosialisasi JKN dengan kepesertaan secara mandiri pasien rawat jalan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional.
Penelitian ini merupakan jenis observational analitic, dengan rancang bangun cross sectional yang dianalisis secara kuantitatif. Data primer diperoleh dari kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada periode Maret – Mei 2015. Sampel terpilih adalah responden yang menggunakan kartu JKN secara mandiri dan responden yang berkunjung ke puskesmas tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan. Responden yang terpilih sebanyak 188 kepala keluarga. Dengan mengunjungi rumah responden, peneliti melakukan wawancara dengan pedoman kuesioner dan didahului informed consent dan lembar persetujuan sebagai responden. Variabel yang diteliti adalah faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan persepsi hambatan, dan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Data yang diperoleh dianalisis dengan Chi Square dengan taraf uji nyata = 5% dan regresi logistik.
Dari semua responden non peserta JKN yang telah memperoleh informasi tentang JKN sebanyak 85,19% mengatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri, hanya 14,81% yang menjawab tidak dan menunda karena alasan biaya. Minat kepesertaan dipengaruhi tingkat pendidikan (Crude OR: 1,85; 95% CI: 0,99-3,49). Persepsi tentang manfaat pada kedua kelompok responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 137 orang (72,87%) memiliki persepsi tentang manfaat tinggi dan 51 orang (27,13%) memiliki persepsi tentang manfaat rendah. Nilai 95% CI 2,35–9,97, nilai crude OR adalah 4,85. Analisis multivariat menunjukkan variabel persepsi manfaat secara independen berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri dan berpeluang 4,53 kali lebih besar dibandingkan variabel lainnya untuk menjadi peserta JKN secara mandiri (Adjusted OR= 4,53; 95% CI: 2,15-9,55). Berdasarkan nilai LR didapatkan pengaruh sebesar 25,41% dan sisanya 74,59% disebabkan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.
ix
Persepsi manfaat berhubungan dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. Faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, dan hambatan serta sosialisasi tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Pemerintah diharapkan melakukan sosialisasi tentang JKN secara lebih menyeluruh sehingga lebih cepat terjadi peningkatan kepesertaan JKN secara mandiri.
x
ABSTRACT
THE RELATION OF SOCIODEMOGRAFIC FACTOR, PERCEPTION AND SOCIALIZATION WITH PARTICIPATION OF OUTPATIENT IN NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM INDEPENDENTLY IN
PRIMARY HEALTH CARE I DENPASAR EAST
Increased participation of National Health Insurance (JKN) independently is one indicator of the success of achieving universal coverage. In accordance with the roadmap JKN expected by society that have not been covered in JKN to immediately enroll a participant JKN independently. JKN membership data has not shown significant improvement every month even though the socialization of JKN very intensively carried out either by the administering body and health centers as FKTP government. This study aims to determine the relationship of demographic factors (age, education, and income), perception of head of the family, socialization JKN against participation in, self outpatients in the National Health Insurance program.
This study is observational analytic with cross sectional design with quantitative analysis. Primary data were obtained from outpatient visits at the health center I Denpasar East in the period from March to May 2015. Selected samples are respondents who use the card JKN independently and respondents who visited the health center without using Health Insurance Card. Respondents were chosen as much as 188 households. By visiting the home of the respondents, the researchers conducted interviews with the guidelines and preceded informed consent questionnaire and consent form as respondents. The variables studied were demographic factors (age, education and income), perceived susceptibility, severity, threat, perceived benefits and barriers, and the socialization of JKN against participation JKN independently. The data obtained were analyzed by Chi Square with the real test level = 5% and logistic regression.
Of all respondents JKN non-participants who have obtained information about JKN as much as 85.19% said that interested in becoming a participant JKN independently, only 14.81% who answered no and postponing for cost reasons. Membership interests are affected by the level of education (Crude OR: 1.85; 95% CI: 0.99 to 3.49). Perceptions about the benefits to both groups of respondents showed that as many as 137 people (72.87%) had a higher perception of benefits and 51 people (27.13%) have a lower perception of benefits. The value 95% CI 2.35 to 9.97, the value of crude OR was 4.85. Multivariate analysis showed perceptions of the benefits of independent variables affect the participation JKN independently and 4.53 times greater chance than other variables to be independently JKN participants (Adjusted OR = 4.53; 95% CI: 2.15 to 9.55). Under the influence of the value of LR obtained by 25.41% and the remaining 74.59% were caused by other variables outside the research variables.
Perceive of benefit had correlation with participation of outpatient in national health insurance program. Sociodemografic factor (such as ages, education and income), perceive susceptibility, perceive severity, perceive of threat, perceive barriers and socialization not related with participation of
xi
outpatient in national health insurance independently. The government are expected to do socialization about national health insurance overall, so that the participation of JKN independently can increase as soon as possible.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PRASYARAT GELAR MAGISTER ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 8 1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.3.1 Tujuan Umum ... 9 1.3.2 Tujuan Khusus ... 9 1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional ... 11
2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berpengaruh dengan Kepesertaan... 13
2.3 Health Belief Model ... 14
2.3.1 Konsep Health Belief Model ... 14
2.3.2 Komponen Health Belief Model ... 16
xiii
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ... 20
3.1 Kerangka Berpikir ... 20
3.2 Konsep Penelitian ... 21
3.3 Hipotesis Penelitian ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 23
4.1 Rancangan Penelitian ... 23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
4.3 Penentuan Sumber Data ... 23
4.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 23
4.3.2 Populasi dan Sampel ... 24
4.3.3 Besaran Sampel ... 25
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 26
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 26
4.4.1 Variabel Penelitian ... 26
4.4.2 Definisi Operasional ... 26
4.5 Intrumen Penelitian ... 29
4.6 Prosedur Penelitian... 29
4.6.1 Metode Pengambilan Data ... 29
4.6.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 29
4.6.3 Persiapan Penelitian... 30
4.6.4 Pelaksanaan Penelitian ... 30
4.6.5 Teknik Pengolahan Data ... 31
BAB V HASIL PENELITIAN ... 33
5.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur ... 33
5.2 Karakteristik Responden ... 34
5.3 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 35
xiv
5.4 Karakteristik Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan
Nasional ... 37
5.5 Analisis Bivariat ... 39
5.6 Analisis Multivariat ... 41
BAB VI PEMBAHASAN ... 43
6.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 43
6.2 Hubungan Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 45
6.3 Hubungan Sosialisasi Tentang JKN dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 49
6.4 Variabel yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Mandiri ... 51
6.5 Keterbatasan Penelitian ... 51
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 53
7.1 Simpulan ... 53
7.2 Saran…. ... 53
DAFTAR PUSTAKA ……… ... 55
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.2 Definisi Operasional Masing-Masing Variabel
Penelitian ... 27 Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 34 Tabel 5.2 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN
Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 37 Tabel 5.3 Karakteristik Sosialisasi JKN yang Didapat Responden ... 38 Tabel 5.4 Crude OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pasien
Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 40 Tabel 5.6 Adjusted OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan
Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BUMN : Badan Usaha Milik Negara
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HBM : Heath Belief Model
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional JKBM : Jaminan Kesehatan Bali Mandara Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja KTP : Kartu Tanda Penduduk PBI : Penerima Bantuan Biaya PNS : Pegawai Negeri Sipil
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional
SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas TNI : Tentara Nasional Indonesia
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Propinsi Bali Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Kota Denpasar Lampiran 4. Jadwal Kegiatan
Lampiran 5. Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 6. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7. Pedoman Wawancara
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk menjamin hak-hak kesehatan yang fundamental (Universal Declaration of
Human Right, 1948). Penjaminan hak tersebut diperkuat dengan amandemen
UUD 1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan: Negara mengembangkan jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu. Ayat 3 menyebutkan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka tugas
pemerintah semakin jelas, menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari
pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat
(UUD 1945).
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
ditetapkan untuk memenuhi hak setiap warga negara agar bisa hidup layak dan
bermartabat menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Jaminan
sosial merupakan perlindungan yang dirancang oleh pemerintah, untuk
melindungi warga negara terhadap risiko kematian, kesehatan, pengangguran,
kemiskinan, pensiun dan kondisi pekerjaan yang tidak layak. Pemerintah
mengembangkan program asuransi kesehatan secara nasional sampai tercapainya
universal coverage di Indonesia yang terkenal sebagai Jaminan Kesehatan
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan tersebut diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau bagi peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) yang biayanya telah dibayarkan oleh pemerintah. Jaminan kesehatan dalam
SJSN, diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial dengan kepesertaan wajib
bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menghendaki adanya peran serta masyarakat
dalam bentuk pembayaran iuran jaminan kesehatan secara adil berdasarkan
kemampuan finansial peserta (Kementerian Kesehatan, 2012).
Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak terlepas dari unsur
kegotongroyongan dimana didalamnya terdapat upaya bersama agar semua
penduduk berkontribusi (membayar iuran) agar terkumpul dana untuk membiayai
pengobatan siapa saja yang sakit. Fungsi kegotongroyongan secara formal
diwujudkan karena setiap orang diwajibkan membayar iuran yang jumlahnya
ditentukan. Kegotongroyongan informal yang telah lama berakar dalam budaya
Indonesia, kerabat membantu biaya pengobatan dengan menyumbang sukarela,
tetapi mekanisme sukarela ini tidak menjamin kecukupan dana untuk biaya
pengobatan. Mekanisme kegotongroyongan formal, sumbangan berupa iuran
wajib diperhitungkan agar mencukupi biaya berobat siapapun yang sakit
(Kementerian Kesehatan, 2012).
Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan sejak Januari 2014, sementara itu
beberapa pemerintah daerah termasuk Bali sudah memiliki program jaminan
melindungi seluruh masyarakat yang memiliki KTP Bali. Kebijakan tersebut
diambil pemerintah oleh karena masih banyak masyarakat Bali yang belum
memiliki jaminan kesehatan. Terdapat perbedaan mendasar antara konsep
pembiayaan JKBM dengan JKN non PBI. Pembiayaan kesehatan JKBM
ditanggung oleh pemerintah daerah dimana biaya pelayanan kesehatan diklaim
oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada pemerintah daerah. Pelayanan yang
diberikan lebih bersifat kuratif dan masyarakat tidak dibebankan biaya sama
sekali untuk pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Peserta JKN terdiri
dari peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), di mana biaya ditanggung oleh
pemerintah dan peserta JKN non PBI mewajibkan peserta membayar iuran dan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama dibayarkan menggunakan sistem kapitasi. Sistem ini akan menekankan
pelayanan preventif dan promotif tanpa mengesampingkan kuratif dan
rehabilitatif. JKN juga mencakup pelayanan deteksi dini untuk penyakit kronis
sehingga dapat mencegah pemborosan biaya kuratif.
Pelayanan kesehatan yang menggunakan JKN dapat dilakukan di seluruh
Indonesia tanpa memandang asal kepesertaan, terutama dalam keadaan gawat
darurat, peserta bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
manapun yang bertanda BPJS. Program JKBM terbatas hanya berlaku di Bali dan
bagi masyarakat yang ber-KTP Bali.
Jaminan Kesehatan Nasional memberi manfaat yang komprehensif dengan
premi terjangkau dan menerapkan sistim kendali mutu dan kendali biaya. Hal ini
bermutu. JKN menjamin kepastian biaya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan
dan dapat dipergunakan di seluruh wilayah Indonesia, bagi seluruh masyarakat
Indonesia, karena itu kepesertaannya bersifat wajib (Kementrian Kesehatan,2014).
Sehubungan dengan manfaat yang diuraikan di atas, tidak salah kiranya
pemerintah mengharapkan agar pemerintah daerah ikut berperan aktif untuk
mempercepat tercapainya universal coverage. Analisis berbagai kebijakan terkait
rencana integrasi JKBM ke dalam JKN sudah dilakukan oleh pihak terkait di Bali.
Pemerintah Propinsi Bali diharapkan untuk melakukan integrasi secara bertahap
sesuai dengan ketentuan roadmap JKN. Sejak diberlakukan 1 Januari 2014, semua
PNS, TNI Polri, peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta JKN.
Diharapkan semua karyawan BUMN yang belum mempunyai jaminan kesehatan
sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2015. Tahap berikutnya, semua Jamkesda
yang ada diharapkan sudah berintegrasi paling lambat pada 1 Januari 2016, dan
pada akhirnya semua masyarakat terlindungi dengan JKN pada tahun 2019
(Kementerian Kesehatan, 2012).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan pelaksana sudah
melakukan berbagai kegiatan untuk mempercepat proses perjalanan roadmap JKN
sehingga universal coverage cepat tercapai. Sosialisasi diberbagai media masa
tentang manfaat, cara pembayaran, besaran iuran yang dipilih sesuai kemampuan,
sudah dilaksanakan, tetapi hasil yang diharapkan bahwa akan terjadi peningkatan
kepesertaaan mandiri belum terlihat nyata.
Data BPJS bulan September 2014 menunjukkan jumlah peserta JKN di kota
kota Denpasar 843.760 jiwa, di dapatkan angka kepesertaan sebesar 37,31%.
Total kepesertaan BPJS bulan Agustus 301.143 jiwa, bulan September 314.866
jiwa, bulan Oktober 327.945 jiwa. Dari data tersebut terlihat penambahan peserta
baru hanya sekitar 13.000 jiwa perbulan, dapat diperkirakan peserta baru di akhir
tahun 2014 adalah 166.000 jiwa (Data BPJS Cabang Denpasar, 2013). Sesuai
dengan roadmap JKN, dimana disebutkan bahwa integrasi Jamkesda ke dalam
BPJS diharapkan sebelum 1 Januari 2016 (Perpres 111, 2013). Peserta awal
Januari 2014 adalah 251.619 jiwa, dan yang menjadi sasaran kepesertaan baru
sampai akhir 2015 adalah 592.141 jiwa, pencapaian tahun 2014 belum maksimal
(27,19%).
Dari laporan kunjungan rawat jalan pada pelayanan kesehatan dasar milik
pemerintah Dinas Kesehatan Kota Denpasar diperoleh data kunjungan pasien JKN
berkisar antara 20-22,5% dari total semua pasien yang berkunjung. Data
kunjungan rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan September
2014 adalah 3035 terdiri dari: kepesertaaan JKN 999 orang (32,91%), JKBM
1422 orang (46,85%), pasien tanpa jaminan kesehatan sejumlah 614 orang
(20,23%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui pasien yang tercakup dengan
jaminan kesehatan nasional hanya 32,91%. Sesuai dengan roadmap JKN
diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar segera
mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN
belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya, padahal
sosialisasi manfaat JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan
Sebuah penelitian yang dilakukan di India mengatakan terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin, usia, pendididkan, pekerjaaan, dan
membayar iuran. Tetapi kebutuhan akan pelayanan kesehatan, usia, dan tingkat
pendidikan berlawanan dengan apa yang diharapkan, dimana didapatkan usia
berbanding terbalik terhadap kemauan untuk membayar (Bawa, 2011).
Penelitian eksploratif di Malaysia yang menggali kemauan membayar
sukarela jaminan kesehatan berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu kesukuan, pendidikan, penghasilan perbulan, penyakit kronik dan adanya
cakupan asuransi swasta (Shafie & Hassali , 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Elmamy Handayani,2013 di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan mengenai faktor yang mempengaruhi kemauan masyarakat
membayar iuran jaminan kesehatan pada 142 responden didapatkan tingkat
penghasilan masyarakat mempengaruhi kemauan masyarakat membayar iuran
jaminan kesehatan. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan
pada pengusaha dan pekerja UMKM dari 20 kabupaten diseluruh Indonesia
ditemukan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar
kontribusi yang lebih rendah. Kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS
dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan
pengetahuan terhadap program BPJS (Ramadhana, F. & Amir, H,2015). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anggi Afifi (dalam Sakinah, 2014) dan Gunistiyo
(2006) menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi berpengaruh terhadap
sebaliknya. Mereka yang berpenghasilan rendah akan mencukupi kebutuhan
pokok sehari-hari sebelum memutuskan menjadi peserta asuransi kesehatan.
Perilaku individu tidak terlepas dari intelegensia yang akan mempengaruhi
persepsinya. Perubahan perilaku tersebut diharapkan meningkat sejalan dengan
peningkatan persepsi. Praba, I.A.G.R dan Astiti,D.P (2012) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa persepsi individu terhadap asuransi dan model kepercayaan
kesehatan berperan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan asuransi
jiwa. Ketika dilakukan pengujian korelasi parsial, hanya variabel persepsi individu
terhadap asuransi yang mempunyai hubungan dengan variabel pengambilan
keputusan untuk menggunakan asuransi jiwa. Hasil penelitian Trimurthy (2008)
diketahui bahwa terdapat hubungan persepsi pasien tentang pelayanan dengan
nilai sig 0,003, jaminan pelayanan dengan nilai p value 0,0001 dan daya bukti
langsung pelayanan dengan nilai p value 0,003 terhadap pemanfaatan layanan di
Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.
Penelitian deskriptif di Kota Bandung dengan melibatkan 700 responden
dari pekerja informal mengenai potensi partisipasi masyarakat informal untuk
menjadi peserta JKN secara mandiri, didapatkan 87,1% responden menyatakan
bersedia ikut dalam program tersebut (Djuhaeni, Gondodiputro, & Setiawati,
2010). Terkait persepsi dan motivasi terhadap kepesertaan JKN mandiri di Kota
Surakarta mendapatkan hasil bahwa mereka menyadari manfaat pentingnya
kesehatan dalam kehidupan (80%) dan sebanyak 86% mengatakan keikutsertaan
Banyak penelitian baik di luar maupun di dalam negeri lebih banyak
menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat
dalam kepesertaan jaminan sosial antara lain: usia, jenis kelamin, pengetahuan,
pendidikan, kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita. Belum banyak yang
meneliti bagaimana partisipasi masyarakat dalam kepesertaan jaminan sosial
tersebut dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, persepsi masyarakat tentang
kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, persepsi ancaman terhadap
masalah kesehatan yang mungkin didapat, persepsi manfaat, persepsi hambatan
yang dialami dan faktor sosialisasi tentang JKN yang diterima oleh masyarakat itu
sendiri.
I.2 Rumusan Masalah
Penelitian tentang pengaruh usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan,
kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita dengan kepesertaan Jaminan sosial
sudah banyak dilakukan dan dipublikasi, tetapi pengaruh persepsi Kepala keluarga
tentang kerentanan, keparahan, penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan,
manfaat, hambatan, sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan jaminan sosial
tersebut belum banyak dilakukan di Bali dan belum pernah dilakukan di
Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan: Apakah
faktor sosiodemografi, persepsi kepala keluarga terhadap kerentanan, keparahan
penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat, hambatan dan sosialisasi
tentang JKN berhubungan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan
1.3 Tujan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan hubungan antara faktor sosiodemografi, persepsi pasien dan
sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan hal yang diuraikan seperti
dibawah ini.
1. Hubungan antara faktor sosiodemografi yaitu faktor umur, pendidikan dan
penghasilan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional secara mandiri.
2. Hubungan antara faktor persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat
dan hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional secara mandiri.
3. Hubungan faktor sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam
program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terkait
kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.
2. Menjadi rujukan bagi peneliti atau daerah lain yang mempunyai
permasalahan yang sama dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
1.4.2 Manfaat praktis
1. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kebijakan kepada Dinas
Kesehatan Kota Denpasar dan puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat khususnya tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasioanal
secara mandiri.
2. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Divisi Regional XI.
3. Memberi masukan kepada Puskesmas I Denpasar Timur dalam
peningkatan promosi kesehatan.
4. Memberi masukan bagi pemegang program di Puskesmas I Denpasar
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya
perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan
interaksi dari dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor yang ada
dalam diri orang itu sendiri dan faktor eksternal yang ada di luar diri individu
tersebut. Dalam penelitian ini yang merupakan faktor internal adalah
sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan) dan persepsi masyarakat.
Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.
Perilaku merupakan suatu perwujudan dari hasil interaksi antara pengalaman
dengan interaksi di lingkungan sekitar. Perilaku tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam setiap individu. Perilaku
merupakan faktor kedua terbesar yang dapat mempengaruhi kesehatan dari
individu, kelompok, maupun masyarakat setelah faktor lingkungan (Notoatmodjo,
2009).
a. Respondent response atau reflexive, merupakan tanggapan yang ditimbulkan
oleh rancangan stimulus tertentu yang dapat menimbulkan respon relatif tetap.
Keberadaan dari respon ini sangat terbatas dan susah untuk dimodifikasi.
b. Operant response atau instrumental response, merupakan timbulnya suatu
respon yang dapat berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
Dalam bidang kesehatan, terkait perilaku manusia, Becker
mengklasifikasikan dalam tiga kelompok perilaku seperti di bawah ini.
a. Perilaku sehat (health behavior) yaitu semua bentuk perilaku yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti olah
raga teratur, tidak merokok, imunisasi, kepesertaan dalam jaminan kesehatan,
kebiasaan mencuci tangan, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior) yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya
yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan seperti
berkunjung ke puskesmas.
c. Perilaku peran sakit (the sick behavior) yaitu berbagai tindakan yang dilakukan
berkaitan dengan peran sosial dari individu yang sedang sakit seperti tindakan
untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui sarana kesehatan yang layak atau
bermutu, dan sebagainya.
Bentuk kepesertaan tersebut dapat berawal dari suatu partisipasi
masyarakat. Aryenti (2000), berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan
secara keseluruhan terhadap satu tekad yang sudah menjadi kesepakatan bersama,
sehingga partisipasi sangat menuntut keterlibatan secara penuh dari para
pelakunya. Menurut Wardani, (2004) partisipasi masyarakat merupakan suatu
proses dimana masyarakat mempunyai hak dan peran serta dalam pengambilan
keputusan. Partisipasi tidak hanya ditunjukkan dari keikutsertaan, tetapi juga
faktor keterlibatan secara emosional seseorang atas kegiatan yang diikuti dan
adanya keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menjalankan kewajiban
Partisipasi langsung memiliki karakteristik yang paling tinggi untuk hal –
hal yang diharapkan (favourable) dari suatu partisipasi. Dengan adanya partisipasi
maka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan akan mewujudkan rasa tanggung
jawab setiap individu, sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan partisipasi diharapkan dapat menimbulkan
kesadaran setiap manusia terhadap pencegahan penyakit, sehingga setiap manusia
dapat berusaha untuk mengatasinya dengan mengandalkan semua kemampuan
keahlian yang dimilikinya. Segala jenis pengetahuan yang terdapat di masyarakat
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan adanya perpaduan pengetahuan dari
berbagai keahlian yang dimiliki masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang
dipergunakan di negara berkembang untuk memecahkan masalah kesehatan
dengan daya dan dana pemerintah yang minimal (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berhubungan dengan Kepesertaan
Kepesertaan dipengaruhi faktor demografi yaitu umur, pendidikan dan
penghasilan. Umur adalah lama waktu hidup yang ada, sejak dilahirkan atau
ditiadakan. Dalam berbagai penelitian faktor umur mempunyai peran yang
penting. Dalam penelitian ini, katagori dibedakan dua yaitu umur di atas 40 tahun
dan umur di bawah 40 tahun.
Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pembelajaran dan pelatihan yang formal. Menurut Lofgren dkk., tingkat
dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan
dan semakin bertambah pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan
meningkatkan keinginan untuk menjadi peserta asuransi kesehatan.
Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan yang diperoleh
individu atau masyarakat dari aktiiftasnya setiap bulannya. Tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dari pendapatan perkapita, Hal ini berdampak pada
keinginan masyarakat tersebut berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Penelitian
Gunistiyo (2006) tentang kesadaran berasuransi menemukan bahwaterdapat
hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan dengan kesadaran
berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kesadarannya dalam
berasuransi kesehatan akan semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.
2.3 Health Belief Model
2.3.1 Konsep Health Belief Model
Menurut pendapat Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)
menyatakan bahwa health belief model adalah suatu perilaku pencegahan yang
mau dilakukan oleh setiap individu dalam bentuk perilaku yang sehat. Dalam hal
ini terdapat dua penilaian perilaku sehat, yaitu perceived threat (perceived
seriousness, perceived susceptibility, cuesto action), dan perceived benefits and barriers.
Berdasarkan penjelasan dari Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker &
koleganya (dalam Odgen, 2004), Health Belief Model ini biasanya dipakai untuk
suatu perilaku yang sehat serta respon dari perilaku terhadap pengobatan yang
dapat dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, Health Belief Model juga dapat
dipergunakan untuk memperkirakan adanya perilaku adalah kumpulan dari core
belief yang artinya suatu persepsi individu yang mempunyai kaitan dengan susceptibility to illness, the severity of illness, the cost involved in carrying out the behavior dan cues to action.
Health Belief Model menurut Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam
Family Health International, 2004) adalah sebuah model perilaku yang dapat
menjelaskan dan memperkirakan adanya perilaku yang sehat yang berfokus pada
sikap dan keyakinan (belief) pada setiap individu. Teori sikap yang sangat
berpengaruh untuk menjelaskan alasan mengapa setiap individu melakukan
perilaku yang sehat menurut Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam
Taylor, 2009) adalah Health Belief Model. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Health Belief Model adalah sebuah model kognitif yang dapat menjelaskan dan
memperkirakan adanya health behavior terhadap apa yang akan dilakukan dan
berfokus pada belief dari setiap individu terhadap perceived seriousness,
perceived susceptibility, cues to action, dan perceived benefits and barriers.
2.3.2 Komponen Health Belief Model
Berdasarkan pendapat dari Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)
mengungkapkan bahwa komponen health belief model dibagi menjadi dua
1. Perceived Threat
Perceived threat merupakan suatu penilaian perilaku dari individu tentang
adanya perasaan dari sebuah ancaman yang sangat berkaitan dengan permasalahan
kesehatan. Perceived threat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Perceived Seriousness of The Health Problem
Pada faktor ini setiap manusia akan memikirkan tingkat keparahan dari
risiko suatu penyakit yang bisa terjadi apabila membiarkan masalah
kesehatan yang dialaminya terus berkembang dan tidak ditangani secara
medis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dari setiap
manusia, jika tingkat kepercayaannya tinggi terhadap kemungkinan resiko
yang akan terjadi semakin buruk, maka hal tersebut akan dirasakan sebagai
suatu ancaman terhadap kesehatannya sehingga mereka akan melakukan
tindakan pencegahan atau preventif.
b. Perceived Susceptibility to the Health Problem
Dalam faktor ini manusia mulai mengevaluasi setiap jenis masalah
kesehatan lainnya yang kemungkinan bisa berkembang dan dapat
mengancam kesehatannya. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya persepsi
terhadap risiko dari suatu penyakit. Semakin tinggi persepsi manusia
terhadap risiko penyakit yang dialaminya, maka mereka akan menganggap
hal itu sebagai sebuah ancaman yang dapat membahayakan kesehatannya
c. Cues To Action
Cues to action adalah sebuah peringatan terhadap suatu masalah kesehatan
yang mempunyai potensi untuk meningkatkan keyakinan manusia agar
mereka mempersepsikan hal tersebut sebagai sebuah ancaman yang dapat
membahayakan kesehatannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk
melakukan tindakan pencegahan. Cues to action dapat berbentuk kegiatan
sosialisasi atau pemberian informasi kepada masyarakat seperti media atau
iklan bahaya merokok, maupun sejenis artikel yang terdapat di koran.
2. Perceived Benefits and Barriers
Perceived benefits and barriers merupakan salah satu komponen dari Health Belief Model yang ada kaitannya antara keuntungan maupun hambatan
yang akan didapat jika mereka melakukan tindakan pencegahan atau preventif
terhadap suatu masalah kesehatan. Pada perceived benefits setiap manusia akan
melakukan penilaian terhadap keuntungan yang akan diperoleh mereka apabila
memanfaatkan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Keuntungan yang
dimaksud seperti mereka dapat mengurangi resiko dari penyakit yang dialaminya
sehingga tubuhnya menjadi semakin sehat. Perceived barriers adalah suatu
hambatan yang dapat dirasakan oleh setiap orang untuk mendapatkan layanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, seperti misalnya masalah biaya, resiko
secara psikologis seperti adanya ketakutan jika melakukan cek–up akan dikatakan
tambah tua. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan secara fisik seperti jarak
untuk mengakses pelayanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas) yang jauh
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep
Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kognitif yang dapat digunakan
untuk memprediksi adanya perilaku dalam meningkatkan kesehatan. Menurut
Maulana, (2009) menyatakan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi
faktor tingkat ancaman dari suatu penyakit, tingkat keseriusan terhadap masalah
kesehatan, kerentanan tubuh terhadap suatu penyakit, pertimbangan dari
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Variabel tersebut adalah : variabel demografi, seperti umur, jenis
kelamin dan latar belakang budaya setiap individu yang berbeda – beda; variabel
sosio – psikologis, seperti kepribadian, kelas sosial,dan tekanan sosial; serta
variabel struktural, misalnya pengetahuan dan pengalaman dari setiap individu
yang berbeda – beda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
adanya perbedaan perubahan perilaku terhadap suatu objek, dimana variasi dan
perubahan perilaku tersebut sangat tergantung dari perilaku di sekitarnya
(Kandera, 2004).
2.4 Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional
Sosialisasi tentang JKN dapat berupa pemberian informasi atau edukasi
untuk mengubah perilaku dengan cara mempengaruhi, membujuk, menghimbau,
mengajak, memberi informasi dan kesadaran melalui kegiatan yang disebut
pendidikan kesehatan.
Dalam bidang kesehatan sering disebut promosi kesehatan, yang
merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah persepsi setiap
memajukan, mendukung dan mendorong serta menempatkan kesehatan lebih
tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum (Ewles & Simnett,
1994). Dalam konsep promosi kesehatan, baik individu maupun masyarakat tidak
hanya menjadi untuk sasaran saja, tetapi juga sebagai pelaku dalam perilaku sehat,
dan secara aktif menjaga kesehatannya, kemudian ikut berperan aktif untuk
mencegah terjadinya penyakit, dan melindungi dirinya dari berbagai macam
20
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kepesertaan masyarakat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional
secara mandiri dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi (umur, penghasilan
dan pendidikan), persepsi kerentanan, persepsi keparahan penyakit yang diderita,
persepsi ancaman terhadap masalah kesehatan, persepsi terhadap manfaat yang
didapatkan, persepsi masyarakat tentang hambatan yang akan dialami, dan faktor
sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional.
Perubahan perilaku merupakan suatu kondisi dimana terdapat
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Apabila
dalam diri seseorang terjadi ketidakseimbangan diantara kedua kekuatan tersebut
maka akan terjadi perubahan perilaku yang dapat dikatagorikan menjadi tiga
kelompok seperti di bawah ini.
1. Apabila kekuatan pendorong yang meningkat maka akan terjadi peningkatan
kepesertaan JKN secara mandiri.
2. Apabila kekuatan penghambat yang menurun maka akan meningkatkan
kepesertaan JKN secara mandiri.
3. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penghambat menurun, hal ini
Pada saat terjadi perubahan, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan
pada akhirnya kekuatan pendorong yang akan semakin banyak dan kekuatan
penghambat akan semakin sedikit.
3.2 Konsep Penelitian Gambar 3.1 Konsep Penelitian Faktor Sosiodemografi Umur Pendidikan Penghasilan
Faktor Sosialisasi tentang JKN
Kepesertaan JKN Secara Mandiri Faktor Persepsi Responden
Persepsi Kerentanan Persepsi Keparahan Persepsi Ancaman Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan
3.1 Hipotesis
1. Terdapat hubungan faktor sosiodemografi yaitu umur, pendidikan dan
penghasilan Kepala Keluarga dengan kepesertaan dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional secara mandiri.
2. Terdapat hubungan persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan
hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional secara mandiri.
3. Terdapat hubungan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian tentang determinan yang berhubungan dengan kesediaan
masyarakat mengikuti program JKN berdasarkan jenis penelitian termasuk
penelitian Observational Analytic. Penelitian adalah penelitian kuantitatif.
Rancang bangun penelitian cross sectional menganalisis hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung pada saat yang sama untuk setiap
responden dan dilakukan penilaian hanya satu kali sesuai kriteria yang dibuat
peneliti (Nazir, 2005).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur Kota
Denpasar dengan waktu penelitian dari Bulan Februari sampai dengan Juni 2015.
Sedangkan waktu pengambilan data pada Bulan Maret sampai dengan April 2015.
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data primer adalah data yang diambil langsung pada saat penelitian
dilaksanakan. Data primer dalam penelitian ini adalah:
1. Skor faktor persepsi kepala keluarga tentang demografi, persepsi kerentanan,
keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan,
manfaat yang didapat, hambatan, dan sosialisasi puskesmas yaitu jumlah skor
2. Data gambaran tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara
mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur.
Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian meliputi gambaran
geografi, topografi, manajemen Puskesmas I Denpasar Timur, diperoleh dengan
mengutip data dari Profil Puskesmas I Denpasar Timur dan profil Kecamatan
Denpasar Timur.
4.3.2 Populasi dan Sampel
4.3.2.1 Populasi
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua pasien yang tinggal
dan menetap di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur.
Populasi terjangkau adalah semua pasien yang datang berkunjung ke
Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan Maret 2015 – Mei 2015.
4.3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang tinggal dan
menetap di wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. Sampel penelitian dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok peserta JKN dan kelompok yang bukan
peserta JKN. Responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang
bersedia berpartisipasi menjadi sampel dengan menandatangani informed consent
(surat persetujuan) terlebih dahulu. Alasan pemilihan responden adalah sesuai
1. Kriteria inklusi
a). Kepala Keluarga yang tinggal dan menetap di wilayah Puskesmas I
Denpasar Timur.
b). Kepala Keluarga adalah merupakan anggota jaminan pelayanan di
Puskesmas I Denpasar Timur.
c). Kepala keluarga adalah responden yang sudah bekerja dan tidak menjadi
tanggungan orang tuanya.
d). Kepala Keluarga bersedia menjadi responden penelitian.
2. Kriteria eksklusi
a). Kepala Keluarga yang termasuk PNS, Jamkesmas, Jamsostek dan ABRI.
b). Kepala Keluarga yang menggunakan JKBM.
4.3.3. Besaran sampel
Besar sampel diambil untuk penelitian cross sectional dengan
menggunakan rumus (Riwidikdo, 2008) yaitu:
2 2 / 1 2 (1 ) d P P Z n (2) Dimana:
P = proporsi (incidence rate) peserta JKN mandiri di Puskesmas I Denpasar
Timur (asumsi aktif JKN 20 %)
Z = nilai Z pada α 5% = 1,96
d2 = presisi mutlak sebesar 6 % (0,06)
171 170,74 06 , 0 0,8 2 , 0 x 96 , 1 2 2 x n
Dari seluruh perhitungan besar sampel, maka besar sampel yang
dipergunakan adalah besar sampel yang terbesar yaitu 171 subyek ditambah 10 %,
sehingga menjadi 188 subyek.
4.3.4. Teknik penentuan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel dari data kunjungan
pasien rawat jalan yang ada di register pasien yang berkunjung ke Puskesmas I
Denpasar Timur pada bulan Februari 2015. Dari register didapatkan alamat
penderita untuk selanjutnya dikunjungi ke rumahnya dan dilakukan wawancara.
Sampel akan diambil sebesar 188 responden secara proportional dari kedua
kelompok, yaitu kelompok pasien yang menggunakan JKN secara mandiri dan
kelompok pasien yang tidak menggunakan JKN mandiri. Dari masing-masing
kelompok tersebut diambil sampel sebanyak 94 responden.
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1. Variabel Penelitian
Variabel bebas penelitian adalah sosiodemografi, persepsi kepala keluarga
tentang kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap
masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi puskesmas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepesertaan JKN secara mandiri.
4.4.2. Definisi Operasional
Definisi Operasional masing-masing variabel yang diteliti diberikan
Tabel 4.2
Definisi Operasional Masing-Masing Variabel Penelitian
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala
1. Umur Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Responden diwawancara Kuesioner <40 tahun ≥ 40 tahun Nominal
2. Pendidikan Pendidikan formal yang terakhir pernah diikuti responden Responden diwawancara kuesioner ≤ SMP ≥ SMA Nominal
3. Penghasilan Rata-rata jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan
Responden diwawancara kuesioner < UMR ≥ UMR Nominal 4. Persepsi tentang kerentanan Pandangan Kepala Keluarga mengevaluasi jenis masalah kesehatan yang mungkin dapat mengancam
kesehatan
Responden diwawancara
kuesioner jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80% Nominal 5. Persepsi tentang keparahan masalah kesehatan yang diderita Pandangan Kepala Keluarga tentang keparahan masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga Responden diwawancara
Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80%
6. Persepsi tentang ancaman terhadap masalah kesehatan, Pandangan Kepala Keluarga tentang bagaimana ancaman yang dirasakan terkait dengan masalah kesehatan Responden diwawancara
Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80% Nominal 7. Persepsi tentang manfaat yang didapat, Pandangan Kepala Keluarga tentang manfaat yang akan didapatkan apabila mengikuti program JKN
Responden diwawancara
Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥90% rendah : <90% Nominal 8. Persepsi tentang hambatan Pandangan Kepala Keluarga tentang hambatan yang akan didapatkan apabila
mengikuti Program JKN
Responden diwawancara
Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥90% rendah : <90% Nominal 9. Sosialisai tentang JKN Informasi yang diterima kepala keluarga tentang JKN Responden diwawancara
Kuesioner Jawaban responden akan dikategorikan menjadi dua yaitu: Ya atau tidak noNominal 10. Kepesertaan JKN secara mandiri Partipasi Kepala Keluarga menjadi peserta JKN dengan membayar iuran sesuai kemampuannya. Responden diwawancara
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang
digunakan berupa karakteristik maupun kondisi responden sesuai dengan variabel
yang diinginkan.
4.6. Prosedur Penelitian
4.6.1. Metode Pengambilan Data
Wawancara yang ditujukan kepada responden dengan panduan kuesioner
yang telah disiapkan meliputi sosiodemografi, persepsi keparahan penyakit yang
diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan,
sosialisasi puskesmas, dan mutu pelayanan kesehatan. Wawancara dilakukan di
luar puskesmas dengan melakukan kunjungan ke rumah responden.
4.6.2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Sebelum alat ukur dipergunakan telah dilaksanakan uji coba di lapangan.
Responden yang digunakan adalah responden yang memiliki ciri-ciri yang sama
dengan responden penelitian. Jumlah responden uji coba adalah 30 orang
(Notoatmodjo, 2010a).
1. Uji Validitas
Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan
alat bantu soft ware komputer sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada
setiap variabel bebas. Dari hasil tersebut akan terlihat besar nilainya dibandingkan
dengan r product moment, validitas disini dilakukan pada responden dengan taraf
Uji validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur mampu
mengungkapkan apa yang diukur. Dengan ketentuan jika r hitung positif, serta
r hitung › 0,30 maka alat ukur tersebut dikatakan valid (Sudarmanto, 2005).
2. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini digunakan metode statistik dengan teknis uji
reliabilitas koefisiensi variasi alpha untuk menguji reliabilitas item pertanyaan.
Penentuan variabel telah reliabel dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha.
Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,60 (Nugroho, 2005).
4.6.3 Persiapan penelitian
Persiapan penelitian yang dilaksanakan adalah mengurus ijin penelitian,
dan persiapan pengambilan data. Pengambilan data penelitian melibatkan
koordinator jumantik yang bekerja di Puskesmas I Denpasar Timur. Mengingat
banyaknya data yang dikumpulkan dalam kuesioner dan jumlah responden yang
diwawancarai maka koordinator yang ditugaskan terlebih dahulu diberikan
penjelasan supaya mereka mempunyai pemahaman yang sama terhadap isi
kuesioner tersebut.
4.6.4. Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan dalam waktu empat minggu.
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan bersama-sama dan menyesuaikan
dengan kondisi responden. Sebelum pengambilan data kepada responden diajukan
informed consent yang harus dipahami dan disetujui oleh responden dengan
sebagai responden maka responden akan diganti dengan rumah tangga sebelahnya
dengan kriteria yang sesuai.
4.6.5 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diteliti dan dianalisis kelengkapannya
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Editing : data primer yang terkumpul dari hasil wawancara kemudian
diperiksa, apabila terdapat ketidakjelasan maka langsung dipertanyakan kepada
petugas wawancara sehingga dapat dimengerti dan diisi dengan tepat.
2. Coding : setiap variabel dengan skala data kategori diberikan kode berupa
huruf dan angka untuk memudahkandalam pengolahan selanjutnya.
3. Scoring : setiap jawaban responden diberikan nilai untuk mengukur
persepsi tentang kepala rumah tangga tentang kerentanan, persepsi keparahan
penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang
didapat, hambatan dan sosialisasi puskesmas dengan kuesioner yang terdiri dari 4
sampai 9 pertanyaan untuk setiap variabel. Data yang telah terkumpul kemudian
dianalisis dalam distribusi frekuensi dengan skala nominal yang bertujuan
mengubah data mentah menjadi data yang lebih berarti sehingga dapat digunakan
sebagai landasan untuk menyusun kesimpulan.
4. Tabulating : total nilai atau skor yang didapat tiap responden dikelompokkan
4.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dilakukan analisis
secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing variabel. Setiap pertanyaan
pada kuesioner diberikan skor dan selanjutnya dijumlahkan total skor setiap
variabel. Pada tahapan ini, seluruh faktor yang mempengaruhi kepesertaan JKN
dideskripsikan menggunakan ukuran rata-rata hitung (mean), nilai minimum,
maksimum dari total skor setiap variabel dan deskriptif naratif.
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
variabel sosiodemografi, persepsi kerentanan, keparahan penyakit yang diderita,
ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi
tentang JKN, dengan kepesertaan JKN secara mandiri dengan menggunakan uji
Chi Square. Yang diukur dalam uji ini adalah Odd Rasio dan taraf uji nyata (α) =
5 %.
Teknik analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik, yaitu
untuk menguji secara statistik pengaruh variabel bebas (sosiodemografi, persepsi
Kepala Keluarga tentang kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman
terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi tentang
JKN) secara bersamaan terhadap variabel terikat (kepesertaan JKN secara
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur
Puskesmas I Denpasar Timur dengan luas wilayah 7509 km2 mempunyai
jumlahpenduduk 94.845 orang mewilayahi empat desa dan dua kelurahan, yaitu
Kelurahan Sumerta, Kelurahan Dangin Puri, Desa Sumerta Kelod, Desa Sumerta
Kaja, Desa Sumerta Kauh dan Desa Dangin Puri Kelod. Fasilitas kesehatan yang
ada terdiri dari satu puskesmas induk dan dua puskesmas pembantu.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas terdiri dari
pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Berdasarkan data yang diperoleh
dari laporan SP2TP puskesmas pada bulan februari tahun 2015, total jumlah
kunjungan pasien adalah 5.302 orang. Dari total kunjungan didapatkan kunjungan
pasien berdasarkan status kepemilikan jaminan kesehatan yaitu kunjungan pasien
JKN 1.601 orang, kunjungan pasien umum 767 dan kunjungan pasien JKBM
2.478 orang. Sampel diambil dari pasien JKN dan pasien non peserta JKN. Pasien
non peserta JKN yang dimaksud adalah pasien yang berkunjung untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan.
Sedangkan pasien JKN yang terpilih sebagai sampel adalah pasien JKN Mandiri ,
yaitu pasien yang berkunjung dengan menunjukkan kartu jaminan kesehatan dan
menjadi peserta JKN dengan membayar iuran sendiri. Besar sampel yang diambil
masing-masing pada pasien JKN dan pasien non peserta JKN adalah 94 sehingga
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, status pernikahan, jumlah anggota keluarga digambarkan seperti
Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden Frekuensi (N=188) n (%) Umur <40 tahun 99 (52,66) ≥40 tahun 89 (47,34) Pendidikan ≤SMP/Sederajat 56 (29,78) ≥SMA/Sederajat 132 (70,22) Pekerjaan Karyawan/ti swasta 111 (59,04) Buruh 22 (11,70) Dagang 18 (9,57) IRT 9 (4,79) Jawaban lain 28 (14,89) Penghasilan <UMR 62 (32,98) ≥UMR 126 (67,02) Status Pernikahan Belum menikah 11 (5,85) Menikah 172 (91,49) Cerai 5 (2,66)
Jumlah anggota keluarga
≤3 orang 89 (47,34)
Hasil penelitian terhadap 188 responden didapatkan bahwa rentang umur
responden adalah 17 tahun sampai dengan 81 tahun dengan rata-rata umur 40
tahun. Persentase kategori umur responden dalam dua kelompok umur tidak jauh
berbeda. Sebagian besar responden sudah memiliki pendidikan formal yang baik
dimana 70% diantaranya sudah berijazah SMA/sederajat atau lebih tinggi dan
59,04% bekerja sebagai karyawan atau karyawati swasta. Sisanya tersebar merata
sebagai pekerja pada sektor informal seperti buruh, pedagang, tukang cukur,
tukang jahit dan sebagainya. Berdasarkan tingkat ekonomi responden, survei
menemukan bahwa sebagaian besar (67,02%) memiliki penghasilan lebih dari
UMR kota Denpasar yaitu Rp 1.800.000. Berdasarkan status pernikahan terdapat
responden yang belum menikah yaitu 5,85%, hal ini dianggap sebagai responden
karena responden sudah bekerja dan tidak berada dalam tanggungan orang tua.
Terkait jumlah anggota keluarga yang ditanggung dalam satu KK, peneliti
mengelompokkan dalam dua kategori dengan hasil yang tidak jauh berbeda.
5.3 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur
Persepsi responden dengan kepesertaan JKN secara mandiri di Puskesmas
I Denpasar Timur dikategorikan menjadi persepsi rendah dan tinggi. Untuk
persepsi kerentanan, keparahan dan ancaman yang disebut dengan persepsi rendah
adalah responden yang memiliki total skor di bawah 80%, sedangkan yang disebut
persepsi tinggi adalah responden yang memiliki total skor di atas atau sama
dengan 80%. Untuk persepsi manfaat juga dikategorikan menjadi persepsi rendah
bawah 90%, sedangkan yang disebut dengan persepsi manfaat tinggi adalah
responden dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Sedangkan untuk
persepsi hambatan tinggi adalah responden yang memiliki total skor di bawah
90%, dan yang disebut dengan persepsi hambatan rendah adalah responden
dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Tabel 5.2 berikut ini
menunjukkan bahwa terdapat lima variabel persepsi yang diteliti yaitu persepsi
kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat dan persepsi
hambatan. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden merasakan
kerentanan, keparahan dan ancaman yang tinggi terhadap permasalahan kesehatan
diatas 90% kecuali persepsi manfaat hanya 72,87%. Penemuan ini diperkirakan
dapat meningkatkan peluang keinginan responden menjadi peserta JKN secara
mandiri. Kemungkinan ini akan diperkuat dengan temuan bahwa persepsi