• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,

PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN

KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

SECARA MANDIRI

DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,

PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN

KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

SECARA MANDIRI

DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(3)

ii

TESIS

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI,

PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN

KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

SECARA MANDIRI

DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 JULI 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH. NIP. 194810101977071001 NIP. 197901102003121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K). NIP. 194810101977071001 NIP. 195902151985102001

(5)

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 9 Juli 2015

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 2024/UN 14.4/HK/2015

Tanggal : 7 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis adalah :

Ketua : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. Anggota :

1. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH.

2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K). 3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si. 4. Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM.AAK.

(6)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : Ida Ayu Putri Widhiastuti.

NIM : 1392161009.

PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat ( MIKM).

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis yang berjudul

Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri

di Puskesmas I Denpasar Timur ini benar hasil karya saya sendiri, bukan

merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai

tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari didapatkan bukti

bahwa tesis ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010.

Denpasar, 9 Juli 2015.

Yang Membuat Pernyataan

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademis yang telah penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister dan khususnya dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, semangat, dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan PS MIKM UNUD, dan para dosen PS MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA (K), Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM. AAK., yang telah memberikan masukan dan koreksi.

(8)

vii

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pewawancara yang telah membantu pelaksanaan penelitian, dan seluruh responden yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk dilakukan wawancara saat pengumpulan data.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta, teman-teman Angkatan V MIKM, yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Denpasar, 9 Juli 2015.

(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA

MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

Peningkatan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara mandiri merupakan salah satu indikator untuk tercapainya cakupan universal

coverage. Sesuai dengan roadmap JKN diharapkan masyarakat yang belum

tercakup dalam JKN agar segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya walaupun sosialisasi tentang JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan puskesmas selaku FKTP pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kepala keluarga, sosialisasi JKN dengan kepesertaan secara mandiri pasien rawat jalan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional.

Penelitian ini merupakan jenis observational analitic, dengan rancang bangun cross sectional yang dianalisis secara kuantitatif. Data primer diperoleh dari kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada periode Maret – Mei 2015. Sampel terpilih adalah responden yang menggunakan kartu JKN secara mandiri dan responden yang berkunjung ke puskesmas tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan. Responden yang terpilih sebanyak 188 kepala keluarga. Dengan mengunjungi rumah responden, peneliti melakukan wawancara dengan pedoman kuesioner dan didahului informed consent dan lembar persetujuan sebagai responden. Variabel yang diteliti adalah faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan persepsi hambatan, dan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Data yang diperoleh dianalisis dengan Chi Square dengan taraf uji nyata = 5% dan regresi logistik.

Dari semua responden non peserta JKN yang telah memperoleh informasi tentang JKN sebanyak 85,19% mengatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri, hanya 14,81% yang menjawab tidak dan menunda karena alasan biaya. Minat kepesertaan dipengaruhi tingkat pendidikan (Crude OR: 1,85; 95% CI: 0,99-3,49). Persepsi tentang manfaat pada kedua kelompok responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 137 orang (72,87%) memiliki persepsi tentang manfaat tinggi dan 51 orang (27,13%) memiliki persepsi tentang manfaat rendah. Nilai 95% CI 2,35–9,97, nilai crude OR adalah 4,85. Analisis multivariat menunjukkan variabel persepsi manfaat secara independen berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri dan berpeluang 4,53 kali lebih besar dibandingkan variabel lainnya untuk menjadi peserta JKN secara mandiri (Adjusted OR= 4,53; 95% CI: 2,15-9,55). Berdasarkan nilai LR didapatkan pengaruh sebesar 25,41% dan sisanya 74,59% disebabkan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.

(10)

ix

Persepsi manfaat berhubungan dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. Faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, dan hambatan serta sosialisasi tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Pemerintah diharapkan melakukan sosialisasi tentang JKN secara lebih menyeluruh sehingga lebih cepat terjadi peningkatan kepesertaan JKN secara mandiri.

(11)

x

ABSTRACT

THE RELATION OF SOCIODEMOGRAFIC FACTOR, PERCEPTION AND SOCIALIZATION WITH PARTICIPATION OF OUTPATIENT IN NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM INDEPENDENTLY IN

PRIMARY HEALTH CARE I DENPASAR EAST

Increased participation of National Health Insurance (JKN) independently is one indicator of the success of achieving universal coverage. In accordance with the roadmap JKN expected by society that have not been covered in JKN to immediately enroll a participant JKN independently. JKN membership data has not shown significant improvement every month even though the socialization of JKN very intensively carried out either by the administering body and health centers as FKTP government. This study aims to determine the relationship of demographic factors (age, education, and income), perception of head of the family, socialization JKN against participation in, self outpatients in the National Health Insurance program.

This study is observational analytic with cross sectional design with quantitative analysis. Primary data were obtained from outpatient visits at the health center I Denpasar East in the period from March to May 2015. Selected samples are respondents who use the card JKN independently and respondents who visited the health center without using Health Insurance Card. Respondents were chosen as much as 188 households. By visiting the home of the respondents, the researchers conducted interviews with the guidelines and preceded informed consent questionnaire and consent form as respondents. The variables studied were demographic factors (age, education and income), perceived susceptibility, severity, threat, perceived benefits and barriers, and the socialization of JKN against participation JKN independently. The data obtained were analyzed by Chi Square with the real test level = 5% and logistic regression.

Of all respondents JKN non-participants who have obtained information about JKN as much as 85.19% said that interested in becoming a participant JKN independently, only 14.81% who answered no and postponing for cost reasons. Membership interests are affected by the level of education (Crude OR: 1.85; 95% CI: 0.99 to 3.49). Perceptions about the benefits to both groups of respondents showed that as many as 137 people (72.87%) had a higher perception of benefits and 51 people (27.13%) have a lower perception of benefits. The value 95% CI 2.35 to 9.97, the value of crude OR was 4.85. Multivariate analysis showed perceptions of the benefits of independent variables affect the participation JKN independently and 4.53 times greater chance than other variables to be independently JKN participants (Adjusted OR = 4.53; 95% CI: 2.15 to 9.55). Under the influence of the value of LR obtained by 25.41% and the remaining 74.59% were caused by other variables outside the research variables.

Perceive of benefit had correlation with participation of outpatient in national health insurance program. Sociodemografic factor (such as ages, education and income), perceive susceptibility, perceive severity, perceive of threat, perceive barriers and socialization not related with participation of

(12)

xi

outpatient in national health insurance independently. The government are expected to do socialization about national health insurance overall, so that the participation of JKN independently can increase as soon as possible.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PRASYARAT GELAR MAGISTER ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 8 1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.3.1 Tujuan Umum ... 9 1.3.2 Tujuan Khusus ... 9 1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional ... 11

2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berpengaruh dengan Kepesertaan... 13

2.3 Health Belief Model ... 14

2.3.1 Konsep Health Belief Model ... 14

2.3.2 Komponen Health Belief Model ... 16

(14)

xiii

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... 20

3.1 Kerangka Berpikir ... 20

3.2 Konsep Penelitian ... 21

3.3 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Rancangan Penelitian ... 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3 Penentuan Sumber Data ... 23

4.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 23

4.3.2 Populasi dan Sampel ... 24

4.3.3 Besaran Sampel ... 25

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 26

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 26

4.4.1 Variabel Penelitian ... 26

4.4.2 Definisi Operasional ... 26

4.5 Intrumen Penelitian ... 29

4.6 Prosedur Penelitian... 29

4.6.1 Metode Pengambilan Data ... 29

4.6.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 29

4.6.3 Persiapan Penelitian... 30

4.6.4 Pelaksanaan Penelitian ... 30

4.6.5 Teknik Pengolahan Data ... 31

BAB V HASIL PENELITIAN ... 33

5.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur ... 33

5.2 Karakteristik Responden ... 34

5.3 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 35

(15)

xiv

5.4 Karakteristik Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan

Nasional ... 37

5.5 Analisis Bivariat ... 39

5.6 Analisis Multivariat ... 41

BAB VI PEMBAHASAN ... 43

6.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 43

6.2 Hubungan Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 45

6.3 Hubungan Sosialisasi Tentang JKN dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri ... 49

6.4 Variabel yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Mandiri ... 51

6.5 Keterbatasan Penelitian ... 51

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 53

7.1 Simpulan ... 53

7.2 Saran…. ... 53

DAFTAR PUSTAKA ……… ... 55

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.2 Definisi Operasional Masing-Masing Variabel

Penelitian ... 27 Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 34 Tabel 5.2 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN

Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 37 Tabel 5.3 Karakteristik Sosialisasi JKN yang Didapat Responden ... 38 Tabel 5.4 Crude OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pasien

Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 40 Tabel 5.6 Adjusted OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan

Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ... 42

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(18)

xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BUMN : Badan Usaha Milik Negara

FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama HBM : Heath Belief Model

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional JKBM : Jaminan Kesehatan Bali Mandara Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja KTP : Kartu Tanda Penduduk PBI : Penerima Bantuan Biaya PNS : Pegawai Negeri Sipil

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas TNI : Tentara Nasional Indonesia

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Propinsi Bali Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Kota Denpasar Lampiran 4. Jadwal Kegiatan

Lampiran 5. Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 6. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7. Pedoman Wawancara

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan

untuk menjamin hak-hak kesehatan yang fundamental (Universal Declaration of

Human Right, 1948). Penjaminan hak tersebut diperkuat dengan amandemen

UUD 1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan: Negara mengembangkan jaminan

sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu. Ayat 3 menyebutkan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka tugas

pemerintah semakin jelas, menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari

pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat

(UUD 1945).

UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)

ditetapkan untuk memenuhi hak setiap warga negara agar bisa hidup layak dan

bermartabat menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Jaminan

sosial merupakan perlindungan yang dirancang oleh pemerintah, untuk

melindungi warga negara terhadap risiko kematian, kesehatan, pengangguran,

kemiskinan, pensiun dan kondisi pekerjaan yang tidak layak. Pemerintah

mengembangkan program asuransi kesehatan secara nasional sampai tercapainya

universal coverage di Indonesia yang terkenal sebagai Jaminan Kesehatan

(21)

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan tersebut diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau bagi peserta Penerima Bantuan Iuran

(PBI) yang biayanya telah dibayarkan oleh pemerintah. Jaminan kesehatan dalam

SJSN, diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial dengan kepesertaan wajib

bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menghendaki adanya peran serta masyarakat

dalam bentuk pembayaran iuran jaminan kesehatan secara adil berdasarkan

kemampuan finansial peserta (Kementerian Kesehatan, 2012).

Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak terlepas dari unsur

kegotongroyongan dimana didalamnya terdapat upaya bersama agar semua

penduduk berkontribusi (membayar iuran) agar terkumpul dana untuk membiayai

pengobatan siapa saja yang sakit. Fungsi kegotongroyongan secara formal

diwujudkan karena setiap orang diwajibkan membayar iuran yang jumlahnya

ditentukan. Kegotongroyongan informal yang telah lama berakar dalam budaya

Indonesia, kerabat membantu biaya pengobatan dengan menyumbang sukarela,

tetapi mekanisme sukarela ini tidak menjamin kecukupan dana untuk biaya

pengobatan. Mekanisme kegotongroyongan formal, sumbangan berupa iuran

wajib diperhitungkan agar mencukupi biaya berobat siapapun yang sakit

(Kementerian Kesehatan, 2012).

Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan sejak Januari 2014, sementara itu

beberapa pemerintah daerah termasuk Bali sudah memiliki program jaminan

(22)

melindungi seluruh masyarakat yang memiliki KTP Bali. Kebijakan tersebut

diambil pemerintah oleh karena masih banyak masyarakat Bali yang belum

memiliki jaminan kesehatan. Terdapat perbedaan mendasar antara konsep

pembiayaan JKBM dengan JKN non PBI. Pembiayaan kesehatan JKBM

ditanggung oleh pemerintah daerah dimana biaya pelayanan kesehatan diklaim

oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada pemerintah daerah. Pelayanan yang

diberikan lebih bersifat kuratif dan masyarakat tidak dibebankan biaya sama

sekali untuk pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Peserta JKN terdiri

dari peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), di mana biaya ditanggung oleh

pemerintah dan peserta JKN non PBI mewajibkan peserta membayar iuran dan

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama dibayarkan menggunakan sistem kapitasi. Sistem ini akan menekankan

pelayanan preventif dan promotif tanpa mengesampingkan kuratif dan

rehabilitatif. JKN juga mencakup pelayanan deteksi dini untuk penyakit kronis

sehingga dapat mencegah pemborosan biaya kuratif.

Pelayanan kesehatan yang menggunakan JKN dapat dilakukan di seluruh

Indonesia tanpa memandang asal kepesertaan, terutama dalam keadaan gawat

darurat, peserta bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan

manapun yang bertanda BPJS. Program JKBM terbatas hanya berlaku di Bali dan

bagi masyarakat yang ber-KTP Bali.

Jaminan Kesehatan Nasional memberi manfaat yang komprehensif dengan

premi terjangkau dan menerapkan sistim kendali mutu dan kendali biaya. Hal ini

(23)

bermutu. JKN menjamin kepastian biaya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan

dan dapat dipergunakan di seluruh wilayah Indonesia, bagi seluruh masyarakat

Indonesia, karena itu kepesertaannya bersifat wajib (Kementrian Kesehatan,2014).

Sehubungan dengan manfaat yang diuraikan di atas, tidak salah kiranya

pemerintah mengharapkan agar pemerintah daerah ikut berperan aktif untuk

mempercepat tercapainya universal coverage. Analisis berbagai kebijakan terkait

rencana integrasi JKBM ke dalam JKN sudah dilakukan oleh pihak terkait di Bali.

Pemerintah Propinsi Bali diharapkan untuk melakukan integrasi secara bertahap

sesuai dengan ketentuan roadmap JKN. Sejak diberlakukan 1 Januari 2014, semua

PNS, TNI Polri, peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta JKN.

Diharapkan semua karyawan BUMN yang belum mempunyai jaminan kesehatan

sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2015. Tahap berikutnya, semua Jamkesda

yang ada diharapkan sudah berintegrasi paling lambat pada 1 Januari 2016, dan

pada akhirnya semua masyarakat terlindungi dengan JKN pada tahun 2019

(Kementerian Kesehatan, 2012).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan pelaksana sudah

melakukan berbagai kegiatan untuk mempercepat proses perjalanan roadmap JKN

sehingga universal coverage cepat tercapai. Sosialisasi diberbagai media masa

tentang manfaat, cara pembayaran, besaran iuran yang dipilih sesuai kemampuan,

sudah dilaksanakan, tetapi hasil yang diharapkan bahwa akan terjadi peningkatan

kepesertaaan mandiri belum terlihat nyata.

Data BPJS bulan September 2014 menunjukkan jumlah peserta JKN di kota

(24)

kota Denpasar 843.760 jiwa, di dapatkan angka kepesertaan sebesar 37,31%.

Total kepesertaan BPJS bulan Agustus 301.143 jiwa, bulan September 314.866

jiwa, bulan Oktober 327.945 jiwa. Dari data tersebut terlihat penambahan peserta

baru hanya sekitar 13.000 jiwa perbulan, dapat diperkirakan peserta baru di akhir

tahun 2014 adalah 166.000 jiwa (Data BPJS Cabang Denpasar, 2013). Sesuai

dengan roadmap JKN, dimana disebutkan bahwa integrasi Jamkesda ke dalam

BPJS diharapkan sebelum 1 Januari 2016 (Perpres 111, 2013). Peserta awal

Januari 2014 adalah 251.619 jiwa, dan yang menjadi sasaran kepesertaan baru

sampai akhir 2015 adalah 592.141 jiwa, pencapaian tahun 2014 belum maksimal

(27,19%).

Dari laporan kunjungan rawat jalan pada pelayanan kesehatan dasar milik

pemerintah Dinas Kesehatan Kota Denpasar diperoleh data kunjungan pasien JKN

berkisar antara 20-22,5% dari total semua pasien yang berkunjung. Data

kunjungan rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan September

2014 adalah 3035 terdiri dari: kepesertaaan JKN 999 orang (32,91%), JKBM

1422 orang (46,85%), pasien tanpa jaminan kesehatan sejumlah 614 orang

(20,23%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui pasien yang tercakup dengan

jaminan kesehatan nasional hanya 32,91%. Sesuai dengan roadmap JKN

diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar segera

mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN

belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya, padahal

sosialisasi manfaat JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan

(25)

Sebuah penelitian yang dilakukan di India mengatakan terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin, usia, pendididkan, pekerjaaan, dan

membayar iuran. Tetapi kebutuhan akan pelayanan kesehatan, usia, dan tingkat

pendidikan berlawanan dengan apa yang diharapkan, dimana didapatkan usia

berbanding terbalik terhadap kemauan untuk membayar (Bawa, 2011).

Penelitian eksploratif di Malaysia yang menggali kemauan membayar

sukarela jaminan kesehatan berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal

yaitu kesukuan, pendidikan, penghasilan perbulan, penyakit kronik dan adanya

cakupan asuransi swasta (Shafie & Hassali , 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Elmamy Handayani,2013 di Kabupaten Hulu

Sungai Selatan mengenai faktor yang mempengaruhi kemauan masyarakat

membayar iuran jaminan kesehatan pada 142 responden didapatkan tingkat

penghasilan masyarakat mempengaruhi kemauan masyarakat membayar iuran

jaminan kesehatan. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan

pada pengusaha dan pekerja UMKM dari 20 kabupaten diseluruh Indonesia

ditemukan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar

kontribusi yang lebih rendah. Kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS

dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan

pengetahuan terhadap program BPJS (Ramadhana, F. & Amir, H,2015). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Anggi Afifi (dalam Sakinah, 2014) dan Gunistiyo

(2006) menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi berpengaruh terhadap

(26)

sebaliknya. Mereka yang berpenghasilan rendah akan mencukupi kebutuhan

pokok sehari-hari sebelum memutuskan menjadi peserta asuransi kesehatan.

Perilaku individu tidak terlepas dari intelegensia yang akan mempengaruhi

persepsinya. Perubahan perilaku tersebut diharapkan meningkat sejalan dengan

peningkatan persepsi. Praba, I.A.G.R dan Astiti,D.P (2012) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa persepsi individu terhadap asuransi dan model kepercayaan

kesehatan berperan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan asuransi

jiwa. Ketika dilakukan pengujian korelasi parsial, hanya variabel persepsi individu

terhadap asuransi yang mempunyai hubungan dengan variabel pengambilan

keputusan untuk menggunakan asuransi jiwa. Hasil penelitian Trimurthy (2008)

diketahui bahwa terdapat hubungan persepsi pasien tentang pelayanan dengan

nilai sig 0,003, jaminan pelayanan dengan nilai p value 0,0001 dan daya bukti

langsung pelayanan dengan nilai p value 0,003 terhadap pemanfaatan layanan di

Puskesmas Pandanaran Kota Semarang.

Penelitian deskriptif di Kota Bandung dengan melibatkan 700 responden

dari pekerja informal mengenai potensi partisipasi masyarakat informal untuk

menjadi peserta JKN secara mandiri, didapatkan 87,1% responden menyatakan

bersedia ikut dalam program tersebut (Djuhaeni, Gondodiputro, & Setiawati,

2010). Terkait persepsi dan motivasi terhadap kepesertaan JKN mandiri di Kota

Surakarta mendapatkan hasil bahwa mereka menyadari manfaat pentingnya

kesehatan dalam kehidupan (80%) dan sebanyak 86% mengatakan keikutsertaan

(27)

Banyak penelitian baik di luar maupun di dalam negeri lebih banyak

menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat

dalam kepesertaan jaminan sosial antara lain: usia, jenis kelamin, pengetahuan,

pendidikan, kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita. Belum banyak yang

meneliti bagaimana partisipasi masyarakat dalam kepesertaan jaminan sosial

tersebut dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, persepsi masyarakat tentang

kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, persepsi ancaman terhadap

masalah kesehatan yang mungkin didapat, persepsi manfaat, persepsi hambatan

yang dialami dan faktor sosialisasi tentang JKN yang diterima oleh masyarakat itu

sendiri.

I.2 Rumusan Masalah

Penelitian tentang pengaruh usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan,

kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita dengan kepesertaan Jaminan sosial

sudah banyak dilakukan dan dipublikasi, tetapi pengaruh persepsi Kepala keluarga

tentang kerentanan, keparahan, penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan,

manfaat, hambatan, sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan jaminan sosial

tersebut belum banyak dilakukan di Bali dan belum pernah dilakukan di

Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan: Apakah

faktor sosiodemografi, persepsi kepala keluarga terhadap kerentanan, keparahan

penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat, hambatan dan sosialisasi

tentang JKN berhubungan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan

(28)

1.3 Tujan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan hubungan antara faktor sosiodemografi, persepsi pasien dan

sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam program

Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan hal yang diuraikan seperti

dibawah ini.

1. Hubungan antara faktor sosiodemografi yaitu faktor umur, pendidikan dan

penghasilan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri.

2. Hubungan antara faktor persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat

dan hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri.

3. Hubungan faktor sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam

program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terkait

kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.

2. Menjadi rujukan bagi peneliti atau daerah lain yang mempunyai

permasalahan yang sama dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

(29)

1.4.2 Manfaat praktis

1. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kebijakan kepada Dinas

Kesehatan Kota Denpasar dan puskesmas dalam pemberdayaan

masyarakat khususnya tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasioanal

secara mandiri.

2. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kepada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Divisi Regional XI.

3. Memberi masukan kepada Puskesmas I Denpasar Timur dalam

peningkatan promosi kesehatan.

4. Memberi masukan bagi pemegang program di Puskesmas I Denpasar

(30)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional.

Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya

perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

interaksi dari dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor yang ada

dalam diri orang itu sendiri dan faktor eksternal yang ada di luar diri individu

tersebut. Dalam penelitian ini yang merupakan faktor internal adalah

sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan) dan persepsi masyarakat.

Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

Perilaku merupakan suatu perwujudan dari hasil interaksi antara pengalaman

dengan interaksi di lingkungan sekitar. Perilaku tersebut dapat diwujudkan dalam

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam setiap individu. Perilaku

merupakan faktor kedua terbesar yang dapat mempengaruhi kesehatan dari

individu, kelompok, maupun masyarakat setelah faktor lingkungan (Notoatmodjo,

2009).

a. Respondent response atau reflexive, merupakan tanggapan yang ditimbulkan

oleh rancangan stimulus tertentu yang dapat menimbulkan respon relatif tetap.

Keberadaan dari respon ini sangat terbatas dan susah untuk dimodifikasi.

b. Operant response atau instrumental response, merupakan timbulnya suatu

respon yang dapat berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

(31)

Dalam bidang kesehatan, terkait perilaku manusia, Becker

mengklasifikasikan dalam tiga kelompok perilaku seperti di bawah ini.

a. Perilaku sehat (health behavior) yaitu semua bentuk perilaku yang berkaitan

dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti olah

raga teratur, tidak merokok, imunisasi, kepesertaan dalam jaminan kesehatan,

kebiasaan mencuci tangan, dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (illness behavior) yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya

yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan seperti

berkunjung ke puskesmas.

c. Perilaku peran sakit (the sick behavior) yaitu berbagai tindakan yang dilakukan

berkaitan dengan peran sosial dari individu yang sedang sakit seperti tindakan

untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui sarana kesehatan yang layak atau

bermutu, dan sebagainya.

Bentuk kepesertaan tersebut dapat berawal dari suatu partisipasi

masyarakat. Aryenti (2000), berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan

secara keseluruhan terhadap satu tekad yang sudah menjadi kesepakatan bersama,

sehingga partisipasi sangat menuntut keterlibatan secara penuh dari para

pelakunya. Menurut Wardani, (2004) partisipasi masyarakat merupakan suatu

proses dimana masyarakat mempunyai hak dan peran serta dalam pengambilan

keputusan. Partisipasi tidak hanya ditunjukkan dari keikutsertaan, tetapi juga

faktor keterlibatan secara emosional seseorang atas kegiatan yang diikuti dan

adanya keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menjalankan kewajiban

(32)

Partisipasi langsung memiliki karakteristik yang paling tinggi untuk hal –

hal yang diharapkan (favourable) dari suatu partisipasi. Dengan adanya partisipasi

maka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan akan mewujudkan rasa tanggung

jawab setiap individu, sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dalam

kehidupan bermasyarakat. Dengan partisipasi diharapkan dapat menimbulkan

kesadaran setiap manusia terhadap pencegahan penyakit, sehingga setiap manusia

dapat berusaha untuk mengatasinya dengan mengandalkan semua kemampuan

keahlian yang dimilikinya. Segala jenis pengetahuan yang terdapat di masyarakat

dapat dimanfaatkan untuk menciptakan adanya perpaduan pengetahuan dari

berbagai keahlian yang dimiliki masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang

dipergunakan di negara berkembang untuk memecahkan masalah kesehatan

dengan daya dan dana pemerintah yang minimal (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berhubungan dengan Kepesertaan

Kepesertaan dipengaruhi faktor demografi yaitu umur, pendidikan dan

penghasilan. Umur adalah lama waktu hidup yang ada, sejak dilahirkan atau

ditiadakan. Dalam berbagai penelitian faktor umur mempunyai peran yang

penting. Dalam penelitian ini, katagori dibedakan dua yaitu umur di atas 40 tahun

dan umur di bawah 40 tahun.

Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pembelajaran dan pelatihan yang formal. Menurut Lofgren dkk., tingkat

(33)

dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan

dan semakin bertambah pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan

meningkatkan keinginan untuk menjadi peserta asuransi kesehatan.

Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan yang diperoleh

individu atau masyarakat dari aktiiftasnya setiap bulannya. Tingkat kesejahteraan

masyarakat dapat diukur dari pendapatan perkapita, Hal ini berdampak pada

keinginan masyarakat tersebut berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Penelitian

Gunistiyo (2006) tentang kesadaran berasuransi menemukan bahwaterdapat

hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan dengan kesadaran

berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kesadarannya dalam

berasuransi kesehatan akan semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.

2.3 Health Belief Model

2.3.1 Konsep Health Belief Model

Menurut pendapat Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)

menyatakan bahwa health belief model adalah suatu perilaku pencegahan yang

mau dilakukan oleh setiap individu dalam bentuk perilaku yang sehat. Dalam hal

ini terdapat dua penilaian perilaku sehat, yaitu perceived threat (perceived

seriousness, perceived susceptibility, cuesto action), dan perceived benefits and barriers.

Berdasarkan penjelasan dari Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker &

koleganya (dalam Odgen, 2004), Health Belief Model ini biasanya dipakai untuk

(34)

suatu perilaku yang sehat serta respon dari perilaku terhadap pengobatan yang

dapat dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, Health Belief Model juga dapat

dipergunakan untuk memperkirakan adanya perilaku adalah kumpulan dari core

belief yang artinya suatu persepsi individu yang mempunyai kaitan dengan susceptibility to illness, the severity of illness, the cost involved in carrying out the behavior dan cues to action.

Health Belief Model menurut Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam

Family Health International, 2004) adalah sebuah model perilaku yang dapat

menjelaskan dan memperkirakan adanya perilaku yang sehat yang berfokus pada

sikap dan keyakinan (belief) pada setiap individu. Teori sikap yang sangat

berpengaruh untuk menjelaskan alasan mengapa setiap individu melakukan

perilaku yang sehat menurut Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam

Taylor, 2009) adalah Health Belief Model. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Health Belief Model adalah sebuah model kognitif yang dapat menjelaskan dan

memperkirakan adanya health behavior terhadap apa yang akan dilakukan dan

berfokus pada belief dari setiap individu terhadap perceived seriousness,

perceived susceptibility, cues to action, dan perceived benefits and barriers.

2.3.2 Komponen Health Belief Model

Berdasarkan pendapat dari Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006)

mengungkapkan bahwa komponen health belief model dibagi menjadi dua

(35)

1. Perceived Threat

Perceived threat merupakan suatu penilaian perilaku dari individu tentang

adanya perasaan dari sebuah ancaman yang sangat berkaitan dengan permasalahan

kesehatan. Perceived threat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Perceived Seriousness of The Health Problem

Pada faktor ini setiap manusia akan memikirkan tingkat keparahan dari

risiko suatu penyakit yang bisa terjadi apabila membiarkan masalah

kesehatan yang dialaminya terus berkembang dan tidak ditangani secara

medis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dari setiap

manusia, jika tingkat kepercayaannya tinggi terhadap kemungkinan resiko

yang akan terjadi semakin buruk, maka hal tersebut akan dirasakan sebagai

suatu ancaman terhadap kesehatannya sehingga mereka akan melakukan

tindakan pencegahan atau preventif.

b. Perceived Susceptibility to the Health Problem

Dalam faktor ini manusia mulai mengevaluasi setiap jenis masalah

kesehatan lainnya yang kemungkinan bisa berkembang dan dapat

mengancam kesehatannya. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya persepsi

terhadap risiko dari suatu penyakit. Semakin tinggi persepsi manusia

terhadap risiko penyakit yang dialaminya, maka mereka akan menganggap

hal itu sebagai sebuah ancaman yang dapat membahayakan kesehatannya

(36)

c. Cues To Action

Cues to action adalah sebuah peringatan terhadap suatu masalah kesehatan

yang mempunyai potensi untuk meningkatkan keyakinan manusia agar

mereka mempersepsikan hal tersebut sebagai sebuah ancaman yang dapat

membahayakan kesehatannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk

melakukan tindakan pencegahan. Cues to action dapat berbentuk kegiatan

sosialisasi atau pemberian informasi kepada masyarakat seperti media atau

iklan bahaya merokok, maupun sejenis artikel yang terdapat di koran.

2. Perceived Benefits and Barriers

Perceived benefits and barriers merupakan salah satu komponen dari Health Belief Model yang ada kaitannya antara keuntungan maupun hambatan

yang akan didapat jika mereka melakukan tindakan pencegahan atau preventif

terhadap suatu masalah kesehatan. Pada perceived benefits setiap manusia akan

melakukan penilaian terhadap keuntungan yang akan diperoleh mereka apabila

memanfaatkan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Keuntungan yang

dimaksud seperti mereka dapat mengurangi resiko dari penyakit yang dialaminya

sehingga tubuhnya menjadi semakin sehat. Perceived barriers adalah suatu

hambatan yang dapat dirasakan oleh setiap orang untuk mendapatkan layanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, seperti misalnya masalah biaya, resiko

secara psikologis seperti adanya ketakutan jika melakukan cek–up akan dikatakan

tambah tua. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan secara fisik seperti jarak

untuk mengakses pelayanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas) yang jauh

(37)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep

Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kognitif yang dapat digunakan

untuk memprediksi adanya perilaku dalam meningkatkan kesehatan. Menurut

Maulana, (2009) menyatakan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi

faktor tingkat ancaman dari suatu penyakit, tingkat keseriusan terhadap masalah

kesehatan, kerentanan tubuh terhadap suatu penyakit, pertimbangan dari

keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Variabel tersebut adalah : variabel demografi, seperti umur, jenis

kelamin dan latar belakang budaya setiap individu yang berbeda – beda; variabel

sosio – psikologis, seperti kepribadian, kelas sosial,dan tekanan sosial; serta

variabel struktural, misalnya pengetahuan dan pengalaman dari setiap individu

yang berbeda – beda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa

adanya perbedaan perubahan perilaku terhadap suatu objek, dimana variasi dan

perubahan perilaku tersebut sangat tergantung dari perilaku di sekitarnya

(Kandera, 2004).

2.4 Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional

Sosialisasi tentang JKN dapat berupa pemberian informasi atau edukasi

untuk mengubah perilaku dengan cara mempengaruhi, membujuk, menghimbau,

mengajak, memberi informasi dan kesadaran melalui kegiatan yang disebut

pendidikan kesehatan.

Dalam bidang kesehatan sering disebut promosi kesehatan, yang

merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah persepsi setiap

(38)

memajukan, mendukung dan mendorong serta menempatkan kesehatan lebih

tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum (Ewles & Simnett,

1994). Dalam konsep promosi kesehatan, baik individu maupun masyarakat tidak

hanya menjadi untuk sasaran saja, tetapi juga sebagai pelaku dalam perilaku sehat,

dan secara aktif menjaga kesehatannya, kemudian ikut berperan aktif untuk

mencegah terjadinya penyakit, dan melindungi dirinya dari berbagai macam

(39)

20

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kepesertaan masyarakat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional

secara mandiri dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi (umur, penghasilan

dan pendidikan), persepsi kerentanan, persepsi keparahan penyakit yang diderita,

persepsi ancaman terhadap masalah kesehatan, persepsi terhadap manfaat yang

didapatkan, persepsi masyarakat tentang hambatan yang akan dialami, dan faktor

sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional.

Perubahan perilaku merupakan suatu kondisi dimana terdapat

keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Apabila

dalam diri seseorang terjadi ketidakseimbangan diantara kedua kekuatan tersebut

maka akan terjadi perubahan perilaku yang dapat dikatagorikan menjadi tiga

kelompok seperti di bawah ini.

1. Apabila kekuatan pendorong yang meningkat maka akan terjadi peningkatan

kepesertaan JKN secara mandiri.

2. Apabila kekuatan penghambat yang menurun maka akan meningkatkan

kepesertaan JKN secara mandiri.

3. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penghambat menurun, hal ini

(40)

Pada saat terjadi perubahan, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan

pada akhirnya kekuatan pendorong yang akan semakin banyak dan kekuatan

penghambat akan semakin sedikit.

3.2 Konsep Penelitian Gambar 3.1 Konsep Penelitian Faktor Sosiodemografi  Umur  Pendidikan  Penghasilan

Faktor Sosialisasi tentang JKN

Kepesertaan JKN Secara Mandiri Faktor Persepsi Responden

 Persepsi Kerentanan  Persepsi Keparahan  Persepsi Ancaman  Persepsi Manfaat  Persepsi Hambatan

(41)

3.1 Hipotesis

1. Terdapat hubungan faktor sosiodemografi yaitu umur, pendidikan dan

penghasilan Kepala Keluarga dengan kepesertaan dalam program Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri.

2. Terdapat hubungan persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan

hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri.

3. Terdapat hubungan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam

(42)

23

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian tentang determinan yang berhubungan dengan kesediaan

masyarakat mengikuti program JKN berdasarkan jenis penelitian termasuk

penelitian Observational Analytic. Penelitian adalah penelitian kuantitatif.

Rancang bangun penelitian cross sectional menganalisis hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung pada saat yang sama untuk setiap

responden dan dilakukan penilaian hanya satu kali sesuai kriteria yang dibuat

peneliti (Nazir, 2005).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur Kota

Denpasar dengan waktu penelitian dari Bulan Februari sampai dengan Juni 2015.

Sedangkan waktu pengambilan data pada Bulan Maret sampai dengan April 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Metode Pengumpulan Data

Data primer adalah data yang diambil langsung pada saat penelitian

dilaksanakan. Data primer dalam penelitian ini adalah:

1. Skor faktor persepsi kepala keluarga tentang demografi, persepsi kerentanan,

keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan,

manfaat yang didapat, hambatan, dan sosialisasi puskesmas yaitu jumlah skor

(43)

2. Data gambaran tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara

mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur.

Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian meliputi gambaran

geografi, topografi, manajemen Puskesmas I Denpasar Timur, diperoleh dengan

mengutip data dari Profil Puskesmas I Denpasar Timur dan profil Kecamatan

Denpasar Timur.

4.3.2 Populasi dan Sampel

4.3.2.1 Populasi

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua pasien yang tinggal

dan menetap di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur.

Populasi terjangkau adalah semua pasien yang datang berkunjung ke

Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan Maret 2015 – Mei 2015.

4.3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang tinggal dan

menetap di wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. Sampel penelitian dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok peserta JKN dan kelompok yang bukan

peserta JKN. Responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang

bersedia berpartisipasi menjadi sampel dengan menandatangani informed consent

(surat persetujuan) terlebih dahulu. Alasan pemilihan responden adalah sesuai

(44)

1. Kriteria inklusi

a). Kepala Keluarga yang tinggal dan menetap di wilayah Puskesmas I

Denpasar Timur.

b). Kepala Keluarga adalah merupakan anggota jaminan pelayanan di

Puskesmas I Denpasar Timur.

c). Kepala keluarga adalah responden yang sudah bekerja dan tidak menjadi

tanggungan orang tuanya.

d). Kepala Keluarga bersedia menjadi responden penelitian.

2. Kriteria eksklusi

a). Kepala Keluarga yang termasuk PNS, Jamkesmas, Jamsostek dan ABRI.

b). Kepala Keluarga yang menggunakan JKBM.

4.3.3. Besaran sampel

Besar sampel diambil untuk penelitian cross sectional dengan

menggunakan rumus (Riwidikdo, 2008) yaitu:

2 2 / 1 2 (1 ) d P P Z n   (2) Dimana:

P = proporsi (incidence rate) peserta JKN mandiri di Puskesmas I Denpasar

Timur (asumsi aktif JKN 20 %)

Z = nilai Z pada α 5% = 1,96

d2 = presisi mutlak sebesar 6 % (0,06)

(45)

171 170,74 06 , 0 0,8 2 , 0 x 96 , 1 2 2    x n

Dari seluruh perhitungan besar sampel, maka besar sampel yang

dipergunakan adalah besar sampel yang terbesar yaitu 171 subyek ditambah 10 %,

sehingga menjadi 188 subyek.

4.3.4. Teknik penentuan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel dari data kunjungan

pasien rawat jalan yang ada di register pasien yang berkunjung ke Puskesmas I

Denpasar Timur pada bulan Februari 2015. Dari register didapatkan alamat

penderita untuk selanjutnya dikunjungi ke rumahnya dan dilakukan wawancara.

Sampel akan diambil sebesar 188 responden secara proportional dari kedua

kelompok, yaitu kelompok pasien yang menggunakan JKN secara mandiri dan

kelompok pasien yang tidak menggunakan JKN mandiri. Dari masing-masing

kelompok tersebut diambil sampel sebanyak 94 responden.

4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1. Variabel Penelitian

Variabel bebas penelitian adalah sosiodemografi, persepsi kepala keluarga

tentang kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap

masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi puskesmas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepesertaan JKN secara mandiri.

4.4.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional masing-masing variabel yang diteliti diberikan

(46)

Tabel 4.2

Definisi Operasional Masing-Masing Variabel Penelitian

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala

1. Umur Umur responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Responden diwawancara Kuesioner <40 tahun ≥ 40 tahun Nominal

2. Pendidikan Pendidikan formal yang terakhir pernah diikuti responden Responden diwawancara kuesioner ≤ SMP ≥ SMA Nominal

3. Penghasilan Rata-rata jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan

Responden diwawancara kuesioner < UMR ≥ UMR Nominal 4. Persepsi tentang kerentanan Pandangan Kepala Keluarga mengevaluasi jenis masalah kesehatan yang mungkin dapat mengancam

kesehatan

Responden diwawancara

kuesioner jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80% Nominal 5. Persepsi tentang keparahan masalah kesehatan yang diderita Pandangan Kepala Keluarga tentang keparahan masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga Responden diwawancara

Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80%

(47)

6. Persepsi tentang ancaman terhadap masalah kesehatan, Pandangan Kepala Keluarga tentang bagaimana ancaman yang dirasakan terkait dengan masalah kesehatan Responden diwawancara

Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥80% rendah : <80% Nominal 7. Persepsi tentang manfaat yang didapat, Pandangan Kepala Keluarga tentang manfaat yang akan didapatkan apabila mengikuti program JKN

Responden diwawancara

Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥90% rendah : <90% Nominal 8. Persepsi tentang hambatan Pandangan Kepala Keluarga tentang hambatan yang akan didapatkan apabila

mengikuti Program JKN

Responden diwawancara

Kuesioner Jawaban reponden akan dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi : ≥90% rendah : <90% Nominal 9. Sosialisai tentang JKN Informasi yang diterima kepala keluarga tentang JKN Responden diwawancara

Kuesioner Jawaban responden akan dikategorikan menjadi dua yaitu: Ya atau tidak noNominal 10. Kepesertaan JKN secara mandiri Partipasi Kepala Keluarga menjadi peserta JKN dengan membayar iuran sesuai kemampuannya. Responden diwawancara

(48)

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang

digunakan berupa karakteristik maupun kondisi responden sesuai dengan variabel

yang diinginkan.

4.6. Prosedur Penelitian

4.6.1. Metode Pengambilan Data

Wawancara yang ditujukan kepada responden dengan panduan kuesioner

yang telah disiapkan meliputi sosiodemografi, persepsi keparahan penyakit yang

diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan,

sosialisasi puskesmas, dan mutu pelayanan kesehatan. Wawancara dilakukan di

luar puskesmas dengan melakukan kunjungan ke rumah responden.

4.6.2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Sebelum alat ukur dipergunakan telah dilaksanakan uji coba di lapangan.

Responden yang digunakan adalah responden yang memiliki ciri-ciri yang sama

dengan responden penelitian. Jumlah responden uji coba adalah 30 orang

(Notoatmodjo, 2010a).

1. Uji Validitas

Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan

alat bantu soft ware komputer sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada

setiap variabel bebas. Dari hasil tersebut akan terlihat besar nilainya dibandingkan

dengan r product moment, validitas disini dilakukan pada responden dengan taraf

(49)

Uji validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur mampu

mengungkapkan apa yang diukur. Dengan ketentuan jika r hitung positif, serta

r hitung › 0,30 maka alat ukur tersebut dikatakan valid (Sudarmanto, 2005).

2. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini digunakan metode statistik dengan teknis uji

reliabilitas koefisiensi variasi alpha untuk menguji reliabilitas item pertanyaan.

Penentuan variabel telah reliabel dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha.

Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha >

0,60 (Nugroho, 2005).

4.6.3 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian yang dilaksanakan adalah mengurus ijin penelitian,

dan persiapan pengambilan data. Pengambilan data penelitian melibatkan

koordinator jumantik yang bekerja di Puskesmas I Denpasar Timur. Mengingat

banyaknya data yang dikumpulkan dalam kuesioner dan jumlah responden yang

diwawancarai maka koordinator yang ditugaskan terlebih dahulu diberikan

penjelasan supaya mereka mempunyai pemahaman yang sama terhadap isi

kuesioner tersebut.

4.6.4. Pelaksanaan penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan dalam waktu empat minggu.

Pelaksanaan pengambilan data dilakukan bersama-sama dan menyesuaikan

dengan kondisi responden. Sebelum pengambilan data kepada responden diajukan

informed consent yang harus dipahami dan disetujui oleh responden dengan

(50)

sebagai responden maka responden akan diganti dengan rumah tangga sebelahnya

dengan kriteria yang sesuai.

4.6.5 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diteliti dan dianalisis kelengkapannya

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Editing : data primer yang terkumpul dari hasil wawancara kemudian

diperiksa, apabila terdapat ketidakjelasan maka langsung dipertanyakan kepada

petugas wawancara sehingga dapat dimengerti dan diisi dengan tepat.

2. Coding : setiap variabel dengan skala data kategori diberikan kode berupa

huruf dan angka untuk memudahkandalam pengolahan selanjutnya.

3. Scoring : setiap jawaban responden diberikan nilai untuk mengukur

persepsi tentang kepala rumah tangga tentang kerentanan, persepsi keparahan

penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang

didapat, hambatan dan sosialisasi puskesmas dengan kuesioner yang terdiri dari 4

sampai 9 pertanyaan untuk setiap variabel. Data yang telah terkumpul kemudian

dianalisis dalam distribusi frekuensi dengan skala nominal yang bertujuan

mengubah data mentah menjadi data yang lebih berarti sehingga dapat digunakan

sebagai landasan untuk menyusun kesimpulan.

4. Tabulating : total nilai atau skor yang didapat tiap responden dikelompokkan

(51)

4.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dilakukan analisis

secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk

mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing variabel. Setiap pertanyaan

pada kuesioner diberikan skor dan selanjutnya dijumlahkan total skor setiap

variabel. Pada tahapan ini, seluruh faktor yang mempengaruhi kepesertaan JKN

dideskripsikan menggunakan ukuran rata-rata hitung (mean), nilai minimum,

maksimum dari total skor setiap variabel dan deskriptif naratif.

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara

variabel sosiodemografi, persepsi kerentanan, keparahan penyakit yang diderita,

ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi

tentang JKN, dengan kepesertaan JKN secara mandiri dengan menggunakan uji

Chi Square. Yang diukur dalam uji ini adalah Odd Rasio dan taraf uji nyata (α) =

5 %.

Teknik analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik, yaitu

untuk menguji secara statistik pengaruh variabel bebas (sosiodemografi, persepsi

Kepala Keluarga tentang kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman

terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi tentang

JKN) secara bersamaan terhadap variabel terikat (kepesertaan JKN secara

(52)

33

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur

Puskesmas I Denpasar Timur dengan luas wilayah 7509 km2 mempunyai

jumlahpenduduk 94.845 orang mewilayahi empat desa dan dua kelurahan, yaitu

Kelurahan Sumerta, Kelurahan Dangin Puri, Desa Sumerta Kelod, Desa Sumerta

Kaja, Desa Sumerta Kauh dan Desa Dangin Puri Kelod. Fasilitas kesehatan yang

ada terdiri dari satu puskesmas induk dan dua puskesmas pembantu.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas terdiri dari

pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Berdasarkan data yang diperoleh

dari laporan SP2TP puskesmas pada bulan februari tahun 2015, total jumlah

kunjungan pasien adalah 5.302 orang. Dari total kunjungan didapatkan kunjungan

pasien berdasarkan status kepemilikan jaminan kesehatan yaitu kunjungan pasien

JKN 1.601 orang, kunjungan pasien umum 767 dan kunjungan pasien JKBM

2.478 orang. Sampel diambil dari pasien JKN dan pasien non peserta JKN. Pasien

non peserta JKN yang dimaksud adalah pasien yang berkunjung untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan.

Sedangkan pasien JKN yang terpilih sebagai sampel adalah pasien JKN Mandiri ,

yaitu pasien yang berkunjung dengan menunjukkan kartu jaminan kesehatan dan

menjadi peserta JKN dengan membayar iuran sendiri. Besar sampel yang diambil

masing-masing pada pasien JKN dan pasien non peserta JKN adalah 94 sehingga

(53)

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, status pernikahan, jumlah anggota keluarga digambarkan seperti

Tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden Frekuensi (N=188) n (%) Umur <40 tahun 99 (52,66) ≥40 tahun 89 (47,34) Pendidikan ≤SMP/Sederajat 56 (29,78) ≥SMA/Sederajat 132 (70,22) Pekerjaan Karyawan/ti swasta 111 (59,04) Buruh 22 (11,70) Dagang 18 (9,57) IRT 9 (4,79) Jawaban lain 28 (14,89) Penghasilan <UMR 62 (32,98) ≥UMR 126 (67,02) Status Pernikahan Belum menikah 11 (5,85) Menikah 172 (91,49) Cerai 5 (2,66)

Jumlah anggota keluarga

≤3 orang 89 (47,34)

(54)

Hasil penelitian terhadap 188 responden didapatkan bahwa rentang umur

responden adalah 17 tahun sampai dengan 81 tahun dengan rata-rata umur 40

tahun. Persentase kategori umur responden dalam dua kelompok umur tidak jauh

berbeda. Sebagian besar responden sudah memiliki pendidikan formal yang baik

dimana 70% diantaranya sudah berijazah SMA/sederajat atau lebih tinggi dan

59,04% bekerja sebagai karyawan atau karyawati swasta. Sisanya tersebar merata

sebagai pekerja pada sektor informal seperti buruh, pedagang, tukang cukur,

tukang jahit dan sebagainya. Berdasarkan tingkat ekonomi responden, survei

menemukan bahwa sebagaian besar (67,02%) memiliki penghasilan lebih dari

UMR kota Denpasar yaitu Rp 1.800.000. Berdasarkan status pernikahan terdapat

responden yang belum menikah yaitu 5,85%, hal ini dianggap sebagai responden

karena responden sudah bekerja dan tidak berada dalam tanggungan orang tua.

Terkait jumlah anggota keluarga yang ditanggung dalam satu KK, peneliti

mengelompokkan dalam dua kategori dengan hasil yang tidak jauh berbeda.

5.3 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur

Persepsi responden dengan kepesertaan JKN secara mandiri di Puskesmas

I Denpasar Timur dikategorikan menjadi persepsi rendah dan tinggi. Untuk

persepsi kerentanan, keparahan dan ancaman yang disebut dengan persepsi rendah

adalah responden yang memiliki total skor di bawah 80%, sedangkan yang disebut

persepsi tinggi adalah responden yang memiliki total skor di atas atau sama

dengan 80%. Untuk persepsi manfaat juga dikategorikan menjadi persepsi rendah

(55)

bawah 90%, sedangkan yang disebut dengan persepsi manfaat tinggi adalah

responden dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Sedangkan untuk

persepsi hambatan tinggi adalah responden yang memiliki total skor di bawah

90%, dan yang disebut dengan persepsi hambatan rendah adalah responden

dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Tabel 5.2 berikut ini

menunjukkan bahwa terdapat lima variabel persepsi yang diteliti yaitu persepsi

kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat dan persepsi

hambatan. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden merasakan

kerentanan, keparahan dan ancaman yang tinggi terhadap permasalahan kesehatan

diatas 90% kecuali persepsi manfaat hanya 72,87%. Penemuan ini diperkirakan

dapat meningkatkan peluang keinginan responden menjadi peserta JKN secara

mandiri. Kemungkinan ini akan diperkuat dengan temuan bahwa persepsi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jika B/C Ratio &gt; 0 maka usulan investasi layak dan menguntungkan, dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk usaha docking kapal purse seine CV Putra Barokah di

Ada sumber mata air dalam menyediakan air bersih untuk masyarakat Desa Jeru yaitu sumber mata air Parang Paeng desa Benjor.Tujuan dari pelaksanaan I b M ini adalah untuk

1) Tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai

Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan gaya dan momen yang terjadi pada nozzle air fin cooler untuk arah x, y dan z tidak ada yang melewati batas yang

n Waktu yang diperlukan ( running time ) oleh sebuah algorithm cenderung tergantung pada jumlah input yang diproses.. n Running time dari sebuah algoritme adalah fungsi dari

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

vogelii sebagai insektisida nabati masih perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya terhadap ulat kubis Crocidolomia pavonana dan Plutella xylostella serta keamanannya