• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunitas

Menurut Soetomo, ada tiga kriteria dalam pengertian komunitas. Pertama, konsep komunitas memiliki komponen-komponen fisik yang menggambarkan adanya kelompok manusia yang hidup di daerah tertentu dan saling mengadakan interaksi. Kedua, anggota-anggota komunitas umumnya memiliki beberapa ciri khas yang sama menyebabkan timbulnya identfikasi mereka sebagai kelompok. Ketiga, suatu komunitas pada umumnya memiliki keselarasan dasar dalam perhatian dan aspirasi.

Selain itu, Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam kehidupan bersama, elemen-elemen menjadi pendorong tumbuhnya jaringan social dan reaksi sisaoal yang bersifat formal maupun informal. Jaringan social ini memiliki kapasitas untuk mendorong tindakan individual maupun tindakan kolektif dalam menghadapi berbagai persoalan.6

Menurut Soenarno, definisi arti Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi social yang di bangun dengan berbagi dimensi kebutuhan fungsional. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), arti Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya,

6

(2)

dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.7

Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.

2. Berdasarkan Minat 3. Berdasarkan Komunitas

Komunitas dapat dikatakan sebagai ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.

2.2 Tujuan dan manfaat dari komunitas kelompok

Johnson, (1987) mengidentifikasikan definisi kelompok dengan penekanan yang berbeda-beda merumuskan sebagai sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yan berinteraksi tatap muka yang masing-masing menyadari keberadan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.8

Dalam komunitas akan terjadi relasi pribadi yang erat antaranggota karena adanya kesamaan interest atau value yang membantu ketepatan dalam

7

Kertajaya, Hermawan. (2002). Hermawan Kertajaya on marketing.PT. Gramedia Jakarta. 8

(3)

membentuk komunitas. Tujuannya adalah mengenal konsumen berdasarkan kelompok-kelompok yang homogen sehingga akan membantu meningkatkan efisiensi penjualan di era new wave seperti sekarang, communitization adalah praktik yang lebih horizontal di mana yang terjadi adalah pembentukan komunitas konsumen sebagai sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain, dan memiliki kesamaan purposes, values, dan identity. (Kartajaya, 2010: 86).

Berbeda dengan segmentasi yang anggota segmennya dapat tidak peduli satu sama lain. Proses pembentukan komunitas dilakukan oleh orang per orang

yang setara sehingga bersifat horizontal. Oleh karenanya, dalam

communitization yang terjadi adalah low budget high impact marketing.Hal ini terjadi karena perusahaan tidak harus melakukan riset pasar.Perusahaan cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada.Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dianggap cocok, barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas. Setelah komunitas terbentuk, perusahaan sebenarnya sudah dapat “lepas tangan” karena komunitas tersebut akan “dirawat” sendiri oleh para anggota komunitasnya.

Di era new wave, pelanggan semakin memegang kendali, sehingga semakin susah bagi pemasar untuk “mengunci” mereka sebagaimana yang selama ini diajarkan dalam customer management pada pemasaran era sebelumnya.Namun, bukan berarti praktik “mengunci” tersebut tidak bisa lagi dilakukan, hanya saja memang harus melalui strategi komunitisasi.

(4)

Selain perubahan segmentasi menjadi communitization, dalam era new

wave marketing kita juga mengenal perubahan strategi lain yang sebenarnya

juga sangat berkaitan erat dengan strategi communitization ini, yakni perubahan dari strategi place menjadi communal activation.

Dalam era new wave marketing, saluran distribusi ini berupa communal activation yang berarti mengaktifkan sebuah komunitas melalui para pemimpin atau aktivis komunitas tersebut. Orang-orang seperti inilah yang mampu memasarkan produk secara co-creation kepada para anggota komunitas lainnya, bahkan kepada pelanggan.Dalam hal ini, pembentukan HijabersCommunity dipandang sebagai sebuah strategi pasar para hijabers community dalam rangka pengelolaan minat beli konsumen terhadap jilbab mereka.

Dengan kepercayaan yang dimilikinya, Hijabers Community terus melakukan immerse dengan konsumen melalui sejumlah kegiatan yang sangat melibatkan konsumen. Tak sekedar sebagai komunitas, dalam pemasaran co-creation kepada komunitas, mereka telah menjadi simpul-simpul dalam gelombang pengguna jilbab secara umum. Di era new wave, kehadiran Hijabers Community sebagai strategi communal activation telah sukses.

2.3 Komunitas Hijab (Hijabers Community)

Hijabers berasal dari kata hijab yang artinya penutup aurat atau sama engan berjilbab, yang kemudian ditambahkan kata - ers yang artinya menjadi para pecinta hijab. Hijabers adalah sebuah komunitas para pecinta

(5)

hijab, yakni para perempuan beragama Islam yang melaksanakan kewajibannya menutup aurat dengan berhijab, ingin bersama - sama berbagi kebaikan, saling belajar mendalami mengenai cara- cara berjilbab, dan mengajak para perempuan muslim lainnya untuk menggunakan jilbab. Adapun Hijabers

Community itu sendiri memiliki berbagai aspek yakni diantaranya yaitu :

1. Identitas, merupakan jati diri yang merujuk ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang, Hijabers Community merupakan sebuah komunitas, sehingga yang mereka miliki adalah identitas kolektif. Identitas kolektif ini merupakan (identitas bersama atau kelompok) adalah suatu interaksi (saling mempengaruhi) antara individu yang satu dengan individu lainnya.

2. Nilai, merupakan gagasan abstrak mengenai apa yang masyarakat anggap baik, benar, berharga, dan dinginkan. Hal ini dikarenakan Hijabers Community hidup dalam lingkungan masyarakat, komunitas ini tak lepas dari nilai-nilai sosial. Nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.

3. Aktifitas, kegiatan yang dilaksanakan organisme secara mental ataupun fisik. Hijabers Community merupakan komunitas dengan sejumlah aktivitas yang bisa menarik masyarakat lainnya untuk bergabung.

(6)

Dengan kata lain, Hijabers Community merupakan sebuah komunitas yang dalam pembentukannya di prakarsai oleh dua orang atau lebih yang saat ini sudah banyak sekali bermunculan dengan nama grup yang dibuat oleh kalangannyya masing-masing atau secara general. Komunitas ini didirikan dengan memiliki banyak maksud dan tujuan dari program yang dijalankan, Komunitas ini tidak hanya sekedar ajang ngumpul-ngumpul tapi juga bisa jadi tempat berbagi ilmu, pengalaman, cerita mengenai hijab dari masing – masing anggota komunitas nya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kini ada yang dinamakan jilbab kontemporer. Pemakaian jilbab kini lebih kompleks dari sebelumnya. Ada semacam pergeseran makna akan jilbab itu sendiri. Oleh budaya popular dalam komunitas Hijabers memaknai jilbab tidak hanya terfokus pada sisi religiusitas dan juga sebagai hiburan dan kepuasan pribadi di depan umum atau pencitraan. Memang bukan hal yang salah ketika perempuan mulai mengedepankan konsep diri dalam hal pemilihan gaya hidup dan budaya, karena semua itu adalah upaya perwujudan identitas diri yang menjadi salah satu dasar manusia sebagai makhluk sosial.

Memang pada dasarnya, budaya popular dalam gaya hidup ini merupakan persoalan pencitraan dan pemenuhan hal dasar akankepuasaan pribadi namun meski demikian, perempuan berjilbab pun harus teliti dalam berpakaian. Ketakutan akan budaya popular yang susah disaring oleh pikiran ini bisa berdampak kembali pada hilangnya identitas diri seseorang.

(7)

Seperti yang kita tahu, adanya fenomena masyarakat urban yang cenderung tidak memberikan tempat pada perempuan, terutama perempuan muslim berjilbab, kemudian menimbulkan upaya - upaya dari kelompok perempuan muslim untuk menciptakan ruang mereka sendiri, yang dikenal dengan konsep femenim.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat gerakan ini mendapatkan momentum melalui kehadiran media virtual, yang kemudian akan memunculkan sebuah komunitas perempuan berhijab (Hijabers Community). Melalui Hijabers Community, perempuan - perempuan tersebut ingin mengubah pandangan bahwa hijab yang selama ini identik dengan tradisionalitas menjadi sesuatu yang modern, fashionable, dandinamis. Putriadr (2012) menyatakan bahwa fenomena pembentukan Hijabers Community ini merupakan salah satu upaya mereka (perempuan muslim berjilbab) untuk mendapatkan ruang dalam masyarakat urban.

Perempuan adalah manusia yang juga tidak lepas dari lingkup makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Gaya hidup dan pilihan fashion adalah perhatian penting. Seiring kehadiran Hijabers Community, perempuan - perempuan berjilbab tentu akan merasa menemukan wadah dalam rangka penemuan identitas dan jati diri sebagai anggota dari komunitas. Dimana semua itu tentu saja mengikuti tren budaya pop dalam berbusana yang beda dari kebanyakan orang, oleh kehendak media massa.

(8)

Komunitas Hijabers hanyalah merupakan tempat bagi para perempuan berjilbab untuk semakin mengekspresikan keinginan besar mereka akan dunia fashion baru. Komunitas jilbab kontemporer ini menarik perhatian besar oleh karena suguhan silaturahim yang ditengarai oleh gaya berbusana.

2.4 Tujuan Hijabers Community

Setiap kelompok sosial pasti memiliki tujuan. Tujuan kelompok bukan hanya sekedar gabungan dari tujuan - tujuan personal anggotanya, melainkan mengarah pada kedudukan yang diinginkan oleh kelompok. Tujuan kelompok terletak pada pemikiran para anggotanya dan hidup bersama proses mental lainnya termasukkebutuhan personal harapan personal dan tujuan personal. Begitupun dengan Hijabers Community, kelompok ini memiliki dua tujuan utama, yaitu :

(1) Mengubah konstruksi citra mengenai muslimah berjilbab,

(2) Syiar dengan menarik para muslimah muda yang belum berjilbab menjadi berjilbab.

Tujuan pertama, mengubah konstruksi citra masyarakat terhadap muslimah jilbab dilatarbelakangi oleh kondisi para muslimah berjilbab di Indonesia yang manasebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam namun ternyata musimah berjilbab masih dipandang sebelah mata.

(9)

Muslimah berjilbab dianggap kuno, tidak gaul dan tidak bisa gaya. Selain itu, juga adanya pandangan bahwa bila menggunakan jilbab maka akan sulit mencari pekerjaan. Hal tersebut membuat para muslimah, terutama muslimah muda ragu untuk menggunakan jilbab karena khawatir sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Konstruksi citra mengenai jilbab yang ada dalam masyarakat tersebut membuat para muslimah muda berpikir kembali untuk menggunakan jilbab. Oleh karena itu, banyak muslimah memutuskan untuk menggunakan jilbab disaat mereka sudah menikah atau disaat usia mereka sudah tua.

2.5 Fashion (Gaya Hidup)

Busana merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan. Seiring dengan berkembangnya dunia informasi dan teknologi, gaya berbusana menjadi mediauntuk menunjukkan eksistensi seseorang. Dengan menggunakan gaya busanatertentu, seseorang bisa menunjukkan jati dirinya. Hal ini menunjukkan bahwasaat ini gaya busana sudah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang.Busana khususnya busana muslimah memiliki beragam makna eksplisit dan implisit.

Gaya hidup merupakan sebuah gambaran “keseluruhan diri seseorang”yangberinteraksi dengan lingkungannya. (Kottler dalam Sakinah, 2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani, 2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di

(10)

masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hi dup global dan lain sebagainya.

Menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.9 Menurut Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling bepengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta. Sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup yangdinamis, merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong adanya peningkatan minat beli konsumen.Saat ini konsumen hidup dengan berbagai kebutuhan yang bervariasi dimana perusahaan harus memenuhi kebutuhan konsumen dengan menciptakan berbagai produk barang dan jasa yang

diperlukan oleh konsumen.10 Adanya perubahan gaya hidup tersebut

memungkinkan pemasar tidak cukup hanya menganalisis kebutuhan konsumen, namun keinginan konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pemasar. Dalam upaya untuk memenangkan pasar, pemasar dituntut untuk memahami perilaku konsumen sehingga gaya hidup merupakan faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan perilaku konsumen saat ini dan saat

9

Plummer,R. 1983.Life Span Development Psychology:Personality and Socialization.New York:Academic Press.

(11)

mendatang. Inilah beberapa dimensi yang ada dalam Gaya Hidup itu sendiri, diantaranya :

1. Aktifitas, kegiatan yang dilakukan seseorang dalam kegiatan sehari-harinya.

2. Opini, Pandangan dari diri seseorang ataupun dalam pandangan yang ada disekitar lingkungan kita.

2.5.1 Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang- barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

2.6 Konsep Perilaku Konsumen

Pilihan-pilihan produk dan jasa konsumen berubah secara terus-menerus.Seorang manajer pemasaran harus mempunyai pengetahuan saksama tentang perilaku konsumen agar dapat memberikan definisi pasar yang baik untuk mengikuti perubahan yang dinamis ini, serta untuk merancang strategi pemasararan yang tepat.

(12)

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang/ jasa. Perilaku konsumen juga menyangkut analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk.

2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Memahami konsumen dan proses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan antara lain membantu manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar teoritis bagi peneliti dalam menganalisis konsumen, membantu legislatif dan pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan, dan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor-faktor psikologi, sosiologi, dan ekonomi yang memengaruhi perilaku manusia.

Teori perilaku menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi individu dengan lingkungan.Demikian juga dalam model perilaku konsumen, keadaan lingkungan, dan individu yang bersangkutan memegang peranan penting dalam menentukan perilakunya. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Pemasar memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.

(13)

2.7 Konsep keputusan pembelian

Komunitas sosial dianggap salah satu faktor yang memengaruhi seseorang dalam melakukan keputusan. Menurut Wellman dalam Delanty (2013:177) definisi komunitas adalah jaringan dari beberapa individu yang saling mengikat dalam meningkatkan sosialisasi sesame jaringan, saling mendukung, memberikan informasi, adanya rasa memiliki dan menjadi identitas sosial. Ikatan yang kuat dan dukungan dari sesama anggota komunitas memungkinkan adanya saling ketergantungan diantara anggota komunitas yang secara sadar maupun tidak terjadi interaksi saling memanfaatkan diantara anggota komunitas. Oleh karena itu komunitas dianggap dapat memengaruhi keputusan pembelian.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus memilih dari berbagai aspek yang memang keterkaitannya jelas ada yakni :

1. Kepuasan

Kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu, atau membuat sesuatu memadai. Kepuasan adalah suatu sikap yang diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan.

2. Minat beli

Minat beli merupakan suatu keinginan yang timbul dibenak konsumen untuk dapat memiliki atau membeli suatu produk atau jasa yang baru diingat, didengar atau dirasakannya.

(14)

Pada saat seorang konsumen baru akan melakukan pembelian yang pertama kali akan suatu produk, pertimbangan yang akan mendasarinya akan berbeda dari pembelian yang telah berulang kali dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat diolah oleh konsumen dari sudut pandang ekonomi, hubungannya dengan orang lain sebagai dampak dari hubungan sosial, hasil analisis kognitif yang rasional ataupun lebih kepada ketidakpastian emosi (unsur emosional).

Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong dalam Zoeldhan (2012) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Konsumen bebas memilih produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya, memutuskan tempat pembelian, bagaimana caranya, banyak pembelian, kapan membeli, dan mengapa harus membeli. Konsumen membeli dan mengonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, namun juga karena nilai sosial dan emosionalnya.

Minat beli merupakan suatu keinginan yang timbul dibenak konsumen untuk dapat memiliki atau membeli suatu produk atau jasa yang baru diingat, didengar atau dirasakannya. Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995) (Thamrin, 2003:142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar - benar dilaksanakan.

(15)

Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Pengertian minat beli menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004:44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variable minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Adapun dimensi dari keputusan pembelian ini yang diantaranya yaitu :

1. Informasi, mencari sumber yang terkait agar mengetahui segala sesuatunya sebelum mengambil keputusan untuk pembeliannya. 2. Ketertarikan, dimana seorang konsumen akan melihat dari berbagai

(16)

2.7.1 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Kotler & Armstrong dalam Zoeldhan (2012)menyatakan “keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, psikologis pembeli, serta strategi pemasaran”.11

a. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

11

Kotler & Armstrong dalam Zoeldhan (2012).Manajemen Pemasaran,edisi 12, jilid 1.

(17)

b. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen.Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung.Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

d. Faktor Psikologis

Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.

Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk

mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik,kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman.Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari

(18)

keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

a. Faktor Marketing Strategy

Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberi tahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah

1) Barang 2) Harga 3) Periklanan

Berkowitz dalam Dani (2009) menambahkan satu faktor lain yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen, yakni faktor situasional. Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu.Kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen (Assael dalam Dani, 2009).

Belk dalam Dani (2009) mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (intra-individual) dan stimuli (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan pengaruh sistematis pada perilaku saat itu.

2.8 Teori Ketergantungan ((Dependency Theory)

Teori Ketergantungan atau dikenal teori depedensi (Dependency Theory) adalah salah satu teori yang melihat permasaalahan pembangunan dari sudut

(19)

seseorang. Selain itu, Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ataupun adanya perubahan dari kehidupan gaya hidup seseorang dengan keputusan seseorang, di mana masyarakat tertentu ini hanya berperan sebagai penerima informasi dan menerima akibat dari sebuah perubahan saja.

Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah adanya pola ketergantungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa di dunia. Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili "suara masyarakat".

Atau dapat dikatakan sebagai Teori yang pada dasarnya merupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai suatu sifat masyarakat modern (masyarakat massa), di mana media massa dapat dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu adanya kenyataan bahwa ia terbekali dengan banyak hal yang dipelajarinya sebagai kekuatan tambahan dari ekspresi instrumental yang telah dikembangkan oleh

S26 - Jika kontak dengan mata, segera bilas dengan air yang banyak dan minta saran medis S46 - Jika tertelan, segera minta saran medis dan perlihatkan kontainer atau label ini..

Analisis awal pada perkuatan fondasi menggunakan Group Pile dengan konfigurasi desain awal, kondisi tanah dan pembebanan yang sama untuk kondisi beban gempa.. Seperti telah

Penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana integrasi literasi kritis terhadap pendekatan berbasis genre diimplementasikan dalam proses pengajaran

Yang termasuk waqaf lazim ditunjukkan pada nomor… A. Perhatikan 8 ayat dari QS. A-Tin yang belum berurutan di bawah ini dengan cermat!.. Urutan yang tepat ayat-ayat di atas

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Missouri Mathematics Project (MMP) dan Think Pair Share (TPS) dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Persamaan Garis

Based on classical electrodynamics, it is argued that the Coulomb potential (which is strictly valid for two point charges at rest), commonly used in the study of energy levels