• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Skizofrenia Hebefrenik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Skizofrenia Hebefrenik"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

48 48

R

Re

effe

erra

att

Skizofrenia Hebefrenik 

Skizofrenia Hebefrenik 

Oleh: Oleh: Abdurrohman Izzuddin Abdurrohman Izzuddin NPM. 15360497 NPM. 15360497 Pembimbing: Pembimbing:

Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K) Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PSIKIATRI BAGIAN ILMU PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. M. ILDREM RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. M. ILDREM

2017 2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul : Referat dengan judul : ““Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia Hebefrenik ””

Diajukan untuk memenuhi tugas : Diajukan untuk memenuhi tugas :

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Abdurrohman Izzuddin (

Abdurrohman Izzuddin (15360497)15360497)

Telah diterima dan disetujui oleh Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K) Telah diterima dan disetujui oleh Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K) selaku dokter pembimbing di Departemen Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. selaku dokter pembimbing di Departemen Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

M. Ildrem Medan pada ta

M. Ildrem Medan pada tanggal 15 November 2017.nggal 15 November 2017.

Medan, 15 November 2017 Medan, 15 November 2017

Mengetahui, Mengetahui,

Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K) Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K)

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT. atas rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Skizofrenia Hebefrenik ”. Penyusunan tugas paper ini dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan serta melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Psikiatri yang diberikan pembimbing.

Penulis menyampaian ucapan terima kasih kepada Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon., Sp.KJ (K)  selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik ilmu kedokteran Psikiatri serta dalam penyelesaian tugas referat ini. Dalam penulisan tugas referat ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna  penyempurnaan di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, 15 November 2017

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Manfaat Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ... 3

2.2. Etiologi ... 4

2.3. Tanda Dan Gejala ... 6

2.4. Psikofisiologi ... 8

2.5. Diagnosis ... 9

2.6. Penatalaksanaan ... 10

2.7. Prognosis ... 20

BAB III KESIMPULAN ... 23

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan  bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan  jiwa skizofrenia.

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis,  banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset  pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen

Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara  pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak  populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran

(6)

Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.5 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran ringkas mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama gejala klinis, diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien dan keluarga pasien.

1.3. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta  pembaca mengenai Skizofrenia Hebefrenik. Selain itu, makalah ini juga akan

dijadikan untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Psikiatri FK Universitas Malahayati.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan  persepsu (PPDGJ, 1983).

Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umunya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau dating secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk, 1992).

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain :

“Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).

“Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan  perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fra gmentary),  perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta

umumnya maneurisme” (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut  juga disorganized type atau “kacau  balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti

(8)

menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap  berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari

hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan  perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang  –  ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48).

2.2. Etiologi

Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa eti ologi yang sering ditemukan:

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis; Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom-kromosom yang ke  berapa menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50%  jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya

(9)

mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.

 b. Faktor Neurologis; Ditemukan bahwa korteks  prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga  pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter; Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus; Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor  predispossisi skizofrenia.

e. Psikologis; Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Prespitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

 b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan,

(10)

2.3. Tanda Dan Gejala

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual.

Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu t ahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif   gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini,  bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang

spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

(11)

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640).

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

1. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf  pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau

layanan kesehatan.

2. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan. 3. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa

gagal, kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang,  bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

Beberapa tanda dan gejala yang paling sering ditemukan pada pasien- pasien Skizofrenia Hebefrenik adalah,

(12)

1. Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.

2. Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada  pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang  juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan. 3. Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa  pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

2.4. Psikofisiologi

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan  jiwa.

a. Tahap Comforting; Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

 b. Tahap Condeming; Timbul kecemasan moderat, cemas  biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul  perilaku menarik diri (withdrawl)

c. Tahap Controling; Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus

(13)

menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah  berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut

hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.

d. Tahap Conquering; Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat  bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

2. Waham; Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia  pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari  perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

2.5. Diagnosis

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar  bertahan: Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,

(14)

serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan  perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara  bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang

diulang-ulang (reiterated phrases);

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan  bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin

mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

2.6. Penatalaksanaan

1. Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan  perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat

mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :

(15)

antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine) 2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine) 3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine) 4. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami  perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting ) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot  formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic

antipsycotic.

b.

Newer Atypcal A ntipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan

(16)

efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

1. Risperdal (risperidone) 2. Seroquel (quetiapine) 3. Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana  pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan  jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek  primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder. Pemilihan jenis obat anti  psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah ja ngka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya

(17)

dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana  profil efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu - Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam - Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari) - Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi

dampak efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma  psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop.

Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun. Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai  beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis. Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala  psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat  penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam

(18)

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali. Pada  penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari).

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

----Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

 Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk  penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu  beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli  biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali

(19)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita  berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting , diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan  newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal  antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien- pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa

(20)

 penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan te rsering  bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,  protruding tongue, dan  facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering

(21)

terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan  penanganan yang segera.

2. Terapi Psikososial a. Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana  pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

(22)

ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan  pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas  bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data  bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi  pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan

terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien

(23)

skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang  prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

3. Perawatan di Rumah Sakit (

H ospitalization

)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan  pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya  perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana  pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga  pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

(24)

2.7. Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia :

1. Keluarga; Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi; Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.

3. Pengobatan; Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan; Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor Psikososial; Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi

(25)

atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan; penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian; Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya  pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap

kesembuhan.

8. Onset; Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki  prognosis yang lebih baik.

9. Proporsi; Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakit; Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase  prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada

fase aktif dan fase residual.

11. Kesadaran; Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Prognosis Baik Prognosis Buruk 

 Onset lambat

 Faktor pencetus yang jelas  Onset akut

 Riwayat sosial, seksual dan

 pekerjaan premorbid yang  baik

 Gejala gangguan mood

(terutama gangguan depresif)

 Menikah

 Onset muda

 Tidak ada factor pencetus  Onset tidak jelas

 Riwayat social dan pekerjaan

 premorbid yang buruk

 Prilaku menarik diri atau autistic  Tidak menikah, bercerai atau janda/

duda

 ·Sistem pendukung yang buruk  Gejala negatif

(26)

 Riwayat keluarga gangguan

mood

 Sistem pendukung yang baik  Gejala positif

 Tanda dan gejala neurologist  Riwayat trauma perinatal

 Tidak ada remisi dalam 3 tahun  Banyak relaps

(27)

BAB III KESIMPULAN

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : “Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan  perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112). Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau  balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan  perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang  –   ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya  penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III

2001: 48)

Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan  bahwa Skizofrenia hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah

(28)

suatu gangguan yang yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial- budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari

(29)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1, Binarupa aksara, 1997

2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta, 2001.

3.

Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 15 November 2017

4.

Skizofrenia. Naruto. blogspot. file:///C:/Documents%20and

%20Settings/F%20A%20D%20L%20I/My%20Documents/makalah-skizofrenia.html

5.

www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia,  diunduh tanggal 15 November 2017

Referensi

Dokumen terkait

Seorang laki-laki 24 tahun pengendara sepeda motor dibawa masuk ke ruang emergensi dan traumatologi dengan keluhan tidak dapat menggerakkan kedua tungkai pasca mengalami

Hasil penelitian mengenai Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Belanja Barang pada Informan 1 (satu) didapati bahwa tugas dan fungsi dari Bendaharawan

Maka dari itu pada penelitian ini peneliti akan mengkolaborasikan elemen atmosfer pada penelitian Naqshbandi dan Munir (2011) dengan Koeswandi (2017),

Kalau diperhatikan ketiga pengertian di atas, maka nampaknya ketiga pengertian tersebut memberikan pengertian jaminan sosial dengan begitu luasnya, seakan-akan jumlah

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi

Demikian juga perkiraan luas panen padi Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2008 merupakan penjumlahan perkiraan luas panen padi sawah dan luas panen padi ladang yaitu sebesar 141.017

Bank NTB tahun 2015 maka penyertaan modal untuk kurun 5 (lima) tahun mendatang mulai tahun 2015 sampai dengan 2019 perlu didasarkan pada Peraturan daerah