• Tidak ada hasil yang ditemukan

skizofrenia hebefrenik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "skizofrenia hebefrenik"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.2

Pasien yang mengalami skizofrenia memiliki gejala seperti delusi,halusinasi,gangguan bentuk pikiran dan perilaku,bahasa yang terganggu,dan yang berupa perilaku katatonia. Kebanyakan penderita memiliki ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi hidup seperti biasa,namun ada juga yang hanya memiliki gangguan aktifitas tetap seperti bekerja, ataupun ketidakmampuan dalam berkomunikasi.3

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai dengan inkoherensi, afek datar,perilaku dan tertawa kekanak-kanakan ,yang terpecah pecah ,dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri,menunjukkan gerakan – gerakan aneh, mengucap berulang-ulang, dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.2

(2)

1.2 Tujuan

Paper ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti aktivitas ko-asisten di Departemen Psikiatri. Paper ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai skizofrenia hebeferenik, sehingga pembaca dapat lebih mengenal tentang gangguan ini dan lebih akurat dalam mendiagnosisnya.

Pemahaman tentang diagnosis Skizofrenia Hebefrenik yang baik diharapkan dapat memberikan potensi untuk prognosis yang lebih baik dengan diagnosa dini, mencegah terjadinya kesalahan pengobatan dan memungkinkan untuk mencegah penyakit berlarut-larut.

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan kharacteristik dari pikiran dan persepsi ,serta oleh afek yang tidak wajar. Kesadaran yang jernih tetap terpelihara,walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani; “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah” dan “phrenia” yang berarti “jiwa”. Arti dari kata-kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu adanya pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya.2

2.1.2 Etiologi

1.Model Diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.2

Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor kecil pun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara

(4)

teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.2

2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu dengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sistem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.2

Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :

a.Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.

b.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

(5)

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.

4. Faktor Psikososial

a. Teori Tentang Individu PasienTeori Psikoanalitik

Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak.

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

Teori Psikodinamik

Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin

(6)

timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.

Teori Belajar

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.

b. Teori Tentang Keluarga

Beberapa pasien skizofrenia sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia.

c. Teori Sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan penyakit

2.1.3 Kriteria Diagnostik Skizofrenia 1,2,4

Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. -Thought echo

(7)

Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

-Thought insertion or withdrawal

Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

-Thought broadcasting

Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b. -Delusion of control

Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

- Delusion of influence

Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar - Delusion of passivity

Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus). - Delusion perception

Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

(8)

-Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien ,atau

-Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau

-Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi

(9)

harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

2.1.4 Klasifikasi 1,2,4

Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing yang kriterianya didominasi dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) 5. Depresi Pasca Skizofrenia

6. Skizofrenia Residual 7. Skizofrenia Simpleks 8. Skizofrenia lainnya 9. Skizofrenia YTT 2.2 Skizofrenia Hebefrenik 2.2.1 Definisi

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan ,ada

(10)

kecenderungan untuk selalu menyendiri .dan ungkapan kata yang diulang-ulang,proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu.1

2.2.2 Etiologi

Faktor predisposisi dan presipitasi 2:

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genets skizofrenia diturunkan melaluui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% b. Faktor Neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmtter dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi faktor predispossisi skizofrenia.

e. Psikologis

(11)

skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frotal otak.

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap dan perilaku.

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

- Kesehatan : nutrisi kurang, kelelahan, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan layanan kesehatan yang sulit terjangkau.

- Lingkungan : lingkungan yang tidak kondusif, masalah rumah tangga, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kehilangan kebebasan hidup, perubahan pola hidup, kurang mendapat dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mencari pekerjaan.

- Tingkah laku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan lebih,perilakunya agresif, perilaku kekerasan, merasa malang, bertindak tidak sama seperti orang lain, kurang mampu bersosialisasi, kurang memadainya pengobatan dan kurang memadainya penanganan gejala.

(12)

2.2.3 Tanda dan Gejala.

Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut 3:

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.

6. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan social.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan skizofenia hebrefrenik adalah gangguan jiwa dengan perilaku yang khas regresi dan primitif, afek tidak sesuai, dengan karakteristik umum wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis, percakan dan perilaku yang kacau, permulaanya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun yang disertai adanya gangguan kemauan, gangguan psikomotor seperti manerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan, waham, dan halusinasi.

2.2.4 Kriteria Diagnostik Skizofrenia Hebefrenik Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ III 1,2

(13)

 Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

 Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

 Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan.

o Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases)

o Proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoheren

 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol.Halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations.Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan

(14)

tampa maksud (empty of puspose).

Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

2.2.5 Penatalaksanaan

1.Terapi Somatik (Medikamentosa) 5

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Pada dasarnya semua obat antipsikotik mempunyai afek primer (efek klinis) yang sama. Perbedaan utama pada efek sekunder(efek samping). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Bila gejala negative lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal(golongan generasi kedua),sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah antipsikosis tipikal(golongan generasi pertama). Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal.

a. Antipsikotik Tipikal

Walaupun sangat efektif, antipsikotik tipikal sering menimbulkan efek samping yang serius. Penggolongan obat antipsikotik tipikal antara lain :

a. Phenothiazine  Rantai Aliphatic : -Chlorpromazine -Levomepromazine  Rantai Piperazine -Perphenazine -Trifluoperazine

(15)

-Fluphenazine  Rantai Piperidine -Thioridazine b. Butyrophenone -Haloperidol c. Diphenyl-butylpiperidine - Pimozide

Mekanisme kerja antipsikotik tipikal adalah memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala positif.

2. Antipsikotik Atipikal

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Beberapa contoh, antara lain :

a. Benzamide -Sulpride (dogmatil) b. Dibenzodiazepine -Clozapine(clozaril) -Olanzapine (zyprexa) -Quetiapine (Seroquel) c. Benzisoxazole -Risperidone (risperdal)

Mekanisme kerja antipsikotik atipikal berafinitas terhadap Dopamine D2 receptor juga berafinitas terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors (Serotonin – dopamine antagonists) sehingga efektif untuk gejala negatif.

(16)

- Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk,kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)

- Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, sering miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)

- Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson berupa tremor, bradikinesia dan rigiditas)

- Gangguan endokrin (amenorrhea, gynaecomastia), metabolik (jaundice) hematologik (agranulocytosis), biasanya untuk pemakaian jangka panjang - Efek samping yang irreversible yaitu tardive dyskinesia (gerakan berulang

involunter pada lidah,wajah,mulut/rahang dan anggota gerak,dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat antipsikotik.

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter

(17)

dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau belum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan semakin beratnya penyakit.

Tabel 1. Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran Nama Generik Sediaan Dosis Klorpromazin Tablet, 25 dan 100 mg, 150 - 600 mg/hari

Injeksi 25 mg/ml

Haloperidol Tablet, 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg, 5 - 15 mg/hari Injeksi 5 mg/ml

Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari

(18)

Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu Levomeprazin Tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml 25 - 50 mg/hari Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari

Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari Sulpirid Tablet 200 mg 300 – 600 mg/hari Injeksi 50 mg/ml 1 - 4 mg/hari

Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

2.Terapi Psikososial 2

a. Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

(19)

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan, yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi adalah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Menjalin hubungan seringkali sulit dilakukan karena pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.

3.Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization) 2

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah

(20)

sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.

2.2.6 Prognosis

Menurut Kraepelin dan Bleuler,skizofrenia hebefrenik dan jenis jenis skizofrenia tipe sederhana lainnya memiliki prognosis yang paling buruk,dibandingkan dengan tipe paranoid atau katatonik akut yang memiliki reaksi cepat,namun ada juga yang berkembang menjadi kronik dan semakin lama semakin memburuk.2

Berikut daftar faktor yang mempengaruhi prognosis penderita skizofrenia :

Perihal Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset Lama Muda

Faktor pencetus Jelas Tidak ada

Onset Akut Tidak jelas

Riwayat sosial ,seksual dan pekerjaan premorbid

Baik Buruk

Gejala Gangguan mood Perilaku menarik

diri,autistik

Status Perkawinan Menikah Tidak

menikah,bercerai,atau janda/duda

Riwayat keluarga Gangguan mood Skizofrenia

Dukungan Baik Buruk

Gejala Gejala Positif Gejala negatif

Ada tanda dan gejala neurologis,

Riwayat trauma

perinatal,tidak ada remisi dalam 3 tahun,banyak relaps

(21)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri dan ungkapan kata yang diulang-ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu.

Etiologinya tidak diketahui. Diduga adanya keterlibatan genetic,biologis,lingkungan dan psikologis dalam terjadinya skizorenia. Salah satu teori yang banyak mendapat perhatian adalah keterlibatan neurotransmitter.

Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut inkoherensi ,alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan,perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri,waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan,halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan dan perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan social

Terapi skizofrenia meliputi psikofarmaka dan psikoterapi. Pemilihan jenis antipsikotik mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah antipsikotik atipikal ,sebaliknya jika gejala positif yang lebih menonjol maka

(22)

diberi antipsikotik tipikal. Dalam psikoterapi ,bisa digunakan metode individual,keluarga ataupun kelompok. Peran serta lingkungan sekitar sangat membantu dalam menangani skizofrenia secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi dr. 2001. Buku Saku Diagnosisi Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : FK Unika Atmajaya.

2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2 Jilid 1. Jakarta : Binarupa aksara.

3. Elvira,SD. Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Puri, Basant K. Paul J. Laking. 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC

5. Maslim, Rusdi. 2002. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya

Gambar

Tabel 1. Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran  Nama Generik                           Sediaan                                               Dosis

Referensi

Dokumen terkait

Atas isu tersebut penulis meresponnya secara arsitektural dengan menghadirkan “Ruang Antara: Sarana Edukasi Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak”, sehingga mewadahi kebutuhan

Ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi

Demikian juga perkiraan luas panen padi Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2008 merupakan penjumlahan perkiraan luas panen padi sawah dan luas panen padi ladang yaitu sebesar 141.017

Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal, dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien dengan space occupying lesion yang menekan radiks saraf.. Pada pasien ruptur

Bank NTB tahun 2015 maka penyertaan modal untuk kurun 5 (lima) tahun mendatang mulai tahun 2015 sampai dengan 2019 perlu didasarkan pada Peraturan daerah

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan masyarakat harus memiliki kualifikasi sesuai

Seorang laki-laki 24 tahun pengendara sepeda motor dibawa masuk ke ruang emergensi dan traumatologi dengan keluhan tidak dapat menggerakkan kedua tungkai pasca mengalami

Penelitian ini menghasilkan prototype rancangan sistem informasi Koperasi berbasis web pada Koperasi Unit Desa Pandan Jaya Geragai yang dapat diimplementasikan sesuai