• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0

M Yasin HG, Arifuddin, dan Made J. Mejaya

Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan

dan dapat lebih beradaptasi pada lingkungan tertentu, karena pada kegiatan rekombinasi akan tergabung gen karakter terbaik dari sejumlah famili terpilih. Perbaikan populasi jagung dapat dilakukan dalam populasi (intra population improvement) maupun antarpopulasi (inter population improvement). Menurut Hallauer dan Miranda (1988) dan Granados (1998), perbaikan dalam populasi dapat dilakukan melalui seleksi individu tanaman (individual plant selection) atau seleksi famili (family selection). MSQ-K1 dan MSQ-P1 merupakan populasi jagung berprotein mutu tinggi (promunggi/ QPM) dengan biji kuning dan putih yang sedang meng-alami perbaikan dalam populasi melalui seleksi famili S1. Seleksi famili dapat dilakukan dengan famili saudara tiri (half sib), saudara kandung (full sib), S1 atau S2. Jika dilakukan seleksi S1, maka frekuensi genetik dapat di-tingkatkan dalam satu siklus selama tiga musim tanam. MSQ-K1 dan MSQ-P1 adalah populasi promunggi Balai Penelitian Tanaman Serealia yang dibentuk dari rekombinasi galur murni generasi tinggi (S4 dan S5) dari sejumlah galur CML (CIMMYT Maize Lines). Dewasa ini, populasi promunggi belum banyak dimuliakan, karena jenis yang berkembang di tingkat petani umumnya jagung biasa. Di tingkat nasional, varietas promunggi baru dilepas pada tahun 2004, yakni Srikandi Putih-1 dan Srikandi Kuning-1.

Cina pertama kali melepas jagung promunggi pada tahun 1999 (CAAS 1999). Jagung promunggi baru di-muliakan pada tahun 60-an, setelah gen opaque-2 (o-2) ditemukan oleh Lynn Bates di Purdue University, USA, pada bulan November 1963(Mertz 1992, Cordova 2001). Di Meksiko, jagung promunggi diolah menjadi makanan khas yang disebut tortillas (Sproule et al. 2002). Dilapor-kan oleh Komisi Nasional Plasma Nutfah (KNP 2004) bahwa dalam dasawarsa terakhir ini komoditas jagung termasuk promunggi yang menempati deretan ketiga dunia (7%) setelah padi (26%) dan gandum (23%). Keter-sediaan plasma nutfah jagung promunggi MSQ-K1 dan MSQ-P1 di Balitsereal akan memperkaya plasma nutfah yang selama ini masih diimpor dari CIMMYT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi dan hasil populasi MSQ-K1 dan MSQ-P1 pada siklus C0, serta seleksi sejumlah famili S1 guna mem-peroleh famili terbaik sebagai tetua rekombinasi untuk pembentukan siklus C1.

ABSTRACT. The Intra-population Improvement of Quality Protein Maize MSQ-K1 and MSQ-P1. MSQ-P1 and MSQ-K1 were

two Quality Protein Maize (QPM) populations with white and yellow grain colours, respectively. The intra-population improvement was done to increase the grain yields of both QPMs. The variety trial on a C0 cycle was conducted in Blora, Central Java, during the planting season of June-October 2004. A randomized complete block design with three replications was used in the experiment. Each entry was planted in a four-rows plot at a plant spacing of 75 cm x 25 cm, one plant per hill. Results of the trial showed that grain yield (m.c. 15%) of the MSQ-K1(C0) was 4,76 t/ha, while MSQ-P1(C0) was 4.68 t/ha. These yields were not significantly different from the control cultivars Srikandi Yellow-1, Srikandi White-1, Bisma, Lamuru, and MS-2. Plant aspects, husk cover, and ear aspect were scored 1 and 2. The intra- population improvement method was done to increase the status C1 to selected S1 families from the F2 generations. The S1 families were evaluated using an incomplete block design alpha lattice with two replications with a selection intensity 8-10%. MSQ-P1(S1)C0 and MSQ-K1(S1)C0 were evaluated in Maros and Bajeng experimental farm, respectively. The results showed that grain yield (w.c. 15%) was 6.31-7.49 t/ha for family selected of K1(S1)C0 and 5.93-7.58 t/ha of MSQ-P1(S1)C1. Plant aspect, husk cover, and ear aspect of the two populations were 1-2, position of ear was middle of plant height, and moderate resistance to leaf blight and rust.

Keywords: QPM, population, family S1, selection.

ABSTRAK. MSQ-K1 berbiji kuning dan MSQ-P1 berbiji putih

merupa-kan populasi jagung berprotein mutu tinggi (promunggi) dalam status siklus C0 dan ditingkatkan menjadi C1 melalui seleksi S1. Pada C0 dilakukan evaluasi daya hasil bersama entri promunggi introduksi di Blora, Jawa Tengah pada bulan Juni-Oktober 2004. Penelitian di-laksanakan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiap entri ditanam empat baris dengan jarak 75 cm x 25 cm. Hasil biji (k.a.15%) dari K1 mencapai 4,76 t/ha dan MSQ-P1 4,68 t/ha. Potensi hasil kedua populasi tersebut tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, Bisma, Lamuru, dan MS-2. Aspek tanaman, penutupan kelobot, dan aspek tongkol memiliki skor 1-2, tidak berbeda nyata antara MSQ-K1, MSQ-P1 dengan QPM introduksi dan varietas pembanding. Perbaikan dalam populasi C1 dilakukan pada F2 melalui seleksi S1. Penelitian menggunakan rancangan alfa latis, dua ulangan, dengan intensitas seleksi 8-10%, bertempat di KP Maros untuk MSQ-P1(S1)C0, dan di KP Bajeng untuk populasi MSQ-K1(S1)C0. Bobot biji (k.a.15%) famili S1 terpilih berkisar antara 6,31-7,49 t/ha untuk MSQ-K1(S1)C0 dan 5,93-7,58 t/ha untuk MSQ-P1(S1)C0. Kedua populasi mempunyai aspek tanaman, penutupan kelobot dan tongkol dengan skor 1-2 (baik sampai sangat baik), kedudukan tongkol di sekitar setengah dari tinggi tanaman, serta agak tahan bercak daun dan karat.

Kata kunci: Promunggi, populasi, famili S1, seleksi.

P

opulasi jagung yang dimuliakan akan mengalami perbaikan karakter seperti peningkatan bobot biji, ketahanan terhadap hama atau penyakit tertentu,

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian diawali dengan rekombinasi galur murni untuk membentuk populasi baru pada status siklus C0, yakni biji putih dari CML140–CML160, dan biji kuning dari CML161–CML172. Pada generasi F2, masing-masing populasi diberi nama MSQ-K1 (Maros Sintetik QPM Kuning-1) dan MSQ-P1 (Maros Sintetik QPM Putih-1). Kegiatan selanjutnya adalah evaluasi daya hasil dan seleksi famili S1.

Evaluasi Daya Hasil

Kegiatan dilaksanakan di Blora Jawa Tengah pada musim kemarau (Juni-Oktober 2004). Materi uji adalah entri promunggi introduksi dari CIMMYT, Meksiko, (Tabel 1) dengan menggunakan pembanding varietas Bisma, Lamuru, MS-2, Pulut, Srikandi Putih-1, dan Srikandi Kuning-1. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan, dengan model:

Yi = µ +αi + βj + εij

Yi = hasil pengamatan setiap peubah, µ = nilai tengah umum,

αj = pengaruh kelompok,

βi = pengaruh entri QPM,

εij = pengaruh galat.

Setiap entri ditanam empat baris pada petak ber-ukuran 5 x 3 m, jarak tanam 75 cm x 25 cm, satu tanaman per rumpun. Benih diberi Saromil dan dipupuk 300 kg/ ha urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCl. Pengamatan komponen agronomi dilakukan pada dua baris tanaman contoh yang terletak di tengah petak. Pengamatan juga dilakukan terhadap aspek tanaman, penutupan kelobot, dan aspek tongkol menggunakan skor 1-5 (1 = sangat baik, 3 = sedang, 5 = sangat buruk), dan bobot biji pada kadar air 15%.

Seleksi Famili S1

Kedua populasi pada status C0 ditingkatkan ke siklus C1 dengan perbaikan dalam populasi seleksi S1. Pada generasi F2 dibentuk famili S1, kemudian dievaluasi untuk memperoleh famili terbaik dengan intensitas seleksi 8-10%. Famili dievaluasi menggunakan rancangan alfa latis dua ulangan dengan model:

Yi = µ+ βi + τj + αk + εijk + γl + εijkl Yi = hasil pengamatan setiap peubah µ = nilai tengah umum

βi = pengaruh blok ke i

τj = pengaruh ulangan ke j

αk = pengaruh entri tak terkoreksi

γl = pengaruh entri terkoreksi

εijk = pengaruh sisa I (intra block error) εijkl= pengaruh sisa II (effective error)

Jumlah entri MSQ-P1(S1)C0 dan MSQ-K1(S1)C0 yang dievaluasi masing-masing 121 (11x11) dan 182 (13x14). Setiap entri ditanam dalam satu baris dengan panjang petak 5 m, jarak 75 cm x 25 cm, satu tanaman tiap rumpun. Tanaman dipupuk dengan urea 300 kg/ ha, SP36 200 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Pengamatan dilakukan terhadap komponen agronomi, penyakit utama, aspek tanaman, penutupan kelobot, dan aspek tongkol menggunakan skor 1-5, dan hasil biji pada kadar air 15%. Penyakit utama diamati berdasarkan tingkat penularan, kemudian diskor (1 = sangat tahan, 2 = tahan, 3 = sedang, 4 = rentan dan 5 = sangat rentan). Evaluasi dilaksanakan di KP Maros untuk MSQ-P1(S1)C0 dan di KP Bajeng untuk MSQ-K1(S1)C0 pada bulan September-Desember 2004.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari kegiatan rekombinasi CML140-CML160 dan CML161-CML172 dihasilkan sejumlah tongkol terbaik, kemudian dipipil campur dalam jumlah yang sama setiap tongkol (balance composite seed) atas dua generasi F1 biji putih (MSQ-P1) dan kuning (MSQ-K1). Perbanyakan dilanjutkan untuk memperoleh F2 status C0. Hasil evaluasi daya hasil serta famili S1 terpilih pada kedua populasi diuraikan sebagai berikut.

Evaluasi Daya Hasil

Data komponen agronomis dan hasil disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 untuk populasi MSQ-K1, serta Tabel 3 dan Tabel 4 untuk MSQ-P1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa bobot biji kering (ka 15%) populasi MSQ-K1 mencapai 4,76 t/ha, lebih tinggi dibanding varietas pembanding Srikandi Kuning-1 dan Bisma dengan selisih hasil masing-masing 2,0% dan 13,6%. Hasil MSQ-K1 7,8% lebih rendah daripada Lamuru. Secara statistik, hasil MSQ-K1 tidak berbeda nyata dengan ketiga varietas pembanding. Hasil biji MSQ-K1 juga lebih tinggi dibanding lima populasi promunggi Tomeguin 8365, Poza Rica 8765, Guiania 8765, Across 8666, dan Poza Rica 8666. Iboperenda adalah populasi yang memberikan hasil tertinggi, walaupun tidak berbeda nyata dengan MSQ-K1. Peubah aspek tanaman, aspek penutupan kelobot, aspek tongkol, dan kadar air saat panen tidak menunjukkan perbedaan nyata antara entri promunggi. Posisi tinggi tongkol dari MSQ-K1 dianggap ideal, yakni berada pada posisi sekitar setengah dari tinggi tanaman. Peubah lainnya berupa kadar air saat panen berkisar antara

(3)

30,9-34,3% dan secara statistik tidak berbeda nyata. Per-sentase tanaman tumbuh cukup tinggi yakni >95,0%, sedangkan posisi letak tongkol atas semua entri yang dievaluasi berada sekitar setengah dari tinggi tanaman. Hal ini memperlihatkan penampilan tanaman yang ideal karena posisi tongkol berada di sekitar setengah dari tinggi tanaman. Pada populasi MSQ-K1C0 dan pem-banding Bisma tidak dijumpai tanaman rebah batang (Tabel 1).

Pada Tabel 2 disajikan jumlah tanaman dan tongkol yang dipanen, serta hasil pengamatan visual (aspek

tanaman, aspek penutupan kelobot, aspek tongkol). Populasi MSQ-K1C0 mempunyai karakter yang sama dengan sembilan populasi sintetik promunggi lainnya, termasuk pembanding Srikandi kuning-1, Bisma, dan Lamuru.

Bobot biji populasi MSQ-P1 lebih tinggi dibanding jagung biasa MS-2 dan Pulut, yakni terdapat selisih hasil 0,15 t/ha (3,2%) terhadap MS-2 dan 1,33 t/ha (38,1%) ter-hadap pulut (Tabel 3). Bobot biji jagung Srikandi Putih-1 18,5% lebih tinggi dibanding MSQ-P1. Menurut Vasal et al. (1980) dan Hallauer (2001), selisih hasil jagung

Tabel 1. Komponen hasil MSQ-K1C0 dan 10 populasi jagung promunggi biji kuning pada uji multilokasi. Blora, 2004.

Populasi QPM kuning Hasil Kadar air panen Pertumbuhan Tinggi tanaman Tinggi tongkol Rebah batang

(t/ha) (%) tanaman (%) (cm) (cm) (%) MSQ-K1C0 4,76 30,9 93,3 220 106 0 Across 8365 4,91 32,9 100 195 90 2,5 Poza Rica 8365 4,98 33,7 100 225 104 5,0 Tomeguin 8365 4,06 32,8 96,6 226 106 1,6 Poza Rica 8765 4,38 32,6 99,1 220 96 0 Across 8765 4,93 32,6 100 214 96 7,5 Guiania 8765 4,59 33,4 95,0 204 90 2,5 Iboperenda 5,27 31,9 99,1 213 84 1,6 Across 8666 4,03 33,7 97,5 220 93 8,3 Poza Rica 8666 4,68 34,3 97,5 210 96 9,1 Pembanding: Srikandi Kuning-1 4,68 34,0 95,8 214 86 11,6 Bisma 4,19 30,9 94,1 222 86 0 Lamuru 5,13 30,0 93,3 206 83 1,6 KK (%) 10,31 4,7 3,8 9,3 19,1 -BNT (5%) 0,82 - 6,3 33,4 30,4

-Umur berbunga betina = 55 hari

Tabel 2. Penampilan tanaman panen, tongkol panen, dan aspek tanaman, kelobot, dan tongkol MSQ-K1C0 serta 10 populasi jagung

promunggi biji kuning pada uji multilokasi. Blora, 2004.

Populasi promunggi Jumlah tanaman Jumlah tongkol Aspek tanaman Aspek kelobot Aspek tongkol

kuning panen panen (skor 1-5) (skor 1-5) (skor 1-5)

MSQ-K1C0 37,3 35,0 2,6 1,3 2,6 Across 8365 40,0 39,0 2,0 1,0 1,0 Poza Rica 8365 40,0 35,3 2,6 1,6 1,3 Tomeguin 8365 38,6 37,3 2,6 1,0 3,0 Poza Rica 8765 39,6 39,3 2,3 1,6 1,3 Across 8765 40,0 39,0 2,3 1,0 1,0 Guiania 8765 28,0 38,6 2,6 1,6 1,0 Iboperenda 39,6 38,6 2,3 1,0 1,6 Across 8666 39,0 38,6 2,3 1,3 1,3 Poza Rica 8666 39,0 38,3 2,3 1,6 1,6 Pembanding: Srikandi Kuning-1 38,3 40,0 1,6 2,3 1,3 Bisma 37,6 36,0 3,6 1,0 1,0 Lamuru 40,0 39,6 2,3 1,3 2,6 KK (%) 3,8 5,2 28,0 39,2 42,7 BNT (5%) - - - -

(4)

-promunggi terhadap jagung biasa berkisar antara 2,9-8,8%. Pada Tabel 3 terlihat bahwa hasil MSQ-P1 masih lebih rendah dari delapan populasi lainnya, kecuali terhadap Obatampa, naumun secara statistik tidak me-nunjukkan perbedaan nyata. Hasil yang lebih rendah ini diduga karena populasi MSQ-P1 masih dalam status C0 dan merupakan populasi baru yang baru direkombinasi, sehingga daya adaptasinya masih lebih rendah dari ke delapan populasi liannya.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa jumlah tanaman dan jumlah tongkol yang dipanen, dan peubah visual (aspek tanaman, aspek penutupan kelobot, dan aspek tongkol) tidak memperlihatkan perbedaan nyata dari MSQ-P1 terhadap entri lainnya. Peubah aspek tanaman, penutupan kelobot dan aspek tongkol memiliki skor 1,0-2,0 atau tergolong baik sampai sangat baik.

Tabel 4. Tanaman panen dan aspek tanaman, kelobot, tongkol MSQ-P1C0 serta sejumlah populasi jagung promunggi biji putih pada uji

multi-lokasi. Blora, 2004.

Populasi promunggi Jumlah tanaman Jumlah tongkol Aspek tanaman Aspek kelobot Aspek tongkol

kuning panen panen (skor 1-5) (skor 1-5) (skor 1-5)

MSQ-P1C0 38,0 38,0 3,0 1,3 1,3 S99TLWQ-B 37,0 37,0 2,3 1,3 1,3 S99TLWQ-AB 39,3 36,6 3,0 1,6 1,3 S00TLWQ-B 38,6 38,6 2,3 1,0 1,3 S00TLWQ-AB 37,3 36,6 2,0 1,0 1,0 Obatampa 39,0 38,6 3,0 1,0 1,3 Poza Rica 8563 39,6 39,0 3,0 1,3 1,6 Across 8763 39,0 38,6 2,3 1,0 1,3 Pop.62.C6.QPM.TLWD 37,6 37,0 2,6 1,3 1,3 Pop.63.C2.QPM.TLWD 38,3 37,3 2,6 1,6 1,6 Pembanding: Srikandi Putih-1 38,0 37,0 2,0 1,3 1,3 Maros Sintetik-2 39,0 37,0 3,6 1,3 1,3 Pulut 39,3 34,6 3,3 1,3 1,3 KK (%) 3,4 3,4 23,7 37,7 38,7 BNT (5%) - - - -

-Tabel 3. Hasil dan komponen hasil MSQ-P1C0 serta 10 populasi jagung promunggi biji putih pada uji multilokasi. Blora, 2004.

Populasi promunggi Hasil Kadar air Pertumbuhan Tinggi tanaman Tinggi tongkol

kuning (t/ha) panen (%) tanaman (%) (cm) (cm)

MSQ-P1C0 4,82 35,4 95,0 223 106 S99TLWQ-B 5,49 34,4 91,5 256 103 S99TLWQ-AB 4,91 36,0 98,3 243 90 S00TLWQ-B 5,42 33,5 96,6 259 110 S00TLWQ-AB 5,29 33,3 93,3 246 100 Obatampa 4,77 32,9 97,5 256 103 Poza Rica 8563 5,34 32,7 99,1 243 110 Across 8763 5,71 33,4 97,5 263 100 Pop.62.C6.QPM.TLWD 5,13 33,5 94,1 250 110 Pop.63.C2.QPM.TLWD 5,52 30,6 95,8 250 110 Pembanding: Srikandi Putih-1 5,71 33,4 91,5 223 110 Maros Sintetik-2 4,67 32,3 97,5 240 113 Pulut 3,49 24,9 95,0 253 93 KK (%) 10,25 7,1 3,4 7,0 15,0 BNT (5%) 0,89 3,9 5,7 29,4 26,7

(5)

Evaluasi Famili S1

Data hasil pengamatan dari evaluasi famili terpilih untuk populasi MSQ-K1(S1)C0 disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6, serta MSQ-P1(S1) pada Tabel 7 dan Tabel 8. Pada Tabel 5 terlihat bahwa kisaran bobot biji famili S1 terpilih dari populasi MSQ-K1(S1) adalah 6,31-7,49 t/ha, sedangkan pembanding tetua MSQ-K1.C0 dan Srikandi Kuning-1 masing-masing 5,75 dan 7,11 t/ha. Kisaran hasil tidak menunjukkan perbedaan nyata secara statistik terhadap pembanding dari hasil tertinggi yakni generasi F2 yang tidak mengalami kawin diri (MSQ-K1.C0). Pada Tabel 5 juga terlihat bahwa tiga famili yang bobot bijinya lebih tinggi dari pembanding tertinggi yakni MSQ-K1-39, 64, dan 102. Pengaruh yang tidak berbeda nyata terdapat pada peubah aspek tanaman, aspek penutupan kelobot, dan umur berbunga betina (Tabel 6).

Peubah lainnya berupa tinggi tanaman dan tinggi tongkol terdapat perbedaan nyata, sedangkan umur berbunga betina tidak berbeda nyata. Kisaran tinggi tongkol dari famili terpilih berada di sekitar setengah dari tinggi tanaman, dan posisi letak tongkol ini sudah ideal. Stoskopf et al. (1993) menyatakan bahwa per-bedaan sifat dan variasi setiap peubah dalam populasi akan memudahkan seleksi untuk perakitan varietas bersari bebas sintetik. Guzman dan Lamkey (1999)

me-laporkan pula bahwa seleksi berbalik (recurrent selection) dapat mengurangi kehilangan ragam genetik dan depressi silang dalam.

Kisaran bobot biji famili terpilih MSQ-P1 adalah 5,93-7,58 t/ha sedangkan pembanding Srikandi Putih-1 dan tetuanya (MSQ-P1.C0) masing-masing 6,68 dan 6,38 t/ ha (Tabel 7). Berdasarkan hasil ini didapatkan dua famili yang bobot bijinya lebih tinggi dari Srikandi Putih-1 yakni famili MSQ-P1C0-111 dan MSQ-P1C0-114. Pada Tabel 7 terlihat empat famili S1 yang memiliki hasil lebih tinggi dari tetua, yakni MSQ-P1-71, 55, 114 dan 111. Keempat famili S1 ini diharapkan sebagai penyumbang gen terbaik dalam pembentukan status siklus C1. Menkir dan Kling (1999) mengungkapkan bahwa perbaikan po-pulasi untuk umur genjah dari C0 sampai C1 dapat me-ningkatkan hasil 5%. Selanjutnya Hallauer dan Miranda (1988) menyatakan bahwa populasi dapat dimuliakan untuk tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik se-telah dilakukan seleksi selama tiga siklus perbaikan dalam populasi.

Penyakit utama yang dijumpai pada kedua populasi termasuk varietas pembanding adalah bercak daun (Bipolaris maydis) dan karat (Puccinia sp.), skor pe-nularan penyakit dari kedua populasi adalah 2, atau tergolong agak tahan.

Tabel 5. Hasil dan komponen hasil famili S1 terpilih dari MSQ-K1C0. Bajeng, 2004.

Populasi promunggi Hasil Kadar air Pertumbuhan Tinggi tanaman Tinggi tongkol

kuning (t/ha) panen (%) tanaman (%) (cm) (cm)

MSQ-K1C0-24 6,31 28,0 95 222 102 MSQ-K1C0-97 6,32 30,0 95 202 100 MSQ-K1C0-146 6,38 29,6 90 213 97 MSQ-K1C0-26 6,40 31,1 100 210 100 MSQ-K1C0-126 6,42 30,8 95 192 100 MSQ-K1C0-156 6,43 30,7 100 195 95 MSQ-K1C0-103 6,44 30,6 95 170 87 MSQ-K1C0-98 6,56 31,2 85 220 102 MSQ-K1C0-152 6,57 31,1 95 217 107 MSQ-K1C0-172 6,57 29,7 95 195 77 MSQ-K1C0-111 6,88 27,6 95 207 100 MSQ-K1C0-115 6,91 31,0 100 200 95 MSQ-K1C0-37 6,93 31,1 100 205 92 MSQ-K1C0-2 6,93 31,1 100 200 92 MSQ-K1C0-39 7,28 32,5 90 213 110 MSQ-K1C0-64 7,32 28,8 95 205 95 MSQ-K1C0-102 7,49 30,3 95 200 100 Pembanding: MSQ-K1C0 7,11 28,5 85 195 97 Srikandi Kuning-1 5,75 30,8 80 205 90 KK (%) 20,20 6,0 10,3 11,9 10,4 BNT (5%) 1,98 3,6 7,1 25,0 20,0

(6)

Tabel 6. Tingkat penularan penyakit dan aspek tanaman, kelobot, dan tongkol famili S1 terpilih dari MSQ-K1C0. Bajeng, 2004.

Famili S1 terpilih Umur berbunga B.p Karat Aspek tanaman Aspek kelobot Aspek tongkol

MSQ-K1C0 betina (hari) (skor) (skor) (skor 1-5) (skor 1-5) (skor1-5)

MSQ-K1C0-24 51 2 2 3 2 2 MSQ-K1C0-97 49 2 2 2 1 3 MSQ-K1C0-146 49 2 2 2 1 4 MSQ-K1C0-26 52 2 2 3 2 2 MSQ-K1C0-126 50 2 2 2 2 4 MSQ-K1C0-156 53 2 2 2 1 4 MSQ-K1C0-103 51 2 2 1 2 4 MSQ-K1C0-98 50 2 2 3 2 3 MSQ-K1C0-152 49 2 2 2 2 4 MSQ-K1C0-172 51 2 2 2 1 3 MSQ-K1C0-111 51 2 2 2 1 4 MSQ-K1C0-115 53 2 2 2 2 3 MSQ-K1C0-37 50 2 2 3 2 3 MSQ-K1C0-2 53 2 2 2 2 3 MSQ-K1C0-39 49 2 2 3 1 2 MSQ-K1C0-64 53 2 2 2 1 3 MSQ-K1C0-102 51 2 2 2 2 3 Pembanding: MSQ-K1C0 50 2 2 2 2 3 Srikandi Kuning-1 52 2 2 2 2 3 KK (%) 2,0 - - 47,2 47,8 26,6 BNT (5%) - - -

-Skor penyakit (B.p) :Bipolaris maydis = 2 (agak tahan) Karat: Puccinia sp., = 2 (agak tahan)

Tabel 7. Komponen hasil famili S1 terpilih dari MSQ-P1C0. Maros, 2004.

Famili S1 terpilih MSQ-P1C0 Hasil Kadar airpanen Tinggi tanaman Tinggi tongkol

(t/ha) (%) (cm) (cm) MSQ-P1C0-107 5,93 30,9 198 109 MSQ-P1C0-15 5,99 35,5 194 88 MSQ-P1C0-3 6,09 32,6 204 109 MSQ-P1C0-91 6,13 31,8 186 89 MSQ-P1C0-66 6,18 36,9 214 111 MSQ-P1C0-110 6,20 38,1 163 96 MSQ-P1C0-72 6,22 38,0 204 113 MSQ-P1C0-79 6,25 34,2 208 117 MSQ-P1C0-64 6,29 38,9 206 111 MSQ-P1C0-62 6,30 38,7 201 108 MSQ-P1C0-90 6,35 35,8 174 107 MSQ-P1C0-75 6,37 31,4 201 106 MSQ-P1C0-71 6,67 31,9 208 100 MSQ-P1C0-55 6,67 39,5 184 102 MSQ-P1C0-114 7,04 36,2 206 100 MSQ-P1C0-111 7,58 28,8 183 100 Pembanding: MSQ-P1C0 6,38 33,2 200 105 Srikandi Putih-1 6,68 38,0 206 104 KK (%) 24,3 9,2 13,0 20,9 BNT (5%) 2,80 - 47 41

(7)

KESIMPULAN

Populasi MSQ-K1(S1)C0 pada status C0 lebih tinggi hasil-nya daripada varietas pembanding Srikandi Kuning-1 dan Bisma, tetapi lebih rendah daripada Srikandi Putih-1. Peubah aspek tanaman, penutupan kelobot, dan as-pek tongkol menunjukkan sifat baik sampai sangat baik dan tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Perbaikan dalam populasi dengan seleksi S1 pada status C0 dipilih famili dengan kisaran hasil 6,31-7,49 t/ha untuk MSQ-K1(S1) dan 5,93-7,58 t/ha untuk MSQ-P1(S1). Kedua populasi dari famili terpilih cukup ideal dari segi karakter tinggi tanaman, tinggi tongkol, aspek tanaman, penutup-an kelobot, dpenutup-an aspek tongkol. Kedua populasi ter-golong agak tahan terhadap penyakit bercak daun dan karat.

DAFTAR PUSTAKA

CAAS. 1999. Official release of the first QPM hybrid variety Zhangdan 9409. Program for the QPM Week (August 1-5) in China. Chinese Academy of Agricultural Sciences.

Cordova, H. 2001. Quality protein maize. Improved nutrition and livelihoods for the poor. Maize Research Highlights. 1999-200. CIMMYT. p. 27-31.

Granados. G. 1998. Population improvement. Maize Training Course. Circle A. CIMMYT El Batan Mexico. February-June 1998. p.2.

Guzman. P. S. and K. R. Lamkey. 1999. Predicted gains from recurrent selection in the BS11 maize population. A Journal Devoted to Maize and Allied Species. Maydica. No. 2. (44):93-99

Hallauer, A. R. 2001. High quality protein corn. Specialty corn. Second edition. CRC Press. Washington. D.C. p.106 Hallauer, A. R. and J. O. Miranda Fo. 1988. Quantitative genetics in

maize breeding. Second edition. Iowa State University Press/ Ames. p. 411.

KNP. 2004. Traktat internasional sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Kumpulan Bahan Ratifikasi. Departemen pertanian. Komisi Nasional Plasma nutfah (KNP), 2004. Jakarta

Menkir. A. and J. G. Kling. 1999. Effect of reciprocal recurrent selection on grain yield and other traits in two early maturing maize population. A Journal Devoted to Maize and Allied Species. No. 2. 44(1999). p. 159

Mertz E.T. 1992. Discovery of high lysine. High tryptophane cereals quality protein maize. Purdue University West Lafayette, Indiana.

Sproule. A. M., S. D. Saldivar. A.J. Bockholt. L.W. Rooney. and D. A. Knabe. 2002. CFW research. CIMMYT El Batan Mexico Stoskopf. N. C., D. T. Tomes. and B. R. Christie. 1993. Plant breeding

theory and practice. Westview press. Oxford. p. 87 Vasal. S. K., 2000. The quality protein maize story. Food and

utilization. Bulletin. The varietal nations university. CIMMYT El Batan Mexico. 21(4):1-15

Vasal. S. K., E. Villagas. M. Bjarnason. B. Gelaw. and P. Goertz. 1980. Genetic modifiers and breeding strategies in developing hard endosperm opaque-2 materials. CIMMYT El Batan Mexico.

Tabel 8. Tingkat penularan penyakit dan aspek visual famili S1 terpilih dari MSQ-P1C0. Bajeng, 2004.

Famili S1 terpilih Umur berbunga B.p Karat Aspek tanaman Aspek kelobot Aspek tongkol

MSQ-K1C0 betina (hari) (skor) (skor) (skor 1-5) (skor 1-5) (skor1-5)

MSQ-P1C0-107 51 2 2 2 4 3 MSQ-P1C0-15 51 2 2 3 3 3 MSQ-P1C0-3 52 2 2 2 3 3 MSQ-P1C0-91 51 2 2 2 3 3 MSQ-P1C0-66 52 2 2 2 3 3 MSQ-P1C0-110 52 2 2 2 3 3 MSQ-P1C0-72 51 2 2 3 4 2 MSQ-P1C0-79 50 2 2 3 3 3 MSQ-P1C0-64 50 2 2 2 3 3 MSQ-P1C0-62 50 2 2 2 4 2 MSQ-P1C0-90 52 2 2 3 2 3 MSQ-P1C0-75 49 2 2 3 4 3 MSQ-P1C0-71 49 2 2 3 2 2 MSQ-P1C0-55 50 2 2 2 3 2 MSQ-P1C0-114 50 2 2 2 2 3 MSQ-P1C0-111 50 2 2 2 2 2 Pembanding: MSQ-P1C0 51 2 2 2 3 3 Srikandi Putih-1 49 2 2 2 3 2 KK (%) 2,8 - - 33,2 28,5 25,0 BNT (5%) - - -

-Skor penyakit (B.p) :Bipolaris maydis = 2 (agak tahan) Karat: Puccinia sp., = 2 (agak tahan)

Gambar

Tabel 1. Komponen hasil MSQ-K1C0 dan 10 populasi jagung promunggi biji kuning pada uji multilokasi
Tabel 3. Hasil dan komponen hasil MSQ-P1C0 serta 10 populasi jagung promunggi biji putih pada uji multilokasi
Tabel 5. Hasil dan komponen hasil famili S1 terpilih dari MSQ-K1C0. Bajeng, 2004.
Tabel 6. Tingkat penularan penyakit dan aspek tanaman, kelobot, dan tongkol famili S1 terpilih dari MSQ-K1C0
+2

Referensi

Dokumen terkait

Informan juga mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk persiapan MICF berkisar 14 hari sebelum hari pelaksanaan, waktu ini dibutuhkan informan untuk mempelajari konsep dan

Menurut Februhartanty (2008), ada 6 pengelompokan tipe peran ayah dalam praktek menyusui secara eksklusif dan peran-peran ini dianggap sebagai dukungan kepada ibu untuk

Hasil penelitian dalam skripsi Rendy (2011) bahwa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di

hasil pemuliaan Penerapan pewarisan sifat dalam pemulian makhluk hidup 4.3.1 Menyajikan hasil penelusuran informasi dari berbagai sumber terkait tentang tanaman hasil

Sebagai salah satu kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di Jakarta Timur, Kecamatan Pasar Rebo memiliki luas wilayah sebesar 12,98 km 2 atau 6,90 persen dari

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Permana (2008), yang menyatakan bahwa variabel harga bawang putih lokal berpengaruh positif terhadap impor bawang putih

Namun sejalan dengan berkembangnya sistem klasifikasi oleh beberapa negara dan terjadinya perbedaan yang mencolok antar sistem klasifikasi bahaya bahan kimia

Sesuai dengan pernyataan Nurika (2000) dalam penelitian ekstrak pewarna angkak, bahwa semakin tinggi konsentasi dekstrin yang digunakan sampai konsentrasi 5,5 % mampu